Chapter 7 : Silica and Her Shop

 

Setelah selesai menyapu di depan tokonya, Silica menghela napas panjang.

"Yosh. Sekarang terlihat jauh lebih bersih." Katanya.

 

Silica mengambil tempat sampah berisi hasil sapuannya, membawanya ke bagian belakang toko, lalu membuang isinya ke tong sampah besar yang disediakan untuk tukang sampah. Kota di kaki Great Tower telah memberlakukan layanan pengumpulan sampah yang datang dua hari sekali untuk mengambil sampah. Silica kembali ke dalam toko untuk merapikan dirinya.

 

"Orang baru yang akan membantuku seharusnya mulai bekerja hari ini, jadi aku tidak boleh terlihat kotor saat dia datang." Kata Silica.

 

Pertama, Silica mencuci tangannya, lalu pergi ke kamar tidurnya untuk mengganti pakaiannya yang kotor dan mengenakan pakaian yang baru dicuci. Silica adalah satu-satunya putri pedagang keliling yang pernah merajai seluruh Kerajaan Manusia. Suatu hari, seekor monster membunuh kedua orang tuanya, dan karena harus berjuang sendiri sebagai yatim piatu yang tak berdaya, dia segera ditangkap dan dijual sebagai budak. Silica akhirnya dibeli oleh sekelompok Elf, yang telah menggunakannya sebagai tameng daging di depan dalam misi pengintaian Great Tower, yang secara misterius muncul entah dari mana di hutan liar dekat Ibukota Kerajaan Elf Queendom.

 

"Tugas" gadis muda itu adalah menjadi orang pertama dalam kelompok yang diserang monster, memberi waktu bagi para Elf untuk menyerang monster itu sekaligus atau melarikan diri sepenuhnya dari tempat kejadian. Namun, daripada hal ini terjadi, monster berekor ular raksasa telah menyelinap ke party petualang itu dari belakang dan melahap para Elf itu. Silica yakin monster itu akan melahapnya selanjutnya, namun anehnya, monster itu lari dan meninggalkan gadis itu sendirian di tengah hutan yang mematikan itu.

 

Hal berikutnya yang Silica tahu, sekelompok laki-laki manusia dengan rambut mohawk yang tampak aneh menyelamatkannya dan menyerahkannya kepada seorang pedagang manusia. Dan Silica mengira hanya itu, percaya bahwa dia akan tetap menjadi budak di bawah tanggung jawab pedagang itu selamanya. Dan mungkin dia akan tetap tinggal bersama pedagang itu jika seorang perempuan manusia yang menyebut dirinya Penyihir Jahat Menara tidak membuat Kerajaan Elf bertekuk lutut dan melarang perbudakan manusia di seluruh wilayah. Merasa dirinya tiba-tiba terbebas, Silica segera dipindahkan ke pemukiman baru yang sedang dibangun di sekitar Great Tower.

 

Pada awalnya, menara dan pemukiman itu menempati lahan terbuka di hutan yang lebarnya hanya sekitar seratus meter, namun dengan membanjirnya budak yang dibebaskan dan manusia lain yang berdatangan ke pemukiman itu, pemukiman itu melebar dan segera menjadi kota yang membentang sejauh beberapa kilometer. Perumahan, ladang, sumur, dan toko dibangun untuk mengimbangi perkembangan yang pesat, dengan sebuah sekolah yang berfungsi ganda sebagai panti asuhan di jantung pemukiman itu. Penyihir menara itu telah mengamanatkan sekolah untuk semua anak kecil—dengan beberapa pengecualian—yang menandai dimulainya sistem pendidikan wajib dengan mata pelajaran yang mencakup membaca, menulis, berhitung, pendidikan jasmani, dan penyempurnaan budaya. Panti asuhan itu dikelola oleh mantan budak perempuan, sementara para pelayan peri mengisi peran pengajar di sekolah itu. Silica sendiri tentunya masih cukup muda untuk bersekolah di sana, dan fakta ini membuatnya menghela napas kecewa saat berganti pakaian.

 

"Aku masih tidak percaya mereka tidak mengizinkanku bersekolah hanya karena aku sudah tahu bisa membaca, menulis dan berhitung." Gerutu Silica.

 

"Dan mengetahui tata krama yang baik juga menjadi poin yang membuatku tidak bisa bersekolah di sana juga."

Karena orang tua Silica adalah pedagang, mereka telah mengajarinya dasar-dasar pendidikan yang dirancang untuk diajarkan di sekolah panti asuhan. Orang-orang di Great Tower tidak melihat perlunya Silica bersekolah, dan faktanya, bahkan saat itu, mereka sudah berpikir untuk memberinya peran lain : yaitu, mengelola toko.

 

"Siapa yang mengira aku akan menjalani impian orang tuaku untuk mengelola sebuah toko?" Silica menghela napasnya dalam hati.

 

"Kita benar-benar tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidup."

Gadis muda itu selesai menarik gaunnya yang sederhana saat dia mengungkapkan sentimen lesu ini yang lebih cocok untuk keluar dari mulut seseorang yang puluhan tahun lebih tua. Memiliki toko adalah impian klasik para pedagang manusia, karena pekerjaan sebagai pedagang keliling biasanya memerlukan bekerja di alam terbuka, yang membuat mereka terpapar pada sejumlah besar bahaya, jadi prospek untuk menetap dan menjalani kehidupan yang tenang sebagai pemilik toko sangat menguntungkan. Namun, memiliki toko membutuhkan modal untuk membeli sebidang tanah dan membangun gedung, dan uang sebanyak itu biasanya berada di luar jangkauan kebanyakan manusia. Untuk mengumpulkan dana yang diperlukan, kalian harus menabung uang sebagai keluarga selama beberapa generasi, menjadi kaya sebagai petualang, atau menjadi salah satu dari sedikit yang beruntung untuk mendapatkan dukungan dari pelindung yang kuat dan kaya. Jadi bagaimana Silica akhirnya mendapatkan Great Tower sebagai pendukungnya? Semuanya kembali ke Pembantaian Beastfolk yang telah dilakukan oleh Penyihir Jahat.

 

Akibat pembantaian ini—yang juga dikenal sebagai "Perang Pembebasan Manusia" oleh penduduk Kota Menara—populasi permukiman yang sebelumnya kecil itu membengkak hingga lebih dari sepuluh ribu. Dengan bantuan naga, para pelayan peri dapat dengan cepat memperluas permukiman untuk menampung gelombang pendatang baru ini, namun meskipun infrastruktur dasar telah dibangun, tidak ada cukup manusia di antara penduduk yang memenuhi syarat untuk menjalankan toko. Hal ini berarti bahwa meskipun usianya masih muda, Silica memiliki lebih banyak pengalaman dalam pemahaman perdagangan daripada penduduk lainnya, itulah sebabnya dia dipilih untuk menjalankan toko ini.

 

Menjalankan toko adalah pekerjaan yang terlalu berat untuk satu orang, jadi aku bertanya kepada para pelayan peri apakah aku dapat memiliki beberapa orang yang bisa membantuku lagi. Atau setidaknya satu orang tambahan. Ttapi hanya laki-laki yang menawarkan bantuan.

Pikir Silica dalam hatinya.

 

Silica secara refleks menggigil mengingat kenangan ini. Dia tidak benar-benar memendam androphobia, namun pengalamannya dengan laki-laki di masa mudanya tidaklah baik. Sebagai permulaan, para petualang Elf laki-laki yang telah membeli Silica sebagai budak telah sangat kasar kepadanya, ditambah lagi para Mohawk yang datang untuk menyelamatkannya telah membuatnya takut. Tentunya, para Mohawk itu ternyata adalah laki-laki sejati, seperti halnya pedagang laki-laki yang kemudian menerimanya, namun dengan mempertimbangkan semuanya, Silica telah memutuskan bahwa dia lebih suka bekerja dengan seorang perempuan daripada dengan laki-laki. Salah satu alasannya, setiap karyawan yang dipekerjakan Silica kemungkinan akan tinggal di lantai dua toko bersamanya, dan Silica sejujurnya tidak nyaman berbagi tempat tinggalnya dengan seorang laki-laki.

{ TLN : Androphobia adalah jenis fobia yang ditandai dengan rasa takut berlebih terhadap laki-laki. }

 

Pada saat yang sama, menjalankan toko sendirian sangat melelahkan secara fisik bagi seorang gadis muda seperti Silica, jadi dia meminta para pelayan peri untuk mengirim seorang gadis yang usianya hampir sama dengannya, atau mungkin bahkan seorang perempuan yang lebih tua untuk membantunya. Sayangnya, sebagian besar perempuan di kota itu adalah mantan budak atau petani, yang berarti tidak ada kandidat yang tersedia yang dapat membaca, menulis, melakukan perhitungan sederhana, atau bahkan melakukan etika bisnis yang diharapkan dari seorang pegawai toko. Semua calon lain yang bisa melakukan hal-hal ini telah dikirim ke tempat lain yang lebih membutuhkan keterampilan mereka. Karena itu, kekurangan tenaga kerja yang parah mulai membuat Silica putus asa.

 

Mungkin aku bisa menemukan seorang gadis yang tampaknya akan cepat belajar dan melatihnya sendiri. Aku akan memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan pada awalnya, tapi jika dia menjadi lebih baik dalam pekerjaan itu, segalanya akan menjadi lebih mudah bagiku.

Pikirnya pada saat ini.

 

Beruntungnya bagi Silica, surga memberinya tali penyelamat, dan para pelayan peri datang untuk memberitahu dia bahwa mereka telah menemukan seorang gadis remaja yang memiliki kualifikasi yang diinginkan. Sama seperti Silica, gadis ini adalah putri pedagang keliling yang menjadi yatim piatu ketika mereka terbunuh dalam serangan monster. Kandidat itu sudah berpendidikan tinggi, jadi dia tidak perlu menghadiri sekolah kota, dan seperti yang diharapkan, gadis ini juga mengatakan bahwa dia ingin bekerja di bidang perdagangan. Seolah-olah seseorang menyelamatkan Silica dari hutan gelap itu sekali lagi. Silica hampir menari-nari di langit-langit kamar tidurnya di lantai dua saat dia mendapat kabar itu.

 

"Sekarang aku tidak perlu melakukan semuanya sendiri!"

Silica menjerit kegirangan saat itu.

 

"Akhirnya aku akan mendapat bantuan untuk mengangkut barang dagangan, mengisi rak, membersihkan toko, menyiapkan semuanya untuk dibuka, berurusan dengan pelanggan, melakukan pembukuan, menulis laporan, dan menyusun pesanan untuk persediaan tambahan!"

 

Pada hari itu, Silica punya alasan yang bagus untuk memastikan bahwa semuanya—termasuk dirinya sendiri—bersih dan rapi : dia ingin memberi kesan pertama yang baik pada penyelamat yang akan mengurangi beban kerjanya. Tepat saat Silica selesai berganti pakaian, dia mendengar suara dari lantai bawah.

 

"Permisi?"

 

"Dia di sini!"

Silica berbisik pelan. Sebelum membuka pintu depan, dia menyempatkan diri untuk merapikan rambutnya dan memeriksa kembali pakaiannya untuk memastikan tidak ada yang kusut, sebelum menarik napas dalam-dalam beberapa kali untuk menenangkan diri. Setelah benar-benar yakin tidak ada yang aneh, dia membuka pintu dan berhadapan langsung dengan seorang gadis yang sama cantiknya dengan para peri.

 

"Halo."

Gadis itu berkata, senyum manis terukir di wajahnya.

 

"Namaku Miki, dan aku datang untuk bekerja di tokomu."

 

✰✰✰

 

"Terima kasih banyak sudah datang, Miki."

Kata Silica. Saat itu, kedua gadis itu sudah pindah ke ruang tamu di lantai dua.

 

"Oh, tidak, akulah yang sangat senang bisa bekerja di sini." Kata Miki.

 

"Aku tidak menyangka akan seberuntung ini, bisa tinggal dan bekerja dengan gadis semanis dirimu. Aku sangat khawatir tentang seperti apa hidupku di Great Tower, tapi sekarang aku merasa aku bisa melakukan apa saja bersamamu, Silica!"

Rambut pirang Miki disanggul dan diikat di belakang, dan dia mengenakan gaun yang rapi dan bersih, khas gadis yang berasal dari kota besar. Miki berkata bahwa dia tidak memiliki teman atau saudara yang bisa menjaganya setelah kematian orang tuanya, yang dibunuh oleh monster, jadi dia akhirnya dijual sebagai budak. Namun beberapa waktu kemudian, Miki ditemukan oleh seseorang dari Great Tower, yang membebaskannya atas nama dekrit "Otonomi Mutlak Manusia".

 

Atau setidaknya itulah cerita kedok Miki. Setelah menerima tugas pengintaian dari Goh, dia dan para Master lainnya telah mengidentifikasi sekelompok budak yang akan dibebaskan oleh Great Tower, dan Miki telah menyelinap di antara mereka. Begitu Miki sampai di Great Tower, dia melewati proses penyaringan yang dilakukan pada semua pendatang baru oleh para administrator. Mengetahui bahwa tidak mungkin orang biasa seperti Silica bisa melihat kedoknya, Miki meminum tehnya dan mengobrol menyenangkan dengan rekan kerja barunya yang lebih muda darinya.

 

"Karena kamu baru saja tiba di kota ini, kamu pasti lelah."

Kata Silica, bersimpati.

 

"Kamu harus istirahat dulu sampai siang, karena kita tutup hari ini. Aku bisa mengajakmu jalan-jalan keliling kota nanti."

 

"Oh, yay!"

Kata Miki dengan gembira.

 

"Aku belum pernah ke kota sepadat ini, jadi aku tidak sabar untuk melihat apa yang ada di sini!" Lanjutnya.

 

Seperti yang dikatakan oleh Miki, Kota Menara telah menjadi kotamadya yang ramai, dan saat ini, kota itu memiliki populasi yang tumbuh paling cepat di seluruh daratan. Para pelaya peri dan para naga hampir bisa membuka lahan baru yang cukup dan membangun infrastruktur yang memadai untuk melayani gelombang pendatang baru, namun saat ini tidak ada cukup orang untuk membangun rumah permanen, menciptakan lapangan kerja baru, atau bekerja di pertanian yang akan menanam makanan untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus bertambah.

 

Unlimited Gacha milik Light diam-diam memproduksi cukup banyak sumber daya untuk memenuhi kebutuhan semua penduduk, namun pengaturan saat ini bukanlah pengaturan yang akan menghasilkan kemandirian. Untuk mengatasi masalah ini, orang-orang secara aktif dipekerjakan untuk membangun rumah, mengurus pertanian, dan memproduksi makanan yang dibutuhkan. Para mantan pengrajin telah kembali menekuni pekerjaan mereka dan menjual barang dagangan mereka, dan berkat ini, kota ini menjadi yang tersibuk yang pernah ada. Namun, hal itu tidak berarti semuanya baik-baik saja di sini.

 

"Jangan khawatir. Aku akan menunjukkan semuanya padamu."

Kata Silica sambil tersenyum kepada karyawan barunya.

 

"Aku tahu banyak tempat menyenangkan yang bisa kita kunjungi, ditambah restoran yang menyajikan makanan terbaik. Tapi pertama-tama...."

Silica meminum tehnya, lalu wajahnya mengeras menjadi ekspresi serius.

 

"Sebelum kita pergi, aku perlu memberitahumu beberapa hal yang sama sekali tidak boleh kamu lakukan saat keluar dari pintu itu."

 

"Oke, Silica, kamu membuatku takut sekarang." Kata Miki.

 

Silica tertawa kecil. "Maaf jika kedengarannya menakutkan. Tapi aku berjanji akan menceritakan semuanya kepadamu demi kebaikanmu sendiri."

 

Silica meletakkan cangkir tehnya di atas meja kopi, berdeham pelan, lalu mulai membaca peraturan.

"Kurasa sudah jelas bahwa kamu tidak boleh melakukan kejahatan apapun di kota ini. Tapi satu hal lagi yang tidak boleh kamu lakukan adalah mengolok-olok Penyihir Agung Menara atau para pelayan peri."

 

"Apa yang terjadi jika mengolok-olok mereka?" Tanya Miki.

 

"Orang-orang akan menatap tajam ke arahmu, berteriak padamu, dan sengaja mengabaikanmu. Beberapa bahkan akan berhenti menjual barang dagangan mereka kepadamu." Kata Silica, memperingatkan.

 

"Pada dasarnya, kamu akan menjadi orang buangan total."

Dengan kata lain, kota ini seperti desa pedesaan yang mempraktikkan pengucilan sosial ekstrajudisial terhadap orang-orang yang melakukan pelanggaran, nyata atau imajiner. Namun, perlakuan ini hanyalah tamparan di pergelangan tangan dibandingkan dengan beberapa bentuk hukuman lain yang diketahui dijatuhkan di dalam batas kota.

 

"Dan juga, kurasa kamu pasti sudah melihat para pelayan peri itu sekarang dan menyadari betapa cantiknya mereka, kan?" Silica melanjutkan.

 

"Tapi tidak seorang pun diizinkan untuk menyerang atau menyentuh mereka dengan tidak pantas. Selain itu, lebih baik tidak berpikir untuk menyakiti atau membunuh para pelayan peri itu." Lanjut Silica.

 

"Oh? Apa yang akan terjadi jika mencobanya?"

Miki bertanya dengan polos.

 

"Hmm, ada seorang mantan budak laki-laki yang mencobanya sekali."

Kata Silica, memulainya. Budak laki-laki ini diselamatkan oleh Great Tower dari majikan Elf-nya yang kasar, dan ketika menara itu menempatkan beberapa manusia untuk bekerja membangun gedung, laki-laki ini mengincar pelayan peri yang datang untuk mendukung proyek pembangunan. Laki-laki ini menunggu hingga hari gelap dan tidak ada orang lain di sekitar, lalu mencoba menyerang pelayan peri itu.

 

"Ugh, dasar orang yang berbahaya." Geram Miki.

 

"Jadi, apa yang terjadi pada pelayan peri itu?"

 

"Tidak terjadi apa-apa padanya. Dia terlalu kuat untuk laki-laki itu."

Kata Silica dengan singkat.

 

"Tapi, tahukah kamu apa yang mereka lakukan pada laki-laki itu?"

Suaranya berubah menjadi bisikan pelan.

 

"Mereka benar-benar menghapus keberadaannya."

 

"Mereka menghapusnya?"

Miki menimpali, tampak sangat bingung dengan gagasan itu.

 

"Pelayan peri itu memberitahu kami dengan terus terang bahwa mereka tidak tahu siapapun yang mencoba menyerang mereka." Jelas Silica.

 

Dengan kata lain, siapapun yang mengkhianati kebaikan penyihir menara dengan mencoba menyakiti salah satu pelayan peri tidak akan mendapat tempat di dekat Great Tower. Semua orang di pemukiman sekitar Great Tower mengakui kemuliaan sang penyihir dan para pelayannya, dan mereka seperti penyerang yang gagal menghormati kebesaran mereka diusir dan dipaksa kembali ke dunia neraka tempat mereka pernah hidup sebagai budak. Tidak seorang pun di kota itu menyebut nama laki-laki itu lagi, bahkan anak-anak. Seolah-olah laki-laki iitu tidak pernah ada.

 

"Dan sebelum aku lupa, kamu tidak boleh mengatakan sepatah kata pun tentang mantan budak itu saat kamu keluar dan berkeliling kota."

Kata Silica, memperingatkan.

 

"Selalu ingat bahwa tidak ada seorang pun di tempat ini yang tidak memuliakan dan menghormati Penyihir Agung Menara dan para pelayan peri."

 

Terlihat agak terguncang oleh cerita Silica, Miki hanya mengangguk dalam diam. Mengetahui bahwa dia telah berhasil memberitahunya, Silica tersenyum pada Miki dan meminum tehnya lagi.

 

"Kita akan makan siang lebih awal." Silica memutuskan.

 

"Setelah itu, kamu bisa beristirahat sebentar sebelum aku mengajakmu berkeliling kota." Lanjut Silica.

 

"Um, tentu."

Kata Miki, masih gelisah.

 

"Terima kasih, Silica."

Beberapa jam kemudian, kedua gadis itu berjalan-jalan santai di jalan-jalan kota yang baru dibangun.

 

"Jika kamu ingin makan di luar, kamu harus datang ke sini."

Kata Silica sambil menunjuk ke sebuah restoran.

 

"Kafetaria yang kita lewati sebagian besar penuh dengan orang-orang yang bekerja di luar sepanjang hari, jadi mereka menyajikan porsi besar yang terlalu banyak untukku. Aku hanya bisa menghabiskan setengah dari makanan yang mereka berikan sebelum aku mulai merasa kekenyangan. Tapi, di sini, porsinya pas, dan mereka tidak memberi bumbu yang berlebihan."

 

Meskipun Silica lebih muda dari Miki, Silica tampak lebih seperti yang lebih tua yang memberikan nasihat kepada seseorang yang lebih muda darinya dengan cara dirinya menyebutkan deskripsi terperinci dari semua toko, sumur, pasar, dan tempat makan, ditambah toko pakaian yang disukainya. Namun, hanya ada sedikit sekali bisnis semacam ini di kota tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk karena kurangnya manajer yang cakap, jadi Silica dengan cepat kehabisan tempat untuk menunjukkan kepada asisten barunya. Panti asuhan sekaligus sekolah itu, sebagian, dibangun dengan harapan untuk melatih generasi wirausahawan masa depan yang pada akhirnya akan membuka lebih banyak bisnis, dan ada juga pilihan kedua untuk merekrut lebih banyak pedagang dari tempat lain.

 

Meminta para pelayan peri untuk mengelola tempat-tempat ini sama sekali tidak mungkin, karena mereka dibutuhkan untuk tugas-tugas administratif, yang berarti mereka tidak punya waktu untuk menjalankan toko-toko juga. Sementara beberapa pelayan peri memang mengambil peran tambahan sebagai guru, pekerjaan tingkat rendah lainnya ditetapkan sebagai pekerjaan yang harus diisi oleh manusia sendiri. Ada juga satu bidang kehidupan sipil lain yang para pelayan peri pilih untuk tidak ikut campur. Silica berbelok di sudut jalan.

 

"Selanjutnya, kita punya—ah!" Kata Silica.

 

"Ada apa, Silica?"

Miki bertanya sebelum menyadari tontonan di depan mereka.

 

"Apa itu?"

Sekelompok orang yang dipimpin oleh seorang gadis cantik dengan mata bersudut dan rambut keemasan yang dipilin menjadi gulungan sedang menyampaikan permohonan vokal kepada para pejalan kaki.

 

"Bergabunglah dengan kepercayaan kami dan agungkan kemuliaan Penyihir Agung Menara!" Gadis itu berteriak dengan nada dramatis.

 

"Ucapkan terima kasih kepada para pelayan peri suci abadi dan kepada Saint Miya yang paling suci! Bergabunglah dengan keluarga kami di Gereja Towerisme!"

Gadis itu berdakwah dengan rasa tanggung jawab yang menggetarkan, sampai-sampai dia bahkan mengenakan pakaian yang menyerupai pendeta perempuan. Orang-orang dewasa dalam kelompok murid ini mengangkat plakat yang menyampaikan pesan yang sama dan ikut menyuarakan seruan gadis itu.

 

"Silica, siapa mereka sebenarnya?" Tanya Miki.

 

"Aku belum pernah mendengar tentang 'Towerisme' sebelumnya."

 

"Uh, ya, tentang itu...."

Kata Silica perlahan.

 

"Ayo kita pergi ke tempat lain supaya aku bisa menjelaskannya kepadamu."

Silica menggandeng tangan Miki dan menuntunnya dengan cepat melewati para penganut Towerisme. Meskipun banyak pejalan kaki yang mengabaikan para penganut itu, dan pemimpin muda mereka, Quornae, tidak pernah sekalipun berhenti menyerukan agar orang lain bergabung dengan kepercayaan mereka. Silica dan Miki akhirnya berhasil sampai ke batas kota, di mana mereka bebas berbincang terus terang tanpa perlu takut didengar oleh penduduk lain. Gadis yang lebih muda itu dengan cepat mengamati sekelilingnya untuk memastikan mereka benar-benar sendirian sebelum mulai menjelaskan apa yang baru saja mereka saksikan.

 

"Towerisme adalah agama baru yang baru saja dibuat beberapa waktu lalu."

Kata Silica. Dalam Towerisme, penyihir menara berperan sebagai dewa utama, para pelayan peri adalah malaikatnya, dan seorang gadis bernama Miya adalah seorang Saint, menurut Silica.

 

"Aku agak mengerti mengapa penyihir dan pelayan peri dianggap suci, tapi siapa gadis bernama Miya ini?" Tanya Miki.

 

"Dia adalah seorang penyihir yang banyak membantu para sandera manusia selama Perang Pembebasan." Jawab Silica.

 

"Dia menyelamatkan banyak nyawa selama perang itu, sama seperti Penyihir Agung dan para pelayan peri, jadi orang-orang sekarang memujanya sebagai Saint Miya."

 

Silica menghela napas dan mengangkat bahu.

"Banyak orang yang diselamatkan oleh Saint Miya sekarang menjadi penganut Towerisme, tapi orang-orang sepertiku yang datang ke menara sebelum perang tidak percaya pada semua hal itu. Aku mengerti mengapa orang-orang ingin memuja Penyihir Agung dan para pelayan peri, tapi aku pikir mengagungkan seorang penyihir biasa bersama mereka adalah langkah yang terlalu jauh."

 

Sebagai klarifikasi, Saint Miya telah ditempatkan di bagian paling bawah hierarki teologis ini, namun orang-orang seperti Silica masih bingung mengapa Miya ditetapkan sebagai seorang saint. Beberapa penduduk bahkan telah mendekati para pelayan peri untuk menuntut agar mereka menghentikan penistaan ​​ini. Namun para pelayan peri menolak permohonan ini, dengan menjawab bahwa mereka menyambut agama baru ini. Akibatnya, setiap kali umat beriman terlibat dalam kampanye perekrutan yang mengganggu di sudut-sudut jalan, para pelayan peri tidak ikut campur, meskipun mereka mengeluarkan peringatan jika proselitisme mencapai tingkat yang benar-benar mengganggu masyarakat.

{ TLN : Proselitisme itu tindakan mencoba untuk mengubah agama seseorang. }

 

"Apa itu berarti Penyihir Agung dan para pelayan peri menyetujui Towerisme itu?"

Miki bertanya-tanya tentang itu.

 

"Tidak ada yang benar-benar tahu." Silica mengakui.

 

"Mereka tampaknya menoleransi para penganut Towerisme, tapi di sisi lain, mereka tidak mengatakan apapun untuk mempromosikan agama tersebut. Itulah sebabnya sebagian dari kami tidak begitu yakin apa kami harus bergabung atau tidak."

Light diam-diam mendukung Towerisme karena dia merasa agama baru itu akan berkontribusi pada ketertiban umum dan memberikan prinsip-prinsip panduan yang akan membantu menyelesaikan konflik. Dan yang terpenting, Miya telah melakukan mukjizat-mukjizat kecil dengan cara yang sama seperti yang dilakukan seorang saint. Dan karena Light telah menerima Towerisme, para pengikutnya yang setia, Ellie dan para pelayan peri, telah mengikuti dan mengizinkan agama itu dipraktikkan, meskipun mereka juga tidak secara aktif mendukung Towerisme.

 

Saat keduanya berbincang-bincang, Miki melihat banyak aktivitas yang hanya bisa disaksikan dari batas kota.

"Wahh, aku tidak percaya apa yang aku lihat ini." Kata Miki.

 

"Itu benar-benar sesuatu, bukan?" Silica setuju.

 

"Pertama kali aku melihatnya, aku juga terkejut."

 

Tidak jauh dari gadis-gadis itu, para pelayan peri sedang mengarahkan sekelompok naga yang menebang pohon dan mencabut tunggul-tunggul. Para laki-laki di bawah arahan para pelayan peri lainnya sedang mengisi lubang-lubang tempat akar pohon dulu berada dengan tanah, atau memotong tunggul-tunggul yang tumbang. Siapapun dapat mengetahui hanya dengan melihat operasi tersebut bahwa mereka sedang membersihkan lebih banyak lahan untuk mengakomodasi perluasan kota. Meskipun ukurannya saat ini cukup besar untuk menampung populasi yang saat ini tinggal di dalamnya, pekerjaan ini diperlukan jika kota tersebut perlu menerima lebih banyak gelombang pendatang baru dalam waktu dekat. Silica yang membawa Miki ke sini juga bukan suatu kebetulan.

 

"Para naga mengusir monster hutan yang mungkin menyerang kita, tapi biasanya kamu tidak boleh datang ke sini, hanya sebagai keamanan." Kata Silica.

 

"Jika kamu tersesat dan berkeliaran sampai ke daerah perbatasan ini, kamu bisa mengatakan sesuatu kepada salah satu pelayan peri atau para naga di sini, dan mereka akan menemukan seseorang yang bisa menuntunmu pulang. Para naga itu mungkin terlihat menakutkan, tapi mereka sebenarnya makhluk lembut yang tidak akan menyerangmu. Mereka juga bisa mengerti bahasa kita, jadi kamu selalu bebas untuk berbicara dengan mereka."

 

"Uh, tentu. Aku akan melakukannya, Silica."

Kata Miki, sibuk mencatat dalam mental.

 

Jadi para pelayan peri itu berlevel 500, dan para naga itu berkisar dari Level 500 hingga lebih dari 1000. Jika si aneh yang suka menaikkan level (Daigo) itu melihat pemandangan ini, dia pasti akan meneteskan air liur dan menghunus kedua pedangnya. Omong-omong soal meneteskan air liur, para pelayan peri itu jauh, jauh lebih imut daripada yang pernah aku bayangkan! Ah, mereka benar-benar camilan yang dibuat khusus untuk Miki! Aku hanya ingin memasukkan tinjuku ke perut mereka sekarang! Aku ingin tahu seperti apa suara mereka saat menjerit kesakitan? Aku jadi basah hanya dengan memikirkannya.

 

Setiap pelayan peri dan para naga di area sekitar merasakan hawa dingin yang sama menjalar ke tulang belakang mereka, dan sebagai satu kesatuan, mereka semua menoleh untuk mencari tahu dari mana datangnya ancaman itu, namun yang mereka lihat hanyalah dua gadis yang tampak polos berpegangan tangan. Silica menatap balik ke arah penonton yang tak terduga itu dengan ekspresi bingung di wajahnya, namun Silica terus tersenyum riang dan membungkuk pada mereka semua. Miki mengikuti jejak Silica, senyum di wajahnya lebih seperti malaikat, seolah berkata "Tidak ada yang perlu dilihat di sini".

 

Para pelayan peri dan para naga itu masih bertanya-tanya dari mana firasat yang mengkhawatirkan ini berasal, dan mereka terus mengamati sekeliling mereka untuk mencari ancaman itu, namun setelah beberapa saat, mereka secara kolektif sampai pada asumsi bahwa itu hanyalah alarm palsu dan kembali bekerja. Tidak ada yang menduga sedetik pun bahwa Miki adalah sumber firasat buruk ini.

 

Setelah tur keliling Kota Menara ini hampir selesai, Silica membawa Miki kembali ke toko, sehingga kedua gadis itu bisa mulai memasak makan malam. Tidak semua orang di kota itu memiliki dapur yang layak untuk menyiapkan makanan, karena banyak yang masih tinggal di tempat penampungan sementara yang terbentuk dari kartu gacha N Prefab. Meski begitu, bagi banyak penduduk, tinggal di rumah N Prefab tidak diragukan lagi lebih baik daripada kehidupan yang mereka tinggalkan, dan makanan yang mereka terima disiapkan segar oleh Great Tower. Program distribusi makanan memprioritaskan penduduk yang tinggal di tempat penampungan tanpa dapur, namun makanan yang dibagikan memiliki nilai tambah, karena 1) lebih lezat daripada yang bisa dimasak manusia biasa, dan 2) dibuat oleh pelayan peri cantik. Sisa makanan yang terbatas dari makanan ini telah menjadi komoditas yang sangat diminati di antara penduduk, dan beberapa bahkan dijual dengan harga mahal di jalanan.

 

Kembali ke toko, Silica dan Miki mengobrol sambil menyantap makan malam yang mereka masak sendiri, dan saat hari mulai gelap, kedua gadis itu mandi dan tidur di kamar terpisah. Selain lampu biasa, ada benda-benda sihir yang dapat menerangi ruangan setelah matahari terbenam, namun kebanyakan orang tidak mau repot-repot membuang uang untuk benda-benda itu.

 

Beberapa jam setelah tidur, bau yang menyerupai madu manis yang menjijikkan memenuhi lubang hidung Silica, dan baunya cukup kuat untuk membuat sakit kepala. Silica mengerang pelan, dan pikirannya segera menjadi sangat kacau, dia tidak yakin apa dia sudah bangun atau masih bermimpi. Bahkan setelah mendengar suara yang dikenalnya melalui kabut, dia merasa tidak dapat berpikir jernih.

 

"Silica, sudah waktunya kau bangun dan duduk di dekatku." Panggil Miki.

 

"Oke...."

Silica melakukan apa yang diperintahkan dan pindah ke posisi duduk di tepi tempat tidurnya. Berdiri di depannya adalah Miki dan seekor lebah sepanjang satu meter yang bertengger di atas meja, menatapnya dengan mata robotik yang gelap. Silica berhak untuk lari sambil berteriak saat ini—terutama karena dia telah memastikan untuk mengunci pintu kamarnya sebelum tidur—namun karena Silica tidak memegang kendali saat ini, dia tetap berbaring kokoh di tempat tidurnya, diam-diam menunggu instruksi Miki berikutnya.

 

Queen Pheromone Bee yang berada di bawah kendali Miki adalah versi tingkat tinggi dari Pheromone Bee, sejenis monster yang dikenal memikat mangsanya dengan feromon sebelum membunuhnya. Aroma Queen Pheromone Bee bahkan lebih dari itu dengan memungkinkan makhluk itu memanipulasi targetnya agar menuruti perintahnya, namun feromon itu seharusnya tidak cukup kuat untuk bekerja dengan baik pada manusia. Pengecualian di sini adalah bahwa lebah ini adalah Queen Pheromone Bee milik Miki.

 

"Sepertinya dia berada di bawah pengaruhmu."

Miki mengamati, dan Queen Pheromone Bee berdengung sebagai tanggapan. Miki adalah Beemancer Level 6000, dan berkat Gift Beemancer-nya, dia mampu memanggil semua jenis lebah yang memiliki kemampuan khusus. Queen Pheromone Bee yang dipanggil Miki ini memiliki feromon yang lebih kuat yang dapat memengaruhi manusia, dan jika feromon tersebut dilepaskan di ruang tertutup, target level rendah yang tidak terlindungi tidak akan mampu menahan efeknya. Meskipun feromon tersebut tidak sepenuhnya manjur, ketika feromon tersebut bekerja, feromon tersebut dapat menempatkan seseorang ke dalam kondisi seperti bingung secara mental yang ideal untuk mengekstrak informasi dari feromon tersebut.

 

Miki tersenyum nakal pada tawanannya yang tidak curiga.

"Jadi, kau akan menjawab beberapa pertanyaan untukku. Jangan menyimpan rahasia dari Miki sekarang, kau mengerti itu?"

 

"Tidak, aku tidak akan menyimpan rahasia...."

Kata Silica, matanya benar-benar kosong.

 

“Kau tidak menyimpan rahasia apapun dariku ketika kau mengajakku berkeliling kota itu, kan?" Tanya Miki.

 

"Tidak, aku tidak menyimpan rahasia." Jawab Silica.

 

"Apa kau pernah bertemu dengan Penyihir Jahat di Menara?"

Adalah pertanyaan Miki berikutnya.

 

"Apa kau tahu siapa sebenarnya penyihir itu?"

 

"Aku belum pernah bertemu Penyihir Agung secara langsung...."

Kata Silica dengan nada kaku.

 

"Tapi aku pernah melihatnya berkeliling pemukiman bersama pangeran dan Putri dari Kerajaan Manusia. Penyihir Agung itu tampak seperti Penyihir Agung."

 

"Oh? Kurasa kau tidak tahu identitas aslinya."

Kata Miki, nadanya menyiratkan bahwa ini adalah sesuatu yang antiklimaks.

 

"Bisakah kau setidaknya memberitahuku apa dia itu seksi?"

 

"Ya."

Kata Silica, membenarkan.

 

"Aku tidak melihat wajahnya karena dia mengenakan tudung kepala sepanjang waktu, tapi aku bisa tahu dari suaranya, sosoknya, dan penampilannya bahwa Penyihir Agung adalah perempuan yang sangat cantik."

 

Perkataan Silica memicu nafsu buas Miki, seringai serigalanya melebar seperti dia baru saja mendapatkan jackpot.

"Dan apa kau pernah masuk ke dalam Great Tower? Jika kau pernah masuk ke dalam, bisakah kau memberitahuku ke mana kau pergi?"

 

"Aku hanya pernah ke lantai pertama." Kata Silica.

 

"Di dalam, sama putihnya dengan bagian luar, dan ada banyak pilar besar di sana. Dan langit-langitnya sangat tinggi, aku harus menjulurkan leherku untuk melihatnya. Aku belum pernah ke lantai lainnya."

 

"Apa kau tahu seseorang yang pernah ke lantai lainnya?"

Miki bertanya dengan nada berbisik.

 

"Apa kita tahu apa Penyihir Jahat itu tinggal di menara?"

 

"Kudengar pangeran dan tuan putri pernah ke lantai atas." Kata Silica.

 

"Itu artinya Penyihir Agung tinggal di menara."

 

"Benarkah?" Miki merenung.

 

"Kalau begitu, pertanyaanku berikutnya adalah...."

Miki butuh waktu lebih dari satu jam untuk menyelesaikan interogasinya, dan meskipun Silica terhipnotis, jelas Silica mulai kelelahan karena semua pembicaraan itu. Miki harus segera menyelesaikan interogasinya, atau Silica mungkin akan terbangun keesokan paginya dalam keadaan tidak segar.

 

"Oke, satu hal lagi." Kata Miki.

 

"Apa kau tahu tentang C yang mahakuasa? Apa kau pernah mendengar tentangnya?"

 

"Tidak, aku tidak tahu apapun tentang siapapun yang bernama C."

Kata Silica dengan singkat.

 

"Haah."

Miki merenungkan ini.

 

"Jika C ada di menara, dia pasti sangat pandai menyembunyikan dirinya. Atau, C bahkan tidak ada di menara sejak awal. Serius, terlalu sulit untuk mengatakannya."

 

Miki memerintahkan Silica untuk kembali ke bawah selimut, lalu menidurkannya lagi, namun sebelum meninggalkan kamar, Miki menyelinap ke tempat tidur di samping Silica untuk melihat lebih dekat wajah gadis yang sedang tertidur itu.

 

"Kau terlalu imut, Silica."

Kata Miki, dengan gembira.

 

"Aku ingin mengiris perutmu dan menghancurkan serta menyemburkan organ-organmu sehingga aku bisa mendengar betapa berharganya suaramu saat kau menjerit kesakitan." Miki mengeluarkan erangan panjang penuh kenikmatan.

 

"Kau harus menjadi bagian dari koleksi Miki sekarang! Tapi kemudian aku akan merusak semua pekerjaan yang telah kulakukan untuk menyusup ke kota ini. Astaga, mengapa kau harus begitu menggemaskan?"

Lidah merah Miki menjulur keluar dari mulutnya seperti ular, dan dia mulai menjilati seluruh pipi Silica perlahan-lahan, menikmati rasa mangsanya.

 

Miki tertawa senang. "Setelah aku selesai memeriksa menara, aku akan mengajakmu. Atau mungkin aku harus mengajak salah satu pelayan peri itu sebagai gantinya. Ugh, terlalu sulit untuk memutuskan!"

 

Masih bingung menentukan tawanan mana yang paling memuaskan hasratnya, Miki bangkit dari tempat tidur Silica dan melipat laporan investigasi pertamanya menjadi bola kecil sebelum memanggil Shadow Bee dan mengikat laporan itu ke salah satu kakinya. Dalam bentuk aslinya, Shadow Bee adalah monster yang mampu menyamarkan dirinya di hutan untuk menyerang musuh, namun versi Miki memiliki kemampuan bersembunyi yang ditingkatkan yang pada dasarnya memungkinkannya untuk menghindari pengawasan.

 

"Keamanan di sekitar kota ini sangat ketat, hampir mustahil untuk masuk."

Kata Miki pada dirinya sendiri.

 

"Tapi sepertinya mereka hampir tidak memiliki keamanan di dalam. Mereka pasti benar-benar berpikir kota ini benar-benar bebas dari ancaman, ya? Baiklah, aku akui kepada mereka bahwa tidak ada Master biasa yang mampu berjuang masuk ke kota ini. Tapi di sisi lain, mereka telah meninggalkan lubang besar di pertahanan mereka yang dapat aku manfaatkan sepenuhnya."

 

Miki membuka jendela kamar Silica tanpa suara dan melepaskan Shadow Bee itu ke dunia luar. Dia menghabiskan waktu sekitar satu menit untuk melihat lebah itu menghilang di malam hari sebelum menutup jendela lagi. Dia menatap Silica dengan pandangan lapar untuk terakhir kalinya, lalu membawa Queen Pheromone Bee dan kembali ke kamar tidurnya sendiri, memastikan tidak meninggalkan jejak bahwa dia pernah berada di kamar Silica sejak awal.