Chapter 14 : Three-Year Reunion
"Apa kamu baik-baik saja, Ellie? Sepertinya kamu kehilangan banyak mana." Tanyaku.
"Aku...."
Ellie memulai, lalu tersenyum dengan ekspresi kuat.
"Aku baik-baik saja. Aku masih memiliki banyak mana yang tersisa. Hanya saja Nazuna menyebabkan begitu banyak kerusakan di lantainya, yang tiba-tiba menyedot mana keluar dari diriku, dan kapan pun itu terjadi, aku bisa merasakannya di kakiku. Tapi jangan khawatir. Mana yang hilang pada akhirnya akan pulih dengan sendirinya."
Aku memutuskan bahwa tidak sopan jika aku mengoreknya lebih jauh, jadi aku memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan.
"Jadi...." Kataku, memulai.
"Aku melihat pertarungan di lantai empat berjalan seperti yang diharapkan. Meski menurutku pertarungan itu tidak akan berakhir secepat itu." Lanjutku.
"Nazuna melawan Elf Level 3000." Kata Ellie singkat.
"Itu membuktikan bahwa Elf itu bukanlah lawan yang baik pada awalnya. Meskipun aku benar-benar berpikir Elf itu akan melawan Nazuna menggunakan semacam senjata atau kekuatan yang hanya diketahui dari Kerajaan Elf." Lanjut Ellie.
"Mereka memanggilnya 'Silent Hardy', jadi kupikir dia pasti punya sesuatu yang besar."
Kataku kepada Ellie.
"Tapi kurasa yang dia lakukan pada akhirnya hanyalah menaikkan level dan menciptakan pedang tak kasat mata. Bukan berarti menaikkan level kekuatannya menjadi 4000 itu tidak akan ada gunanya melawan Nazuna. Yah, bagaimanapun, Nazuna menangkapnya, jadi menurutku Nazuna menjalankan misinya dengan sukses."
"Kuharap ini mengajarinya pentingnya mengendalikan kekuatannya sendiri."
Kata Ellie, mendengus.
"Mrrow." Aoyuki mendengkur.
Kami semua berada di lantai lima, dan aku sedang duduk di singgasanaku, menerima laporan tentang bagaimana berbagai pertempuran di menara berlangsung. Para White Knight dan Sasha telah memasuki menara dan terkena jebakan teleportasi yang dibuat Ellie dengan tujuan untuk menyebarkan mereka ke lantai yang berbeda. Nazuna adalah orang pertama yang memenangkan pertarungannya, mengalahkan Komandan White Knight di lantai empat, dan sepertinya pertarungan di tiga lantai lainnya juga hampir selesai. Nyatanya pertarungan Nazuna begitu cepat, ceramah yang didapat dari Ellie justru memakan waktu lebih lama.
Ellie berdiri di sebelah kiriku, di samping singgasana, sementara Aoyuki di sebelah kananku. Aoyuki memantau aktivitas baik di dalam maupun di luar Great Tower menggunakan hubungan mental yang dia buat dengan monster dia kendalikan yang telah dikerahkan ke sejumlah lokasi. Ellie telah merapal mantra pemulihan untuk membuat para Elf itu tetap hidup, sekaligus memastikan menara tetap utuh. Berkat mantra pemulihan Ellie, petarungku bisa menyerang para Elf itu sesuka mereka tanpa perlu khawatir akan terjatuh ke laut dan membunuh mereka secara tidak sengaja.
Sihir Ellie juga memastikan para Elf itu tidak bisa melarikan diri hanya dengan menerobos dinding. Semua itu bukan satu-satunya efek dari mantra Ellie, namun benang merahnya adalah semuanya harus mengorbankan mana. Ketika Nazuna menyebabkan kerusakan parah pada menara dalam pertarungannya melawan Hardy, Ellie mengerang sedikit dan kakinya lemas dan gemetar seperti anak rusa yang baru lahir. Pertama kali hal itu terjadi, aku bertanya-tanya apa yang terjadi dengannya, namun Ellie dengan cepat menjelaskan bahwa reaksi ini adalah akibat dari penurunan mana yang tiba-tiba dan tidak terduga. Ellie menambahkan bahwa jika dirinya tahu mana yang akan habis sebelumnya, dia akan mampu menahannya tanpa bergeming.
Aku bisa melihat bagaimana seseorang mungkin tidak terkejut jika seseorang yang mereka kenal muncul di belakang mereka dan berteriak keras di telinga mereka, namun apa mereka benar-benar akan mengeluarkan suara aneh yang dibuat Ellie jika teriakan itu benar-benar tidak terduga? Setelah pulih dari hilangnya mana secara tiba-tiba, Ellie meminta izinku untuk menggunakan kartu SR Telepathy, agar dia bisa menegur Nazuna. Tidak lama setelah teguran pertama itu, Ellie kembali mengerang kecil dan mulai memberi Nazuna teguran lagi melalui kartu Telepathy. Meskipun aku merasa kasihan kepada Nazuna, namun teguran Ellie itu benar-benar di luar kendaliku.
Yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum canggung saat aku meninggalkan Ellie untuk berteriak pada Nazuna. Setelah selesai, Ellie menghela napas dan meletakkan tangannya di pelipisnya, seolah-olah sakit kepala sedang datang.
"Aku tahu Nazuna itu kuat, tapi dia selalu saja seperti itu. Mungkin dia bertingkah seperti anak bungsu karena dia adalah kartu SUR terakhir yang kamu panggil, Light-sama, tapi karena wataknya yang kekanak-kanakan, semua orang bersikap lunak kepadanya, dengan satu atau lain cara. Kita perlu melakukan sesuatu tentang bagaimana kita bertindak terhadap Nazuna demi kebaikannya sendiri." Kata Ellie.
Aku setuju dengan omelan Ellie. Singkatnya, Nazuna kuat. Nazuna sedikit kurang tahan terhadap sihir dibandingkan beberapa orang, namun semua statistik lainnya berada di luar grafik. Faktanya, Nazuna sangat kuat, jika Nazuna melawan Aoyuki dan Ellie dalam pertarungan satu lawan dua, tidak ada yang tahu siapa yang akan keluar sebagai pemenang. Namun, seperti yang Ellie katakan, Nazuna bertingkah seperti anak bungsu dalam sebuah keluarga. Semua orang sepertinya memaafkan perilakunya dengan kalimat, "Itu hanya Nazuna" dan harus kuakui, para pelayan peri memang cenderung banyak menghiburnya. Bahkan Iceheat—yang sangat taat pada aturan—tampaknya memperlakukan Nazuna dengan lembut. Dan tentunya, aku juga sama. Sebagai hasil dari cara kami memperlakukan Nazuna seperti itu, Nazuna akhirnya bertindak berlebihan bukan hanya sekali namun dua kali saat melawan Hardy, dan efeknya kembali menimpa Ellie. Tanpa sadar aku mulai memikirkan bagaimana jadinya keempat letnanku itu sebagai saudara perempuan yang sebenarnya.
Aku kira Mei akan menjadi kakak perempuan tertua yang bertanggung jawab, Aoyuki akan menjadi kakak perempuan kedua yang tenang dan cerdas, Ellie adalah anak tengah yang berbakat tapi terus-menerus mendapatkan masalah dari adik termuda, sementara Nazuna adalah adik perempuan termuda yang bersemangat.
Anggapan itu dalam pikiranku terlalu sesuai dan aku tidak bisa menahan senyumku.
"Mrrreow?" Aoyuki mengeong.
"Hmm?" Kataku.
"Oh, benar. Tamu istimewa kita akan segera tiba."
Aku bisa merasakan "Tamu istimewa" ini—yakni Sasha dan tunangannya, Mikhael—mendekati ruang singgasana saat kami berbicara. Mereka membutuhkan waktu lama untuk sampai ke sini karena mereka terlalu berhati-hati saat melewati lantai ini, waspada terkena jebakan lagi. Bahkan Ellie menyadari kedua Elf itu semakin mendekat, dan Ellie menempatkan indranya dalam kewaspadaan tinggi.
"Mereka akan tiba." Kata Ellie.
"Aku minta maaf, Light-sama. Aku tidak seharusnya mengeluh tentang Nazuna saat kita terlibat dalam operasi penting ini." Lanjutnya.
"Itu tidak masalah." Jawabku.
"Faktanya, mendengar itu merupakan hal yang bagus untuk menghabiskan waktu. Tapi sekarang, kita punya urusan yang jauh lebih penting untuk diselesaikan, jadi inilah saatnya kita semua fokus." Lanjutku.
"Baik, Light-sama." Kata Ellie.
"Mroww!" Aoyuki mengeong setuju.
"Ellie." Aku menambahkan.
"Saat Sasha dan Mikhael memasuki ruangan ini dan pintunya tertutup di belakang mereka, kirim pesan ke empat petarung lainnya untuk bersiap mengangkut mayat para White Knight yang tidak berdaya yang mereka lawan hingga ke lantai ini."
"Sesuai perintahmu, Light-sama." Jawab Ellie.
Setelah menyampaikan instruksi terakhir ini, aku memakai SSR Fool’s Mask dan jubah hitamku, dan mengambil tongkatku. Beberapa menit kemudian, pintu ruang singgasana perlahan terbuka, dan seorang perempuan Elf dengan bertelinga lancip menyembul dari rambut pirang panjangnya yang tergerai muncul di ambang pintu. Aku akhirnya berhadapan dengan musuh bebuyutanku sebagai Light, anak laki-laki yang perempuan itu dibiarkan mati hampir tiga tahun sebelumnya.
✰✰✰
Saat tiba di tujuan yang dibawa oleh jebakan teleportasi, Sasha dan Mikhael mengamati sekeliling mereka dengan hati-hati, tidak yakin apa yang akan terjadi.
"Bagaimana Sharphat tidak menyadari jebakan sihir sebesar itu?" Gerutu Michael.
"Apa kita masih berada di dalam menara?" Tanya Sasha.
"Aku yakin begitu." Jawab Mikhael.
"Bagaimanapun, struktur di sini tampaknya terbuat dari bahan yang sama persis."
Sepintas lalu, jebakan sihir iru telah memindahkan kedua Elf itu bersama-sama karena Mikhael telah memegang Sasha di dekatnya pada saat teleportasi, meskipun kenyataannya, tidak akan ada bedanya jika keduanya berjauhan, karena Ellie telah mengkalibrasi jebakan sihir itu untuk memastikan calon targetnya akan dikirim ke lokasi yang sama. Terlepas dari kesulitan yang mereka hadapi, kedua Elf itu tetap tenang dan waspada, sebagian besar karena fakta bahwa Mikhael adalah Wakil Komandan White Knight, dan Sasha pernah menjadi anggota kelompok petualang elit, anggota party Concord of the Tribes. Dari apa yang bisa mereka lihat, mereka berada di lorong panjang yang melengkung ke kanan. Tidak ada penghalang yang terlihat, dan lorong itu cukup lebar sehingga Sasha dan Mikhael bisa berdiri berdampingan dengan tangan terentang jika mereka menginginkannya. Meskipun tidak ada pintu atau jendela di dinding, sepertinya ada sumber cahaya sihir yang tertanam di langit-langit yang membuat ruangan tetap terang.
"Yah, tidak ada gunanya terus berdiri di sini selamanya." Kata Mikhael.
"Ayo bergerak." Lanjutnya.
"Aku bisa melakukan pengintaian terlebih dahulu." Saran Sasha.
"Jangan, Sasha-dono." Kata Mikhael tegas.
"Mungkin ada lebih banyak jebakan dan monster yang mengintai tanpa terlihat. Izinkan aku untuk memimpin. Skill pengintaiku mungkin tidak sebaik Sharphat, tapi aku dapat menggunakannya dengan cukup baik. Sementara itu, kamu harus menyiapkan senjata kelas phantasma yang dipinjamkan Count kepadamu." Lanjutnya.
"Baik."
Kata Sasha, sepenuhnya terpengaruh oleh usulan balasan Mikhael.
Sasha mengangkat tinggi-tinggi senjata yang dimaksud, yang lebih mirip ocarina putih daripada alat perang. Dengan senjata mirip ocarina di satu tangan, Sasha memegang bagian belakang jubah Mikhael dengan tangan lainnya untuk memastikan mereka tidak terpisah jika menemukan jebakan teleportasi lain. Perisai yang dipegang Mikhael juga merupakan senjata kelas phantasma—yang Mikhael dapatkan dari Kanselir—dan pemandangan yang digambarkan di depan senjata itu adalah Sang Dewi yang meniup monster dan membuatnya mengaum kesakitan. Desainnya begitu detail dan penuh hiasan, sehingga layak disebut sebagai karya seni tersendiri. Mikhael menghunus pedangnya dan mengetuk lantai dengan hati-hati untuk memeriksa jebakan.
"Sasha-dono, pastikan untuk hanya menginjakkan kakimu di tempat yang telah aku injak, dan jangan menyimpang dengan alasan apapun." Kata Mikhael.
"Baik, Mikhael-sama." Sasha menurut.
Meskipun mereka berada di lorong yang tampak biasa saja, Sasha dan Mikhael berjalan di sepanjang lorong itu seolah-olah mereka berada di dungeon yang gelap dan berbahaya. Sebenarnya, tidak ada jebakan atau monster sama sekali di sini, namun kedua Elf itu tidak mungkin mengetahui hal itu. Ellie tentunya bisa memindahkan Sasha dan Mikhael langsung ke ruang singgasana, namun Ellie malah memutuskan untuk membuat mereka berteleportasi di lorong untuk mengacaukan pikiran mereka untuk terakhir kalinya sebelum pertemuan terakhir mereka dengan Light.
Lorong itu sendiri tampak cukup polos pada pandangan pertama, namun lorong itu panjang dan berbentuk tikungan yang sengaja dibuat gelap, dan setelah tersandung satu jebakan teleportasi, petualang berpengalaman mana pun akan berhati-hati saat menemukan diri mereka dalam situasi ini. Tidak menyadari maksud sebenarnya mengapa mereka berakhir di sini, Mikhael dan Sasha berjalan hati-hati menyusuri lorong, bersiap sepenuhnya untuk menghadapi kejutan yang berpotensi fatal. Sebagai hasil dari kehati-hatian mereka yang tidak beralasan, kedua Elf itu membutuhkan banyak waktu untuk mencapai ujung lorong, namun ketika mereka sampai di sana, mereka menemukan satu set pintu ganda yang cukup besar untuk dilewati oleh Golem setinggi empat meter tanpa perlu membungkuk.
"Rasanya seperti kita akan menghadapi bos terakhir di ujung dungeon."
Kata Sasha dengan nada berbisik.
"'Bos' menara ini ya, rasanya begitu." Balas Mikhael berbisik.
"Mari kita berharap bosnya adalah Red Dragon sehingga kita bisa mengalahkannya dan meninggalkan tempat ini."
Mikhael mengangkat bahunya dengan penuh nada bercanda, yang membuat Sasha tersenyum sendiri. Namun momen kesembronoan ini tidak berlangsung lama.
"Aku kira tidak ada tempat lain untuk pergi selain masuk ke dalam sana."
Kata Mikhael, ekspresi serius muncul di wajahnya sekali lagi.
"Aku siap memainkan ocarinaku kapan pun kita membutuhkannya, Mikhael-sama."
Kata Sasha kepadanya.
"Jika kamu merasa kita berada dalam bahaya, segera gunakan itu."
Perintah Mikhael padanya. Setelah percakapan singkat ini selesai, Mikhael meletakkan tangannya di salah satu pintu dan mendorongnya dengan perlahan, menyebabkan pintu ganda itu terbuka hampir secara otomatis, dan dengan begitu pelan dan lancar seolah-olah ada Butler raksasa yang membukanya dari sisi lain. Di luar pintu ada ruangan yang jauh lebih terang dibandingkan lorong, seolah-olah ruangan itu bermandikan sinar matahari langsung. Melihat sekeliling ruangan, kedua Elf itu melihat pilar-pilar yang tersusun rapi, meskipun tidak seperti di lantai pertama, pilar-pilar di sini lebih tipis. Ruangan itu sendiri berukuran sebesar ruang dansa, dengan langit-langit setinggi mata memandang, dan meskipun tidak ada jendela, tidak terasa seperti ruang tertutup.
Karpet merah mengarah ke singgasana yang bertengger di atas mimbar, meskipun ruangan itu sendiri tampak terlalu polos dan kurang hiasan untuk menyerupai ruang singgasana pada umumnya. Namun, dua gadis yang berdiri di kedua sisi dan sedikit di depan singgasana benar-benar menonjolkan kesederhanaan ruangan itu. Yang satu mengenakan pakaian penyihir, sementara yang lain—seperti boneka perempuan mungil berambut biru—mengenakan tudung dengan telinga kucing. Kedua gadis itu lebih mempesona daripada perempuan Elf mana pun, dan bahkan jika kalian menghabiskan seluruh uang di dunia ini untuk menyewa arsitek terbaik, mereka tidak akan bisa merancang ruang singgasana dengan estetika yang bisa melebihi pancaran cahaya dari kedua gadis yang memilki keindahan itu. Pasangan itu bersinar lebih terang dari semua permata di Istana Kerajaan Elf, namun perhatian Sasha langsung tertuju pada anak manusia yang duduk di atas takhta.
"Hah? Apa yang dilakukan ras rendahan itu di sini?!" Sasha berteriak.
"Sasha-dono?" Michael bertanya.
Bahkan dari jauh, Sasha mengenali topeng aneh, jubah hitam, dan tongkatnya. Dia adalah anak laki-laki yang sama yang Sasha telah salah sangka sebagai Light pada hari Sasha berangkat untuk mengintai Menara Misterius Raksasa itu. Karena Sasha selalu menganggap semua manusia sebagai ras rendahan, dia langsung melupakan wajah sebagian besar manusia yang dia temui, namun ingatan tentang anak itu masih membekas di balik kelopak matanya. Berpikir anak itu mungkin Light, Sasha memerintahkan anak laki-laki itu untuk melepas topengnya, namun bukannya menemukan wajah mantan teman satu party-nya di balik topengnya itu, anak laki-laki itu malah memperlihatkan bekas luka bakar yang mengerikan yang membuatnya menjerit dan muntah.
"Sasha-dono, apa kamu kenal anak laki-laki yang duduk di atas takhta itu?"
Kata Michael, bertanya kepadanya.
"Tidak, aku tidak mengenalnya." Kata Sasha.
"Dia adalah seorang petualang yang kutemui di kota perkemahan sebelum aku berangkat dalam misiku untuk mengintai menara ini."
Anak laki-laki dan dua gadis itu dapat dengan jelas melihat Sasha dan Mikhael berada di depan pintu, namun tidak satupun dari mereka bergerak sedikit pun. Ketiganya tampak menunggu kedua Elf itu memasuki ruang singgasana. Sasha dan Mikhael mengamati ruangan itu, namun kecuali ketiganya di dekat singgasana, tampaknya tidak ada orang lain di sana. Setidaknya, tidak ada tempat di mana Red Dragon bisa bersembunyi dan tidak terlihat.
"Mari kita masuk, Sasha-dono." Usul Mikhael.
"Sepertinya kita tidak punya pilihan lain." Lanjutnya.
"Baik, Mikhael-sama." Jawab Sasha.
Setelah mengambil beberapa langkah ragu-ragu ke dalam ruangan, pintu tiba-tiba tertutup di belakang kedua Elf itu, meskipun hal ini tidak membuat pasangan itu takut karena mereka telah mengantisipasi hal itu akan terjadi. Mereka beringsut masuk ke dalam ruangan sampai anak laki-laki itu memanggil mereka.
"Sudah lama tidak bertemu, Sasha."
Sasha menatap anak bertopeng itu dengan tatapan bingung sebelum melontarkan kata-kata kasar yang terengah-engah.
"Ya, kita belum pernah bertemu satu sama lain sejak misiku. Tapi kita belum cukup mengenal satu sama lain sehingga kau bisa mengatakan itu padaku! Faktanya, aku tidak ingin mendengarmu mengatakan apapun kepadaku, dasar ras rendahan yang menjijikkan!"
Kedua gadis itu terlihat sangat kesal dengan nada pedas dalam suara Sasha itu, namun bahkan ekspresi kesal kedua gadis itu tidak mengurangi kecantikan mereka. Mikhael mendapati dirinya benar-benar terpesona oleh kedua gadis itu, meski beruntung baginya, Sasha berdiri di belakangnya, jadi Sasha tidak bisa melihat ekspresi terpesona di wajahnya. Anak bertopeng itu menertawakan Sasha dengan suara yang membuat Elf itu merinding.
"Itu tidak benar, Sasha. Kita biasa melakukan misi di dungeon dalam party yang sama, ingat?"
"Apa?" Sasha mencibir.
"Kau pasti menyamakanku dengan Elf lain. Kenapa aku harus pergi bertualang dengan...." Nada keraguan memasuki suaranya.
"....dengan ras rendahan di party yang sama?"
Keangkuhan Sasha yang biasa pada awal jawabannya telah mereda menjelang akhir saat dia menyatukan keduanya dan mengingat bahwa dia sebenarnya pernah melakukan beberapa misi dengan manusia di masa lalu : manusia yang dia coba bunuh saat itu di party Concord of the Tribes. Namun laki-laki yang duduk di depannya bukanlah Light karena Sasha telah melihat langsung wajah anak itu yang penuh bekas luka. Pada saat yang sama, Sasha menerima pesan dari Light yang mengatakan bahwa Light akan menunggunya di menara ini, dan Sasha telah mempertaruhkan nyawa dan anggota tubuhnya untuk datang ke sini untuk menghadapinya.
Jika pesan itu memang akurat, maka tidak mungkin ada orang lain selain Light yang duduk di hadapannya. Anak laki-laki itu meletakkan tangannya di atas topengnya, dan Sasha bersiap menghadapi pemandangan memuakkan yang dirinya harapkan akan terungkap, namun rasa penasarannya menguasai dirinya dan Sasha tidak berani mengalihkan pandangannya. Faktanya, Sasha begitu terpaku pada laki-laki itu, Sasha benar-benar lupa bahwa Mikhael, tunangannya—perwujudan masa depan istimewa yang ingin dia lindungi, dan salah satu orang terakhir yang ingin dia temukan kebenarannya—juga ada di dalam ruangan. Ketika anak itu akhirnya melepas topengnya, Sasha mengeluarkan jeritan nyaring dan memilukan.
"A-Aaaaaaaah."
Anak laki-laki bernama Light tersenyum kejam pada perempuan Elf itu, seperti serigala yang hendak melahap mangsanya.
"Aku akan mengatakannya lagi : sudah lama tidak bertemu, Sasha. Aku sudah menunggu selama tiga tahun untuk ini, tapi aku di sini untuk membalas dendam!"