Kata-kata Mei membuatku sadar bahwa satu jam belum berlalu sejak mantan party-ku mencoba membunuhku, dan dalam jangka waktu singkat itu, aku juga berhasil lolos dari ditelan oleh monster Level 1000, berkat pertemuan ajaibku dengan Mei. Aku adalah seorang petualang Level 15, yang dianggap berlevel tinggi untuk manusia seusiaku, namun manusia masih yang terlemah dari sembilan ras, dan seluruh cobaan ini terlalu berat untuk ditanggung oleh anak sepertiku tanpa merasa benar-benar kelelahan.
"Tapi...." Aku berhasil berbicara.
"Tapi aku tidak bisa tidur di sini."
Aku tidak sepenuhnya yakin, namun aku mungkin berada di level terendah Abyss, yang terkenal sebagai dungeon terbesar dan paling mematikan di dunia, dan selain Mei, aku belum menarik kartu gacha apapun yang terbukti berguna dalam melindungiku. Jadi jika aku berhasil lolos, bagaimana Mei bisa melindungi dirinya dan aku dari para monster yang mengintai di sekitar sini? Seolah ingin menghilangkan rasa takutku, Mei memelukku lebih erat dan membelai rambutku dengan penuh kasih sayang.
"Aku yakinkan kamu bahwa aku akan memastikanmu tetap aman. Tidak ada satu goresan pun yang akan merusak kulitmu, jadi aku mohon padamu untuk tertidurlah dengan nyenyak, Light-sama." Kata Mei.
"M-Mei....."
Hal terakhir yang kulihat sebelum kegelapan membanjiri pandanganku adalah senyuman sucinya saat kepalaku perlahan dipenuhi dengan aroma bunga dan kenikmatan panas tubuhnya. Aku segera menyerah pada efek menenangkan dari usapan lembut tangannya dan tertidur lelap.
✰✰✰
"Nmm....." Kataku, masih tertidur.
Ketika aku perlahan-lahan sadar kembali, aku menjadi semakin sadar akan perasaan hangat dan tidak jelas yang aku rasakan di sekujur tubuh, dan itu seperti aku diselimuti oleh aroma yang lembut dan menyenangkan, terutama di sekitar daerah kepala. Aku mempunyai keinginan yang sangat besar untuk membenamkan kepalaku lebih dalam ke bantal itu dan tidak pernah meninggalkan tempat itu.
Tunggu. Aku tidak ingat bantalku pernah berbau harum seperti ini.
Kata sebuah suara di benakku yang kebingungan. Kamar tidurku di penginapan yang aku tinggali bersama Concord of the Tribes hanya terdiri dari tempat tidur kayu tua dengan selimut tipis di atasnya, dan bantalku belum pernah terasa senyaman ini.
Lagipula, bukankah aku baru saja dikhianati oleh partyku?
Mataku terbuka dan aku melompat berdiri, seketika terjaga. Aku terjebak di dungeon paling berbahaya di dunia. Ini jelas bukan waktunya untuk tertidur pulas.
"Selamat pagi, Light-sama. Tidak aman untuk terlalu banyak bergerak segera setelah bangun tidur." Kata Mei.
"M-Mei?" Kataku setengah terkejut.
"Ya, ini Mei, maid-mu yang selalu setia."
Seorang perempuan cantik dengan rambut hitam yang diikat ekor kuda panjang sedang berlutut di sampingku. Dia menatapku dengan hangat dengan senyuman di wajahnya, menyapaku seperti seorang maid sungguhan yang baru saja melakukan tugasnya.
Aku dengan samar-samar mengulangi apa yang terjadi padaku : pertama, aku dikhianati oleh party Concord of the Tribes, lalu aku memanggil Mei dengan Unlimited Gacha-ku—dan sebagai hasilnya, selamat dari serangan monster—dan akhirnya, aku pingsan karena kelelahan. Ya, suara di kepalaku memang benar. Party Concord of the Tribes memang telah mengkhianatiku, dan aku masih ingat kata-kata mantan anggota party-ku yang mengejekku dengan kejam sebelum mencoba menghabisi hidupku.
"Omong kosong!" Kata pemimpinnya, Drago.
"Kami para Dragonute punya terlalu banyak harga diri untuk bergaul dengan kalian, para ras rendahan secara setara. Aku hanya menyetujui sandiwara ini karena aku mendapat perintah dari atas."
Sang Beastfolk, Garou, tertawa terbahak-bahak.
"Oh, astaga! Ini adalah hal terlucu yang pernah aku lihat dalam hidupku! Ras rendahan!
"Mengapa kau bisa tertipu dengan sandiwara ini?" Sasha Si Elf berkata, hidungnya berkerut saat aku menyeret tubuhku yang terluka ke tanah.
"Astaga, para manusia itu adalah makhluk yang keji dan menjijikkan! Mengapa pihak berkuasa tidak memberantas para ras rendahan ini untuk selamanya?"
"Ayo, bunuh dia!"
Kata Si Dwarf, Naano, sambil menyemangati yang lain.
"Bocah ini bukan seorang Master. Bocah ini bukan siapa-siapa bagi kita! Kita sedang bersinar terang saat kita berbicara!"
Bersama empat anggota Concord of the Tribes lainnya, mereka bersekongkol untuk membunuhku setelah menyambutku ke party mereka dengan tangan terbuka. Dulu sebelum mereka menerimaku, aku adalah seorang petualang yang hanya dipekerjakan untuk melakukan pekerjaan kasar dan level rendah, namun selama aku berada di Concord of the Tribes, anggota party yang lain mengajariku skill dan melatihku tanpa menunjukkan sedikit pun rasa jijik pada kehadiranku. Setiap kali orang lain mengolok-olokku karena aku adalah manusia yang dikenal sebagai "Ras Rendahan", mereka akan berteriak dengan marah kepada para penindas atas namaku dan mengusir mereka. Mereka menghiburku setiap kali aku merasa sedih, dan tertawa bersamaku di saat-saat indah. Aku mengerang keras dan berjongkok sambil memegangi kepalaku.
"Light-sama?"
Mei bertanya, namun aku terus meratap seperti domba yang terluka, sangat tidak percaya pada bagaimana rekan-rekanku itu telah mempermainkanku. Aku mungkin satu-satunya manusia di Concord of the Tribes, namun aku memercayai para pengkhianat itu sampai mereka mencoba membunuhku. Berdasarkan apa yang mereka katakan, mereka telah memutuskan bahwa aku bukanlah seorang "Master" itu, namun mereka telah memutuskan untuk membunuhku hanya untuk berjaga-jaga, khususnya dengan membawaku ke Abyss sehingga mereka dapat menganggap pembunuhanku sebagai sebuah kecelakaan. Semuanya tampak seperti mimpi buruk, namun ternyata tidak. Aku telah ditikam dari belakang oleh delapan anggota Concord of the Tribes lainnya! Kesadaran ini menghancurkanku lagi, sampai pada titik di mana aku menangis dengan air mata dari perasaan pahit dan dikhianati tanpa peduli jika ada yang melihat. Mei menghampiriku dan memelukku dan membelai punggungku, seperti seorang ibu yang menghibur anak yang rewel.
"Aku hanya bisa membayangkan betapa sakitnya dikhianati oleh orang-orang yang kamu percayai itu." Kata Mei, bersimpati.
"Tapi semuanya baik-baik saja sekarang. Aku di sini untukmu, Light-sama. Bahkan jika Sang Dewi sendiri meninggalkanmu, aku tidak akan pernah meninggalkan sisimu."
Mei menarikku lebih erat ke dalam pelukannya yang hangat dan lembut, tangannya yang lembut membelaiku.
"Mei...."
Aku berhasil keluar sebelum air mata mulai mengalir lagi. Aku pikir aku telah kehilangan segalanya. Aku pikir aku sudah mati. Namun sekarang aku punya Mei, yang bersumpah dia tidak akan pernah meninggalkanku, bahkan jika para dewa sendiri menentangku.
"Terima kasih, Mei...."
Aku terisak, wajahku menempel erat ke dadanya. Aku tidak tahu berapa menit telah berlalu saat aku menangis dan sadar kembali. Aku duduk di depan Mei dan menjadi merah padam atas apa yang baru saja terjadi.
"Maaf karena bertingkah aneh." Kataku.
"Aku baik-baik saja sekarang, sungguh."
"Tidak perlu meminta maaf padaku, Light-sama." Kata Mei.
"Sebenarnya, aku sangat senang bisa menyaksikan sisimu yang sama berharga dengan yang lainnya."
Aku mengerang. Reaksi jujur dari Mei ini membuatku semakin tersipu malu, dan perasaan terhinaku tidak tertolong oleh perutku yang memilih saat yang tepat untuk menggeram karena lapar. Namun kurasa itu sudah diduga, karena aku belum makan apapun sejak tersandung oleh jebakan teleportasi sehari sebelumnya. Tidak mengherankan, Mei langsung terlihat menyesal setelah mendengar suara perut kosongku.
"Light-sama, kamu harus makan sesuatu." Kata Mei kepadaku.
"Sayangnya, aku terpaksa bertanya kepadamu apa Unlimited Gacha-mu dapat memanggil makanan atau bahan yang layak untuk kita. Aku tahu pertanyaan semacam ini bertentangan dengan kode maid-ku, tapi alternatifnya adalah memberimu makanan yang terbuat dari monster yang mencoba menyerang kita. Aku lebih suka tidak ada daging binatang buas yang menghiasi lidahmu, Light-sama, karena memberimu makanan yang meragukan seperti itu juga akan bertentangan dengan kehormatanku sebagai seorang maid." Lanjut Mei.
Penyebutan tentang monster itu oleh Mei membuatku sadar bahwa kami dikelilingi oleh sekelompok sesuatu yang tampak seperti kepompong yang terbuat dari benang putih, dan tampaknya yang terperangkap di dalamnya adalah semua monster yang mencoba menyerang Mei dan diriku sendiri. Aku perhatikan kami juga duduk di atas karpet persegi yang sepertinya terbuat dari benang yang sama, dan di sekitar kami tergeletak selimut dan barang tenun lainnya. Kami belum bergerak satu inci pun dari tempat di mana jebakan teleportasi pertama kali melemparkanku, dan karena kami tampak berada di tengah-tengah medan yang luas dan terjal, hanya Mei yang kemungkinan membuat sesuatu seperti ini. Terpesona oleh bakat Mei, aku diam-diam mengaktifkan Unlimited Gacha dan menekan tombolnya.
"Gift-ku dulunya menghasilkan roti di dunia permukaan, meskipun roti itu selalu berjamur dan tidak bisa dimakan. Tapi mengingat cara kerja Gift-ku, aku cukup yakin Gift itu akan menghasilkan makanan asli di sini. Pokoknya, aku akan terus menariknya sampai Gift-ku mengeluarkan sesuatu yang bisa kita makan." Kataku.
"Terima kasih banyak, Light-sama." Kata Mei.
"Dan setelah kamu selesai makan, kita harus segera menaikkan levelmu."
Tanganku secara tidak sengaja menghentikan apa yang dilakukannya.
"Naik level?" Tanyaku.
"Benar." Jawab Mei.
"Paling tidak, kita perlu membawamu ke Level 1000 untuk menghindarimu terbunuh seketika oleh para monster di dungeon ini, Light-sama."
✰✰✰
Untungnya, tidak butuh waktu lama bagi Unlimited Gacha untuk mengeluarkan kartu N Bread, dan ketika aku mengaktifkannya, kartu itu menghasilkan sepotong roti yang berwarna putih, lembut, dan memiliki sedikit rasa manis yang hanya kalian dapatkan dari gandum. Sebenarnya ini adalah pertama kalinya aku makan roti putih, dan hal itu benar-benar mengejutkanku.
"Aku tidak percaya para bangsawan dan para Keluarga Kerajaan bisa makan makanan lezat seperti ini setiap hari!" Kataku, kagum.
Mei menjawab dengan penjelasannya yang hampir tidak dapat dipahami tentang "Ragi" atau apapun itu sebutannya. Ternyata Mei tidak hanya cantik, namun juga pintar seperti penampilannya.
Mei tidak seperti anak petani sederhana sepertiku.
Pikirku. Setelah duduk dan mencerna sebentar setelah kami makan roti, Mei memulai penjelasannya lainnya, kali ini tentang naik level.
"Magistring yang aku putar diproduksi menggunakan mana. Ini berarti aku dapat memanipulasi kelembutan, kekuatan, bentuk, dan bahan pembuatnya agar sesuai dengan kebutuhanku." Kata Mei.
Hal itu menjelaskan bagaimana mungkin benang Mei digunakan untuk membuat selimut lembut tempat aku tidur dan karpet putih tipis yang saat ini aku duduki, sementara pada saat yang sama menjadi tajam dan cukup kuat untuk memotong monster atau menjerat mereka.
"Benda-benda yang menyerupai kepompong putih di sana itu berisi monster yang berusaha menyerang kita." Lanjut Mei.
"Light-sama, aku harus memintamu mengambil batu dan melemparkannya ke kepompong itu dari jarak yang aman."
"Apa? Hanya itu yang harus aku lakukan?" Aku bertanya.
"Kita bisa mendapatkan senjata yang jauh lebih baik jika aku mendapatkan sesuatu dari Unlimited Gacha-ku."
"Kamu benar kalau Gift-mu bisa menghasilkan senjata yang berguna." Kata Mei.
"Tapi aku khawatir kamu masih Level 15 sekarang, dan aku tidak bisa mengambil risiko kamu mendekati salah satu kepompong itu. Dan, aku telah bersumpah untuk melindungimu setiap saat, tapi aku tidak bisa mengesampingkan kejadian yang tidak terpikirkan. Kamu mungkin menganggapnya sebagai aku yang terlalu protektif, tapi aku harus memintamu memahami tindakkan tidak layakku ini dan berhati-hati."
Mei memang ada benarnya. Mei mungkin Level 9999 dan dipersenjatai dengan Magistring yang kuat, namun tidak ada jaminan dia bisa melindungiku dari setiap bahaya yang mungkin aku hadapi. Goresan atau bahkan serangan nafas dari monster Level 1000 mungkin sudah cukup untuk membunuhku, jadi aku tidak menyalahkannya karena bersikap terlalu protektif pada saat itu.
"Terima kasih, Mei."
Kataku, menghargai betapa penuh perhatiannya Mei itu memperhatikanku.
"Aku akan melakukan apa yang kamu katakan dan hanya melempar batu saja."
"Aku merasa terhormat bahwa kamu menunjukkan kemurahan hatimu kepadaku, Light-sama." Kata Mei dari posisi duduk dan menundukkan kepalanya.
Sementara aku sibuk dengan malu-malu dengan formalitas yang tidak perlu itu, Mei mengangkat kepalanya lagi dan segera memulai urusannya.
"Sekarang, aku sarankan kamu melempar batu ini ke kepompong terdekat dengan kita."
Kata Mei sambil menyodorkan sebuah batu kepadaku.
"Jika kamu berkenan, Light-sama."
"Uh, terima kasih."
Aku mengambil batu itu dan memperhatikan bahwa batu itu telah dipahat sedemikian rupa sehingga memudahkanku untuk melemparkannya. Aku hanya bisa berasumsi bahwa Mei telah menggunakan Magistring-nya untuk mengukir bongkahan batu dari dinding atau lantai di sekitar kami saat aku tertidur lelap. Aku berdiri bersamaan dengan Mei dan mengikutinya ke salah satu kepompong putih. Benangnya sebagian terurai di bagian atas, memungkinkan kami melihat sekilas monster di dalamnya, yang membuatku tegang dalam diam. Makhluk itu adalah jenis raksasa berekor ular yang mencoba melahapku sehari sebelumnya. Skill Appraisal Mei mengidentifikasi monster itu sebagai Snake Hellhound, namun kali ini, monster itu diikat dengan aman oleh Magistring hingga mulut monster itu pun tertutup rapat oleh benang dan monster itu tidak bisa mengeluarkan suara. Yang bisa dilakukan makhluk itu hanyalah menatap kami dengan berlinang air mata, seolah-olah memohon agar kami mengampuni nyawanya, dan sejujurnya, hal itu membuatku agak sulit untuk melemparinya dengan batu.
"Light-sama, kamu bisa melakukannya." Kata Mei.
"Um, uh, oke."
Jawabku acuh tak acuh, namun aku tetap melempar batu itu.
Batu itu memantul dengan malas dari bulu makhluk yang sekeras batu dan berbulu keras itu, tidak menimbulkan kerusakan apapun pada makhluk itu, namun yang penting adalah aku telah berhasil menyerang Snake Hellhound itu. Sudah menjadi rahasia umum di kalangan petualang bahwa peran tempur tidak terbatas pada petarung garda depan. Di party yang lebih besar, ada juga orang-orang yang melakukan pekerjaannya dari belakang, dan jika ada yang bertanya apa petarung garda depan adalah satu-satunya yang mendapatkan poin exp dari pertarungan, jawabannya adalah tidak.
Aku tidak yakin tentang mekanisme pastinya, namun setiap orang yang terlibat dalam pertempuran mendapat bagian dari poin exp, berdasarkan seberapa besar kontribusi mereka. Hal itu berarti pengintai, penyembuh, dan orang lain yang ditempatkan di lini belakang bisa mendapatkan poin exp dengan melancarkan serangan kecil pada target yang dilawan oleh para pejuang barisan depan. Bahkan jika kerusakan yang terjadi relatif kecil, anggota party di belakang masih akan mendapatkan poin exp dengan menggunakan langkah ini. Namun jika anggota dari party lain melancarkan serangan semacam ini, serangan tersebut akan tidak disukai dan dipandang sebagai tindakan murahan—bahkan dikecam sebagai "Mencuri target Kill" dalam beberapa kasus ekstrem—namun aku menyimpulkan bahwa Mei berencana untuk menggunakan pendekatan ini untuk menaikkan levelku.
"Yosh! Meskipun tidak menimbulkan kerusakan apapun, aku tetap menarik perhatiannya!" Kataku.
Kalian juga bisa mendapatkan poin exp hanya dengan membuat lawan melihatmu, itulah cara pengintai berhasil menaikkan level mereka tanpa terlibat dalam pertarungan sebenarnya.
"Bagus sekali. Sekarang, aku akan menyelesaikannya."
Kata Mei sebelum tampak melakukan beberapa hal yang tidak terlihat. Kepompong itu menyelimuti Snake Hellhound itu sekali lagi, dan hal berikutnya yang aku tahu, sangkar benang bergetar sedikit, lalu mulai mengeluarkan darah ke seluruh lantai dungeon. Mei mampu membunuh monster Level 1000 secepat itu?
"Light-sama, apa levelmu sudah naik?" Tanya Mei.
"Uh, biar kuperiksa." Kataku.
Aku mengaktifkan layar statistikku dan tidak dapat mempercayai mataku. Hanya dengan melemparkan satu batu kecil yang bodoh itu, aku telah naik lima puluh lima level ke Level 70. Apa itu mungkin?!
"M-Mei!" Kataku, berseru dengan bersemangat.
"Aku tidak percaya seberapa besar level kekuatanku ini telah melonjak!"
"Selamat, Light-sama." Kata Mei, senyum tipis di wajahnya.
"Tapi, kita baru saja memulainya. Aku telah menyiapkan sejumlah monster lain untuk kamu serang dengan batu, jadi aku mendorongmu untuk melanjutkan."
Mei memberiku batu yang telah dipahat lainnya dan mengarahkanku ke arah kumpulan kepompong yang menungguku. Sepertinya Mei tidak akan membiarkanku beristirahat sampai aku selesai melemparti setiap kepompong putih itu.
Aku tidak menyangka Mei akan seketat ini, pikirku.
Aku menghabiskan beberapa hari berikutnya dengan melempar batu ke para monster yang ditangkap, hanya berhenti saat tidur. Aku dengan rajin melakukan leveling melalui rutinitas ini, dan pada akhirnya, aku mampu memberikan kerusakan nyata pada monster, meskipun itu masih kecil. Jika aku ingin bertahan hidup di Abyss, statistikku adalah segalanya, dan bahkan dengan Mei sebagai pelindungku, satu serangan bisa membunuhku jika aku tetap lemah. Aku tidak ingin terus menjadi beban bagi Mei—bagaimanapun juga, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri jika aku membalas budi Mei karena telah menyelamatkan hidupku dengan mengubahnya menjadi pengasuhku selamanya—jadi aku terus melempar batu, dan pada waktunya, kerusakan kecil menjadi kerusakan menengah, hingga akhirnya aku memperoleh kemampuan untuk memberikan kerusakan serius pada monster. Abyss berisi berbagai monster, dan aku akhirnya menjadi cukup baik untuk membantu Mei mengalahkan para monster yang akan memberiku lebih banyak poin exp. Pada suatu waktu, aku mengaktifkan layar statistikku dan aku tidak dapat menahan suaraku agar tidak gemetar saat aku membaca isinya.
"L-Level 1000...." Kataky.
"Ini luar biasa. Aku sekarang sama kuatnya dengan Dragonute, Demonkin, Elf, atau Dark Elf level atas. Aku, seorang manusia. Sekarang aku berada di Level 1000...."
"Hanya masalah waktu sebelum kamu mencapai prestasi luar biasa ini, Light-sama."
Kata Mei, kepadaku.
"Faktanya, aku yakin kamu punya potensi untuk tumbuh lebih jauh lagi. Sayangnya, aku tidak dapat menangkap monster yang lebih kuat untuk kamu kalahkan."
"Oh, tidak, tolong jangan meminta maaf, Mei!" Kataku dengan cepat.
"Sungguh luar biasa bagaimana kamu bisa membawaku ke Level 1000! Maksudku, aku selalu mengira manusia mempunyai batas level 100, dan...."
Aku terdiam saat sebuah pemikiran muncul di benakku.
"Setidaknya, itulah yang diberitahukan padaku di salah satu Guild. Jadi kenapa aku bisa melewati Level 100 seperti ini?" Kataku, bertanya-tanya.
Dulu ketika aku masih di party Concord of the Tribes, aku berbicara dengan seorang petualang di sebuah Guild yang telah memberi petunjuk padaku tentang berbagai batasan level untuk berbagai ras. Mereka juga seharusnya disebut "Batas Pertumbuhan" dan manusia dibatasi pada Level 100. Beastfolk dan Centaur hanya bisa mencapai level 200 atau 300, sementara Dwarf dan Onifolk mencapai puncaknya antara level 500 dan 700. Batas pertumbuhan Demonkin berkisar antara level 300 hingga 1000, dan Elf, Dark Elf, dan Dragonute bisa mencapai level 1000. Namun, batas level ini hanyalah perkiraan yang disepakati secara umum, bukan ditetapkan secara pasti. Meski begitu, hal itu tidak menjelaskan bagaimana aku berhasil mencapai Level 1000.
"Aku tidak mengenal ras lain, tapi aku menduga bahwa manusia—termasuk kamu, Light-sama—tidak memiliki batasan pertumbuhan sejak awal." Kata Mei, menduga.
"Gagasan bahwa manusia tidak bisa melampaui Level 100 kemungkinan besar disebabkan oleh fakta bahwa manusia membutuhkan lebih banyak poin exp untuk mencapai level kekuatan tersebut. Kemungkinan karena kendala inilah yang membuat kamu naik level membutuhkan waktu lebih lama dari yang aku perkirakan."
Mei berhenti sejenak sebelum melanjutkan penjelasan mendalamnya.
"Aku berasumsi bahwa tidak ada batasan pertumbuhan untuk ras lain, dan batas level yang ditetapkan hanyalah rentang nilai di mana seseorang diharuskan mengumpulkan poin exp dalam jumlah yang sangat banyak jika mereka ingin meningkatkan level kekuatannya lebih lanjut. Tapi, orang-orang seperti itu cenderung mendapati dirinya menghadapi monster yang tidak memiliki level kekuatan yang cukup tinggi untuk memberikan poin exp yang dibutuhkan. Atau lebih tepatnya, penyesuaian level dapat berjalan secara berbeda sesuai dengan individu atau ras yang bersangkutan. Perlu diketahui bahwa hal ini murni berdasarkan spekulasi dan ada kemungkinan aku salah dalam hal ini." Lanjut Mei.
"Hm, begitu ya...." Kataku.
"Yah, bagaimanapun juga, aku sekarang Level 1000, jadi menurutku kamu benar, Mei."
Mei mungkin telah menemukan penemuan abad ini, namun tidak ada cara untuk memberitahu orang lain tentang teori ini dari dasar Abyss.
"Tapi, sejauh yang aku tahu, para monster yang dihasilkan oleh dungeon ini tidak cukup kuat bagimu untuk naik level ke potensi maksimalmu, Light-sama." Kata Mei.
"Mei...."
Kataku sambil menatap partnerku itu dengan sedikit tidak percaya.
"Kamu sadar kalau tempat ini adalah dungeon terbesar dan paling mematikan di dunia, kan?" Menurutku, terlalu berlebihan untuk berasumsi bahwa Abyss tidak berisi monster yang jauh lebih besar yang dapat membantu meningkatkan statistikku.
Mei diam-diam mengabaikan ucapanku.
"Light-sama, aku yakin ini akan mengakhiri sesi kita hari ini. Sebelum kita makan malam, aku ingin kita mandi, agar kita bisa membersihkan semua keringat dan kotoran yang menempel di tubuh kita dengan baik."