Chapter 15 : Their Separate Ways
Berbaring di sofa, Goh mengerang dengan campuran antara rasa ketidakpedulian dan jengkel.
"Sepertinya kita kehilangan kontak dengan Miki dan Daigo tepat setelah maniak leveling itu melesat untuk menyerbu menara itu."
"Kita kehilangan kontak dengan mereka?!"
Doc menjerit kesakitan.
"Bagaimana ini bisa terjadi?!"
"Doc. Kau terlalu berisik. Diamlah." Kata Gira.
Tiga Master Demonkin yang tersisa telah berkumpul di sebuah ruangan di kediaman di Negara Demonkin. Doc—seorang laki-laki kurus dengan tinggi dua meter—mengenakan topeng di wajahnya dan jas lab berlumuran darah tergantung longgar di tubuhnya yang tinggi dan kurus. Sebaliknya, Gira hanya setinggi 150 sentimeter, membuatnya lebih pendek dari Miki, dan syal dengan gambar tengkorak yang menutupi mulutnya melengkapi pakaiannya yang longgar. Adapun tatapan Gira, tatapannya sangat tajam, bisa menusuk seseorang seperti belati. Doc tidak akan membiarkan komentar Gira yang tidak peduli dengan emosi itu begitu saja.
"Gira! Kita tidak tahu apa yang terjadi pada dua sekutu kita yang berharga! Jika kita tidak bisa meratapi kehilangan mereka sekarang, kapan lagi kita bisa meratapi mereka?!"
"Diamlah." Ulang Gira.
"Kalau tidak, aku akan memaksamu."
Salah satu lengan Gira bergerak di balik pakaiannya yang longgar, dan meskipun Doc tidak menganggap dirinya seorang petarung, ruangan itu hampir pasti akan hancur berkeping-keping jika kedua Master itu mulai bertarung. Namun, itu tidak terjadi, karena Goh turun tangan dengan menghentakkan kakinya dengan keras di lantai untuk menarik perhatian keduanya.
"Jangan salah paham, aku tidak menentang kalian berdua terlibat dalam perkelahian kalian itu, tapi aku belum selesai bicara di sini." Kata Goh.
"Setelah aku selesai bicara, kalian bisa berkelahi. Omong-omong, jika Daigo dan Miki sama-sama hilang, itu berarti ada sesuatu yang salah dengan Great Tower itu. Miki mungkin bukan petarung alami, tapi Daigo? Tentu, orang itu orang yang sangat suka naik level karena dia belum menjadi petarung papan atas, tapi dia punya dua Gift dan Elemental Blade miliknya, dan itu seharusnya bisa memberikan banyak kerusakan pada siapapun yang ingin mengalahkannya. Tapi sekarang, dia menghilang seperti hantu."
"Pastinya, lawannya itu tangguh."
Gira berspekulasi dengan kalimat pendek dan terputus-putus, seperti kebiasaannya.
"Penyihir Jahat Menara? Aku ingin menggorok lehernya."
Gira menyeringai di balik syalnya, seperti pembunuh berantai yang haus darah.
"Penyihir itu mungkin menyembunyikan petarung lain atau kartu andalan lain di balik lengan bajunya, sejauh yang kita tahu."
Kata Goh, mengesampingkan komentar Gira.
"Tapi sekarang sudah sampai pada titik ini, kita harus bergerak maju menyerang menara itu, karena pekerjaan ini terlalu besar untuk para Demonkin kecil penakut itu. Bersiaplah untuk bekerja begitu aku memberi perintah. Dan sekarang aku sudah selesai bicara."
"Ap maksudmu kita bisa bergerak maju menyerang menara itu kapan saja?"
Tanya Doc kepada Goh.
"Apa kau tidak punya jadwal khusus? Aku sedang melakukan eksperimen yang tidak bisa kutunda."
"Tenang saja. Kita akan bergerak bukan besok atau lusa."
Kata Goh, meyakinkannya.
Gira menatap Goh dengan aneh.
"Tidak akan bergerak sekarang? Cepatlah bertindak, mungkin kita bisa menyelamatkan Miki dan Daigo."
"Oh! Ide yang bagus! Kita harus menyelamatkan rekan-rekan kita!" Seru Doc.
"Dan jika mereka sudah mati, setidaknya kita harus mengambil jasad mereka! Aku bahkan bisa menggunakan tubuh mereka dalam eksperimenku! Aku yakin di mana pun mereka berada, mereka akan senang mengetahui bahwa kita memanfaatkan jasad mereka dengan baik dalam upaya kita untuk mewujudkan masa depan baru bagi umat manusia!"
Alis mereka berkerut, Goh dan Gira saling memandang saat Doc melanjutkan pidatonya. Meskipun Doc suka bersembunyi di balik basa-basi yang menyanjung dengan apa yang dia disebut itu sebagai "Rekan-Rekan"-nya, motivasinya selalu kembali ke penciptaan manusia super melalui eksperimen manusia yang mengerikan. Bukan rahasia lagi bahwa Doc senang membantai orang dan monster "Demi Masa Depan Umat Manusia", seperti yang dikatakannya, namun kekejaman tak tahu malu dari eksperimen Doc itu bahkan membuat Gira meringis. Meskipun secara adil, sulit untuk menilai siapa yang lebih buruk : Doc, yang menggunakan manusia sebagai kelinci percobaan karena rasa altruisme, atau Gira, yang membunuh manusia karena kebencian murni.
{ TLN : Altruisme itu perhatian tanpa pamrih atau pengabdian terhadap kesejahteraan orang lain. }
Goh menghela napas dan menjawab pertanyaan Gira sebelumnya.
"Kita mendapat kabar tentang Miki dan Daigo yang menghilang terlalu terlambat setelah kejadian, jadi tidak ada gunanya berpacu dengan waktu untuk sampai di sana. Selain itu, pertemuan puncak di Duchy akan segera berlangsung, dan karena para Demonkin yang meminta pertemuan itu, kita tidak dapat bergerak sampai semua ini berakhir. Paling tidak yang dapat kita lakukan untuk negara tuan rumah kita adalah tidak mengotori wajah mereka dengan lumpur. Kalian mengerti maksudku, kan?"
"Alasan bodoh untuk menahan diri." Gira berpendapat.
"Aku tidak setuju, Gira." Doc menyela.
"Sebenarnya, sangat penting bagi kita untuk tidak mempermalukan tuan rumah kita! Terutama jika tuan rumah tersebut adalah kekuatan besar seperti Negara Demonkin. Aku yakin Goh benar dalam keputusannya, dan aku sepenuhnya mendukungnya!"
Gira tidak merasa ingin menolak jadwal yang diusulkan Goh, jadi dia hanya mengangkat bahu sedikit dan diam-diam menyetujuinya.
"Baiklah, sudah diputuskan." Kata Goh.
"Kita akan bergerak menyerang menara itu setelah pertemuan puncak selesai. Doc, Gira, pastikan kalian sudah bebas saat itu."
Dua Master lainnya menjawab setuju, yang secara efektif menyelesaikan rencana pembalasan dengan grup kecil mereka terhadap Great Tower.
✰✰✰
"Miki....."
Pada saat yang hampir bersamaan ketika para Master di Negara Demonkin mengadakan pertemuan yang menentukan, Silica berada di lantai dua tokonya dan menatap ke kamar tidur Miki yang dulu, yang telah dikosongkan sepenuhnya. Terakhir kali Silica melihat Miki adalah pada hari lingkungannya melakukan latihan evakuasi darurat yang membuat semua peserta pindah ke Great Tower.
Seorang pelayan peri tidak sengaja menumpahkan sup ke pakaian Miki, dan pelayan peri lainnya membawa Miki ke lantai dua untuk berganti pakaian bersih. Beberapa saat kemudian, saat Silica menghabiskan makanannya, dia merasakan tanah berguncang, dan para pelayan peri keluar dan memberitahu semua orang di lantai pertama bahwa monster level tinggi telah muncul di hutan di dekatnya. Latihan berubah menjadi situasi "Berlindung di tempat" yang sebenarnya, dan para pelayan peri menahan para penghuni di Great Tower demi perlindungan mereka sendiri.
Setelah krisis teratasi, Silica dan penghuni lainnya diizinkan pulang, namun dia memutuskan untuk tetap tinggal dan menunggu Miki turun dari lantai atas. Namun, Miki itu tidak pernah muncul. Silica akhirnya bertanya kepada seorang pelayan peri di mana temannya itu berada.
"Miki?"
Pelayan peri itu merenung.
"Aku tidak tahu siapa dia."
Silica merasakan hawa dingin menjalar di tulang punggungnya saat mendengar kata-kata ini, dan dia segera berlari pulang ke tokonya, bergegas ke atas ke kamar tidur Miki, membuka pintu dan mendapati kamar itu benar-benar kosong. Tidak ada barang-barang Miki di sana, dan tempat tidur, kursi, meja, dan lemari semuanya juga telah dipindahkan. Rasanya seperti tidak ada seorang pun yang pernah berada di kamar tidur itu sejak awal. Saat Silica berada di menara, para pelayan peri telah mengambil semua yang digunakan Miki dari toko, termasuk benda-bendanya.
Mereka telah menghapusnya sepenuhnya.
Silica menyadari. Meskipun dia tidak tahu mengapa kota itu memberikan Miki hukuman yang sama seperti laki-laki yang telah mencoba melakukan kekerasan seksual terhadap salah satu pelayan peri.
Maksudku, Miki seorang gadis yang baik, dan aku sudah memperingatkannya dengan tegas untuk tidak berpikir untuk menyerang para pelayan peri, jadi kurasa dia tidak akan melakukan itu.
Pikir Silica. Dan jika Silica bisa mengesampingkan kemungkinan itu, itu berarti Miki telah melakukan pelanggaran yang sama seriusnya dengan percobaan penyerangan yang dilakukan laki-laki itu, jika ada. Silica tahu hanya ada beberapa kejahatan yang sesuai dengan kriteria itu.
Apa Miki itu adalah mata-mata yang datang ke sini untuk mendapatkan informasi tentang Penyihir Agung dan menara?
Silica bertanya pada dirinya sendiri.
Jika iya, itu akan masuk akal....
Fakta bahwa toko itu telah dibersihkan dari semua barang yang dimiliki atau digunakan Miki selama di sana bisa jadi menunjukkan bahwa para pelayan peri telah mengumpulkan semua barang yang mungkin bisa menjadi bukti dugaan kegiatan mata-mata Miki. Mengingat kemungkinan ini, Silica memutuskan untuk tidak lagi memikirkan hilangnya Miki dan bersikap seolah-olah Miki tidak pernah tinggal bersamanya di toko itu.
Namun, saat menatap kamar tidur yang kosong itu dalam diam, Silica tak kuasa menahan diri untuk memikirkan mantan temannya. Bagaimanapun, orang-orang tidak akan mampu melupakan seseorang begitu saja. Setelah beberapa saat mengamati kamar tidur itu, Silica turun ke bawah untuk menyiapkan toko yang akan dibuka sendirian. Dia memiliki terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan terlalu sedikit waktu untuk melakukan semuanya, untuk berdiri saja, berkubang dalam sentimentalitasnya sendiri.
✰✰✰
Aku sedang duduk di mejaku di kantor eksekutif di Abyss dengan Mei dan Ellie di depanku. Mei berdiri seperti biasa, sementara Ellie berlutut dengan satu kepala tertunduk meminta maaf.
"Light-sama yang agung...." Ellie memulai.
"Aku sangat, sangat menyesal membiarkan musuh mencemari kota kita. Tolong hukum aku atas kelalaianku yang tak termaafkan ini."
Ellie jelas berbicara tentang Miki, Master dari Negara Demonkin yang berhasil menyusup ke Kota Menara dan mengirimkan kembali informasi kepada Master lain dari faksinya, yang menyebabkan salah satu dari mereka—Daigo—menyerang Great Tower.
Miki memberi tahu kami bahwa "sangat sulit" untuk memasuki kota, namun begitu dia berada di dalam, semuanya menjadi "mudah dan lancar". Sebenarnya, kami memiliki proses penyaringan yang sangat ketat bagi siap pun yang memasuki kota, untuk menyingkirkan mata-mata atau penyusup yang tidak diinginkan lainnya. Semua orang menjalani pemindaian Appraisal dan pemeriksaan latar belakang lainnya, namun Miki berhasil menyelinap melalui lapisan keamanan tertentu dan mengirimkan informasi intelijen kembali ke Daigo. Karena Ellie adalah administrator Great Tower dan kota, dia merasa bertanggung jawab atas penyusupan Miki ini.
Aku menghela napasku dan bersandar di kursiku.
"Ellie, rasa tanggung jawabmu yang kuat tidak diragukan lagi merupakan salah satu kelebihanmu, tapi kita tidak dapat menyalahkan siapapun atas penyusupan Miki ke kota. Sebenarnya, jika seseorang harus disalahkan karena dimata-matai, itu seharusnya aku."
Ellie refleks mengangkat kepalanya karena terkejut.
"Itu salah, Light-sama! Kamu sama sekali tidak bisa disalahkan."
"Terima kasih atas rasa percayamu itu, Ellie."
Jawabku sambil tersenyum.
"Tapi aku tidak menemukan sesuatu yang salah dalam cara proses penyaringan yang dilakukan, dan aku tidak tertarik dengan gagasan untuk mendirikan negara pengawasan yang menyeramkan di mana kehidupan pribadi penduduk kita akan terus dipantau."
Sebagai permulaan, aku tidak tahu bagaimana kami akan menjelaskan kepada orang-orang bahwa kami akan mengawasi mereka saat mereka makan, buang air, berganti pakaian, atau melakukan apa yang dilakukan suami dan istri di kamar tidur mereka. Meskipun kemudian aku menyadari bahwa masalah privasi ini terlalu sederhana dan telah membuka pintu menuju bencana.
"Jadi dengan begitu, aku tidak akan menyalahkan siapapun atas insiden ini."
Kataku, menegaskan kembali.
"Oh, tapi Light-sama yang agung, kamu harus menghukumku!" Pinta Ellie.
"Memberikan penghargaan atas pekerjaan yang baik dan menghukum yang buruk adalah hal yang penting bagi organisasi mana pun!"
"Ellie....."
Kataku, menghela napas.
Pada titik inilah Mei berbicara untuk pertama kalinya sejak memasuki kantorku.
"Light-sama, bolehkah aku mengatakan sesuatu?"
Aku mengangguk pada Mei untuk melanjutkan.
"Aku benar-benar memahami betapa kamu menyayangi kita semua, Light-sama, tapi aku harus setuju dengan penilaian Ellie bahwa mereka yang melakukan kesalahan yang dapat dihindari harus diberi hukuman karenanya. Aku mohon kamu untuk menerima keinginannya itu, Light-sama." Lanjut Mei.
Aku mengangkat alisnya.
"Kamu juga, Mei?"
Kurasa semua orang perlu diajak bicara baik-baik dari waktu ke waktu. Tapi Ellie tidak melakukan kesalahan apapun.
Pikirku. Namun jika mereka bersikeras untuk itu, siapa aku yang bisa menghakimi itu?
"Baiklah, Ellie. Aku akan menemukan cara untuk menghukummu nanti." Kataku.
"Apa itu akan membuatmu senang?"
"Aku berterima kasih karena telah menyetujui permintaanku, Light-sama yang agung."
Kata Ellie, menundukkan kepalanya lagi.
"Aku juga berterima kasih, Light-sama."
Kata Mei, membungkuk bersama Ellie.
Dan setelah itu selesai, kami beralih ke topik berikutnya.
"Jadi pelajaran yang kita petik adalah bahwa tidak cukup hanya dengan menyaring semua orang yang datang ke kota." Kataku.
"Kita juga perlu mengawasi penduduk. Aku tahu aku bilang aku tidak ingin mengintip kehidupan pribadi orang-orang, tapi sekarang itu lebih penting daripada kebutuhan untuk mencegah penyusup lain seperti Miki menyusup ke kota."
"Keputusan yang bijaksana, Light-sama."
Kata Mei. Ellie mengangguk setuju.
Aku mengeluarkan kartu gacha.
"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan SSSR Level 2864 Baby Fae ini sebelumnya, tapi kurasa sudah waktunya untuk mengaktifkannya."
Kartu itu menghasilkan peri kecil yang tingginya hanya sepuluh sentimeter yang tidak memiliki kemampuan menyerang, meskipun yang dimilikinya adalah kemampuan untuk menggandakan dirinya sebanyak yang diinginkannya. Bahkan level kekuatannya yang tampak acak sebesar 2864 sebenarnya adalah plesetan dalam naskah tertulis kami karena dapat dibaca sebagai "Berlipat Ganda". Aku pernah mempertimbangkan untuk menggunakan Baby Fae untuk pengawasan di dunia permukaan, namun karena dia tidak dapat menyamar sebagai hewan seperti kebanyakan mata-mata lain, aku menyimpan kartu itu sampai saat ini.
"Ellie, ambil kartu ini dan gunakan untuk membangun jaringan pengawasan di Great Tower dan kota." Kataku.
"Sesuai keinginanmu, Light-sama." Jawab Ellie.
Aku meletakkan kartu itu di atas nampan yang diulurkan ke arahku oleh pelayan peri yang bertugas sebagai asisten kantorku, dan pelayan peri itu segera membawanya ke Ellie, yang mengambil kartu itu dari nampan itu. Kemudian, setelah masalah itu selesai, aku beralih ke topik pembicaraan terakhir.
"Jadi tampaknya aku berutang budi lagi kepada Lilith." Renungku.
Mei mengangguk sopan tanda setuju, namun Ellie hanya bisa menggertakkan giginya karena frustrasi. Meskipun aku tidak akan mengatakan bahwa Ellie menganggap Lilith sebagai musuhnya, Ellie memang mengira Lilith menganggap remehku, jadi aku berani bertaruh bahwa Ellie tidak yakin apa harus bersyukur atau marah karena Lilith secara tidak sengaja membantu menyingkirkan Miki. Bagaimanapun, jika bukan karena Lilith yang meminta untuk melakukan tur rahasia di Kota Menara, kami tidak akan melakukan percakapan dengan Miki di mana dia keceplosan dan mengungkapkan lebih dari yang dia inginkan. Dan jika kami menemukan kegiatan mata-mata Miki jauh di kemudian hari, kami mungkin akan menghadapi krisis yang lebih besar.
Aku berpura-pura tidak menyadari kekesalan Ellie yang jelas itu.
"Kita akan membayar Lilith kembali saat aku melakukan tugas pengawal untuknya di pertemuan puncak nanti. Tapi sebelum itu, aku harus menyelesaikan misi untuk menaikkan rank party-ku."
Aku mengeluarkan suaraku yang paling ceria saat berbicara tentang misi yang akan datang untuk menjaga suasana tetap ceria, dan untungnya, Mei dan Ellie secara aktif mengambil bagian dalam percakapan, meskipun aku tidak dapat tidak memperhatikan bahwa Ellie masih tampak sedikit kesal sampai dia meninggalkan kantorku.
✰✰✰
Saat Ellie dan Mei berjalan menyusuri lorong setelah pertemuan mereka dengan Light, Ellie menyuarakan apa yang ada di pikirannya.
"Mei, terima kasih atas bantuanmu dalam meyakinkan Light-sama yang agung untuk mendisiplinkanku." Katanya.
"Oh, jangan sebutkan itu. Jika aku berada di posisimu, aku juga akan memohon pada Light-sama untuk menghukumku, atau aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri." Jawab Mei.
Mei tidak bercanda atau berusaha bersikap sopan dengan tanggapan ini. Light sangat berarti baginya, jadi jika Mei melakukan kesalahan apapun, baik yang disengaja maupun tidak, Mei akan menghukum dirinya sendiri hingga tidak bisa kembali. Karena itu, untuk mencegah Ellie menimbulkan rasa sakit hati psikologis pada dirinya sendiri, Mei telah meminta Light untuk menghukum penyihir itu dengan cara tertentu untuk memberinya jalan keluar emosional. Meskipun Mei adalah saingannya, Ellie berterima kasih atas bantuannya dalam masalah ini dan tidak menunjukkan sedikit pun rasa kesal terhadapnya, jadi dia merasa harus berterima kasih kepada kepala maid itu di lorong, jauh dari mata-mata yang mengintip. Namun, pertunjukan empati Mei ini tidak menggantikan semangat kompetitif Ellie.
"Sekadar informasi saja, aku pasti akan membalas budi."
Janji Ellie kepada Mei.
"Tunggu dan lihat saja."
"Aku hanya membantu seorang rekan." Kata Mei.
"Aku merasa kamu perlu merasa berutang budi padaku."
"T-Tapi itu tidak bisa kuterima!"
Ellie berkata tiba-tiba. Penyihir itu tidak mau mengakui bahwa dia perlu membalas Mei, karena jika tidak, dia akan merasa bersalah setiap kali menerima kasih sayang Light, namun Mei tetap menangkap maksud tersirat ini dan menanggapinya dengan senyum riang yang jarang terlihat. Seolah-olah Mei adalah seorang kakak perempuan yang dengan baik hati membiarkan adiknya marah, dan Ellie sepenuhnya menyadari perlakuan ini.
"K-Kalau begitu sampai jumpa!"
Tersipu malu, Ellie berbelok untuk menjauh dari Mei, yang melihatnya pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.