Chapter 3 : Sionne’s Past
Ketika kami tiba di pondok tamu dengan kereta kuda, para petualang lain yang berkeliaran tampak terkejut karena kami kembali dari dungeon lab itu begitu cepat. Kami mengabaikan tatapan mereka dan langsung menuju pondok kami sendiri, di mana aku mengamankan ruang tamu menggunakan kartu anti pengintaianku. Setelah aku yakin kami semua baik-baik saja, aku menyampaikan kepada Gold dan Nemumu apa yang telah aku dapatkan dari Sionnes palsu itu. Setelah aku memberi pengarahan kepada party-ku, aku menyuruh mereka berdua untuk tetap berada di pondok itu sementara aku kembali ke Abyss menggunakan kartu Teleportation. Aku memasuki kantorku di lantai paling bawah dan bertemu Ellie, yang sudah menungguku di sana.
Aku sudah menghubunginya terlebih dahulu menggunakan kartu Telepathy, karena aku perlu melaporkan temuanku langsung kepada Ellie agar aku bisa mendapatkan pendapatnya tentang apa yang kutemukan. Ellie berdiri di seberang meja dariku dan mengangguk beberapa kali ketika aku merinci apa yang telah dapatkan dari klon Sionne itu dengan Appraisal yang aku gunakan dan potensi implikasi yang timbul darinya.
"Light-sama, aku yakin tidak ada seorang Master di dungeon laboratorium itu."
Kata Ellie setelah mendengar ringkasan yang aku dapatkan sejauh ini.
"Aku pikir ada kemungkinan lebih besar bahwa itu adalah sebuah kecelakaan."
"Sebuah kecelakaan?" Kataku.
"Apa kamu tahu kecelakaan macam apa yang mungkin terjadi itu, Ellie?" Tanyaku.
"Aku punya gagasan yang bagus untuk itu, Light-sama."
Kata Ellie sambil tersenyum cerah bagaikan bunga yang sedang mekar sempurna.
"Pertama-tama, menurutku tidak ada orang yang menggunakan Koshmar Summon, karena mantra itu dirancang untuk menutup portalnya lagi setelah pemanggilan itu selesai. Mantra itu tidak akan pernah membiarkan portal tersebut terbuka tanpa batas waktu, dan bahkan aku tidak bisa mempertahankan portal antar dimensi tetap terbuka selama berhari-hari." Jelasnya.
Yah, itu ada benarnya. Jika Level 9999, Forbidden Witch, Ellie tidak dapat membuka secara terus menerus portal yang akan mengubah seluruh bangunan menjadi dungeon, aku dapat dengan aman mengesampingkan bahwa ada seorang Master dapat melakukan trik itu.
"Tapi, aku yakin alasan laboratorium itu berubah menjadi dungeon karena munculnya jembatan menuju dunia lain." Kata Ellie.
"Dunia lain beroperasi dengan aturan berbeda dalam hal fisika dan sihir, tapi jembatan ini menyebabkan aturan sihir dan fisik kedua dunia saling terhubung, menyebabkan distorsi spasial di dungeon itu." Lanjut Ellie.
Suara dan ekspresi Ellie menjadi semakin muram saat dia melanjutkan.
"Kepulauan Dark Elf telah melaporkan getaran kecil di sekitar laboratorium itu, dan menurutku itu disebabkan oleh terlalu lamanya kedua dunia saling terhubung. Guncangan kecil ini bisa berkembang menjadi bencana dengan proporsi yang tak terhitung jika kita membiarkan kedua dimensi tersebut berbaur. Paling tidak, dungeon itu mungkin akan menghapus Kepulauan Dark Elf dari peta, dan skenario terburuknya, hal itu bisa menyebabkan kehancuran seluruh daratan, termasuk Abyss."
Mendengar besarnya bahaya yang kami hadapi, hal itu membuatku menjadi takut.
"Hal itu bisa menghancurkan seluruh daratan?"
"Yah, ini hanya dugaan, tapi aku yakin suatu kecelakaan terjadi saat Sionne melakukan eksperimennya, yang sayangnya menyebabkan terbentuknya hubungan antar dimensi ini." Kata Ellie.
"Karena bukan Master yang membuka portal itu, penjelasan yang paling mungkin adalah sebuah kecelakaan menciptakan celah yang tidak diketahui oleh siapapun cara menutupnya, itulah sebabnya hubungan antar dimensi ini dibiarkan memburuk."
"Begitu ya...." Kataku, sangat yakin dengan jawaban Ellie.
"Jadi semua bukti tidak langsung menunjukkan bahwa itu adalah sebuah kecelakaan dan bukan semacam Koshmar Summon." Terusku.
"Ya, itu benar, Light-sama." Jawab Ellie.
"Aku juga ingin menambahkan bahwa kemunculan doppelgänger Sionne itu adalah bukti kuat bahwa dia pasti masih hidup di suatu tempat jauh di dalam dungeon itu."
Kata Ellie, menambahkan hal itu.
"Apa?!"
Teriakku, tiba-tiba aku bangkit dari kursiku.
"Apa kamu yakin tentang itu, Ellie?!"
"Aku yakin sekali!"
Ellie menjawab, dengan bangga membusungkan dadanya yang indah untuk menunjukkan betapa yakinnya dia dalam penilaiannya.
"Karena kamu lah yang menggunakan Appraisal itu untuk menentukan bahwa Naga Jiwa terlibat dalam insiden dungeon ini, dan doppelgänger Sionne itu berfungsi sebagai bukti bahwa Sionne itu masih hidup." Lanjutnya.
Ellie kemudian menceritakan padaku semua tentang Naga Jiwa, termasuk bagaimana naga itu dulu ada di dimensi lain, dan bagaimana tubuh naga itu yang terdiri dari semua jiwa yang telah dikumpulkannya. Karena Ellie adalah ahli mantra Koshmar Summon, dia tahu satu atau dua hal tentang monster ini.
"Oh, dan satu hal lagi : Naga Jiwa tidak punya level kekuatan." Kata Ellie.
"Tidak punya level kekuatan?" Tanyaku.
"Ya, itu benar, Light-sama." Ellie menegaskan kembali.
"Naga Jiwa terbuat dari lebih dari sepuluh ribu jiwa, tapi naga itu hanya memiliki satu pikiran. Mungkin itu sebabnya melakukan Appraisal ke Naga Jiwa itu akan menampilkan 'Level tidak diketahui' dalam statistiknya. Naga itu adalah makhluk yang benar-benar aneh—walaupun, sebenarnya, 'Makhluk' mungkin bukan kata yang tepat untuk menggambarkannya, karena naga itu terbuat dari jiwa. Tapi yang aku tahu adalah Naga Jiwa akan menjadi lawan yang sangat sulit."
Kedengarannya Jiwa Naga adalah kasus yang istimewa, bahkan Ellie pun mengkhawatirkannya. Karena monster ini mengumpulkan jiwa, monster ini membunuh hampir semua makhluk hidup yang ditemuinya, meskipun ada kalanya Naga Jiwa tidak membunuh makhluk yang ditemuinya. Terkadang, monster itu membiarkan makhluk tetap hidup di dalam tubuhnya, dan membuat salinan mana berdasarkan informasi yang diserap dari korbannya. Fakta bahwa dungeon itu menghasilkan salinan Sionne berarti Sionne yang asli pasti masih hidup dan terperangkap di dalam Naga Jiwa.
"Aku masih percaya kalau ini masih belum terlambat untuk membalas dendam pada Sionne, Light-sama." Kata Ellie, meyakinkanku.
"Dan berbicara sebagai seorang penyihir, aku juga menyarankanmu untuk mencoba menutup portal antar dimensi itu sesegera mungkin. Jika kita membiarkan portal itu terbuka terlalu lama, portal itu dapat menyebabkan kerusakan yang tak terhitung banyaknya. Seperti yang aku katakan sebelumnya, hal itu bahkan bisa mempengaruhi Abyss, bersama dengan keseluruhan daratan yang ada." Lanjutnya.
"Aku tidak pernah membayangkan misi untuk mengetahui apa Sionne itu masih hidup atau tidak akan menghasilkan bukti keberadaan Naga Jiwa penghancur dunia itu."
Kataku sambil membungkuk di atas meja dan mengusap pelipisku.
"Apa ini keberuntungan atau kesialan?"
Bagaimanapun juga, jika aku ingin membalas dendam pada Sionne, aku harus mengambilnya kembali dari dalam Jiwa Naga itu dan memutus hubungan antar dimensi. Aku duduk kembali di kursiku dan mengeluarkan perintah kepada Ellie.
"Aku ingin kamu dan Mei ikut bersamaku besok untuk menjelajahi dungeon itu. Sekarang sepertinya aku harus membalas dendam pada Sionne, menutup portal ke dunia lain, dan mengalahkan Naga Jiwa ini. Ellie, aku akan menyerahkan kepadamu untuk menghubungi Mei sehingga kita semua bisa bersiap untuk bepergian ke sana."
"Sesuai keinginanmu, Light-sama."
Kata Ellie sebelum dengan gembira membungkuk hormat dengan satu tangan menopang topinya sementara tangan lainnya memegang roknya ke samping.
"Serahkan semuanya padaku!" Lanjutnya.
✰✰✰
Naga Jiwa terbaring meringkuk di tingkat paling bawah dari laboratorium yang berubah menjadi dungeon, sebuah ruang yang dulunya merupakan satu-satunya tingkat bawah tanah di institusi tersebut. Sionne melayang di dalam Naga Jiwa itu, seperti janin di dalam rahim ibunya. Pada saat ini, Sionne bermimpi tentang hidupnya hingga saat ini.
Sionne selalu adalah orang yang jenius. Dia telah belajar membaca sejak usia muda dan mencerna setiap buku yang dimiliki orang tuanya di rak mereka, bahkan ketika anak-anak seusianya menghabiskan waktu mereka dengan bermain game. Tidak lama kemudian dia menghafal setiap kata dalam buku-buku itu, yang mencakup berbagai subjek, termasuk teori sihir, kedokteran, dan lingkaran sihir. Dengan demikian, Sionne memperoleh perpustakaan pengetahuan internal yang tidak dapat dicapai oleh ilmuwan biasa, yang biasanya akan membuat orang tua cemas, meskipun karena kedua orang tua Sionne sendiri adalah ilmuwan, mereka sangat gembira atas kedewasaan putri mereka sebelum waktunya. Mereka mencurahkan semua sumber daya mereka ke dalam pendidikan putri mereka untuk memaksimalkan bakat akademis putrinya, karena walaupun orang tua Sionne sering kali terlalu tenggelam dalam penelitian mereka sendiri untuk melakukan percakapan normal dengan anak mereka, mereka melihat kesempatan langka untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang akan terjadi jika banyak uang dihabiskan untuk menyediakan lingkungan belajar terbaik untuk membesarkan seorang anak sebagai ilmuwan sejak usia sangat muda.
Untuk mencapai tujuan ini, kedua orang tua Sionne itu membelikannya buku-buku terbaru dan memintanya mengemukakan teori-teori yang dapat Sionne uji dalam eksperimen penuh. Kehidupan Sionne sebagai anak ajaib adalah yang terbaik, namun kemudian, sebuah tragedi terjadi. Ibu dan ayahnya meninggal dalam kecelakaan saat mereka sedang meneliti cara menyederhanakan mantra kelas strategis. Sionne menjadi yatim piatu di usia muda dan tidak ada sanak saudara lain yang dapat menampungnya, namun karena orang tuanya telah melakukan penelitian di Kepulauan Dark Elf, negara memastikan gadis kecil itu dirawat. Para Dark Elf sangat menghargai penemuan-penemuan ilmiah yang sukses, karena mereka melihat terobosan-terobosan ini sebagai cara paling efektif untuk bersaing melawan Kerajaan Elf dan kebiasaan mereka memaksimalkan kekuatan mereka melalui pencampuran garis keturunan, sehingga pihak berkuasa memberikan penghargaan kepada para ilmuwan yang terlambat atas kontribusi mereka dengan memberikan tunjangan kematian putri mereka.
Ketika Sionne pertama kali mendengar kematian orang tuanya, dia tidak menitikkan air mata sedikit pun, meskipun itu bukan karena dia membenci orang tuanya—bahkan, dia merasa sangat disayangkan kedua orang tuannya meninggal sebelum keduanya dapat menyaksikan hasil dari penelitian mereka—namun karena gadis kecil itu memandang peristiwa tersebut dari sudut pandang analitis murni sebagai sesama ilmuwan. Dia tidak menunjukkan emosi yang biasa diharapkan dari seorang anak yang baru saja kehilangan orang tuanya. Kurangnya kesedihan atas kematian orang tuanya itu berasal dari ketidakmampuannya untuk berempati dengan perasaan atau rasa sakit orang lain—suatu kondisi yang sudah terlihat sejak lahir—dan hal itu berarti, daripada menangisi kehilangan keluarganya, dia malah sepenuhnya fokus membangun masa depan tanpa orang tuanya. Ketika Sionne baru berusia sepuluh tahun, dia mengikuti ujian masuk di sekolah penyihir elit Kepulauan Dark Elf. Meskipun secara teknis dia masih terlalu muda untuk mengikuti tes, dia diberikan pengecualian karena tunjangan kematian yang diberikan negara kepadanya. Gadis kecil itu lulus ujian masuk dengan nilai sempurna dan menjadi Dark Elf termuda yang pernah diterima di sekolah penyihir.
Pada usia tiga belas tahun, Sionne telah membangun catatan akademis yang membuatnya mendapatkan gelar sebagai murid berprestasi tertinggi dalam sejarah sekolah, dan di atas semua itu, institusi tersebut secara resmi telah kehabisan mata pelajaran untuk diajarkan kepadanya. Pada titik inilah sekolah penyihir memutuskan untuk merekomendasikan Sionne untuk masuk Sekolah Sihir di Kerajaan Sembilan, sekolah sihir paling selektif di dunia. Sebagai bagian dari proses penerimaan, Sekolah Sihir itu telah menerima laporan tentang bidang penelitian baru Sionne—mantra sihir yang memanipulasi jiwa—yang dinilai sangat tinggi oleh para profesor di sekolah tersebut, dan Sionne secara resmi diterima di institusi elit. Sionne akhirnya lulus dari Sekolah Sihir dalam waktu singkat—hanya dalam waktu satu tahun—dan setiap profesor di sekolah itu menginginkan ilmuwan berusia empat belas tahun itu menjadi bagian dari mereka. Setiap tim peneliti di sekolah memperkirakan bahwa mereka akan mampu menekuni bidang studi mereka sepenuhnya jika Sionne termasuk di antara mereka.
Meskipun Sionne pada dasarnya diperlakukan seperti lampu ajaib yang dapat mengabulkan permintaan, Sionne jarang mengungkapkan kegembiraan atas perlakuan khusus yang dia terima. Bagi Sionne, laboratorium mana pun yang dapat memberinya ruang yang dia perlukan untuk melakukan penelitian mengenai topik pilihannya tanpa gangguan apapun sudah cukup baginya. Akhirnya, Sionne memilih untuk bekerja di laboratorium yang memungkinkannya mendapatkan semua waktu yang dia perlukan untuk penyelidikan ilmiahnya, tanpa mempertimbangkan bagaimana keputusannya akan mempengaruhi dinamika kekuatan di Sekolah Sihir. Sionne akhirnya dapat memfokuskan seluruh energinya untuk meneliti jiwa—khususnya, pada teori bahwa Gift itu terkait dengan jiwa. Kebanyakan orang mengira Gift adalah kemampuan sihir yang diberikan oleh Sang Dewi untuk manusia terpilih—dan hanya untuk manusia saja—dan karena aspek spiritual ini, para ilmuwan percaya bahwa Gift tertulis di dalam jiwa mereka. Sionne mulai meneliti cara-cara menghilangkan Gift itu dari jiwa manusia secara buatan, serta kemungkinan memanipulasinya untuk tujuan lain.
Jika terobosan seperti itu bisa dicapai, hal itu berpotensi membuat ras yang menguasai teknik tersebut menjadi lebih kuat daripada para Dragonute. Ada kemungkinan bahwa Gift baru dapat diciptakan, misalnya, memberikan keabadian kepada seseorang, serta banyak kemampuan lain yang didambakan yang serupa. Penelitian ini bahkan mungkin mengarah pada penciptaan dewa baru. Jika Sionne berhasil dengan penelitiannya, para Dark Elf akan langsung mendapatkan dominasi atas ras lain. Sayangnya, Sionne begitu terpaku dengan penelitiannya, dia gagal mengindahkan tanda-tanda peringatan bahwa tidak semua orang setuju dengan metodenya sampai semuanya sudah terlambat.
"Sionne, kami harus memintamu pergi."
Kata Profesor Pengawas setelah memanggilnya ke kantornya.
"Tidak ada lagi tempat bagimu di laboratorium ini, atau di mana pun di Sekolah Sihir ini."
Sionne menatap Professor itu seolah-olah Profesor itu baru saja berbicara bahasa roh kepadanya. Bagaimanapun, Profesor itu berbicara tentang memecat seorang ilmuwan terkemuka yang berada di ambang terobosan besar.
"Sampai saat ini, kami mengizinkanmu menggunakan hewan dan monster saat melakukan eksperimen tentang jiwamu itu."
Profesor Pengawas itu memberitahu Sionne yang terlihat kebingungan.
"Laboratorium lain menggunakan monster sebagai subjek uji untuk mengukur efektivitas serangan sihir baru, jadi kami tidak berhak mengutukmu atas praktik ini. Tapi, kau sudah melakukan eksperimen langsung pada manusia melewati batas. Kau membunuh subjek ujianmu dengan kejam dan sewenang-wenang, dan akademi ini tidak bisa lagi menutup mata terhadap kebiadaban seperti itu."
Ekspresi Sionne yang biasanya sangat tenang mengeras, dan ketika Sionne membalas, nadanya terdengar pedas.
"Keputusan ini sangat tidak koheren. Subjek uji manusia yang aku gunakan adalah budak yang aku dapatkan dari uangku sendiri, dan aku berhak membunuh mereka, karena mereka semua adalah penjahat yang pantas dihukum. Akademi ini tidak punya alasan untuk menghukumku."
Ketidakpedulian Sionne yang merasa benar sendiri itu menyebabkan Profesor Pengawas itu menghela napasnya.
"Sionne, tempat ini adalah akademi penelitian, bukan ruang eksekusi. Kami tahu semua tentang betapa mengerikannya kau menyiksa subjek tesmu itu, karena kami dapat mendengar mereka berteriak dan memohon belas kasihan, hari demi hari. Kau menakut-nakuti murid kami dan kami telah menerima keluhan tentang masalah ini."
"Jika para murid menjadi takut karena mendengar suara-suara yang dibuat oleh beberapa hewan laboratorium, maka mereka tidak memenuhi syarat untuk menjadi ilmuwan." Kata Sionne dengan marah.
"Tidak ada terobosan yang terjadi tanpa pengorbanan, dan ras rendahan itu hanya barang yang bisa dibuang. Mereka yang merasa terganggu dengan eksperimenku adalah mereka yang salah." Lanjutnya dengan marah
"Tolong jangan melontarkan kata-kata rasis saat kau berada di Akademi kami."
Kata Profesor Pengawas itu, menegurnya.
"Lembaga penelitian ini terbuka untuk semua orang yang berbakat. Tidak ada batasan ras di sini."
Profesor Pengawas itu menawarkan untuk membatalkan pemecatannya jika Sionne beralih ke bidang penelitian yang lebih dapat diterima, namun Sionne menolak proposal tersebut dan meninggalkan Sekolah Sihir. Akademi itu memberinya paket uang pemecatan yang besar, yang juga berfungsi sebagai cara mereka mengatakan bahwa pintu mereka tertutup permanen untuknya. Setelah dipecat, Sionne memilih untuk kembali ke Kepulauan Dark Elf.
Jika aku mengajukan proposal penelitianku kepada pihak berkuasa di Kepulauan Dark Elf, aku dapat melanjutkan penelitianku dengan dukungan penuh dari negaraku.
Pikir Sionne dalam hatinya.
Dari semua negara, Kepulauan Dark Elf adalah negara yang paling dermawan dalam memberikan bantuan kepada para peneliti. Jika sebuah proyek disetujui, seluruh pulau akan dialokasikan untuk keperluan pelaksanaan penelitian, beserta semua fasilitas, pendanaan, pegawai, dan keamanan yang diperlukan. Sionne yakin bahwa Kepulauan Dark Elf akan mendukung proposal penelitiannya dan memberinya kebebasan dalam melakukan eksperimennya, karena semuanya selalu berjalan sesuai keinginannya—setidaknya sampai dia dipecat.
Saat mereka memberiku labku, mungkin kali ini, aku harus berhati-hati agar tidak terlalu menyiksa budak-budak ras rendahan itu. Aku sungguh terhibur melihat mereka berteriak sekuat tenaga dan sering kali aku terbawa suasana untuk menyakiti mereka. Dan berkat itu, aku harus meninggalkan Akademi. Meskipun aku benar-benar menikmati membuat para ras rendahan itu menjerit.
Pikir Sionne dalam hatinya.
Sionne tidak mempunyai hobi apapun karena dia mengabdikan seluruh dirinya untuk penelitiannya, namun ketika dia melakukan eksperimen pada manusia, dia menemukan bahwa dia memiliki kesukaan khusus untuk menimbulkan rasa sakit pada subjek ujinya sebelum menghabisi nyawa mereka. Dia sering kali menimbulkan lebih banyak rasa sakit pada korbannya daripada yang diperlukan hanya untuk mendengar mereka berteriak lebih keras, dan meskipun dia tidak mengakuinya pada saat ini dalam hidupnya, Sionne telah menjadikan sadisme sebagai hobi rahasianya. Namun, rencana Sionne gagal ketika Kepulauan Dark Elf segera menolak proposal penelitiannya itu.
Faktanya, penelitiannya itu langsung dibuang ke tempat sampah begitu penjaga gerbang melihat namanya tertera di sana. Pihak berkuasa di Kepulauan Dark Elf telah menerima kabar tentang penelitian Sionne terhadap jiwa-jiwa dari Akademi, termasuk semua keluhan yang diajukan terhadapnya, ditambah kurangnya kemajuan yang dia capai dalam menghasilkan temuan apapun. Setelah mengalami kekecewaan kedua dalam kehidupan profesionalnya dalam waktu yang begitu singkat, Sionne menghabiskan beberapa minggu berikutnya dengan mengurung diri di sebuah kamar di sebuah penginapan di salah satu pulau.
Aku telah mengumpulkan cukup banyak uang dari warisanku, tunjangan kematian, gajiku sebagai peneliti, dan paket pemecatanku. Tapi semua itu tidak cukup untuk melanjutkan penelitianku sendiri.
Pikir Sionne dalam hati sambil memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya
Pada akhirnya, Sionne berhasil keluar dari ketakutannya dengan menanamkan seluruh uangnya ke dalam investasi, kemudian mendapatkan lebih banyak lagi dengan mendaftar sebagai seorang petualang. Sionne telah memperoleh banyak pengalaman dalam menjebak dan menangkap hewan dan monster besar untuk melakukan eksperimennya selama dia berada di Kerajaan Sembilan, jadi dia mengalami sedikit kesulitan dalam menyelesaikan misi. Dia memastikan untuk menyelesaikan misinya dalam waktu singkat, sehingga dia dapat mencurahkan sisa waktunya untuk penelitiannya, dan semua yang dia peroleh saat melakukan misi digunakan untuk investasi yang lebih besar lagi, karena dia berencana menghasilkan uang dari aset yang nilainya meningkat. Karena penampilannya, Sionne hanya memiliki sedikit masalah dalam menarik perhatian laki-laki—setidaknya pada awalnya. Sebagian besar perhatian ini datang dari para petualang yang tidak memiliki harapan untuk membuat nama mereka terkenal dan ingin hidup dari kekayaan kecil Sionne, namun begitu para orang ini mendengar cara Sionne berbicara, mereka segera menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan kepribadian yang sangat meresahkan.
Ini hanya membuktikan apa yang kudengar tentang kesulitan yang muncul saat mencoba memahami perasaan lawan jenis. Orang-orang ini tertarik pada penampilanku, bentuk tubuhku, dan uangku, tapu mereka segera menjauhkan diri begitu aku mulai berbicara dengan mereka. Aku tidak memahami pola perilaku ini.
Renung Sionne dalam dirinya.
Sionne menghabiskan hari-harinya membangun reputasinya sebagai seorang petualang yang sangat terampil dan sangat efisien, sementara pada saat yang sama, mendapatkan ketenaran sebagai seseorang yang tidak waras. Sionne tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang tentang dirinya, melainkan hanya berfokus pada pengumpulan dana untuk penelitiannya. Namun bahkan setelah melakukan hal ini selama beberapa waktu, semua modal yang dia kumpulkan tidak cukup untuk menyewa tim peneliti permanen, apalagi mendapatkan fasilitas yang memungkinkannya untuk menyiksa budak manusia tanpa gangguan. Suatu hari, seseorang yang mengaku sebagai utusan dari Kepulauan Dark Elf datang mengunjungi Sionne.
"Kau sedang mencari seorang Master?" Sionne bertanya.
"Ya, Sionne-san."
Kata Dark Elf itu, bibirnya sedikit melengkung ke atas membentuk senyuman kaku dan senyum asal-asalan seorang birokrat.
"Kami membutuhkan kecantikan dan keterampilanmu sebagai seorang petualang untuk misi rahasia. Maukah kau mengizinkan kami menggunakan asetmu itu demi kebaikan negara?"
Kedua Dark Elf itu duduk berhadapan di sebuah meja di kamar Sionne di penginapan yang dia jadikan rumahnya. Sionne membuka-buka dokumen yang diberikan utusan itu padanya.
"Persyaratan ini sangat murah hati." Kata Sionne.
"Master" yang dicari oleh pihak berkuasa di Kepulauan Dark Elf ini adalah manusia dengan kekuatan super yang dianggap oleh negara-negara di dunia sebagai ancaman potensial. Sionne diberitahu bahwa jika dia berhasil membujuk Master ini untuk datang ke sisinya, dia akan diberi kesempatan untuk menikahi keturunan dari salah satu dari empat klan penguasa yang memerintah Kepulauan Dark Elf. Kesepakatan ini juga disertai jaminan tanpa syarat bahwa negara akan memberikan apapun yang diinginkannya. Dan jika bahkan setelah tiga puluh tahun, Sionne gagal menemukan seorang Master, negaranya akan tetap memberinya laboratorium serta mensubsidi penelitiannya secara finansial—setidaknya sampai batas tertentu. Sionne tidak terlalu peduli untuk menikah dengan bangsawan, namun prospek dukungan negara untuk penelitiannya baik dia berhasil dalam misi ini atau tidak sudah cukup untuk membangkitkan minatnya. Pemanis seperti itu lebih dari yang pernah diimpikan Sionne. Tentunya, pihak berkuasa Kepulauan Dark Elf itu telah membuat tawaran dengan cara ini untuk memastikan Sionne tidak mungkin menolaknya, karena Sionne tidak hanya memiliki kemampuan sebagai seorang petualang, dia juga seorang perempuan yang bisa berkomitmen pada misi ini untuk jangka panjang, dan ini adalah kualitas yang tidak dapat ditawarkan oleh kandidat lain. Terlebih lagi, Sionne memiliki ketertarikan yang tulus untuk melihat seorang Master itu secara langsung.
Jadi Master adalah ras rendahan dengan kekuatannya melampaui ras lain?
Sionne merenung pada dirinya sendiri.
Itu menunjukkan bahwa mereka memiliki Gift yang sangat kuat, dan sebagai seorang peneliti, ini sangat membangkitkan rasa ingin tahuku.
Namun, keingintahuannya tidak sedemikian rupa sehingga dia mempertimbangkan untuk mencuri "Master" ini dari bawah hidung negaranya.
"Aku melihat tidak ada masalah dengan misi yang telah ditetapkan. Aku akan berpartisipasi." Kata Sionne kepada utusan itu.
Dan begitulah cara Sionne menjadi anggota resmi party Concord of the Tribes, siap menunggu selama tiga puluh tahun penuh untuk mendapatkan laboratorium penelitian impiannya. Penugasan ini juga berarti dia tidak perlu membuang waktu untuk berinvestasi lebih banyak atau memantau portofolionya, jadi dia menghabiskan waktu luang ekstra untuk melakukan penelitian. Namun, party-nya tidak membutuhkan waktu lama untuk menemukan kandidat Master itu : seorang anak laki-laki bernama Light.
Sayangnya, pemeriksaan latar belakang menentukan bahwa Light bukanlah seorang Master, dan negara-negara sponsor telah memerintahkan party Concord of the Tribes untuk membunuh anak manusia tersebut. Party tersebut memilih Abyss sebagai tempat untuk menyerang Light dan menutupi pembunuhan mereka, namun saat menjalankan rencana ini, Light tersandung jebakan teleportasi dan menghilang tanpa jejak. Pencarian di dungeon itu—atau sebanyak mungkin yang mereka bisa—tidak menemukan tanda-tanda Light, dan negara-negara yang mensponsori party tersebut memutuskan bahwa tidak mungkin Light masih hidup. Berkat ini, Kepulauan Dark Elf memutuskan untuk tidak hanya memberi Sionne laboratorium penelitian namun juga seluruh pulau tempat dia dapat menampung proyeknya. Secara resmi, pihak berkuasa membenarkan pemberian tersebut dengan menyatakan bahwa proyek penelitian Sionne adalah untuk kepentingan nasional.
Sionne mengabdikan tiga tahun berikutnya untuk melanjutkan pekerjaan hidupnya dalam meneliti jiwa. Beruntungnya bagi Sionne, saat mendengar topik penelitian Sionne itu, Yude Sang petualang A-Rank menawarkan bantuannya, dan tidak hanya Yude menyuntikkan dana ke proyek tersebut, dia juga setuju untuk secara diam-diam menculik manusia pemilik Gift dari tipe yang jarang ditemukan di pasar budak.
Meskipun Yude dan party-nya merasa bahwa menculik "Ras Rendahan" membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga daripada yang mereka rasakan, mereka melaksanakan tugas tersebut sesuai instruksi tanpa terlalu banyak keluhan. Korban penculikan berkisar dari anak-anak hingga orang tua, dan kelompok Yude membantai siapa saja yang menghalangi mereka. Karena aktivitas rahasia ini merupakan kejahatan serius, Yude dan party-nya terpaksa membunuh semua saksi, meskipun itu berarti membantai seluruh penduduk desa. Baik pihak Yude maupun Sionne sendiri tidak merasa bersalah atas apa yang mereka lakukan, karena mereka menganggap manusia tidak lebih dari sekedar binatang yang bisa berbicara, dan mereka berpendapat bahwa korbannya seharusnya senang karena para Dark Elf telah menemukan manfaat bagi mereka.
Setelah bertahun-tahun mengumpulkan jumlah tubuh yang lumayan banyak demi penelitiannya, Sionne akhirnya menemukan sesuatu yang dapat memuaskan rasa hausnya akan pengetahuan : Naga Jiwa. Beberapa saat kemudian, Sionne melayang-layang di dalam makhluk itu dan dibuat menyaksikan kehidupannya melintas di depan matanya. Namun, Naga Jiwa tidak serta merta menyiksa Sionne dengan melakukan ini; itu semua adalah bagian dari proses mengekstraksi informasi dari tubuhnya, sehingga naga itu bisa mempelajari cara-cara dunia baru yang asing baginya. Pada saat yang sama, Naga Jiwa menyebarkan pengetahuannya sendiri tentang jiwa kepada Sionne. Monster itu tahu jauh lebih banyak tentang jiwa daripada yang bisa dibayangkan oleh ilmuwan Dark Elf, dan Sionne dibanjiri dengan informasi, namun bukannya merasakan sakit, Sionne malah mendapati seluruh pengalaman itu lebih seperti mendengarkan musik yang menenangkan. Seiring berjalannya waktu, Sionne dan Naga Jiwa semakin dekat dengan kebangkitan.