Chapter 8 : Voros’s Pride

 

Voros, putra mahkota Negara Demonkin, sedang duduk di mejanya di kantor istana eksekutif dan bersenandung penuh rasa ingin tahu pada dokumen-dokumen yang ada di tangannya. Bagi Voros, hari itu sejauh ini sangat biasa-biasa saja : dia telah bangun, dilayani oleh para pelayan, makan, dan menjalankan tugas-tugas kerajaan menggantikan ayahnya, sang raja, yang terbaring di tempat tidur.

 

Meskipun Voros belum naik takhta, semua orang di sekitarnya menganggapnya sebagai raja dalam segala hal kecuali namanya. Bahkan dokumen-dokumen yang dibaca Voros saat itu tidaklah terlalu penting. Namun, kehidupan biasa yang dia kenal akan segera berakhir, berkat seekor gagak yang dapat ditemukan saat itu bertengger di ambang jendela dan berkoak-koak meminta perhatian.

 

"Pergi."

Voros memerintahkan para pelayan dan pengawalnya.

 

"Baik, Yang Mulia."

Kata para pelayannya serentak, membungkuk dan meninggalkan kantor sang pangeran itu.

 

Gagak di ambang jendela bukanlah burung liar, melainkan item sihir yang dapat merekam audio dan digunakan untuk menyampaikan pesan kepada kontak yang dituju. Ini adalah metode yang biasa digunakan Voros untuk mengomunikasikan tugas baru kepada para Master yang bersekutu dengan bangsanya setiap kali dia tidak punya waktu untuk bertemu langsung dengan mereka.

 

Pelayan dan pengawal pangeran sama sekali tidak merasa aneh meninggalkan Voros sendirian dengan gagak yang bisa berbicara, karena percakapan seperti ini sudah sering terjadi sebelumnya. Bahkan, mereka sangat patuh ketika tiba saatnya meninggalkan ruangan, karena mereka berisiko dipenggal jika mendengar sesuatu yang sangat sensitif dari gagak itu. Karena itu, tidak seorang pun ingin menjadi orang terakhir yang meninggalkan kantor.

 

Voros berjalan ke ambang jendela dengan gaya berjalan yang menunjukkan bahwa ini adalah urusan biasa.

Apa kami akhirnya terbebas dari antek Penyihir Jahat yang telah mengancam pasukan kami? Butuh waktu lebih lama dari yang kuinginkan. Kurasa aku harus mulai mempersiapkan diri untuk mengambil alih wilayah kekuasaan Diablo, sambil menunggu selesainya tugas kedua Doc. Sejujurnya, aku hampir tidak sanggup menanggung semua beban kerja ekstra ini.

 

Voros menghela napasnya, pasrah dengan beban menjadi raja secara sah. Dalam benaknya, sang pangeran akan menerima pesan rutin dari Goh, lalu dia harus menunggu lebih lama lagi hingga Doc menyelesaikan tugas membunuh Diablo dengan gerombolan prajuritnya yang telah dicuci otak. Namun sang pangeran tidak siap dengan apa yang akan didengarnya dari paruh gagak yang terbuka.

 

"Ini aku."

Terdengar suara Goh, dari burung itu.

 

"Aku berhasil menyingkirkan gadis petarung yang kau sebutkan itu, tapi aku mendapat masalah setelahnya. Penyihir itu mengirim antek lain yang menghajarku habis-habisan. Kekuatannya terlalu gila, dan aku tidak tahu bagaimana aku bisa mengalahkannya. Lagipula, melihat apa yang terjadi padaku, kurasa Doc juga tidak akan bisa kembali kali ini."

 

Sementara itu, Voros dibuat bingung dan dia kesulitan memahami apa yang baru saja dilaporkan. Voros terpaksa menanggung perilaku tidak sopan para Master setiap kali dia berhadapan dengan mereka, tapi dia membiarkan semua hinaan itu berlalu karena setiap Master dari kelima Master itu memiliki kekuatan untuk membasmi seluruh pasukan Negara Demonkin dan menghancurkan kerajaannya jika mereka mau. Dilihat dari sudut pandang itu, pesan Goh sama sekali tidak masuk akal, membuat Voros sangat bingung.

 

"Aku terpaksa bersembunyi untuk mengobati lukaku dan menyusun kembali rencana, agar aku bisa menghabisi si cebol tolol itu saat aku bertemu dengannya lagi." Lanjut Goh.

 

"Dan sejujurnya, bicara seperti ini pun berisiko membongkar penyamaranku, tapi aku tetap melakukannya, karena kita sudah lama berteman dan kau sudah baik padaku. Tidak perlu berterima kasih, omong-omong. Akan kuakhiri ini dengan peringatan : Sebaiknya kau segera pergi dari negaramu itu dan bersembunyi juga. Karena kau sudah berurusan dengan penyihir itu, kurasa bisa dipastikan Negara Demonkin adalah target berikutnya. Kalau kau masih mau menghirup oksigen, sebaiknya kau dengarkan saranku dengan serius. Sepenuhnya terserah padamu, tentunya, tapi jangan harap aku akan datang dan menyelamatkanmu nanti."

 

Setelah rekaman suara berakhir itu, gagak sihir itu kembali ke wujud aslinya : sebutir telur. Situasi yang gawat akhirnya menghantam Voros, dan dia pun berlutut dengan satu tangan mencengkeram ambang jendela untuk menopang tubuhnya sementara tangan lainnya menekan mulutnya. Dia tampak lebih pucat daripada pasien rumah sakit yang hampir meninggal, dan butiran keringat membasahi lekuk wajahnya.

 

"Ini tidak mungkin!"

Ratap Voros.