Extra Story 3 : Negotiating with the Border Villagers and the Aftermath

 

Saat bangun untuk memulai hari kerja berikutnya, penduduk salah satu desa Kerajaan Manusia yang berbatasan dengan Negara Demonkin disambut oleh seorang perempuan bertubuh tinggi yang sangat glamor, yang tawanya yang khas memenuhi udara pagi.

 

"Keh heh heh heh!"

Perempuan itu terkekeh.

 

"Jadi, siapa pemimpin tempat ini?"

Perempuan itu tampak tidak biasa, namun lima laki-laki berpenampilan preman berkacamata dan memiliki potongan rambut bergaya Mohican yang mengikutinya bahkan menjadi pemandangan yang lebih aneh bagi penduduk desa.

 

"Yo, jadi ini tempat yang akan kita ambil alih, ya?"

Kata salah satu laki-laki itu.

 

Yang lain bersorak dengan suara keras.

"Desa ini akan sempurna untuk penyergapan."

 

"Yoshaa! Tidak sabar untuk menjadi liar di sekitar sini!"

Teriak yang ketiga.

 

Tak perlu dikatakan lagi bahwa komentar-komentar dari para Mohawk yang tampak mencurigakan itu membuat penduduk desa ketakutan dan mengira mereka akan menjadi sasaran bandit yang dimaksud, dan meskipun cantik, Mera memancarkan aura yang sangat mengancam yang membuat penduduk desa semakin ketakutan. Menyadari bahwa dirinya perlu meredakan situasi dengan cepat, Mera mengeluarkan sebuah amplop tertutup dan menunjukkannya kepada penduduk desa.

 

"Santai saja, sayang."

Kata Mera sambil tertawa dengan ramah.

 

"Kami di sini bukan untuk menyakiti kalian. Malah, aku dan para Mohawk yang kalian lihat di belakangku adalah rekan terbaik yang pernah kalian miliki. Kami di sini atas perintah Ratu Lilith, jadi bisakah kalian memanggil kepala desa atau siapapun itu agar aku bisa memberikan ini kepadanya?"

 

"Oh, umm, tentu! Dengan segera!"

Jawab seorang penduduk desa laki-laki, sebelum langsung menuju rumah kepala desa dengan kecepatan tinggi.

 

Penduduk desa tidak memiliki cara untuk memverifikasi kebenaran perkataan Mera itu, namun mengingat betapa menakutkannya Mera itu, mereka memutuskan bahwa yang terbaik adalah melakukan apa yang dikatakannya. Beberapa menit kemudian, seseorang yang tampak seperti kepala desa datang untuk menangani semua keributan itu. Meskipun usianya sudah melewati paruh baya, dia masih tampak tegap dan cukup kuat untuk bekerja di ladang.

 

Mera terkekeh pelan.

"Apa kamu kepala desa ini?"

 

"Ya."

Jawab Kepala Desa itu.

 

"Dan bolehkah aku bertanya siapa kalian ini?"

 

"Penguasa kalian telah memerintahkan kami untuk memberikan bantuan militer darurat ke desa ini, sayang." Jelas Mera.

 

"Kami adalah rekan Penyihir Agung Menara. Ini surat yang berisi dekrit kerajaan. Omong-omong, kamu bisa membacanya."

 

"Terima kasih, nona."

Kata kepala desa itu, dengan takut-takut mengambil surat itu dari Mera.

 

Kepala desa itu membaca dengan saksama surat itu, yang tampak sederhana dan langsung ke intinya, dan mungkin yang lebih penting, mendukung pernyataan Mera.

 

Kami punya alasan untuk percaya bahwa tentara dari Negara Demonkin akan menyeberangi perbatasan dan menyerang desa kalian. Atas wewenangku sebagai Ratu Lilith, penguasa Kerajaan Manusia, para penduduk dengan ini diperintahkan untuk mengungsi dari desa dan mengikuti semua instruksi yang diberikan kepada mereka oleh penghubung bernama Mera. Sebagai ratu kalian, aku jamin bahwa kalian akan diberi kompensasi atas kehilangan harta benda, dan bahwa kalian akan diberikan makanan, pakaian, dan tempat tinggal saat kalian jauh dari rumah.

Begitulah isi surat itu

 

Kepala desa itu benar-benar bingung dengan pesan itu.

"Umm, permisi, nona, tapi apa anda yakin semua yang tertulis di sini benar? Pertama-tama, ini sepertinya menyiratkan bahwa Putri Lilith sekarang menjadi ratu. Bukankah ayahnya masih menjadi raja yang memerintah?"

 

Mera tertawa terbahak-bahak.

“Kurasa beritanya belum sampai ke sini, ya?" Mera menenangkan diri dan memberi kepala desa itu ringkasan singkat tentang kejadian terkini.

 

"Sebuah pertemuan puncak diadakan di Kerajaan Sembilan, dan di sanalah Putri Lilith secara resmi dinobatkan sebagai ratu setelah memenangkan pemungutan suara yang diadakan oleh negara-negara lain, sayang." Jelas Mera.

 

"Tapi para demonkin itu tidak begitu menyukai kenyataan bahwa Ratu Lilith telah menggantikan ayahnya, jadi mereka bersiap untuk melancarkan serangkaian serangan melintasi perbatasan. Kami telah dikirim ke sini untuk memberi kalian perlindungan dari serangan-serangan itu, seperti yang baru saja kamu baca di surat itu, sayang."

 

Cerita ringkasan yang diberikan Mera itu menyebabkan kegaduhan di antara penduduk desa lainnya yang juga berkumpul untuk mendengarkan. Pada titik ini, kepala desa berkeringat begitu banyak, dia mengeluarkan sapu tangan untuk menyeka dahinya. Namun kepala desa itu tidak sepenuhnya yakin akan perlunya dia dan orang-orangnya untuk meninggalkan desa.

 

"K-Kami merasa terhormat bahwa kalian telah datang untuk membantu kami, nona."

Kata kepala desa itu.

 

"Tapi perintah ini sangat tiba-tiba. Perintah ini hampir tidak memberi kami waktu untuk bersiap. Kami punya perempuan, anak-anak, dan orang sakit yang akan terlalu lemah untuk melakukan perjalanan seperti yang disarankan. Dan karena ini adalah desa terpencil, kami tidak akan bertahan hidup jika kami tidak bisa mengelola tanaman dan ternak kami. Aku tidak melihat cara apapun untuk mematuhi perintah ini."

 

"Dengar, sayang, surat itu mengatakan kalian akan mendapatkan ganti rugi penuh atas kerugian harta benda kalian. Itu termasuk panen dan ternak."

Kata Mera, bersikeras.

 

"Penyihir Agung sendiri menjamin kalian akan kembali ke posisi yang sama setelah semua ini berlalu, jadi kalian bisa yakin akan hal itu. Oh, dan satu hal lagi, sayang: semua orang di sini akan dipindahkan ke tujuan kalian dalam sekejap menggunakan item teleportasi. Di sana, kalian akan menemukan semua kebutuhan dasar kalian terpenuhi, dan bahkan akan ada hiburan. Dan jika ada orang sakit atau terluka yang butuh pertolongan...."

 

Mera menoleh ke pemimpin Mohawk berambut merah di belakangnya.

"Sekarang giliranmu."

 

"Oke, Mera-sama!"

Jawab Pemimpin Mohawk itu.

 

"Oke, kawan-kawan, tunjukkan pada mereka apa yang kalian punya!"

 

Para Mohawk itu merogoh tas mereka, namun daripada mengeluarkan senjata seperti yang diharapkan penduduk desa itu, para Mohawk itu mengeluarkan ramuan penyembuh bermutu tinggi. Semua ramuan itu adalah produk dari kartu Unlimited Gacha milik Light, dan ramuan itu jauh lebih manjur daripada ramuan kualitas tertinggi yang tersedia di dunia permukaan. Namun, para Mohawk yang memegang ramuan itu menjilati bibir mereka dengan sedikit terlalu antusias.

 

"Wahoo! Jadi siapa yang terluka di sini?"

Teriak salah satu Mohawk itu.

 

"Ramuan ini akan membuat mereka segera terbebas dari penderitaan mereka!"

 

"Yo, lihat wajah mereka!"

Kata Mohawk lain menunjukkan hal itu.

 

"Mereka pasti bersemangat mendapatkan barang bagus itu!"

 

"Itulah yang diperintahkan dokter, dan semua orang akan mendapatkannya!"

Teriak Mohawk ketiga.