Chapter 11 : The Doppelgänger Mirror
Tubuh ogre tanpa kepala itu jatuh ke rawa seperti pohon redwood raksasa yang tumbang, dan menyebabkan air berbau busuk memercik ke mana-mana. Air rawa itu menghujani Oboro dan para rekannya, yang berdiri diam dan menatap dengan takjub pemandangan di depan mereka selama beberapa saat tanpa repot-repot membersihkan diri. Suasana di kawah begitu sunyi, kalian bisa mendengar suara jarum jatuh, dan keheningan itu baru pecah ketika Mitsuhiko jatuh terlentang dan akhirnya menerima kenyataan dari apa yang baru saja disaksikannya.
"O-Ogre kita!"
Teriak Mitsuhiko dengan panik.
"Dewa ogre legendaris kita yang memiliki kekuatan penghancur telah mati oleh seorang bocah ras rendahan?"
Salah satu prajurit Onifolk berteriak ketakutan dan melarikan diri, diikuti oleh rekan-rekannya hingga hanya Mitsuhiko dan Oboro yang tersisa.
"H-Hei, tunggu aku!"
Teriak Mitsuhiko setelah mereka sambil dengan panik bangkit berdiri.
"Jangan tinggalkan aku, dasar bodoh!"
"Dorn Fesseln!"
Ellie segera melepaskan mantra kelas strategis untuk menjebak Mitsuhiko dan pasukannya dalam jalinan tanaman merambat baja, dan ikatannya begitu kuat, bahkan seorang petarung Level 9999 tidak akan bisa melepaskan diri dari tanaman itu.
Biasanya, dibutuhkan sekelompok penyihir level atas yang semuanya merapalkan mantra secara serempak untuk merapal mantra kelas strategis, namun Ellie mampu langsung mengeluarkan beberapa perangkap Dorn Fesseln sekaligus untuk memastikan tidak ada yang lolos. Bukan tanpa alasan Ellie disebuat sebagai Forbidden Witch. Mei, Ellie, dan Yotsuha turun dari naga mereka, dan Ellie berjalan ke arah para tahanan, SSR Faceveil Hood-nya sudah diturunkan untuk memperlihatkan wajahnya saat ini.
"Sejujurnya. Apa kalian tahu berapa banyak pertanyaan yang perlu kutanyakan kepada kalian, tuan-tuan?" Gerutu Ellie.
"Kalian juga harus menjawab atas nyawa yang tak terhitung jumlahnya yang telah kalian korbankan untuk ogre keji itu. Tapi, kalian di sini, mencoba melarikan diri dariku? Aku cukup yakin kalian tidak akan bisa melarikan diri dari Dorn Fesseln, tapi kurasa aku harus mematahkan kaki kalian untuk memastikannya."
"T-Tidak! Tidak, jangan—graaaah!"
Sebelum Mitsuhiko sempat menyelesaikan kalimatnya, Ellie telah memanipulasi tanaman merambat Dorn Fesseln untuk mematahkan tulang kakinya menjadi dua seperti cabang pohon yang kurus.
Ellie memperlakukan para prajurit Onifolk yang lain dengan cara yang sama, menyebabkan semua tahanan menangis itu dan merintih kesakitan seperti balita. Aku meringis karena harus mendengar semua suara yang mengganggu ini dan mengangkat tangan ke arah Ellie yang langsung mengerti dan mengucapkan mantra Silent dengan lambaian tangannya sehingga para Onifolk yang meratap itu akan berada dalam gelembung penahanan suara.
Bagus. Sekarang aku akan bisa berbicara dengan Oboro tanpa diganggu oleh suara-suara berisik dari mereka.
Pikirku. Aku mengangguk tanda setuju pada Ellie sebelum berbalik menghadap musuh bebuyutanku sekali lagi, hanya untuk berhenti sejenak karena kupikir Oboro akan sama terguncangnya dengan para Onifolk lainnya setelah melihatku mengalahkan ogre mereka yang kuat, namun daripada tampak sengsara, dia tampak bahagia—bahkan bersemangat—saat menatap ke atas ke arah tampilanku yang melayang.
Aku baru saja menghancurkan senjata rahasia mereka. Jadi mengapa dia terlihat senang seperti itu?
Aku bertanya-tanya tentang itu.
Apa aku telah membuatnya sangat kehilangan semangat hingga membuatnya hampir gila? Tidak, sorot matanya memberitahuku bahwa dia masih waras di sana....
Aku mengira Oboro akan memohon belas kasihanku atau meratapi nasibnya dengan cara yang sama seperti mantan anggota party Concord of the Tribes lainnya yang telah kutangkap sebelum titik ini, namun di sinilah dia, tampak sangat senang. Tepat saat aku bertanya-tanya apa sebenarnya yang harus kulakukan, Oboro akhirnya memecah kesunyian.
"Aku menemukannya...." Kata Oboro.
"Akhirnya, aku menemukannya!"
Matanya berbinar seolah-olah dia baru saja bertemu dengan seseorang yang sudah lama dia idolakan.
"Light! Kaulah orang dengan kekuatan absolut yang selama ini kucari!"
Oboro menatapku dengan penuh nafsu, seolah-olah aku adalah kekasihnya yang telah lama hilang, dan raut wajahnya benar-benar membuatku jijik, secara naluriah aku mundur sedikit untuk menjaga jarak di antara kami. Bahkan Mei, Ellie, dan Yotsuha tampak jijik dengan sikap Oboro terhadapku, namun Onifolk itu tidak memperhatikan reaksi kami saat dia mengeluarkan cermin dari saku depannya.
"Aku akan meniru kekuatanmu menggunakan ini, Light!"
Oboro berteriak padaku saat dia mendorong cermin itu ke arahku. Tiba-tiba, cermin itu bersinar sangat terang, aku tidak bisa melihat apapun.
Apa dia mencoba membutakanku agar dia bisa melarikan diri?
Namun, meski Oboro tidak diragukan lagi bertingkah agak gila, aku tidak berpikir dia cukup gila untuk menggunakan jenis pengalih perhatian ini untuk menyerang seseorang yang baru saja mengalahkan raksasa ogre super itu, jadi aku berasumsi dia hanya mencoba melarikan diri. Namun, ketika pertunjukan cahaya itu akhirnya mereda, firasatku terbukti sangat, sangat salah.
"Hah?"
Teriakku dengan bingung.
"Kenapa sekarang kau mirip aku?!"
Oboro tertawa dengan gila.
"Kekuatan itu milikku! Semuanya milikku! Aku punya kekuatan pamungkas yang bisa mencabik-cabik dewa ogre itu seperti kertas bekas!"
Berdiri di hadapanku adalah sosok yang kuyakini adalah saudara kembarku yang jahat jika saja tanduk Oboro tidak tumbuh di kepalanya dan pakaian Onifolk itu tergantung longgar di tubuhnya. Dalam hal lain, orang ini sangat mirip denganku, mulai dari tinggi badan, fitur wajah, bahkan rambut dan mataku yang gelap.
"K-Kau itu Light-sama?!"
Mei tergagap sebelum segera menenangkan diri dan kembali ke sikapnya yang biasa.
"Tidak, bukan. Kau memang sangat mirip dengannya, tapi...."
"Apa itu ilusi?" Ellie merenung.
"Tidak, itu tidak mungkin. Dia terlihat terlalu nyata untuk sekadar menjadi penglihatan."
"Bagaimana dia bisa membuat dirinya terlihat seperti takdir hidupku?"
Yotsuha berkata, matanya juga melebar melihat kejadian yang tiba-tiba ini.
"Tubuh yang luar biasa ini!"
Teriak Oboro, tampak sangat puas menanggapi ekspresi keterkejutan kami.
"Aku bisa tahu betapa kuatnya aku hanya dengan berdiri di sini dengan kedua kaki ini! Tidak heran kau tidak menunjukkan rasa takut saat melawan dewa yang hidup itu!"
"Apa itu benar-benar kau, Oboro?" Kataku.
"Apa yang telah kau lakukan pada dirimu sendiri?"
Oboro berhasil berhenti melenturkan ototnya cukup lama untuk menjawab pertanyaanku.
"Ya, ini memang aku, Oboro. Sekarang aku terlihat sepertimu karena aku menyalin kekuatanmu dan mengisi diriku dengan kekuatan itu menggunakan Doppelgänger Mirror."
"Doppelgänger Mirror?"
Ulangku, namun Oboro hanya menyeringai dan menyingkirkan pakaian luarnya yang longgar dan pedang yang lebih pendek dari keduanya.
"Sebelum aku bergabung dengan party Concord of the Tribes, aku adalah anggota party yang dikenal sebagai Golden Treasure Chest." Jelas Oboro.
"Dan suatu hari kami menemukan Doppelgänger Mirror itu saat menjelajahi dungeon."
Sekarang tanpa baju, Oboro mengencangkan ikat pinggang yang menahan celananya sebelum melanjutkan.
"Cermin itu adalah barang sekali pakai, tapi memiliki kemampuan untuk mengubah pemakainya menjadi replika persis dari makhluk yang ditujunya. Aku hampir putus asa untuk mencapai tujuanku seumur hidup untuk memperoleh kekuatan absolut, tapi ketika kami menemukan cermin itu, aku tahu cermin itu akan terbukti berguna dalam mewujudkan impianku. Jadi untuk mendapatkannya, aku membunuh semua orang di Golden Treasure Chest dan menyamarkan kematian mereka sebagai serangan monster."
Aku merasa mual mendengar kedalaman pengecut yang telah dilakukan Oboro untuk mencuri benda sihir itu. Namun untuk melihat apa cerita Oboro itu benar, aku diam-diam mengaktifkan kartu Appraisal, dan statistiknya memang terbaca : "Manusia (Palsu), Laki-laki, Lighr (Palsu)". Namun, pembacaan level kekuatannya diacak.
Hmm, level kekuatannya tidak ditampilkan, dan ini menunjukkan nama dan rasnya sama-sama palsu.
Renungku dalam hatiku.
Terlebih lagi, tidak ada apa pun di sini tentang dia yang memiliki Unlimited Gacha, yang menunjukkan bahwa meskipun Doppelgänger Mirror itu mungkin mampu menyalin level kekuatan seseorang, benda itu tidak dapat meniru sebuah Gift.
Sama sekali tidak menyadari apa yang sedang kulakukan, Oboro terus berbicara dengan sombong.
"Sejak saat itu, aku mencari ke mana-mana di seluruh negeri untuk mencari petarung terkuat yang layak ditiru oleh Doppelgänger Mirror-ku. Tapi kemudian, negara asalku memerintahkanku untuk bergabung dalam upaya mencari seorang Master, dan aku hampir melompat kegirangan ketika mendengar tentang kekuatan tak terhitung yang dimiliki para Master itu."
Tiba-tiba, sikap Oboro berubah dan dia melontarkan bagian selanjutnya dengan marah.
"Tapi kegembiraanku tidak berlangsung lama karena kami bertemu denganmu. Kaulah yang merampas kesempatan sempurna untuk menemukan seorang Master! Apa kau tahu betapa kesal dan kecewanya aku atas kemalanganku itu? Kami tidak diizinkan menyiksamu sampai mati, karena kami perlu membuatnya tampak seperti kau terbunuh dalam serangan monster, tapi jika aku diberi pilihan, aku akan memotong-motongmu dari kepala sampai kaki, membuatmu tetap hidup cukup lama agar kau dapat menahan rasa sakit yang tak tertahankan sepenuhnya!"
Oboro kembali tenang, lalu melanjutkan apa yang telah dia katakan.
"Setelah meninggalkanmu dalam keadaan sekarat, party itu bubar dan itu adalah akhir dari pencarian resmiku untuk seorang Master. Tapi, aku kemudian mengetahui bahwa dewa ogre dalam dongeng itu benar-benar ada! Jadi, daripada mencari ke mana-mana untuk menemukan seorang Master yang sulit ditemukan, aku memusatkan usahaku untuk meningkatkan kekuatan ogre yang sudah ada dalam kepemilikan kami. Aku menjadi orang kaya sebagai hadiah karena telah menyingkirkanmu, dan aku menggunakan kekayaan baruku untuk membeli banyak budak ras rendahan untuk dikorbankan kepada ogre itu. Tapi, aku berhenti membeli budak ketika menjadi jelas bahwa aku dalam bahaya ketahuan oleh Klan Kamijo. Tapi, kau akan senang mengetahui bahwa kau berkontribusi untuk memperkuat ogre itu, Light, meskipun hanya secara tidak langsung."
"Oboro...."
Kataku dengan geram.
"Berapa banyak manusia yang kaukorbankan untuk ogre itu?"
"Aku tidak tahu, dan sejujurnya, aku tidak peduli." Jawab Oboro.
"Kau tidak bisa benar-benar mengharapkanku untuk mengingat berapa banyak manusia ras rendahan yang kubunuh."
"Kau itu memuakkan..."
Aku bisa merasakan kemarahanku hampir meledak karena sikap angkuh Oboro yang ditunjukkannya terhadap pembantaian besar-besaran manusia ini. Namun, Oboro tetap tidak tergerak. Dia mencabut bilah pedang pulau Onifolk dari sarungnya, sebelum melemparkan sarungnya ke tanah dan mengayunkan pedang itu beberapa kali untuk merasakan senjata itu di tubuh barunya.
"Berkat Doppelgänger Mirror ini, aku sekarang memiliki atribut fisik yang sama denganmu." Kata Oboro, mengumumkan.
"Apa itu berarti pertarungan kita akan seimbang? Kurasa tidak, karena teknik bela diri pulau Onifolk memberiku keuntungan yang sangat besar atasmu!"
Setelah selesai menguji pedangnya, Oboro menyeringai dan mengarahkan bilah pedangnya ke tempatku masih melayang di udara.
"Kau tidak punya bakat dan kemampuan untuk bertarung dengan pedang, jadi kau tidak punya harapan untuk menang melawanku. Tapi, sebagai hadiah untukmu karena memberiku kekuatan absolut ini, aku akan membuat kematianmu cepat dan tanpa rasa sakit!"
Oboro tiba-tiba melompat ke udara dengan pedangnya masih mengarah padaku, dan karena dia mungkin berada pada level kekuatanku sekarang, dia hanya butuh sepersekian detik untuk menutup jarak di antara kami. Aku langsung mengangkat pedangku dan bilah pedang kami beradu, menghasilkan percikan api.
Oboro mendecak lidahnya karena kesal.
"Jadi kau bisa menangkis seranganku, hah? Baiklah, kalau begitu, mari kita lihat apa kau bisa mengatasi yang ini!"
Oboro melepaskan serangkaian tebasan pedang cepat yang menghasilkan lebih banyak percikan api saat bilah pedang bertemu bilah pedang. Oboro tertawa saat aku berjuang untuk mengimbangi kombinasi cepatnya, tahu bahwa yang bisa kulakukan hanyalah bereaksi tepat waktu untuk menangkis setiap serangan.
"Lihat? Kau tidak punya keterampilan bertarung dengan pedang!" Teriak Oboro.
"Apa kau pikir kau bisa mengimbangi kecepatan ini?"
Aku tidak menjawab, yang dianggapnya sebagai pengakuan diam-diam bahwa dia lebih unggul dariku dalam hal teknik pedang, dan untuk menambah penghinaan atas itu, dia mulai tertawa dengan lebih keras lagi.
"Pertahananmu terlalu lemah!"
Oboro berteriak saat dia akhirnya menangkapku dan menghantamku dengan pedangnya sekuat tenaga. Aku hampir berhasil melindungi diriku sendiri dari serangan itu dengan pedangku sendiri, namun aku tidak dapat mencegah diriku terlempar ke bawah dan mengenai mayat ogre yang terguling.
Oboro juga mendarat di mayat ogre itu, lalu segera melancarkan jurus pamungkas.
"Oni Island Sword Art : Cloud Twister!"
Oboro berputar penuh untuk memberikan kekuatan rotasi ekstra pada pedangnya, tujuannya jelas untuk membelahku menjadi dua. Aku memilih untuk menghindari serangan itu daripada menghadapinya secara langsung, berguling ke samping tepat pada waktunya. Namun meskipun serangannya itu meleset dariku, tebasan pedang itu cukup kuat untuk mengiris seluruh tubuh ogre yang sudah mati itu, dan energi serangan itu bahkan merobek celah di tepi gunung yang berbatu. Namun meskipun menyebabkan semua kehancuran ini, Oboro tidak kehilangan irama, dengan cepat melancarkan jurus berikutnya.
"Oni Island Sword Art : Water Reaper!"
Teriak Oboro, berjongkok sangat rendah di atas mayat ogre itu sehingga dia berada di permukaan air yang sama tingginya, sebelum mengayunkan pedangnya dalam lengkungan datar di depannya dan membidik ke tempatku masih berlutut setelah melemparkan diriku keluar dari jalan serangan terakhir.
Dulu, aku ingat Oboro mengajariku bahwa Water Reaper adalah jurus yang dirancang untuk memotong kaki musuh di bagian pergelangan kaki, namun ini bukan saatnya untuk mengenang. Aku melompat ke udara untuk menghindari serangan tebasan pedang jarak jauh, namun Oboro hanya menyeringai, karena dia sudah menduga aku akan bereaksi seperti ini. Oboro mencengkeram pedangnya dengan kuat dengan kedua tangan dan menariknya kembali seperti seorang pemanah yang mengarahkan anak panah raksasa ke sasaran.
"Tusuk dia!" Teriak Oboro.
"Oni Island Sword Art : Reverse Meteor!"
Oboro menyelimuti pedangnya dengan mana lalu menusukkan bilahnya ke arahku dengan sekuat tenaga, melepaskan mana padaku seperti anak panah berkecepatan tinggi. Karena aku masih dalam tahap lompatan, biasanya aku tidak akan punya cara untuk berputar dan menghindar dari anak panah mana raksasa ini, yang berarti aku akan menjadi sasaran empuk dalam menghadapi serangan mematikan ini. Namun, untungnya, aku telah mengaktifkan kartu SR Flight selama pertarunganku dengan ogre itu, jadi aku menggunakannya untuk meluncur ke satu sisi dengan lembut dan mudah. Refleksku juga membuatku membungkukkan tubuhku untuk menghindar.
"Oh, aku hampir lupa. Kau bisa terbang, bukan?"
Kata Oboro, menatapku seperti anjing yang baru saja melakukan trik.
"Aku akan memujimu karena memiliki cara untuk menghindari serangan itu. Tapi, kau hanya menunda kematianmu yang tak terelakkan. Bahkan, aku sekarang sudah lebih terbiasa dengan tubuh baruku, berkat kau yang memaksaku untuk terus bergerak."
Oboro menyeringai lebar sambil terus mengoceh.
"Kemampuanku ini sungguh luar biasa! Inilah kekuatan absolut yang selama ini kuimpikan! Tak seorang pun akan mampu menandingi kekuatanku! Tak seorang pun! Akulah satu-satunya yang memiliki kekuatan absolut ini!"
Oboro tertawa panjang seperti orang mabuk karena kesombongannya sendiri.
Masih melayang di udara, aku menghela napasku.
"Kau benar-benar menyebut apa yang kau miliki itu sebagai 'Kekuatan absolut'? Kalau boleh jujur, kau lebih lemah dari yang kukira jika klaimmu tentang meniru kekuatanku itu benar. Aku mencoba melakukan Appraisal padamu, tapi statistikmu tidak menunjukkan level kekuatan, dan data mengatakan kau itu palsu. Tapi kau tampak hampir sama denganku, jadi aku terus menghindari seranganmu, hanya untuk berjaga-jaga. Tapi ternyata aku bodoh karena terlalu berhati-hati."
"Apaaa?"
Kata Oboro, seringai menghilang dari wajahnya, meskipun hanya sesaat. Dia segera menjadi cerah kembali dan tersenyum angkuh padaku, jelas-jelas bertindak berdasarkan asumsi yang salah.
"Kau hanya mencoba menipuku agar berpikir aku lebih lemah darimu untuk membuatku terguncang." Kata Oboro, mengejek.
"Jika memang begitu, aku kasihan padamu. Hal ini membuktikan rasmu akan selalu menjadi ras paling rendahan, bahkan ketika salah satu dari kalian berhasil mencapai level kekuatan yang tinggi."
"Itu bukan tipuan."
Kataku, meyakinkannya.
"Itulah faktanya."
Aku juga tidak bercanda. Saat bertarung dengan Oboro, aku mendapati dia sangat lemah. Jika level kekuatannya benar-benar 9999, Cloud Twister-nya akan membelah gunung ini menjadi dua, dan dampak serangannya akan terasa dari jarak bermil-mil. Namun, kerusakan yang ditimbulkan serangan Oboro itu jauh lebih kecil dari itu, dan aku cukup yakin dia tidak menahan diri. Hal itu hanya firasat, namun aku menduga level kekuatan Oboro sama dengan—atau mungkin sedikit lebih tinggi—daripada ogre itu, yang mungkin menempatkannya di Level 5500.
"Sayang sekali aku tidak bisa memakai Appraisal pada Doppelgänger Mirror milikmu itu, yang berarti aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti." Teriakku kepadanya.
"Tapi jika aku harus menebak apa yang terjadi, kurasa level kekuatanku terlalu tinggi untuk bisa ditiru sepenuhnya oleh cermin itu. Cerminmu mungkin memiliki batas maksimum pada seberapa banyak kekuatan yang bisa ditirunya. Aku telah menggunakan banyak kartu Unlimited Gacha dengan batasan seperti itu, jadi aku bisa menebak dengan tepat apa yang terjadi di sini."
Kartu gacha pertama yang terlintas di pikiran adalah UR Double Shadow. Meskipun kartu itu adalah kartu yang sangat langka yang mampu menduplikasi pengguna, Gift yang dipegang oleh klon berikutnya lebih lemah dibandingkan dengan Gift yang menjadi modelnya. Menurutku, cermin sihir itu memiliki mekanisme yang mirip dengan kartu itu.
"Bagaimanapun, kau bisa terus-menerus membicarakan tentang memiliki 'Kekuatan Absolut' itu, tapi aku tidak pernah sekalipun dalam hidupku menganggap diriku memiliki kekuatan semacam itu." Kataku.
"Dan bahkan jika kau memang memiliki kekuatan absolut, aku tidak takut pada orang sepertimu."
Aku tidak mencoba untuk membuat Oboro marah, namun aku tetap mengatakan kepadanya apa yang ada dalam pikiranku.
"Aku tidak akan pernah bisa mewujudkan balas dendamku padamu dan seluruh orang di party Concord of the Tribes jika aku menjadi kuat sendirian tanpa mendapatkan sekutu atau pengetahuan tambahan apapun di sepanjang jalan." Kataku.
"Aku juga tidak akan bisa menemukan kebenaran tentang dunia ini. Aku tidak akan pernah menemukan petunjuk tentang siapa yang menghancurkan desaku, dan aku tidak akan pernah menemukan Yume. Jika aku tidak memiliki Mei, Aoyuki, Ellie, dan Nazuna di sisiku, aku tidak akan pernah tahu tentang para Master, dan aku mungkin akan mati oleh mereka. Tapi karena aku memiliki sekutu dan semua pengetahuan yang telah mereka berikan kepadaku, aku tidak takut sedikit pun pada seseorang yang yang hanya sendirian, seperti dirimu."
"Light-sama...."
Mei angkat bicara sebelum Oboro bisa menjawab.
"Kamu membuatku sangat bahagia dengan kata-kata baikmu itu."
"Bertemu denganmu adalah hal terbaik yang pernah terjadi padaku juga, Light-sama yang agung!" Seru Ellie.
Yotsuha menatap Mei dan Ellie dengan kecemburuan yang tak tersamarkan, sementara Oboro melirik kesal ke arah kedua deputiku itu sebelum melontarkan tanggapannya sendiri.
"Siapa yang butuh sekutu yang tidak berharga?!" Teriak Oboro.
"Selama aku memiliki kekuatan absolut, semua yang disebut sekutu adalah kotoran yang tidak perlu! Kau hanya bisa melontarkan ocehan bodoh itu karena kau belum pernah menyaksikan kekuatan absolut yang sesungguhnya!"
"Kekuatan absolut yang sesungguhnya, katamu?"
Kataku, mengulang kalimatnya.
"Baiklah. Aku hanya perlu menunjukkan kepadamu bagaimana kekuatan tak terbatas yang diberikan kepadaku oleh sekutu-sekutuku menghancurkan 'Kekuatan Absolut' milikmu itu kapan saja!"
Aku menyimpan pedangku di dalam Item Box dan mengeluarkan kartu gacha.
"UR Ability Copy—release!"
Kartu itu menghasilkan kilatan cahaya, dan sepasang sarung tangan putih yang tampak familier muncul secara ajaib di tanganku. Aku segera mengarahkan semua jariku ke Oboro sebagai persiapan untuk melepaskan kekuatan baruku.
"Bagaimana menggoyangkan jarimu padaku akan—gaaah!"
Sebelum Oboro dapat menyelesaikan kalimatnya, sejumlah luka muncul di sekujur kulitnya, dan darah mulai menyembur ke mana-mana.
"Apa kamu menggunakan Magistring-ku, Light-sama?"
Mei bertanya dengan campuran keterkejutan dan kegembiraan. Aku mengonfirmasi firasatnya dengan menembakkan lebih banyak Magistring dengan tujuan untuk mengiris Oboro.
"Sekarang aku mengerti bagaimana kau melakukan tipu daya ini."
Gerutu Oboro itu sambil mengerang kesakitan.
"Yah, kau belum menang! Taktik itu tidak akan berhasil padaku!"
Bahkan jika Oboro tidak berada pada level maksimal, level kekuatannya tampaknya cukup tinggi baginya untuk dapat melihat Magistring yang sangat tipis, dan dia mulai mengiris jaring benang baja itu dengan pedangnya sebelum benang itu dapat mencapainya.
Kartu UR Ability Copy menduplikasi kekuatan siapapun yang divisualisasikan pengguna dan menganugerahkannya kepada pengguna, namun jika orang yang menggunakan kartu itu tidak mengetahui kemampuan orang yang ada dalam pikirannya secara mendalam, kartu itu tidak akan dapat menyalin kekuatan itu dengan sempurna. Kelemahan lain dari kartu itu adalah kartu itu hanya dapat menyalin kemampuan pada tujuh puluh persen dari potensi penuhnya. Ditambah lagi, baik pengguna itu dapat menggunakan kekuatan yang baru diperolehnya secara efektif adalah hal yang lain lagi.
Saat Oboro sibuk memotong Magistringku, aku dengan tenang mengeluarkan kartu UR Ability Copy lainnya dan mengaktifkannya. Sarung tangan putih Mei menghilang dari tanganku, dan sebagai gantinya, sebuah tudung bertelinga kucing muncul di kepalaku dan sebuah kerah berpaku yang diikat dengan rantai muncul di tanganku.
"Mrrow!"
Aku mengeong, meniru Aoyuki dan bahasa kucingnya dengan sempurna.
"L-Light-sama memakai tudung dengan telinga kucing!"
Seru Mei dengan sangat terkejut.
Ellie mengembuskan napasnya dengan keras.
"Kamu tampak sangat menawan!"
"Waah! Imut sekali!"
Yotsuha juga merasakan hal yang sama.
Kartu UR Ability Copy tidak hanya dapat menduplikasi kekuatan orang lain, namun juga memiliki kapasitas untuk membuat pengguna tampak seperti orang yang dimaksud, dan karena aku sangat mengasosiasikan tudung khas Aoyuki dengannya, akhirnya aku juga mengenakannya. Sementara ketiga penggemarku sibuk memuji penampilan baruku yang imut, Oboro bereaksi dengan marah.
"Dasar kutu!" Teriak Oboro.
"Kau tidak hanya mengejekku dengan memakai pakaian itu, kau juga berani berbicara kepadaku seperti kucing?"
"Mroww!"
Aku mengayunkan Beast Chain Aoyuki ke lokasi Oboro di atas mayat ogre yang terpotong-potong, namun Oboro menepisnya dan bergegas ke arahku, wajahnya merah karena marah.
"Jangan mengejekku, brengsek!" Teriak Oboro.
"Apa kau benar-benar berpikir serangan itu akan mengalahkanku dan kekuatanku yang absolutku ini?"
"Mrrrow."
Kataku, seringai nakal seperti kucing terpasang di wajahku, karena aku tahu Beast Chain itu bukan hanya benda tumpul yang mematikan : benda itu juga senjata sihir kelas phantasma yang sangat luar biasa. Bahkan saat dirinya berbicara, Oboro dikejar dengan kerah rantai itu tanpa perlu aku memanipulasinya.