Chapter 3 : To the Magistrate’s Office
Yotsuha akhirnya tiba kembali di istananya, masih asyik mengobrol dengan teman dekatnya, Oboro. Begitu masuk, keduanya berpisah. Yotsuha pergi ke kamar mandi pribadinya bersama pelayannya untuk membersihkan kotoran yang menumpuk selama perjalanan, sementara Oboro pergi untuk berbicara dengan pengawal Yotsuha, yang mengatakan kepadanya bahwa tidak ada masalah yang muncul selama perjalanan. Oboro memerintahkan para pengawal untuk menyerahkan laporan tertulis dalam beberapa hari, lalu membubarkan mereka bersama dengan semua prajurit lain yang telah mengawal Yotsuha ke istana.
Dengan bantuan pelayannya, Yotsuha mandi, lalu menuju ruang pribadinya. Di tengah perjalanan, sebuah suara yang menggemaskan dan familiar terdengar di telinganya :
"Aneue-sama! Aku sudah menunggumu!"
"Ya, aku kembali, Ayame."
Kata Yotsuha kepada adik perempuannya.
"Hmm, kamu masih memakai dogi. Apa itu berarti aku menemuimu di tengah latihan?"
"Ya, aku sedang berlatih!"
Kata Ayame dengan bersemangat.
"Aku berlatih ekstra keras agar aku bisa melindungi Aneue-samaku yang tercinta!"
Dengan rambut pendeknya yang diikat di belakang, Ayame tersenyum riang saat dipertemukan kembali dengan kakak perempuannya. Usianya sembilan tahun, yang berarti dia seumuran dengan adik perempuan Light, Yume. Ayame mengenakan seragam latihan tradisional yang dikenal sebagai "Dogi" yang dikenakan oleh mereka yang berlatih bela diri, dan tampaknya dia telah berlatih seharian sebelum kedatangan Yotsuha, karena wajahnya basah oleh keringat.
Meskipun Ayame mirip Yotsuha dalam hal rambut berwarna perak dan wajahnya yang cantik, adik perempuannya memancarkan energi yang jauh lebih muda dan bersemangat dibandingkan dengan kakak perempuannya. Ayame suka berolahraga dan berlatih bela diri yang unik di pulau Onifolk setiap hari.
Yotsuha tersenyum hangat pada Ayame saat diia mengeluarkan sapu tangan untuk menyeka kening adiknya.
"Baguslah kamu berusaha keras demi aku, tapi kamu tidak bisa terus-terusan berkeringat seperti ini atau kamu akan masuk angin. Kamu akan membuatku sedih jika kamu berakhir terbaring sakit di tempat tidur."
"Kalau begitu kita harus mandi air hangat bersama!"
Kata Ayame, menyarankan itu.
"Tapi aku baru saja mandi." Protes Yotsuha.
"Oh, apa kamu tidak mau, Aneue-sama?"
Mata Ayame saat menatap kakaknya dengan tatapan seperti mata anak anjing yang ditelantarkan di pinggir jalan saat hujan. Meskipun Yotsuha berusaha semaksimal mungkin untuk pulang beberapa kali dalam setahun, kedua bersaudari itu menghabiskan sebagian besar waktu mereka terpisah, dan Ayame merasa kesepian di kastil sementara kakak perempuannya pergi ke Sekolah Sihir.
Yotsuha menutupi rasa bersalahnya dengan senyum yang penuh belas kasih sekaligus kepasrahan.
"Oh, baiklah. Aku akan mandi lagi, hanya untukmu."
"Hore!" Kata Ayame.
"Kali ini, aku akan membasuh punggungmu."
"Baiklah, kalau begitu, aku akan mambasuh punggung dan rambutmu sebagai gantinya." Kata Yotsuha sambil tertawa kecil.
"Kamu baik sekali, Aneue-sama."
Kata Ayame, matanya berbinar-binar karena cinta yang dirasakannya untuk Yotsuha. Keduanya itu berjalan bergandengan tangan menuju kamar mandi, terlibat dalam percakapan hangat di sepanjang jalan.
Setelah mandi, Yotsuha dan Ayame duduk berhadapan di atas bantal yang diletakkan di lantai tatami dan makan malam. Nampan makanan diletakkan di depan kedua bersaudari itu, yang sedang bersenang-senang saling bercerita tentang kejadian yang terjadi selama mereka berpisah. Setelah makan malam, Ayame tidak kembali ke kamar tidurnya sendiri, malah memilih untuk tidur di kamar kakak perempuannya. Yotsuha dengan senang hati menyetujuinya dan memerintahkan pelayannya untuk meletakkan dua futon di kamarnya. Setelah berganti pakaian tidur, kedua bersaudari itu terus mengobrol hingga akhirnya tiba saatnya untuk tidur.
"Dalam latihan pedang, semua orang selalu mengatakan betapa berbakatnya aku."
Kata Ayame kepada kakaknya.
"Aku ingin terus bekerja keras agar suatu hari nanti aku bisa menjadi pengguna pedang sejati yang bisa melindungimu."
"Terima kasih. Aku tahu kamu akan menjadi pengguna pedang yang hebat suatu hari nanti." Kata Yotsuha sambil membelai kepala adiknya dengan lembut.
"Itu pasti!"
Ayame setuju sambil berseri-seri.
"Aku akan menjadi pengguna pedang demi diriku sendiri, demi dirimu, dan demi rakyatku!"
Sebagian besar orang di Kepulauan Onifolk yang berlatih seni bela diri yang unik di pulau-pulau tersebut termotivasi untuk melakukannya karena rasa tanggung jawab untuk melindungi Putri Suci dari dewa ogre jahat jika suatu saat ogre itu bangkit kembali. Tugas mereka adalah mengalahkan dewa jahat itu jika hari itu tiba, meskipun adil untuk mengatakan bahwa tidak ada yang benar-benar percaya bahwa dewa ogre itu benar-benar ada. Bagi mereka, dewa ogre itu hanyalah antagonis yang ditunjuk dalam mitos penciptaan negara mereka itu. Namun, Ayame masih cukup polos untuk mempercayai mitos penciptaan itu, dan karena dia memang suka melakukan aktivitas fisik, dan hal itu menjadi alasan yang tepat untuk berlatih seni bela diri demi kakak perempuannya.
Saat malam semakin larut, kelelahan Ayame dari semua latihan itu akhirnya menang dan dia mulai tertidur, mendorong Yotsuha untuk menggendong adik perempuannya ke futonnya. Dipeluk oleh kakak perempuannya, Ayame mengusap matanya yang mengantuk dan mengajukan permintaan terakhir yang seperti anak kecil.
"Aku ingin tidur denganmu malam ini."
"Terkadang kamu bisa sangat bergantung."
Kata Yotsuha sambil tersenyum.
"Tapi, itu tidak apa-apa. Aku akan senang melakukannya."
"Terima kasih, Aneue-sama...."
Kata Ayame sambil tertidur. Yotsuha membaringkan adik perempuannya di salah satu futon, lalu bergabung dengannya di bawah selimut. Ayame secara naluriah memeluk gadis yang lebih tua itu.
"Aneue-sama....."
Kata Ayame dalam tidurnya.
Yotsuha membelai kepala Ayame, dan panas tubuh yang lembut yang terpancar dari adik perempuannya itu membuat kelopak matanya ikut terkulai. Namun, tidak peduli berapa lama dirinya memejamkan mata, tidurnya tetap saja sulit. Meskipun perjalanan darat dan pelayaran menyeberangi laut telah menguras tenaganya, ada sesuatu yang membuatnya terlalu sulit untuk tertidur.
Beberapa jam kemudian, sementara seluruh istana dan ibukota masih terlelap, pintu kasa yang menuju kamar tidur Yotsuha terbuka tanpa suara. Sang putri segera menyadari bahwa dia ditemani dan duduk di futonnya. Meskipun tidak dapat melihat sosok yang memenuhi pintu dalam kegelapan, dia tahu siapa yang dia ajak bicara.
"Oboro, aku sudah menunggumu." Kata Yotsuha.
"Apa semuanya sudah siap?"
"Ya, tuan putriku." Jawab Oboro.
"Kami menyelesaikan semuanya seperti yang kamu minta."
Yotsuha mengepalkan kedua tangannya dan menekannya ke dadanya, nyaris tidak dapat menahan kegembiraannya mendengar berita ini, namun dia tahu bahwa jika dia menjerit dengan kegembiraan yang tak terkendali yang dia rasakan, itu tidak hanya akan membangunkan Ayame, namun juga akan membuat pelayannya dan para pengawal waspada. Jadi sebagai gantinya, dia membiarkan dirinya meneteskan beberapa air mata kebahagiaan, yang segera dia hapus.
"Terima kasih banyak, Oboro."
Kata Yotsuha, kepalanya tertunduk karena rasa terima kasih.
"Berkatmu juga, kita dapat menghubungi Penyihir Agung Menara."
"Sama sekali tidak. Ini adalah hal yang paling sedikit yang dapat kulakukan untukmu."
Kata Oboro, membalasnya.
Meskipun rendah hati, Yotsuha tetap menganggap Oboro sebagai penyelamat pribadinya saat dirinya diam-diam menyelinap keluar dari futon.
"Aku akan bersiap-siap untuk pergi. Oboro, tolong bawa Ayame, tapi pastikan untuk tidak membangunkannya."
"Sesuai keinginanmu, tuan putriku." Jawab Oboro.
Berdiri tanpa alas kaki di lantai tatami, Yotsuha mengangguk tanda setuju.
"Kita akan meninggalkan istana ini dan meraih masa depan yang lebih cerah yang telah ditempa oleh Penyihir Agung untuk kita."
Dan dengan kata-kata perpisahan yang sangat menggembirakan ini, Sang Putri Suci, Yotsuha, dan adik perempuannya, Ayame, menyelinap keluar dari rumah mereka dan pergi ke dalam kegelapan malam.
✰✰✰
Sehari setelah party-ku menyelesaikan misi untuk mengawal Sang Putri Suci, Yotsuha, kembali ke kampung halamannya, kami memutuskan untuk melakukan tur ke ibukota Kepulauan Onifolk untuk merasakan tempat itu sebagai persiapan untuk menetas rencana balas dendam terhadap Oboro. Tentu saja, kami bisa saja langsung meninggalkan negara itu dan langsung menuju Kerajaan Dwarf untuk menguangkan voucher kami di guild di sana sebagai ganti kenaikan peringkat ke A-Rank, namun kami merasa harus memanfaatkan kesempatan langka ini untuk menjelajahi negara yang biasanya begitu terisolasi. Tujuan pertama dalam rencana perjalanan kami saat meninggalkan penginapan adalah untuk melihat kastil yang menjadi rumah bagi Sang Putri Suci.
"Aku sangat menyukai hidangan yang mereka sajikan untuk makan malam dan sarapan di sini." Kataku saat kami menuju kastil.
"Yang menjadi favoritku secara pribadi adalah ikan kering. Aku bertanya-tanya apa ikan-ikan itu baru ditangkap di sekitar sini."
"Begitulah yang kukatakan, tuanku." Kata Gold.
"Para koki di penginapan itu secara umum cukup terampil, tapi mereka benar-benar tahu cara terbaik untuk memasak ikan kering itu. Hal itu menunjukkan bahwa dikelilingi oleh air mengajarkanmu cara memanfaatkan makanan laut sebaik-baiknya."
"Hidangan itu lumayan untuk makanan dunia permukaan." Kata Nemumu.
"Tapi aku berharap mereka berhenti memaksaku memberiku porsi besar nasi dan lauknya karena aku terlihat 'Terlalu Kurus' bagi mereka."
Nemumu menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan serangan gangguan pencernaan yang tiba-tiba. Meskipun diberi lebih banyak makanan daripada yang biasa dimakannya, Nemumu tetap menghabiskan semua porsinya yang sangat besar, karena menurutnya membuang-buang makanan adalah hal yang tidak sopan.
"Penampilan yang sangat buruk, Nemumu, kau tidak bisa menahan porsi besar itu, benar?" Goda Gold.
Nemumu hendak membalas Gold, namun refluks gastrointestinal yang lebih parah memaksanya untuk menutup mulutnya lagi, menyebabkan sang ksatria emas itu melepaskan tawa perutnya yang khas. Gold telah diberi porsi makanan yang sama besarnya dengan Nemumu, namun dia tidak hanya menghabiskan apa yang ada di depannya dengan mudah, dia bahkan meminta porsi kedua. Sedangkan aku, aku dapat menghindari makan berlebihan, karena penginapan hanya memberiku makanan penutup gratis karena kasihan dengan luka bakar yang seharusnya ada di wajahku (yang merupakan cerita kedok yang kugunakan untuk mengenakan SSR Fool’s Mask-ku).
{ TLN : Refluks Gastrointestinal artinya itu kondisi di mana isi lambung bocor ke kerongkongan, intinya kekenyangan. }
"D-Dark-sama, ke mana kita harus pergi setelah melihat kastil?"
Tanya Nemumu. Aku melihat dia mulai menutup mulutnya dengan tangannya karena mual.
"Aku berpikir kita bisa berjalan-jalan di sekitar kastil, lalu berjalan menyusuri jalan utama untuk melihat pemandangan di sana." Kataku.
"Dan juga, jika kamu tidak merasa terlalu baik, aku bisa memberimu obat."
"Te-Terima kasih." Kata Nemumu.
"Aku dengan senang hati akan menerimanya."
Aku tahu sedikit masalah perut tidak akan menghalangi perjalanan kami di ibukota, namun apa gunanya menyimpan obat itu jika tidak akan pernah menggunakannya?
Aku mengeluarkan kartu bubuk perut dan menyerahkan bubuk yang aku panggil itu kepada Nemumu. Dia mengambil cangkir dari Item Box-nya dan memanifestasikan air menggunakan mantra sehingga dia bisa mencampur bubuk itu ke dalamnya dan meminumnya. Karena kami telah melakukan ini semua di tempat terbuka, lebih dari beberapa Onifolk yang lewat berhenti di jalur mereka untuk menyaksikan tontonan ini. Namun, aku tidak menyalahkan mereka, karena Nemumu lebih cantik daripada perempuan lain yang pernah mereka lihat di dunia permukaan ini.
"Hmm?"
Gold memperhatikan bahwa ada dua Onifolk yang mendekati kami, yang jelas bukan bagian dari penonton. Para Onifolk ini mengenakan pakaian yang sama dengan para prajurit yang telah menerima Yotsuha dan mengawalnya ke istana. Mereka mungkin adalah petugas patroli yang ditugaskan untuk menjaga perdamaian di jalan-jalan ibukota. Para prajurit Onifolk itu semakin dekat, dan setelah bertukar beberapa kata di antara mereka sendiri, tatapan mereka tiba-tiba menjadi tajam. Mereka akhirnya menyapa kami tepat saat Nemumu selesai minum obatnya dan meletakkan cangkir itu kembali ke dalam Item Box-nya.
"Apa kalian party petualang yang dikenal sebagai Black Fools itu?"
Salah satu prajurit itu bertanya.
"Ya, itu benar."
Kataku, bertanya-tanya tentang apa maksudnya. Para prajurit itu saling memandang dan mengangguk sebelum meletakkan tangan mereka di pedang pulau Onifolk yang mereka berdua simpan di pinggul mereka.
"Kalian dicari untuk diinterogasi."
Prajurit itu memberitahu kami.
"Kami meminta kalian dengan tenang datang ke kantor hakim bersama kami."
"Untuk diinterogasi?" Ulangku.
"Benar."
Kata prajurit itu.
"Kita akan membahas masalah ini lebih lanjut saat kita sampai di kantor hakim."
Meskipun mereka mungkin telah "Meminta" kami untuk ikut dengan mereka untuk diinterogasi, jelas sekali bahwa mereka tidak akan menerima jawaban tidak. Nemumu, Gold, dan aku saling memandang saat kami bertiga mencoba memikirkan alasan mengapa polisi ingin menginterogasi kami, namun kami semua tidak mendapatkan jawaban. Tentu saja, kami selalu punya pilihan untuk menolak bekerja sama—dengan kekerasan jika perlu—namun sejujurnya, aku penasaran apa yang menyebabkan kejadian ini, jadi aku setuju untuk patuh sepenuhnya.
"Baiklah, kami akan ikut." Kataku.
"Tapi kami tidak tahu di mana kantor hakim itu berada. Bisakah kalian berdua berbaik hati untuk menunjukkan jalannya?"
"Kerja sama kalian sangat dihargai."
Kata prajurit Onifolk itu.
Kedua petugas patroli itu membungkuk dengan singkat dan mengambil posisi di depan dan di belakang kami sebelum memimpin jalan menuju kantor hakim. Namun, mereka tidak perlu khawatir, karena kami tidak akan melarikan diri atau melawan. Untuk saat ini, kami semua patuh mengikuti perintah mereka hingga tuntas.