Extra Story 2 : Khaos and Orka Meet Tower City
Karena Ellie sibuk dengan misinya mengurus Gira, Khaos dan Orka diberi tanggung jawab untuk mengawasi Great Tower dan permukiman Kota Menara yang bersebelahan. Karena kedua petarung UR Level 8888 itu awalnya memperkenalkan diri mereka ke dunia luar sebagai wakil Penyihir Jahat, wajar saja jika mereka akan mempertahankan kota dari ancaman tingkat tinggi saat Ellie pergi dari menaranya.
Namun, meskipun mengaku sebagai pengikut Penyihir Jahat, Khaos dan Orka jarang sekali muncul di Kota Menara, jadi pengenalan nama mereka di antara penduduknya sangat rendah. Sebelum Ellie menjalankan misinya, dia memerintahkan kedua wakilnya untuk keluar dan menunjukkan diri kepada warga saat dia pergi, dengan alasan bahwa ini adalah "kesempatan yang bagus" bagi kota untuk mengenal mereka.
Akan tetapi, populasi Kota Menara terlalu besar, dan mayoritas orang terlalu sibuk untuk pertemuan perkenalan formal dengan Khaos dan Orka, jadi diputuskan bahwa acara semacam itu akan dibatasi hanya untuk sejumlah orang berpengaruh tertentu. Karena mengadakan acara temu sapa sederhana akan memberikan kesan buruk pada "Penyihir Agung", begitu dia dikenal oleh warga, pertemuan itu diselenggarakan sebagai pesta makan malam prasmanan yang hanya bisa menampung orang berdiri di dalam Great Tower.
Sekitar seratus orang diundang ke pertemuan itu, dan semuanya kagum dengan betapa istimewanya makanan, minuman keras, dan hidangan penutup, serta bagaimana para pelayan peri yang melayani para tamu bersinar dengan kecantikan yang tak tertandingi. Banyak sumber cahaya ajaib menerangi aula perjamuan sehingga seterang teras di tengah hari, dan para musisi memenuhi udara dengan harmoni yang indah. Beberapa tamu undangan adalah pedagang yang menghadiri jamuan makan yang diadakan oleh tuan rumah dari ras lain, dan mereka semua membenarkan bahwa kemewahan yang ditampilkan jauh melampaui apapun yang pernah mereka saksikan dalam pertemuan sebelumnya, yang menunjukkan bahwa Penyihir Agung memiliki sumber daya yang mengalahkan keluarga kerajaan dan bangsawan dari semua ras lain.
Jadi, panggung telah disiapkan untuk jamuan makan yang sangat menarik dan menyenangkan, meskipun ada satu masalah yang mengancam untuk menggagalkan semuanya.
"Jadi, kamu memberitahuku bahwa musik bukanlah industri yang berkembang di negara asalmu?"
Orka bertanya kepada delegasi dari guild pedagang Kota Menara.
"Aku khawatir tidak, Orka-sama."
Salah satu delegasi itu menjawab.
"Kebanyakan manusia terlalu miskin untuk memiliki sarana menikmati musik. Namun, aku sangat terkejut dengan kota yang berhasil kalian bangun di sini! Ada banyak pekerjaan yang tersedia bagi siapa saja yang bersedia bekerja keras dan mendapatkan penghasilan yang baik, dan bayarannya cukup baik bagi orang-orang untuk menikmati hal-hal yang lebih baik dalam hidup."
"Di sini, kalian dapat bekerja keras dan masih memiliki cukup waktu luang untuk menikmati musik." Kata guild pedagang lainnya.
"Orang-orang tidak hanya dapat menghadiri pertunjukan musik, mereka bahkan dapat memutuskan untuk mulai membuat musik sendiri. Dan ketika itu terjadi, para profesional musik dan pengrajin melihat permintaan baru, menghasilkan lebih banyak bisnis untuk guild kami sendiri."
"Suatu hari, Great Tower akan menghasilkan seorang seniman yang akan meninggalkan jejaknya dalam sejarah music."
Kata delegasi lainnya dengan percaya diri.
"Aku tidak sabar menunggu momen itu!"
Kata Orka, berseri-seri.
"Mari kita angkat gelas kita untuk masa depan yang cemerlang yang menanti para seniman musik manusia kita!"
"Bersulang!!"
Sorak semua orang dalam kelompok itu. Namun, sementara Orka dengan cekatan menghibur para tamu seperti tuan rumah yang ahli, dia juga ditemani oleh adik laki-lakinya sendiri, Khaos, yang memiliki sikap yang lebih tidak mudah didekati.
"Aku dapat melihat bahwa anda memiliki hasrat untuk musik, Orka-sama."
Kata salah seorang peserta.
"T-Tapi, apa anda ingin berbagi hobi favorit anda dengan kami, Khaos-sama?"
Ada jeda yang cukup lama, sebelum Khaos memberikan jawaban singkat atas pertanyaan itu.
"Membaca dan berlatih."
"Oh! Yah, aku tidak mengharapkan hal yang kurang dari salah satu tangan kanan Penyihir Agung." Kata tamu undangan itu.
"Anda tidak hanya berusaha untuk mengembangkan pikiran anda, anda juga tekun dalam upaya anda untuk menguasai seni bertarung. Tidak diragukan lagi anda bisa mengajari kami satu atau dua hal!"
"Aku akan minum untuk itu!"
Tamu lain menyela.
"Anakku seumuran dengan anda, Khaos-sama, dan aku hanya berharap dia berdedikasi pada pelajarannya!"
Suara tamu ketiga, menambahkan.
Para tamu itu berusaha sebaik mungkin untuk memuji Khaos dan mendapat sisi baiknya, namun usaha mereka hanya memberikan efek sebaliknya padanya, dan Khaos tetap terdiam dengan nada menghina. Khaos berpendapat bahwa para tamu undangan itu tidak perlu terlibat dalam sanjungan kosong seperti itu karena dia berkewajiban untuk melindungi semua orang di Great Tower dan kota tetangga yang lebih lemah darinya. Khaos dengan sukarela mengambil alih tugas sebagai pelindung mereka karena dia tunduk pada Light, dan juga pada Ellie.
Pemahaman Khaos tentang hukum alam adalah bahwa yang kuat harus melindungi yang lemah, dan yang lemah harus dilindungi oleh yang kuat. Jika orang-orang lemah di kota itu berada dalam bahaya, dia akan diminta untuk turun tangan untuk melindungi mereka, tidak peduli status mereka. Dia merasa para tamu itu tidak perlu berusaha keras untuk menjilatnya agar yakin bahwa mereka akan menerima perlindungannya, namun daripada menyampaikan sentimen ini dengan sungguh-sungguh kepada orang-orang di sekitarnya, penyihir petarung itu hanya diam saja.
Apa kami mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaannya?
Pikir para undangan itu serempak, dengan senyum canggung di wajah mereka. Karena percakapan itu pada dasarnya telah berakhir, kelompok itu memutuskan untuk berbaur di tempat lain.
"K-Kami izin permisi dulu."
Kata salah satu dari mereka, sebelum pergi bersama kelompoknya.
Meskipun Khaos seharusnya menjadi salah satu tuan rumah perjamuan itu, dia mendapati dirinya benar-benar sendirian, tanpa ada tamu yang mendekatinya. Karena khawatir, seorang pelayan peri mendekati Khaos dan berbisik kepadanya,
"Khaos-sama, kamu harus berusaha lebih ramah. Kamu hanya akan membuat warga ketakutan dengan sikap seperti itu. Jadi, tolonglah memperkenalkan diri dengan lebih baik kepada mereka."
"Aku tidak akan berpura-pura." Protes Khaos.
"Bagaimanapun, aku berniat sepenuhnya untuk melindungi kota ini dari bahaya apapun yang menimpanya, jadi tidak ada alasan khusus bagi siapapun untuk menyukaiku. Selain itu, aku benci membangun hubungan berdasarkan pilih kasih."
Apa yang salah dengan orang ini?
Pikir pelayan peri yang jengkel itu.
Dari sudut pandang Khaos, yang harus dia lakukan hanyalah membiarkan orang-orang melihat seperti apa wakil Penyihir Jahat itu. Tugasnya hanyalah melindungi kota, bukan memenangkan kontes popularitas. Namun bagi pelayan peri yang kehabisan kata-kata itu, Khaos mengekspresikan pola pikir khas orang yang tidak cocok dengan masyarakat.
"Ya, aku yakin kamu dapat segera menyelesaikan masalah apapun yang memerlukan penggunaan kekerasan." Kata pelayan peri itu dengan sabar.
"Namun, mungkin ada saatnya kamu perlu memerintahkan warga untuk mengungsi atau berlindung. Agar kamu berhasil melakukannya, kamu perlu orang-orang memercayaimu, jika tidak, mereka mungkin ragu dan akhirnya menempatkan diri mereka dalam bahaya. Hal terakhir yang kita butuhkan adalah tragedi yang sepenuhnya dapat dicegah di tangan kita."
Khaos tidak mengatakan sepatah kata pun sebagai tanggapan, sebagian karena dalam hatinya, dia mengakui bahwa pendapat pelayan peri itu sepenuhnya tidak dapat disangkal, namun juga karena sia belum siap untuk mengakui bahwa dirinya salah. Namun, emosi yang saling bertentangan ini tergambar jelas di wajah Khaos, dan hal ini tidak luput dari perhatian pelayan peri itu. Pelayan peri melirik ke pelayan peri lain dan memberi isyarat dengan matanya bahwa dia harus membawa tamu tertentu untuk mengobrol dengan Khaos. Pelayan peri lainnya mendekati tamu yang dimaksud—Quornae—dan menyarankan agar tamu itu memperkenalkan dirinya kepada Khaos.
Rambut pirang Quornae dipilin menjadi gulungan yang mencolok dan dia datang ke perjamuan dengan jubah merah dan putih yang mirip dengan jubah pendeta. Gadis remaja itu menghampiri Khaos dan memperkenalkan dirinya, sama sekali mengabaikan aura tak bersahabat yang dipancarkan Khaos itu.
"Salam dan penghormatan untukmu, Khaos-sama."
Kata Quornae dengan gayanya yang bombastis dan operatif.
"Namaku Quornae, dan aku pendeta yang mengabdikan diri untuk menyebarkan kabar baik tentang Towerisme. Merupakan suatu kehormatan untuk akhirnya bertemu denganmu, tuanku."
"Khaos."
Kata penyihir petarung dengan sangat kasar sebagai bentuk perkenalan diri. Dia masih kesal karena dibantah oleh pelayan peri sebelumnya, namun ketidaksopanannya juga muncul karena dia mengenal para penganut Towerisme dan apa yang mereka perjuangkan.
Aku pernah mendengar tentang para penganut Towerisme ini.
Pikir Khaos dalam dirinya.
Mereka telah menciptakan agama yang sama sekali baru, dan memuja Penyihir Jahat sebagai dewa, para pelayan peri sebagai malaikat dan utusan suci, dan seseorang bernama Miya sebagai saint. Dia mungkin ingin mengubah keyakinanku dan Orka, dan sebagai wakil dari sang penyihir, aku akan berada dalam posisi yang canggung jika aku menolak usahanya.
Pikiran Khaos bekerja keras saat dia mencari alasan yang bagus untuk menolak ajakan yang diharapkannya dari Quornae itu, namun pada kenyataannya, gadis dengan mata bersudut yang tampak agresif itu berbicara dengan cara yang sama sekali berbeda dan sama sekali tidak terduga.
"Apa kamu menyebut dirimu dengan gelar lain, Khaos-sama?"
Tanya Quornae itu kepadanya.
Khaos terkejut dengan pertanyaan itu.
"Gelar lain? Apa maksudmu?"
"Oh, maafkan aku karena terburu-buru mengambil kesimpulan."
Kata Quornae, tersipu malu namun tidak merasa malu.
Quornae berdeham pelan, lalu mulai berpidato panjang lebar.
"Kamu adalah penguasa yang melayani Penyihir Agung Menara, mendapatkan kepercayaannya sebagai komandan yang tepercaya. Bagi para pemuka agama kami, kamu adalah objek pemujaan yang diakui secara resmi, tapi tidak seperti Penyihir Agung dan para pelayan peri-nya, aku dan rekan-rekan seimanku merasa sulit untuk membayangkan siapa kamu sebenarnya hanya dengan nama resmimu. Itulah sebabnya aku percaya kamu harus dikenal dengan gelar suci kedua, seperti Saint Miya yang sangat diagungkan!"
"Pertama-tama, aku ini bukan objek pemujaan—"
Khaos memulai, mencoba untuk melontarkan bantahan sebelum akhirnya dipotong.
"Tapi tenang saja, tuanku!"
Quornae menegaskan dengan bangga.
"Karena aku cukup ahli dalam hal membayangkan gelar yang sempurna untuk seseorang!" Quornae berpose berpikir dramatis.
"Karena kamu melayani Penyihir Agung sebagai pengawalnya, itu akan membuatmu menjadi 'Penjaga dari Penyihir Agung'. Tidak, itu tidak bagus. Itu akan menyiratkan kamu hanya pelindung Penyihir Agung, bukan pelindung kami semua. Lalu, bagaimana dengan 'Silver Guardian', sebagai penghormatan pada warna rambutmu? Atau mungkin 'White Aegis', karena rambutmu memiliki warna sama dengan menara ini."
Quornae tiba-tiba menangkupkan kedua tangan di atas mata kirinya saat dia menggigil karena kegembiraan yang nyata.
"Ooh! Mataku kesemutan karena mendapat inspirasi!"
Khaos sangat gugup dengan kelakuan gadis remaja itu, dia mundur setengah langkah, tetesan keringat terbentuk di keningnya. Konfrontasi ini mengingatkannya pada pertemuan pertamanya dengan Annelia, yang tindakan berlebihannya sebagai kakak perempuan telah membangkitkan jenis ketakutan yang sama dalam dirinya seperti yang dirasakannya saat ini—ketakutan yang tidak dapat ditemukan di medan pertempuran mana pun.
Sebagai seorang petarung Level 8888 yang sangat langka, Khaos tidak diragukan lagi jauh lebih kuat daripada Quornae, namun gadis remaja itu berhasil membuatnya merinding sampai ke tulang punggungnya. Pada saat itulah Orka menyadari Quornae tampak bingung, jadi dia berhenti sejenak dari mengobrol dengan tamu lain untuk berinteraksi dengannya.
"Quornae-san, apa kamu keberatan jika aku menyela?" Kata Orka.
"Aku tidak hanya melayani Penyihir Menara yang paling mulia sebagai pengawalnya, tapi aku juga seorang musisi terkenal. Untuk itu, aku berharap gelar keduaku adalah 'Musisi Sang Penyihir Agung'."
"Ah, begitu, ya?"
Jawab Quornae.
"Baiklah, Orka-sama. Mulai sekarang, kamu akan dikenal sebagai 'Musisi Sang Penyihir Agung'."
Orka tersenyum sekilas pada gadis remaja itu sebelum kembali berbicara dengan tamu-tamu lainnya. Khaos terkejut dengan kecerdasan tajam yang baru saja ditunjukkan oleh Pied Fiddler itu, karena dia berhasil menjaga percakapannya dengan Quornae tetap ringkas dengan menyarankan nama panggilan yang agak hambar. Khaos menatap tajam ke arah "kakak laki-lakinya", bohongan itu namun Orka dengan diplomatis mengabaikan tatapan tajam yang diterimanya dan terus bekerja di ruangan itu.
Namun, hal ini berarti Khaos ditinggal sendirian dengan Quornae sekali lagi, dan tampaknya Quornae tidak punya rencana untuk berpisah. Khaos melirik ke arah para pelayan peri untuk meminta bantuan, matanya dipenuhi dengan penyesalan atas sikapnya yang tidak sopan sebelumnya. Melihat bahwa Khaos akhirnya belajar dari kesalahannya, para pelayan peri itu memutuskan untuk memberinya jalan keluar.
"Quornae-san, mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk menunjuk gelar pengabdian kepada Khaos-sama."
Kata salah seorang pelayan peri.
"Aku sarankan kamu meluangkan waktu untuk mempertimbangkan semua pilihan dan membuat keputusan di lain waktu."
Quornae bersenandung saat merenungkan hal ini.
"Aku rasa kamu mungkin benar. Menentukan gelar yang tepat untuk Khaos-sama tidak boleh terburu-buru."
Pelayan peri lain datang untuk menggiring Quornae menjauh dari Khaos.
"Quornae-san, kami kedatangan tamu yang ingin tahu lebih banyak tentang Towerisme. Apa kamu ingin memberitahu mereka tentang itu?"
"Ya?"
Balas Quornae.
"Tapi bagaimana dengan—"
"Jangan pedulikan aku."
Kata Khaos dengan cepat.
"Sebarkan saja hal itu."
"Baiklah, jika kamu bersikeras, Khaos-sama."
Jawab Quornae.
"Kalau begitu, sampai jumpa."
Gadis remaja itu membungkuk dan mengikuti pelayan peri itu ke tamu yang ditunjuk. Khaos menyaksikan saat salah satu orang paling aneh yang pernah ditemuinya berjalan pergi.
"Terima kasih. Sudah membantu saya."
Kata Khaos kepada pelayan peri yang masih berada di sebelahnya.
"Sudah menjadi kewajiban kami untuk mendukung seseorang seperti dirimu yang menganggap serius pekerjaannya dalam melayani Penyihir Agung."
Kata pelayan peri itu dengan sedikit nada menegur.
Khaos meringis, namun dia memahami pesan tersirat itu : dia harus berinteraksi dengan orang-orang di Kota Menara dengan ramah dan dengan baik, seperti yang diperintahkan Ellie. Ketika pelayan peri berikutnya membawa tamu, Khaos bersikap lebih formal untuk berinteraksi dengan mereka, yang merupakan peningkatan besar dari sikapnya sebelumnya. Bagaimanapun, Khaos tidak ingin mengambil risiko pertemuan memalukan lainnya dengan Quornae.