Chapter 7 : Black Fools Rising

 

Lantai tiga dungeon itu dipenuhi rawa-rawa yang penuh dengan katak raksasa, lintah beracun, kawanan nyamuk, dan jenis monster lain di sepanjang garis itu. Rawa memiliki berbagai ukuran, dan jika kalian tidak memperhatikan langkah kalian, kalian dapat dengan mudah terpeleset dan ditelan utuh oleh salah satu rawa. Oleh karena itu, lantai tiga dianggap jauh lebih berbahaya daripada lantai dua, dan meskipun jarahan di lantai ini bisa memberi kalian lebih banyak uang daripada dua lantai sebelumnya, sangat sedikit orang yang secara rutin datang ke sini untuk mencari nafkah.

Sebuah party dengan empat petualang manusia berpengalaman menyebutnya malam setelah berburu monster di lantai ini. Mereka berkemah di sebidang tanah padat dengan pemandangan sekitar yang cukup bagus untuk melihat musuh mendekat, dan memutuskan untuk berpasangan untuk berjaga. Setiap petualang itu memiliki level kekuatan sekitar 50, dan party itu secara keseluruhan telah pergi ke lantai tiga beberapa kali sebelumnya untuk berburu monster. Cahaya api unggun berkelap-kelip menyinari kedua petualang yang sedang berjaga itu, yang sedang iseng ngobrol untuk mengusir kepenatan. Tentunya, topik pembicaraannya adalah para petualang.

 

"Aku mendengar sekelompok Beastfolk berkelahi dengan beberapa manusia beberapa hari yang lalu." Kata Suvellan, yang sedang meminum air panas.

 

"Kelompok manusia Black Fools itu. Kau tahu siapa yang aku maksud, bukan? Orang-orang yang muncul sekitar seminggu yang lalu. Jadi, bagaimanapun, para Beastfolk itu dikalahkan mereka. Ketika aku mendengar para Beastfolk yang suka memerintah dan berbicara arogan itu mendapatkan apa yang sepantasnya mereka dapatkan, aku hampir melompat kegirangan karenanya."

Suvellan adalah pelacak partai tersebut. Dia duduk di samping Gilbert, pengguna pedang garda depan mereka, yang sedang mengelus dagunya dengan tangan kasar dan penuh bekas luka.

 

"Black Fools, katamu?" Gilbert merenung.

 

"Siapa mereka?"

 

"Kau belum pernah mendengarnya? Mereka adalah party yang paling banyak dibicarakan di kota. Mereka terdiri dari seorang anak laki-laki yang memakai topeng aneh, seorang Ksatria dengan armor emas, dan seorang perempuan cantik seperi seorang putri peri. Mereka berhasil mencapai lantai lima hanya dalam beberapa hari."

Cara Suvellan mengatakannya, terdengar seperti seorang anak laki-laki sedang menerobos dungeon ditemani oleh seorang Ksatria dengan armor lengkap yang terbuat dari emas, dan seorang perempuan yang begitu cantik sehingga perempuan itu seperti cerita seorang putri peri yang hanya kalian dengar di waktu tidur. Terlebih lagi, orang-orang mulai menjuluki party tersebut sebagai "Black Fools" karena anak laki-laki tersebut terus-menerus mengenakan tudung hitam di atas rambut hitamnya, dan topeng aneh di wajahnya. Gilbert menatap temannya itu dengan pandangan tidak percaya ketika mendengar gosip kecil ini.

 

"Ayolah, Suvellan, jangan coba-coba berbohong denganku. Tidak ada yang bisa mencapai lantai lima hanya dalam beberapa hari. Kau seharusnya mengetahuinya, setelah semua yang kita lalui di sini. Jika kau ingin menceritakan kisah-kisah yang nyata, setidaknya buatlah cerita itu setengah bisa dipercaya."

 

"Tidak, percayalah padaku untuk yang satu ini. Banyak petualang yang melihat mereka di gedung Guild, menguangkan permata sihir yang mereka peroleh dari Yeti di lantai lima. Tapi sepertinya, tidak ada yang tahu bagaimana cara Black Fools itu bisa sampai ke lantai itu."

 

Suvellan kemudian mengulangi rumor yang dirinya dengar yang bahkan lebih sulit dipercaya.

"Mereka juga mengatakan ketiganya mengalahkan Mantis Fourscythe, sendirian. Dan anak laki-laki bertopeng itu bisa menggunakan sihir taktis tanpa mengucapkan mantranya."

 

"Sekarang kau bicara omong kosong." Ejek Gilbert.

 

"Kota ini sudah bersatu untuk mengalahkan Fourscythe Mantis satu dekade yang lalu. Monster itu tidak akan muncul selama dua puluh tahun ke depan. Bagaimanapun, kau mungkin bisa menipu seseorang yang tidak tahu apa-apa tentang sihir, tapi kau tidak bisa menipuku. Aku mungkin petarung garis depan yang tidak ahli dalam sihir, tapi aku sudah cukup lama mengiris dan memotong segala jenis makhluk, jadi aku sudah mempelajari dasar-dasar sihir juga tahu."

 

"Tentu, aku tahu itu, kawan. Awalnya aku juga tidak percaya, tapi Guild menggunakan Appraisal untuk memastikan kalau permata sihir yang dibawa kembali oleh Black Fools itu adalah permata sihir dari Fourscythe Mantis yang asli. Dan ada saksi mata yang melihat anak laki-laki itu mengucapkan mantra tanpa rapalan. Salah satunya adalah penyihir manusia itu."

 

"Oh, maksudmu adik dari dua bersaudara berambut merah itu?"

Gilbert langsung tahu kalau Suvellan sedang membicarakan Miya karena betapa langkanya manusia penyihir itu. Yang perempuan bahkan lebih jarang lagi. Miya terpaksa keluar dari sekolah sihir karena kekurangan dana, namun Miya adalah seorang penyihir sejati di mata petualang manusia lainnya.

 

Ketika Miya pertama kali muncul di kota, beberapa kelompok manusia telah mencoba merekrutnya, namun mereka semua gagal—sebagian karena kakak laki-lakinya yang protektif, namun juga karena Miya terlalu malu untuk mempertimbangkan tawaran rekrutan mereka itu. Akhirnya, party manusia lainnya berhenti mendekatinya. Bagaimanapun, bisa dibilang bahwa kalian tidak ingin memaksakan keberuntungan kalian pada penyihir jika kalian secara tidak sengaja membuat mereka cukup marah hingga menyerang kalian. Kelompok yang terdiri dari ras lain bahkan tidak repot-repot mencoba merekrutnya, karena mereka tidak hanya percaya bahwa penyihir manusia akan menjadi tambahan yang tidak berguna, harga diri ras lainnya itu tidak akan membiarkan mereka meminta apapun dari seseorang yang mereka anggap sebagai ras terlemah. Dan dengan Miya—yang sudah cukup terkenal karena dirinya yang tidak biasa—masih ada anak laki-laki yang tidak biasa yang berusia sama dengannya.

 

"Anak laki-laki bertopeng aneh yang menggunakan sihir tempur dan sihir taktis tanpa merapalkan mantra." Kata Suvellan, mengulangi kata-kata penyihir muda itu. Gilbert menelan ludahnya karena cerita yang meresahkan ini.

 

"Jika itu benar, kita sedang melihat sesuatu yang sangat gila." Katanya.

 

"Tidak hanya tiga manusia yang mengalahkan Mantis Fourscythe itu sendirian, salah satu dari mereka mampu mengeluarkan mantra sihir taktis tanpa rapalan. Anak laki-laki itu pastilah seorang ahli sihir—bahkan mungkin reinkarnasi dari pahlawan legendaris."

Mengalahkan Mantis Fourscythe adalah satu hal, namun sihir taktis tanpa rapalan hampir secara eksklusif merupakan ranah dari empat ras yang unggul dalam sihir : Elf, Dark Elf, DEMONKIN, dan Dragonute. Mendengar bahwa manusia bisa melakukan sihir selevel itu sama saja dengan diberitahu bahwa akhir zaman telah tiba, jadi tidak heran Gilbert takut dengan gagasan itu. Suvellan menikmati kebingungan Gilbert sambil meminum air matangnya lagi.

 

"Reinkarnasi pahlawan legendaris, ya? Aku suka caramu mengungkapkannya, Gilbert. Aku berharap seorang pahlawan akan datang dan mengakhiri semua kefanatikan yang harus kita hadapi dari ras lain. Mereka selalu memperlakukan kita seperti sampah, apapun yang kita lakukan."

 

"Ya, mereka benar-benar telah menginjak-injak kita ini sebagai manusia." Gilbert setuju.

 

"Aku merasa sekarang ini lebih buruk daripada di masa lalu."

 

"Menurutmu begitu? Aku pikir keadaannya akan selalu seburuk itu."

Kata Suvellan, sebelum perhatiannya teralihkan oleh alarm ingin buang air kecil.

 

"Ah, maaf untuk ini, tapi sepertinya aku sudah terlalu banyak minum."

Suvellan mengambil sekop tangan yang mereka gunakan untuk istirahat di kamar mandi di alam liar. Hal ini adalah isyarat Gilbert untuk menyindir temannya itu saat dia berjalan pergi di malam hari.

 

"Pastikan untuk menggali lubangnya lebih dalam kali ini. Aku tidak ingin menghabiskan sisa malam ini dengan bau kencingmu yang mengganggu hidungku."

 

"Ya, Ya." Balas Suvellan.

 

"Dan aku tidak ingin mendengar kau membiarkan monster menyerang perkemahan sementara mata dan telinga party-nya tidak ada."

 

Gilbert menertawakan balasan ini.

"Cepat pergilah sana. Usahakan celanamu tidak basah."

 

"Teruslah bicara, sialan."

Suvellan berjalan cukup jauh dari api unggun sampai dia yakin dirinya tertutup kegelapan. Bagaimanapun, dia bukan tipe orang yang membiarkan siapapun mengawasinya melakukan urusannya, meskipun mereka adalah teman dekatnya. Begitu dia menemukan tempat yang masuk akal, dia menggali lubang dengan sekop tangan itu dan mengeluarkan jagoannya, sambil menghembuskan napas perlahan. Setelah selesai, Suvellan menyeka kotoran di tangannya dan mengisi kembali lubang tersebut menggunakan sekop tangan. Karena Suvellan adalah seorang petualang veteran, dia memastikan lubangnya cukup dalam agar baunya tidak terbawa ke kemahnya. Seorang pemula yang belajar dengan meniru petualang yang lebih senior hanya akan menggerakkan tanah sedikit, yang biasanya mengakibatkan konsekuensi yang tidak menguntungkan bagi anggota kamp lainnya. Ketika Suvellan baru memulai, teman seperjalanannya sering meneriakinya berulang kali karena melakukan kesalahan pemula ini.

 

"Aku dapat mengingat kembali hal itu sekarang dan merasa geli karenanya."

Kata Suvellan tidak kepada siapapun secara khusus.

 

"Tidak, tidak, aku tidak bisa. Apapun yang dikeluarkan si Gilbert itu selalu berbau busuk, dan karena itu kami harus pindah ke lokasi lain."

Suvellan berjalan kembali ke kamp, ​​berniat untuk memarahi Gilbert sekali lagi karena membuatnya harus menghadapi kenangan buruk itu, namun ketika dia sampai di sana, laki-laki yang dia harapkan akan dilihatnya duduk di depan api unggun sudah tidak ada lagi di sana.

 

"Apa yang terjadi di sini?!" Teriak Suvellan.

 

"Sekarang beritahu padaku—kenapa serangga sepertimu berani membuat orang sepertiku menunggu begitu lama?"

Berdiri di tempat Gilbert berada adalah Elf muda yang tidak diketahui asal usulnya. Telinganya yang panjang menyembul di antara rambut berwana madunya, dan matanya bersinar bagaikan zamrud. Di satu sisi Elf itu, ada pedang besar setinggi dirinya, menyeimbangkan ujungnya dengan tangan di gagangnya untuk menstabilkannya, sementara di sisi lain ada mayat Gilbert yang dipenggal. Kaki Elf itu tertanam kuat di atas kepala petualang yang terpenggal itu.

 

Isak tangis ketakutan muncul dari dalam diri Suvellan, dan dia merasakan darah mengalir deras ke kepalanya—namun Suvellan adalah seorang veteran berpengalaman, dan ini bukan pertama kalinya dia melihat seorang rekannya mati dengan cara yang tidak masuk akal. Dia juga menghadapi seorang Elf yang jelas-jelas jauh lebih kuat darinya, jadi dia tahu dirinya hanya akan membuang nyawanya sendiri jika dia menyerah pada amarah yang melonjak dalam dirinya pada saat itu. Suvellan menarik napas dalam-dalam beberapa kali, menghirup udara malam yang dingin untuk menenangkan indranya.

 

Tenanglah.

Pikirnya dalam hati. Suvellan melirik ke arah tenda tempat dua anggota party-nya tidur, namun genangan darah yang keluar dari sana memastikan bahwa mereka juga telah dibantai. Suvellan adalah satu-satunya yang masih hidup.

 

Kami dikelilingi oleh rawa yang dangkal, jadi Gilbert seharusnya mendengar langkah kaki orang ini di dalam air saat orang ini mendekat. Tapi sepertinya tidak ada orang yang punya waktu untuk melakukan perlawanan, yang berarti kemungkinan besar, sihir digunakan untuk membunuh mereka.

Suvellan menurunkan posisinya dan menggerakkan tangan kanannya ke arah pinggulnya.

 

Jadi aku menghadapi Elf yang levelnya lebih tinggi dariku dan bisa menggunakan sihir, ya? Aku dijamin kalah jika aku mencoba menghadapinya secara langsung. Aku tidak bisa menangani Elf ini sendirian. Aku harus memberitahu Guild kalau ada seseorang di sini yang membunuh para petualang. Kami mungkin manusia rendahan, tapi Guild seharusnya tetap membentuk pencarian untuk menangkap dan mengeksekusi pembunuh ini. Yang perlu aku lakukan hanyalah melarikan diri dan memberikan deskripsi Elf ini kepada Guild! Aku tidak bisa memenangkan pertarungan ini sendirian!

Suvellan perlahan mundur dari Elf itu, yang di mana Elf itu mendecakkan lidahnya untuk menunjukkan betapa muaknya dirinya.

 

"Aku sedang berbicara denganmu, manusia, dan kau mengabaikanku? Inilah kenapa aku benci kalian para ras rendahan." Kata Kyto.

 

"Tidak bisakah kau setidaknya memberiku hiburan dengan melontarkan beberapa lelucon?"

Tanggapan Suvellan adalah menutup mulutnya rapat-rapat.

 

"Katakan sesuatu, manusia!" Teriak Kyto.

 

"Aku benar-benar memiliki rekanmu di bawah kakiku, dan kau tidak punya apa-apa untuk dikatakan tentang hal itu? Aku tahu kau dan rasmu itu adalah yang paling rendah di antara semua ras, tapi tentunya ada batasan seberapa menyedihkannya dirimu itu?!"

Kyto menendang kepala Gilbert, yang memberi Suvellan beberapa waktu berharga yang dia perlukan untuk merogoh tas pinggulnya dan mengeluarkan bom asap yang dia simpan untuk keadaan darurat. Suvellan melemparkan tabung itu ke tanah, dan asap putih tebal yang mengepul dari tabung itu dengan cepat menutupi area yang luas.

 

"Tabir asap?!" Kyto berteriak.

 

"Kau memilih melarikan diri daripada bertarung? Kalian para serangga sungguh pengecut!"

 

"Terima itu, Elf sialan! Aku akan membuatmu membayar atas perbuatanmu pada teman-temanku!"

Suvellan berteriak dari balik bahunya saat dirinya berlari melintasi rawa, sambil memikirkan kembali seberapa baik strateginya di kepalanya.

 

Hal paling menyebalkan dari penyihir adalah tidak pernah tahu trik apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Tapi penyihir pun punya kelemahan! Dalam kebanyakan kasus, tidak ada gunanya merapal mantra serangan jika mereka tidak dapat melihat targetnya! Jadi yang harus kulakukan hanyalah keluar dari jangkauan itu selagi tabir asap itu masih ada!

Suvellan bukan hanya pelacak dan pengintai party, dia juga telah bertarung melawan monster di lantai tiga dungeon selama bertahun-tahun. Dia tahu letak tanahnya seperti punggung tangannya, dan dia hafal tempat persembunyian terbaik, semua tumbuhan dan hewan yang bisa dimakan, dan di mana dia bisa menemukan air minum.

 

Aku akan menjauh dari Elf sialan itu dan membuatnya membayarnya karena telah membunuh rekan party-ku, dan juga karena telah menginjakkan kakinya di kepala Gilbert—

Sebelum Suvellan menyelesaikan pemikirannya, dia menerima pukulan di bagian belakang kepala yang terasa seperti disebabkan oleh benda tumpul. Dia terjatuh ke tanah, jatuh dengan wajahnya terlebih dahulu. Meskipun pukulan itu tidak cukup keras untuk membuatnya pingsan, penglihatan Suvellan berwarna merah, dan dia terlalu pusing bahkan untuk berpikir untuk bangkit kembali.

 

"Apa...." Kata Suvellan dengan bingung.

 

"Apa-apaan ini? Dia seharusnya tidak bisa melihatku di balik semua asap itu....."

Suara campuran rasa sakit dan frustrasi keluar dari Suvellan. Dia mencoba menghentikan kepalanya yang berdenyut-denyut dengan memegangnya, namun begitu dia meletakkan tangannya di dekat tempat dirinya dipukul, tangannya langsung berlumuran darah. Jika itu adalah mantra sihir yang mengenai Suvellan, itu adalah sihir tingkat tinggi yang belum pernah dia dengar sebelumnya. Namun faktanya adalah—dia mengetahuinya tanpa diberitahu—pukulan itu murni kekerasan. Terlepas dari tabir asap, Elf itu mampu menentukan posisi Suvellan yang melarikan diri dengan sangat akurat. Namun bagaimana caranya? Suvellan menggunakan kekuatan terakhirnya untuk menjulurkan lehernya dan melihat ke belakang, hanya untuk melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya antisipasi. Suvellan segera menyadari bagaimana Elf itu menyerangnya dari belakang dengan sangat tepat. Penemuan ini juga merupakan cara Elf itu bisa mendekati perkemahan tanpa mengeluarkan suara apapun melintasi air rawa di sekitarnya. Gilbert dan para veteran berpengalaman lainnya di party-nya tidak akan memiliki sedikit pun peluang untuk melindungi diri.

 

"Sial." Kata Suvellan pelan.

 

"Itu tidak....."

Namun sebelum Suvellan bisa mengucapkan kata "Adil" untuk melengkapi kalimatnya itu, pukulan lain di kepalanya, membuatnya menutup mata.

 

"Wah, dia benar-benar mengira bisa kabur. Sejujurnya, para ras rendahan ini terlalu licik, meskipun mereka kurang berbakat."

Kata Yanaaq si Dark Elf sambil mendekati Suvellan untuk memeriksa apa Suvellan itu masih hidup, sebelum menggunakan sihir penyembuhan untuk mengobati luka di kepala manusia. Namun Yanaaq menyelamatkan nyawa Suvellan itu bukan karena rasa kasihan. Yanaaq membutuhkan manusia hidup untuk eksperimen yang akan membuatnya menggabungkan subjek uji dengan monster. Setelah napas Suvellan kembali normal, Yanaaq berbalik untuk menegur Kyto.

 

"Saya khawatir ini tidak membantuku, Kyto-san. Aku ingat secara khusus memintamu untuk menangkap mereka yang bisa aku gunakan sebagai subjek percobaan, tapi kau membunuh mereka semua kecuali yang ini."

 

"Kau hanya membutuhkan satu tikus percobaan, bukan?" Kata Kyto dengan lelah.

 

"Satu dari mereka saja tidak cukup, Kyto-san. Aku membutuhkan sebanyak yang aku bisa. Sebut saja garansi jika terjadi kesalahan. Aku harus meminta agar, lain kali, kau menahan diri dari pembantaian besar-besaran seperti ini dan fokus mengirimkan subjek eksperimen itu kepadaku secara hidup-hidup."

 

"Baik, baik. Aku akan lebih berhati-hati lain kali. Tapi aku memperingatkanmu—kalau aku bertemu ras rendahan lain yang melakukan trik murahan seperti ini, atau yang mengambil pilihan bodoh dengan mencoba melawanku, aku akan membunuh mereka tanpa berpikir dua kali. Memikirkan ras rendahan yang tidak mengetahui tempat mereka membuatku sangat kesal, aku tidak punya pilihan selain membantai mereka demi menjaga kewarasanku!" Kata Kyto.

 

"Ya, aku sangat berempati denganmu mengenai hal itu." Kata Yanaaq.

 

"Memang benar, ada sejumlah ras rendahan yang mempunyai anggapan keliru bahwa, dengan usaha yang cukup, mereka akan mampu menang melawan anggota ras yang dipilih, seperti kau atau aku. Aku tidak tahu apa mereka benar-benar tidak tahu bagaimana cara dunia bekerja atau jika mereka dengan sengaja memilih untuk mengabaikan kenyataan pahit yang mereka alami, tapi mereka akan bersikeras untuk mewujudkan impian khayalan itu. Aku sendiri berharap orang-orang malang yang tidak berguna itu mati dengan cara yang mengerikan, meskipun lebih baik lagi, setelah aku menggunakan mereka dalam salah satu eksperimenku yang lebih mengerikan. Tapi sayangnya, aku tidak punya waktu untuk itu, kau boleh membunuh ras rendahan nakal yang kita temui, jika itu keinginanmu."

 

"Lihat? Bahkan Dark Elf sepertimu mengetahui maksudku." Kata Kyto.

Sementara Kyto dan Yanaaq sibuk mengejek para manusia, subjek eksperimen bertudung—yang merupakan salah satu "Ciptaan" Dark Elf—mengikat Suvellan yang masih tak sadarkan diri dan melemparkannya ke bahunya. Ketiganya meninggalkan area berlumpur dengan buruan manusia mereka, suara Kyto dan Yanaaq yang masih bercakap-cakap berangsur-angsur menghilang saat mereka berangkat menuju malam, sampai yang tersisa hanyalah perkemahan yang sunyi dan tubuh tiga petualang yang tewas yang berlumuran darah.