Chapter 4 : The Night Before the Raid
"Hah? Dikatan di sini bahwa Black Fools itu meninggalkan dungeon itu segera setelah mereka masuk."
Berbaring di sofa dengan kaki di atas meja kopi, Yude sibuk membalik-balik halaman demi halaman laporan yang merinci semua hal yang telah diketahui oleh pihak-pihak yang telah melakukan misi di dungeon lab pada hari itu. Selama mereka tinggal di pulau itu, masing-masing pihak telah diberikan pondok tempat tinggal mereka sendiri—yang sebelumnya berfungsi sebagai akomodasi bagi para ilmuwan dan keluarga mereka—oleh para pejabat Dark Elf. Party Yude sendiri, Sword of Isles, telah diberi pondok terbaik di seluruh pondol itu, yang tidak hanya memiliki lokasi terbaik namun juga memiliki perabotan paling mewah. Yude mencermati laporan yang telah disusun malam itu juga. Teksnya berbunyi : Party Black Fools terlihat meninggalkan dungeon lab segera setelah masuk. Tampaknya mereka kehilangan keberanian setelah bertemu monster, dan mereka mengambil keputusan untuk meninggalkan tempat itu.
"Hmm. Apa mereka itu benar-benar party sering kita dengar itu?"
Eyrah berbicara sambil bersandar di sandaran sofa untuk melihat laporan di tangan Yude itu.
"Para ras rendahan itu bahkan lebih menyedihkan daripada yang pernah kubayangkan." Lanjutnya.
"Aku tidak akan mengatakan itu jika aku jadi kau." Kata Yude, mendorong Eyrah menjauh karena rambut perempuan itu menempel di wajahnya.
"Bagiku, hal ini menunjukkan bahwa mereka langsung mendapatkan informasi menarik, lalu segera keluar dari sana." Lanjutnya.
"Aku rasa tidak seperti itu." Kata Rayeh dengan meragukan.
"Maksudku, mereka hanyalah ras rendahan, dan laporan itu tidak mengatakan apapun tentang party mana pun yang menyerahkan informasi apapun."
Rayeh telah memanfaatkan kesempatannya untuk menyelipkan dirinya di antara Eyrah dan Yude, dan saat ini tersenyum penuh kemenangan karena berhasil merampas saudaranya itu dari posisinya di belakang sofa. Menemukan dirinya tergeser dari tempatnya di bahu orang yang dicintainya, Rayeh memelototi adik perempuannya itu, wajahnya menunjukkan ekspresi cemburu yang besar. Namun, di tengah semua itu, Yude sama sekali tidak mempedulikan persaingan antar kedua saudara perempuan itu yang terjadi di belakangnya.
"Memang, laporannya tidak menyebutkan itu, tapi aku tahu bocah berambut hitam itu pasti mendapatkan sedikit informasi menarik menggunakan Gift-nya. Aku bisa merasakan itu." Kata Yude.
"Aku berani bertaruh bocah itu memberi orang-orang kita cerita yang tidak masuk akal tentang apa yang terjadi pada hari pertama misinya, dan dengan mudahnya mengabaikan bagian tentang bocah itu yang memiliki Gift. Karena jika tidak, semua ini tidak masuk akal." Lanjutnya.
"Kalau begitu, jika kita beruntung, kurasa kita bisa mengetahui lebih banyak lagi di laporan besok malam untuk mendukung firasatmu itu." Kata Eyrah.
"Meskipun aku bertanya-tanya apa yang membuatmu begitu yakin bocah berambut hitam itu adalah pemilik Gift, Yude-sama." Terusnya.
"Aku bisa melihatnya di matanya." Jawab Yude sambil tertawa kecil.
"Lagipula, kita telah menculik sejumlah besar ras rendahan pemilik Gift sebelumnya. Ingat bagaimana beberapa dari orang-orang menjijikan itu berpikir bahwa mereka cukup kuat untuk melawan kita? Bocah itu memiliki pandangan yang sama seperti yang menolak ikut bersama kita secara patuh. Kau melihat bagaimana bocah itu tetap tenang bahkan ketika orang-orang membicarakan party-nya, bukan? Itu karena bocah itu tahu jauh di lubuk hatinya bahwa dia cukup tangguh untuk menahan diri jika terjadi perkelahian." Terusnya.
Mulut Yude melebar menjadi seringai lebar ketika dia mengingat pertemuan pribadinya dengan party Dark pagi itu juga.
"Bocah benar-benar menganggap dirinya sendiri memiliki Gift yang kuat. Dia bahkan mempunyai daya tarik yang cukup untuk membuat putri peri berambut perak itu menolak undanganku."
"Yude-sama, apa kamu serius ingin merekrut perempuan itu ke dalam party kita?"
Rayeh menggembungkan pipinya saat memikirkan ras rendahan itu menerima perhatian dari pemimpin tercintanya. Eyrah tentunya merasakan kemarahannya, namun Yude tidak peduli bagaimana perasaan kedua kakak beradik itu mengenai masalah tersebut.
"Ya. Aku benar-benar serius." Kata Yude.
"Aku tidak bisa mempercayai telingaku ketika aku pertama kali mendengar orang-orang menyebut manusia sebagai 'Putri Peri' dalam segala hal, tapi sekarang setelah aku melihatnya, aku menyadari bahwa nama panggilan itu tidak cukup menggambarkan betapa cantiknya dia. Aku harus menjadikannya miliku....."
Yude berhenti sejenak dan menjilat bibirnya, lalu melanjutkan.
"Tapi bukan itu intinya. Aku ingin memiliki Gift bocah untukku sendiri. Jika bukan karena Gift-nya itu, bocah itu tidak akan berani membuat sikap itu padaku pagi ini."
Yude benar-benar mendapat kesan bahwa Dark hanya bisa menunjukkan tingkat kepercayaan diri itu karena Dark memiliki Gift penakluk segalanya yang bisa anak itu manfaatkan untuk menang dalam pertempuran.
"Aku benar-benar merinding memikirkan seberapa besar kekuatan yang harus dimiliki oleh Gift itu." Lanjut Yude.
"Jika Gift itu sekuat yang aku kira, maka sayang sekali jika Gift itu dimiliki oleh ras rendahan sepertinya. Kalau ada orang yang ingin menggunakan Gift itu, itu adalah kita, karena kitalah yang akan mengalahkan White Knight. Tapi agar hal itu terjadi, kita perlu menyelamatkan Sionne, sehingga dia bisa menemukan cara untuk mengambil Gift dari seseorang dan memberikannya kepada orang lain." Terusnya.
“Aku sangat setuju." Kata Eyrah.
"Gift bocah laki-laki itu akan dimanfaatkan dengan lebih baik untuk mengalahkan White Knight." Lanjutnya.
"Kalau Gift itu membuat kita lebih kuat, tak seorang pun akan menyalahkan kita karena membunuh ras rendahan itu dan mencuri Gift-nya." Kata Rayeh, menimpali.
"Tidak masuk akal jika kita tidak mencobanya."
Mendapat penegasan ini dari Eyrah dan Rayeh—yang sekarang duduk di kedua sisi pemimpin mereka di sofa, menempel di tubuhnya—membuat Yude bersemangat.
"Kita tidak bisa menunda lagi dalam mempelajari cara mendapatkan Gift dari ras rendahan. Semoga saja Sionne masih hidup di dungeon itu."
Yude masih dapat mengingat dengan jelas keterkejutannya ketika dia bertemu dengan doppelgänger Sionne dalam salah satu penjelajahan pertamanya ke dungeon laboratorium itu bersama party-nya. Sampai saat ini, Yude tidak tahu apa Sionne yang asli sudah mati atau masih hidup, atau di mana lokasi sebenarnya.
"Lagipula, sepertinya kita membuat kemajuan lebih cepat dalam menjelajahi dungeon lab itu daripada yang kubayangkan, jika laporan dari party lain ini bisa dijadikan acuan."
Kata Yude kepada mereka berdua.
"Ini menunjukkan bahwa uang sangat berarti ketika kita ingin mengumpulkan orang-orang terbaik untuk suatu pekerjaan." Lanjutnya.
Eyrah tertawa kecil. "Tapi para rekrutan itu masih beberapa jauh di bawah kita dalam hal bakat sesungguhnya."
"Kau benar sekali." Kata Yude, menyetujui.
"Tapi jalan kita sendiri masih panjang dalam hal kekuatan. Kita perlu menyelesaikan misi ini segera, sehingga kita dapat membuat Gighis itu memberi kita informasi tentang Master. Belum lagi, kita perlu mengambil Sionne jika kita ingin mentransplantasikan Gift itu. Jika kita mendapatkan kembali, kita akan menjadi cukup kuat untuk menghancurkan para White Knight itu, dan tidak ada yang lebih bagus dari itu!"
Seolah-olah ingin menekankan kalimat terakhir ini, Yude melemparkan laporan itu ke atas meja dan tertawa terbahak-bahak, sementara Eyrah dan Rayeh hanya memandangi pemimpin mereka dengan penuh kasih sayang saat pemimpin mereka itu berbicara.
✰✰✰
Mei, Ellie, Nemumu, dan Gold berdiri di depan mejaku di kantorku di Abyss. Aku sibuk saat memberi pengarahan kepada sekutuku tentang misi yang akan kami mulai.
"Seperti yang kalian semua tahu, kemarin kita mendapat informasi intelijen yang menunjukkan dengan tegas bahwa Sionne masih hidup." Kataku.
"Kita yakin dia telah ditangkap oleh makhluk dari dunia lain yang dikenal sebagai Naga Jiwa, yang mungkin menjaganya tetap hidup untuk mendapatkan informasi tentang dunia ini darinya. Hal itu kabar baik bagi kita, tapi kelemahannya adalah semakin lama kita menunggu, semakin besar kemungkinan Naga Jiwa ini akan selesai mengekstraksi informasi yang diinginkannya dari Sionne dan menghabisinya."
Wajahku menjadi gelap ketika aku mengingat bagaimana Sionne dan anggota Concord of the Tribes lainnya telah mengkhianatiku secara brutal.
"Dalam keadaan apapun, kita tidak boleh membiarkan Naga Jiwa ini membunuh Sionne. Tidak sebelum aku membuatnya mendapat balasan atas perbuatannya kepadaku!"
Karena level kekuatanku yang sangat tinggi, energi penuh amarah yang memancar dariku pada saat itu menyebabkan seluruh tubuh Nemumu gemetar, dan bahkan Gold pun terlihat agak gelisah—meskipun dilihat dari reaksi Mei dan Ellie, mereka jauh lebih pengertian dan bersimpati pada kemarahanku. Ketika aku akhirnya menyadari bahwa kemarahanku mempengaruhi sekutuku, aku berusaha untuk menekan emosiku sebelum melanjutkan apa yang aku tinggalkan.
"Pembalasanku terhadap Sionne tentunya termasuk dalam daftar teratasku, tapi sekarang aku juga menyadari bahwa Naga Jiwa ini dapat menimbulkan kerusakan yang tak terhitung pada seluruh daratan, termasuk apa yang telah kita bangun di sini, di Abyss ini."
Menurut Ellie, dunia Naga Jiwa dan dunia kami dihubungkan oleh jembatan antar dimensi, dan jika portal ke dunia lain ini tetap terbuka terlalu lama, hal itu akan menimbulkan bencana dalam skala yang bahkan tidak dapat diprediksi oleh Ellie sendiri. Saat ini, kerusakannya terbatas pada beberapa getaran kecil yang bisa dirasakan di wilayah sekitar pulau dungeon, namun keadaan bisa saja meningkat ke titik di mana kehadiran dungeon itu bisa menghancurkan seluruh dunia.
"Jadi misi hari ini adalah menyerbu dungeon, mengambil Sionne dari Naga Jiwa, dan meminimalkan kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh portal antar dimensi dengan menutupnya." Jelasku.
"Untuk membantu kami mencapai semua itu, aku telah mengajak Ellie dan Mei untuk ikut serta dalam misi ini. Aku akan mengandalkan kalian berdua."
"Kamu dapat mengandalkanku, Light-sama." Kata Mei.
"Demi kehormatanku sebagai seorang maid, aku akan mendukungmu sepenuhnya dalam misi ini." Lanjutnya.
"Izinkan aku menangani penutupan portal antar dimensi itu." Sela Ellie.
"Aku tidak akan sepenuhnya yakin bagaimana melakukannya sampai aku melihat sendiri portalnya, tapi aku berjanji tidak akan terlalu sulit untuk menghancurkan jembatan antar dunia itu." Terusnya.
Aku perlu membawa Mei dan Ellie dalam misi ini untuk memastikan keberhasilannya. Meskipun Ellie yakin dia tidak akan mengalami banyak kesulitan untuk menutup portal, hal itu tidak memperhitungkan fakta bahwa Ellie dapat menutup portal itu dari Abyss, yang berarti Ellie harus melakukan perjalanan ke tingkat paling bawah laboratorium yang berubah menjadi dungeon itu untuk melakukannya, di situlah kami mencurigai Naga Jiwa sedang bersembunyi. Mei akan menjadi pendukung bagi Ellie. Meskipun Mei bukanlah seorang spesialis seperti Ellie, Mei mampu melakukan tugas yang sama pada level yang mendekati Ellie. Dengan kata lain, Mei adalah seorang serba bisa yang sangat kompeten yang akan mampu membantu Ellie dan menangani segala keadaan darurat yang mungkin muncul saat berada di level terdalam dungeon laboratorium itu. Aku berencana menggunakan kartu SSR Conceal pada Mei dan Ellie agar mereka bisa menemani party-ku tanpa diketahui kehadirannya oleh orang lain.
"Aku juga berpikir untuk membawa serta Nazuna, karena dia adalah petarung terkuat yang kita miliki...." Kataku sebelum mulai terdiam.
"Light-sama." Kata Ellie lembut.
"Menurutku Nazuna belum cukup siap untuk dibawa ke dunia permukaan."
"Aku khawatir penilaian Ellie benar." Kata Mei.
"Nazuna itu memang sangat kuat, tapi dia tidak memiliki kemampuan untuk merespon dengan cepat dan bijaksana terhadap keadaan yang tidak terduga. Rencanamu adalah agar kami menemanimu tanpa terlihat, tapi kita mungkin akan menghadapi situasi yang mengharuskan kami mengungkapkan diri dan berbicara dengan sejumlah besar petualang. Dalam situasi seperti itu, Nazuna tidak akan cukup punya akal untuk mengambil inisiatif." Lanjutnya.
Aku mendapati diriku mengangguk pada semua yang dikatakan kedua deputiku itu. Namun setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing, dan karena itu, sepertinya satu-satunya pilihan realistis adalah membiarkan Nazuna tetap di sini dan mempertahankan benteng kami lagi.
"Dan karena Aoyuki adalah Monster Tamer, dia akan berada dalam posisi yang sangat dirugikan jika melawan Naga Jiwa."
Pikirku keras-keras. Seperti namanya, Naga Jiwa terdiri dari jiwa-jiwa yang dikumpulkannya dari makhluk hidup, menurut Ellie. Atau dengan kata lain, monster itu diciptakan oleh sekelompok hantu yang menyatu.
"Membuat Aoyuki menjinakkan ribuan hantu itu sekaligus jelas mustahil." Kataku.
"Aoyuki mungkin bisa melakukannya dengan menjinakkan hantu-hantu itu satu demi satu, tapi itu mungkin akan memakan waktu yang lama."
Sejujurnya, aku bahkan tidak tahu apa Aoyuki bisa menjinakkan jiwa, jadi pada kesempatan ini, aku memintanya untuk tetap tinggal di Abyss bersama Nazuna.