Chapter 4 : Growth Limit

 

Suara jeritan seperti babi yang melengking dan bergema di sudut terjauh lantai pertama dungeon. Orc dengan tongkat di tangannya mengayun dengan liar ke arah petualang bertudung, yang telah melawan Orc itu dari jarak—begitu dekat, bahkan orang bertudung itu dengan mudah menghindari pukulan yang ditujukan padanya. Petualang itu mengitari Orc itu dan menyerang punggungnya yang tidak dijaga dengan pedang dua tangannya, membuat monster itu memekik karena terkejut. Biasanya, lemak subkutan Orc yang tebal, otot yang kuat, dan tulang yang kuat membuat mereka hampir kebal terhadap pedang, namun pedang lebar orang bertudung itu mengiris monster itu dengan mudah seolah Orc itu terbuat dari kertas basah. Bilahnya mengiris dari bahu kanan Orc ke pinggul kirinya, menyebabkan binatang buas yang terkejut itu menjerit kesakitan sebelum mati. Sedangkan untuk pengguna pedangnya, kekuatan serangannya membuka tudung kepalanya untuk memperlihatkan wajah Elf laki-laki.

Elf itu tampak seperti seorang dewasa dengan wajah muda dengan rambut berwarna madu yang diikat di ujungnya, mata hijau yang berkilauan seperti zamrud, dan telinga panjang runcing yang mengintip dari balik rambut kuning muda. Fitur wajah dan sorot matanya tidak diragukan lagi mengintimidasi, namun dari keseluruhan wajahnya, dia bisa dengan mudah disalahartikan sebagai Elf perempuan—walaupun hal itu berlaku pada hampir semua Elf laki-laki yang tampak muda.

 

"Dan itu menjadi sepuluh."

Kata Elf itu sambil mengaktifkan layar statistiknya tanpa repot-repot memperbaiki tudungnya atau bahkan melihat ke bawah ke mayat Orc yang berlumuran darah di kakinya. Dia menyeka keringat di alisnya, dan—sama sekali mengabaikan bau yang muncul dari pembantaian yang dia lakukan—mengintip ke layar statistik dengan mata sipit, hampir berbentuk segitiga. Ekspresinya berubah menjadi frustrasi ketika dirinya menyadari harapannya telah salah sasaran.

 

"Sial! Makhluk-makhluk ini terlalu lemah untuk menaikkan levelku!"

Layar statistik itu tertulis : Kyto, 200 tahun, Elf, Laki-laki, Level 1500. Angka terakhir membuat Kyto dengan marah mengertakkan giginya. Apa level 1500 benar-benar sangat rendah sehingga membuat siapa pun mengertakkan gigi mereka karena kesal? Tidak, tentu saja tidak. Setiap orang yang berakal sehat akan memberitahu kalian bahwa level itu sangat tinggi. Dipercaya bahwa Elf, Dark Elf, Dragonute, dan Demonkin biasanya mencapai maksimal sekitar Level 1000, meskipun ada banyak variabel yang masuk dalam perkiraan tersebut. Kyto masih cukup muda dalam hal Elf, namun dia telah mencapai level kekuatan yang sangat tinggi yaitu 1500. Meski begitu, Kyto masih menganggap level kekuatannya saat ini tidak dapat diterima. Faktanya, dia menusukkan pedang besarnya ke tanah dengan putus asa. Anggota bertubuh tertinggi di party-nya—seorang Dark Elf bernama Yanaaq—menurunkan tudung kepalanya dan berusaha menenangkan Kyto.

 

"Aku sarankan kau santai saja, Kyto-san. Tujuan utama kita adalah melawan Troll di lantai tiga, ingat? Kita tidak boleh membuang-buang waktu dengan para Orc ini. Mari kita menuju ke lantai dungeon berikutnya."

Yanaaq memiliki rambut pirang panjang, kulit kecokelatan, dan memakai kacamata berlensa di mata kanannya. Meskipun tingginya kira-kira 180 cm, dia lebih ramping dan kurang berotot dibandingkan Kyto. Seperti kebanyakan Dark Elf lainnya, fitur wajah Yanaaq itu membuatnya terlihat seperti ilmuwan yang mencurigakan.

 

"Ya, aku tau itu!" Protes Kyto.

 

"Tapi aku ini punya darah seorang pahlawan—seorang Master! Tapi, sejauh yang kita tahu, aku mungkin telah mencapai batas pertumbuhanku pada level 1500! Kau tidak bisa mengharapkanku untuk bisa tenang!"

Pada titik ini, kalian mungkin ingin bertanya apa itu batas pertumbuhan. Istilah ini biasanya mengacu pada level kekuatan tertentu yang tidak dapat dilampaui oleh seseorang. Angka ini biasanya 100 untuk manusia, 200 hingga 300 untuk Beastfolk dan Centaur, 500-700 untuk Dwarf dan Onifolk, 300-1000 untuk Demonkin, dan 1000 untuk Elf, Dark Elf, dan Dragonute. Namun ini hanyalah perkiraan kasar dan tidak mutlak. Dan sepertinya, bagi Kyto, gagasan untuk mencapai batas pertumbuhannya sangat melukai harga dirinya.

 

"Aku elf termuda yang masuk White Knight Kerajaan Elf, dan aku adalah orang berikutnya yang memimpin ordo itu." Lanjutnya.

 

"Aku adalah pahlawan legendaris masa depan! Dan lagi....."

Sejak Kyto masih muda, dia mampu meningkatkan level kekuatannya dengan cepat, dan dia unggul dalam teknik berpedang, menunggang kuda, dan akademisi, serta taktik dan penyusunan strategi militer. Kyto berbakat secara fisik dan akademis, dan sejak usia muda, semua orang telah mengantisipasi masa depan cerah untuknya. Setiap orang dalam kehidupan Kyto mengagung-agungkannya, dan dia cenderung menarik banyak orang. Akibat prestasinya, Kyto terbiasa memuji dirinya sendiri dan mengembangkan sikap arogan yang meremehkan sesama Elf lainnya. Namun tidak ada yang mengatakan apapun tentang hal itu, karena dia selalu mendukung perkataannya dengan prestasinya. Seperti yang Kyto katakan, dia adalah orang termuda yang pernah dimuliakan sebagai White Knight di Kerajaan Elf, dan dia juga dianggap sebagai kandidat utama yang suatu hari akan mengambil alih sebagai pemimpin ordo. Namun petunjuk kecil bahwa Kyto mungkin telah mencapai batas pertumbuhannya di Level 1500 telah mengakhiri masa kejayaannya secara tiba-tiba. Para pengikutnya telah meninggalkannya dan berbalik menyerangnya, dan hal yang sama juga terjadi pada para White Knight yang lebih senior, yang pernah menaruh harapan besar pada Kyto.

 

"Komandan White Knight mana yang mencapai batas pertumbuhannya secepat itu?"

 

"Kekuatannya hanya setengah dari pemimpin saat ini, tapi badut itu bertingkah seolah dia memiliki segalanya."

 

"Aku selalu membencinya. Dia pikir dia lebih baik daripada orang lain, dan yang pernah sering didengar darinya hanyalah ucapan selamat untuk diri sendiri."

 

"Aku tau, benar? Dia begitu percaya diri sehingga jika kau menunjukkan satu kesalahan kecil yang dia lakukan, dia akan menjadi sangat marah. Wajahnya memerah dan mulai berteriak tentang betapa kaulah yang 'Tidak kompeten' itu. Dia yang terburuk."

 

"Dia memberikan semua harapan kita pada level kekuatan yang sangat kecil yaitu level 1500. Dan dia menyebut kita tidak kompeten? Haa!"

 

"Dia tidak tahu kalau banyak orang membencinya. Ambil contoh rekan-rekanku—"

 

"Diam! Diam! Diam! Dian! Diam!"

Ejekan yang didengar Kyto sebelum berangkat dari Kerajaan terdengar di telinganya sekali lagi, seperti halusinasi yang menjadi hidup. Kyto menghantam tanah berulang kali dengan pedang besarnya, seolah-olah mencoba untuk menebas pembicara tak kasat mata dari ejekan hantu ini. Saat melihat Kyto mengingat hinaan yang ditujukan kepadanya, Yanaaq dengan cepat memberikan jaminan yang bersifat manis dengan suara yang layak bagi penipu mana pun.

 

"Kyto-san, percayalah, aku memahami kekecewaanmu seolah-olah itu adalah kekecewaanku sendiri. Seperti yang kau ketahui, masyarakatku tidak toleran terhadap penelitianku dan memaksaku meninggalkan tanah airku. Aku ingin membantumu, Kyto-san, oleh karena itu aku menyarankan agar kita langsung menuju ke lantai tiga."

Yanaaq benar-benar mengabaikan getaran gila yang terpancar dari Kyto dan memastikan senyum kemenangan tetap melekat di wajahnya. Intervensi Yanaaq meredakan kemarahan Kyto, dan Elf itu mendecakkan lidahnya.

 

"Baiklah, kau yang menang." Katanya.

 

"Kita akan menuju ke lantai tiga. Dan begitu kita sampai di sana, sebaiknya kau menyelesaikan 'Penelitian'-mu ini dan membantuku naik level!"

 

"Ya, dimengerti. Kita telah bekerja sama sebagai saudara seperjuangan dengan kepentingan yang sama. Aku percaya tidak akan ada keraguan mengenai hasil penelitianku."

Kata Yanaaq, sambil terus tersenyum pada Kyto seperti seorang ilmuwan tersenyum pada tikus laboratorium. Senyuman itu benar-benar membuat Kyto takut, namun demi kepentingannya sendiri, Kyto menarik pedangnya dari tanah dan berjalan dengan setengah hati menuju lantai tiga.

 

Sial! Aku ini adalah keturunan dari seorang Master legendaris! Orang-orang seharusnya mengenali dan memujaku sebagai pahlawan suatu hari nanti! Jadi mengapa aku terpaksa melakukan misi di dungeon ini, dan juga dengan Dark Elf ini? Apa Sang Dewi sedang mengujiku? Apa itu berarti jika aku bisa naik level melewati 1500, Sang Dewi akan memberkatiku sebagai pahlawan legendaris sejati? Apa itu jenis ujiannya?

Kyto melanjutkan pemikirannya yang mementingkan diri sendiri ini dalam diam.

 

Dan jika Sang Dewi menganugerahkan gelar pahlawan padaku, aku akan kembali ke negaraku dan membantai semua orang yang pernah mengolok-olokku! Aku akan membunuh orang-orang yang merusak pemandangan itu juga, dan serangga-serangga rendahan lainnya yang merendahkanku pagi ini!

Kyto mengingat kejadian pagi itu, kenangan itu menyulut kemarahan dan rasa hausnya akan darah.

 

Mereka berani menyuruhku untuk tidak memotong antrian?! Mereka pikir aku ini siapa?! Aku ini Kyto, pahlawan yang akan segera dikenali oleh Sang Dewi sendiri! Semua kegunaan para hama manusia itu adalah melayani para Elf sebagai pijakan kaki! Tapi mereka bertindak tidak sopan denganku? Kalau bukan karena masalah pedang Grandius itu, aku pasti sudah mengiris orang-orang ras rendahan itu saat itu juga! Aku akan mengakhiri hidup serangga-serangga sialan itu dalam hitungan detik!

Kyto tiba-tiba mundur dari gagasan membantai ketiga manusia yang menantangnya.

 

Tidak, tunggu. Aku tidak ingin perempuan berambut perak itu menjadi sia-sia. Dia mungkin ras rendahan, tapi kecantikannya tak tertandingi bahkan di Kerajaan Elf. Kalau begitu, aku akan menjadikannya pelayan khususku. Aku selalu bisa menyingkirkannya setelah aku bosan atau jika dia menjadi jelek. Dan dia akan melayani pahlawan legendaris masa depan para Elf ini, jadi dia pasti akan menangis bahagia karena itu.

Kyto benar-benar percaya jauh di lubuk hatinya bahwa perempuan berambut perak itu, Nemumu itu, akan menangis karena rasa terima kasih dan memeluknya jika Kyto memberikan tawaran ini padanya. Dan kesimpulan ini sebenarnya bukan hasil dari khayalan Kyto yang membesar-besarkan diri sendiri, karena Elf dari jenis kelamin apapun dikenal sangat cantik, jadi para Elf biasanya percaya bahwa manusia mana pun akan langsung mengambil kesempatan untuk bergaul dengan mereka. Kecantikan luar biasa Nemumu jauh melampaui apapun yang pernah dilihat Kyto dalam hidupnya hingga saat ini, dan dia tidak bisa menahan diri untuk membayangkan Nemumu memeluknya erat-erat dan membisikkan hal-hal manis di telinganya. Hal ini secara efektif memadamkan kemarahan Kyto yang membara.

 

"Oh, ini menyedihkan sekali." Kata Kyto pada dirinya sendiri.

 

"Mengapa Dewi memberiku ujian kecil yang konyol ini hanya karena aku ditakdirkan menjadi pahlawan?"

 

"Hmm? Apa kau mengatakan sesuatu, Kyto-san?" Yanaaq bertanya.

 

"Tidak, abaikan saja aku."

Kata Kyto sambil terus berjalan dengan setengah hati saat melewati ruang dungeon yang jauh. Melewati "Ujian" dari Sang Dewi yang telah dia buat sepenuhnya adalah hal yang membuatnya terus maju. Yanaaq, sebaliknya, sebagian besar fokus untuk melanjutkan "Penelitian"-nya itu dalam perjalanan ini.

 

✰✰✰

 

"Bukankah itu para petualang pagi ini?"

Kami baru saja menyelesaikan hari pertama misi kami di dungeon, berhasil mencapai lantai tiga dengan bantuan kartu Conceal dan Flight-ku. Di lantai dua, kami mengalahkan segerombolan Golem, dan di lantai tiga, kami mengalahkan sekelompok Troll. Kami telah mengumpulkan permata sihir dari kedua kelompok musuh sebelum terbang lagi dan kembali ke arah dunia luar. Kami punya kesempatan untuk mengambil lebih banyak item dari Golem dan Troll, namun itu berarti menyimpannya di Item Boxes kami, dan karena sangat sedikit orang yang benar-benar memiliki Item Boxes sihir, jika terungkap bahwa kami bertiga punya itu bisa menarik perhatian yang tidak diinginkan.

 

Merebut Item Boxes kami dari Kerajaan tidak akan membantu kami meningkatkan peringkat kami. Aku sudah mempertimbangkan untuk membawa material yang dimiliki monster itu kembali ke Abyss, namun Unlimited Gacha-ku sudah mengeluarkan kartu, jadi aku sebenarnya tidak kekurangan sumber daya. Belum lagi, item yang didapatkan dengan mengalahkan Troll memiliki kualitas yang sangat rendah sehingga hanya akan menghalangi, jadi kami memutuskan untuk mengambil kembali permata sihir sebagai bukti bahwa kami telah mencapai lantai dua dan tiga. Kami kembali ke lantai pertama dungeon, terbang lurus menuju pintu masuk utama, ketika kami melihat tiga gumpalan hijau muncul dari area hutan. Gumpalan-gumpalan itu—kemungkinan besar para Goblin—tampaknya sedang bertarung dengan sekelompok anak-anak manusia—pihak yang sama yang pagi itu berterima kasih kepada kami karena telah berhasil mengalahkan para penyerobot antrian itu. Aku mengarahkan Gold dan Nemumu untuk melihat pertarungan anak-anak itu juga.

"Kau punya mata yang bagus, tuanku. Mereka adalah anak-anak muda yang sama yang kita temui pagi ini, ya?" Kata Gold.

 

"Pertarungannya tingkat rendah. Tidak ada gunanya melihatnya, Dark-sama."

Kata Nemumu. Penilaian Nemumu terhadap pertarungan itu tampaknya benar, karena para petualang muda terlalu fokus pada para Goblin di depan mereka dan tidak memperhatikan lingkungan sekitar mereka. Ketiga anak laki-laki itu masing-masing bertarung satu lawan satu dengan goblin, sementara gadis yang sendirian—yang tampaknya adalah adik perempuan sang pemimpin itu—berdiri di belakang sambil memegang tongkat, siap membantu jika diperlukan. Anak laki-laki itu sepertinya tidak memerlukan bantuan apapun, karena Goblin berukuran sebesar anak-anak dan dapat dengan mudah dikalahkan satu lawan satu. Namun, karena semua orang dalam kelompok itu terlalu fokus pada apa yang ada di depan mereka, tidak ada yang menyadari ular semak itu merayap ke arah kelompok itu dari belakang. Gigitan ular semak cukup kuat untuk melumpuhkan korbannya untuk sementara, dan meskipun racunnya tidak mematikan, rancun itu membuat orang tersebut sangat rentan terhadap monster lain yang berkeliaran di sekitarnya. Merupakan praktik standar bagi setiap party yang terdiri dari anggota level rendah dan menengah untuk menugaskan satu orang untuk mengawasi serangan dari belakang karena alasan tersebut.

 

"Apa rencanamu, tuanku?" Gold bertanya.

 

"Kasus terburuknya, gadis di belakang itu mendapat gigitan yang tidak enak dan berteriak-teriak, mengalihkan perhatian para pemuda di garis depan dan membiarkan mereka terbuka lebar akan membuat mereka dibantai oleh para goblin itu."

 

"Aku tidak akan bisa tidur di malam ini jika aku membiarkan hal itu terjadi." Kataku.

 

"Kurasa aku akan turun tangan, sekali ini saja."

Aku turun ke tanah dengan kartu Conceal-ku yang masih aktif sehingga aku tidak akan diketahui oleh para petarung muda atau musuh mereka, dan segera setelah aku mendarat, aku meremukkan leher ular semak itu dengan tongkatku. Setelah aku yakin makhluk itu sudah benar-benar mati, Nemumu dan Gold bergabung denganku di tanah.

 

"Kerja bagus, semuanya! Kita mengalahkan para goblin itu."

Kata pemimpin berambut merah itu, memberi selamat kepada party-nya.

 

"Sekarang mari kita kumpulkan permata sihir mereka sebelum monster lain muncul—"

Pemimpin muda itu tiba-tiba berhenti dan berkedip.

 

"Heh? Bukankah kau anak laki-laki yang tadi pagi?"

Setiap remaja di party itu tersentak kaget ketika mereka melihat kami bersembunyi di belakang mereka tanpa bersuara atau memberi mereka semacam peringatan akan kehadiran kami. Adik perempuan pemimpin itu sangat terkejut, dia mundur selangkah, menjauh dari kami.

 

"Meskipun memberikan perhatian paling besar pada musuh di depan kalian merupakan strategi dasar yang masuk akal, jangan lupa bahwa tidak semua musuh menyerangmu dari depan." Kataku.

 

"Jika kalian tidak berhati-hati, kalian mungkin akan kehilangan nyawa kalian. Lihat?"

Sambil tersenyum, aku menggunakan tongkatku untuk mengangkat ular semak yang mati itu untuk diperlihatkan kepada para remaja itu. Saat melihatnya, party tersebut langsung menyadari betapa besarnya bahaya yang mereka hadapi, dan bukan untuk pertama kalinya, pemimpin mereka menundukkan kepalanya padaku.

 

"Terima kasih banyak telah menyelamatkan adikku. Miya, kau juga harus berterima kasih padanya."

 

"T-Terima kasih banyak!" Kata Miya, sedikit meraba-raba kata-katanya sambil menundukkan kepalanya juga.

 

"Terima kasih telah menyelamatkan Miya-chan, untuk kami."

Kata anak laki-laki berpenampilan nakal.

 

"Tapi kalau boleh aku bertanya, kapan kalian muncul?"

Aku tidak menyalahkan anak itu karena menanyakan hal itu. Satu-satunya cara kami bisa menyembunyikan diri adalah dengan bersembunyi di dalam hutan tempat para Goblin muncul, karena di tempat lain terdapat area yang terbuka lebar. Masalahnya adalah, kelompok muda itu terus menatap hutan sepanjang waktu, jadi jika kelompokku mencoba mendekati mereka dari padang rumput, mereka akan mendengar suara langkah kaki kami saat kami berjalan dengan susah payah melewati dedaunan dan rumput, atau memperhatikan cahaya yang terpantul dari armor emas Gold. Namun di sisi lain, seluruh dunia memandang party muda itu seolah-olah kami muncul entah dari mana seperti hantu. Aku tidak bisa memberi tahu mereka tentang kartu Conceal dan Flight-ku, jadi aku memutuskan untuk memberi alasan lain.

 

"Kami baru saja lewat. Aku pikir kalian semua terlalu sibuk bertarung daripada memperhatikan kami mendekat. Lagipula, bukankah kalian seharusnya mengumpulkan permata sihir itu?"

 

"Oh ya, kau benar." Kata pemimpin muda itu.

 

"Gimra, Wordy, cepat ambil permata sihirnya. Miya, tolong berjaga-jaga."

 

Aku beralih ke Gold. "Gold, kau juga harus membelah ular semak itu dan memeriksa apa ada permata sihir di dalamnya."

 

"Tentu! Serahkan itu padaku, tuanku." Kata Gold dengan riang.

Secara umum, Goblin tidak memiliki apapun yang berharga kecuali permata sihir. Daging dari ular semak mungkin akan menghasilkan sedikit uang, namun jumlahnya tidak cukup menarik untuk dibawa ke mana-mana, jadi aku memerintahkan Gold untuk hanya mencari permata sihirnya.

 

"Onii-chan, apa kamu membutuhkan itu?" Miya bertanya pada kakaknya.

 

"Oh, tentu saja, tolong lakukan itu, Miya. Kau belum menggunakan trik kecil itu hari ini, jadi itu harusnya jelas."

 

Miya—yang tampak seperti seorang penyihir—mulai membacakan mantra :

"Kekuatan sihir, perhatikan panggilanku! Tunjukkan wujudmu seperti bola air!"

 

Saat berikutnya, bola air besar muncul di udara. Meskipun itu adalah sihir air yang cukup mendasar yang dilakukan Miya, kemampuan ini memastikan kelompoknya tidak akan pernah haus saat melakukan misi di dungeon. Penyihir yang bisa melakukan trik ini sangat dicari. Kakaknya, Elio, menawarkan air itu kepada Gold.

 

"Tuan Ksatria, kau bisa menggunakan air itu untuk mencuci darah dan benda-benda di tanganmu." Kata pemimpin muda itu.

 

"Oh, terima kasih, nak." Kata Gold penuh apresiasi.

 

"Tidak, tidak, terima kasih sudah menyelamatkan adikku."

Kata pemimpin muda itu.

 

"Ini adalah bentuk terima kasih kecil dari kami."

 

"Hei, Miya-chan, kami mau mencuci juga!" Kata Gimra.

Anak laki-laku yang terlihat bijak yang dipanggil Wordy—yang merupakan anggota tertinggi di party mereka—bergabung dengan Gold dengan memasukkan tangan mereka ke dalam bola air raksasa untuk membersihkan darah Goblin dan ular semak itu. Seorang penyihir yang menggunakan sebagian mana berharganya untuk memberi kami air hanya untuk mencuci tangan di tengah dungeon bukanlah tindakan kecil, jadi aku merasa perlu untuk menunjukkan penghargaanku atas kemurahan hati mereka.

 

"Terima kasih telah menggunakan sedikit mana yang kau miliki untuk memberi kami air." Kataku kepada kelompok anak-anak muda itu.

 

"Tidak, tidak, kami yang seharusnya yang berterima kasih karena kalian telah menyelamatkan adikku." Kata Elio.

 

"Kalian tidak hanya membantu kami di sini, kalian juga datang membantu kami pagi ini. Aku tidak punya kata-kata lain untuk mengungkapkan rasa terima kasihku ini."

 

"Kami juga menjadi korban orang-orang yang memotong antrian tadi pagi." Jawabku.

 

"Dan sebenarnya, aku kebetulan menyadari party kalian sedang dalam masalah saat kami lewat, jadi aku membantu, karena aku tidak akan sanggup menutup mata terhadap bahaya yang sedang menimpa kalian. Aku mungkin seharusnya memanggil kalian, tapi kalian semua sibuk melawan para Goblin itu, jadi aku mengambil tindakan sendiri untuk campur tangan."

 

"Aku sangat menghargai bantuanmu itu." Kata Elio.

 

"Dark-sama." Nemumu menimpali.

 

"Sepertinya ada musuh yang mengarah ke kita."

Karena itu adalah berasal dari Nemumu yang berlevel 5000, aku harus memperhatikan peringatannya. Aku mempersingkat percakapanku dengan Elio untuk melihat-lihat, dan segera merasakan sesuatu yang besar muncul dari hutan terdekat dan bergerak jauh lebih cepat daripada yang bisa berlari oleh para remaja ini. Sesuatu yang besar itu mengeluarkan geraman parau saat semakin dekat.

 

"Tunggu, bukankah itu...." Elio memulai.

 

"Bukankah itu serigala semak?"

Seekor serigala besar yang panjangnya sekitar dua meter dan warna rumput muncul dari dalam hutan, diikuti oleh serigala semak lainnya di belakangnya.

 

"Apa yang mereka lakukan di area ini?!" Seru Elio.

 

"Aku pikir wilayah mereka lebih jauh di dalam dungeon!"

Elio buru-buru beralih ke party-nya dan mulai mengeluarkan perintah.

 

"Kita tidak bisa melawan makhluk-makhluk ini. Kita harus mundur! Tuan Ksatria, apa menurutmu, kau dan party-mu dapat membantu kita mundur?"

 

"Para serigala semak itu bukanlah musuh sebenarnya." Kataku.

 

"Mereka tidak akan menyerang kita. Mereka sedang melarikan diri begitu saja."

 

"Heh?"

Sesuai prediksiku, serigala semak besar dan serigala lainnya tidak menghiraukan kami saat mereka berlari melewati kami dan pergi ke padang rumput. Makhluk yang mengikuti serigala berada di sisi yang besar, dan pohon-pohon tumbang dan tanah bergetar dengan setiap langkah yang diambilnya. Binatang itu begitu besar, bahkan Elio dan kelompoknya menyadarinya mendekat. Binatang itu akhirnya muncul dari hutan dan menampakkan dirinya sebagai belalang sembah raksasa berlengan empat. Setidaknya tingginya tiga meter, dan pemandangan itu bahkan lebih mengejutkan Elio daripada para serigala semak itu.

 

"Fourscythe Mantis?!" Elio berteriak ketakutan.

 

"Kau tahu makhluk apa itu?" Aku bertanya.

 

"A-Aku adalah ketua party, jadi tugasku adalah mencari monster jenis apa yang mungkin muncul di lantai pertama. Mantis Fourscythe sangat langka, hanya muncul sekitar tiga puluh tahun sekali. Sangat jarang melihat monster sekuat ini berkeliaran di lantai pertama, jadi ketika Guild mengonfirmasi penampakannya, semua petualang di kota bekerja sama untuk memburunya. Tapi perburuan terakhir terjadi sepuluh tahun yang lalu, jadi ini terlalu awal untuk makhluk itu muncul lagi!"

Aku menggunakan kekuatan Appraisal-ku untuk memindai belalang sembah itu, dan makhluk itu memang monster Level 500—terlalu kuat untuk lantai pertama dungeon ini. Ketika aku masih bersama party Concord of the Tribes, aku pernah mendengar bahwa dungeon tertentu kadang-kadang mengeluarkan monster berkekuatan tinggi yang sama sekali tidak sesuai dengan lantai tempat mereka berada. Aku juga pernah mendengar bahwa, di dungeon seperti itu, memikirkan strategi untuk menghindari monster-monster ini menjadi lebih penting, daripada mencoba menghadapinya secara langsung.

 

Mantis Fourscythe ini mungkin salah satu monster itu.

Pikirku, sebelum suara mendesak Elio membuatku tersadar dari ingatanku.

 

"M-Miya, serang makhluk itu dengan senjata rahasiamu!" Teriak Elio.

 

"Tuan Ksatria, setelah Miya memperlambatnya, kau dan yang lainnya lari ke pintu keluar!"

 

"O-Oke, Onii-chan!"

Kata Miya, perintah Elio membuatnya menggenggam tongkatnya erat-erat. Aku penasaran untuk mencari tahu apa senjata rahasia Miya itu, salah satunya karena Mantis Fourscythe memiliki kaki setebal batang pohon dan kerangka luarnya berkilau yang menunjukkan kalau itu lebih keras daripada armor baja. Berkat kakinya yang besar, belalang sembah itu mampu bergerak lebih cepat daripada yang disiratkan oleh tubuhnya yang besar. Bahkan jika Miya memberi jeda sejenak pada monster besar ini, kelompoknya tetap tidak akan bisa berlari lebih cepat darinya.

 

Pada titik ini, Mantis Fourscythe itu telah berhenti mengejar para serigala semak itu dan mengalihkan perhatiannya ke arah kami. Aku berasumsi bahwa, jika makhluk itu memutuskan untuk mengejar, makhluk itu akan terus mengejar kami, sama seperti monster dungeon pada umumnya. Kepala belalang sembah itu berputar ke arah kami dan terlihat jelas bahwa makhluk itu telah mendaftarkan kami sebagai mangsa. Makhluk itu menggosok-gosokkan rahang bawahnya dan mengeluarkan suara pekikan yang keras dan tajam. Miya mulai menangis tersedu-sedu karena ketakutan mendengar teriakan mengintimidasi yang keluar dari belalang sembah itu, dan Elio serta anak-anak lainnya mundur. Namun aku punya ide lain.

"Jika kalian mundur, itu artinya kalian tidak akan melawannya, benar? Jadi kami bisa melawannya, bukan?"

 

"Tapi makhluk itu adalah Mantis Fourscythe loh!" Kata Elio

 

"Tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Kataku dengan santai. Aku dan party-ku telah menjadi petualang untuk mendapatkan ketenaran, jadi kami tidak bisa membiarkan kesempatan emas ini berlalu begitu saja. Ditambah lagi, Elio baru saja memberi kami izin untuk mengambil alih itu.

 

"Gold, Nemumu." Kataku pada rekan-rekanku.

 

"Kami akan mengalahkan belalang sembah ini."

 

"Tentu, Dark-sama!" Kata Nemumu.

 

"Kalian benar-benar akan melawan monster itu?!" Kata Elio dengan kaget.

 

"Monster itu lebih kuat dari bos terakhir mana pun yang bisa kalian temukan di ketujuh lantai! Semua petualang di kota bersatu untuk membunuh Mantis Fourscythe terakhir yang muncul! Apa menurutmu, kalian bertiga punya peluang melawannya?!"

 

Gold menoleh ke belakang dan tertawa. "Tidak perlu kehilangan akal sehatmu, anak muda! Bagi kami, monster jenis ini bahkan tidak layak untuk dingat! Faktanya, aku akan menggunakan kesempatan ini untuk menunjukkan kepada kalian, tunas muda, tentang menggunakan pedang dan perisai yang baik dalam pertempuran!"

Gold melepaskan perisainya dan menghunus pedangnya dari sarungnya saat rombongan Elio memandang dengan takjub. Ksatria emas itu bergerak maju dan mengambil posisi yang menjadikannya orang yang paling dekat dengan belalang sembah itu.

 

"T-Tuan Ksatria! Awas!" Elio berteriak.

Keempat lengan Fourscythe Mantis menyerupai sabit raksasa, dan semuanya melesat dengan cepat di udara, menciptakan pusaran. Serangan dari salah satu bilah setajam silet di lengan belalang sembah itu tampak mampu dengan mudah merobek perisai logam atau armor apapun.

 

"Aku melihat kalian bertarung melawan para goblin itu." Teriak Gold.

 

"Kalian bisa menggunakan perisai kalian untuk melindungi diri kalian sendiri dan pedang kalian untuk menyerang, seperti ini!"

Gold dengan mudah menangkis serangan dari Fourscythe Mantis itu menggunakan perisai dan pedangnya, sementara wajahnya menghadap ke arah kelompok Elio saat dirinya memberi mereka petunjuk.

 

"Melindungi diri kalian dengan perisai dan menyerang dengan pedang belum tentu salah, tapi itu juga bukan pendekatan yang tepat, benar? Lagipula, tidak ada aturan yang mengatakan hal sebaliknya tidak mungkin terjadi. Ambil ini sebagai contohnya!"

Gold mengayunkan perisai emasnya membentuk busur, tepat pada waktunya untuk terhubung dengan salah satu lengan pedang belalang sembah yang turun. Karena tidak mampu menahan guncangan akibat benturan tersebut, bilah pedang di lengan belalang sembah itu hancur, membuat monster itu bergetar dengan heran atas apa yang baru saja terjadi.

 

"Seperti yang kalian lihat, nak, kalian bisa menyerang dengan perisai kalian. Perisai tidak hanya dimaksudkan untuk melindungi diri sendiri. Dan kalian juga tidak boleh mengayunkan pedang kalian sembarangan. Kalian harus membaca serangan lawan dan menyerang dengan tepat. Jadi perhatikan ini!"

Kali ini, Gold maju ke arah Fourscythe Mantis, yang sempat ragu-ragu sejenak karena lengan pedangnya hancur. Dengan ayunan pedangnya, Gold memotong salah satu kaki belalang sembah seperti mentega, menimbulkan jeritan yang tidak biasa dan tidak terputus dari belalang sembah.

 

"Kalian juga harus menggunakan otak kalian untuk memikirkan cara untuk mengganggu lawan kalian dan menyerang mereka dengan serangan mendadak."

Kata Gold, tidak melewatkan satu hal pun saat dia melanjutkan nasihatnya.

 

"Kalian tidak akan menjadi lebih baik hanya dengan mengayunkan pedang kalian seperti kincir angin dan bersembunyi di balik perisai kalian, tidak peduli berapa lama kalian terus melakukannya, benar?"

 

Tidak ingin tertinggal dari Gold, aku memutuskan untuk ikut bertarung juga.

"Fire Arrow!"

 

Aku mengeluarkan kartu seranganku—R Fire Arrow—namun Fourscythe Mantis itu menggunakan salah satu lengan pedangnya yang tersisa untuk menepis tembakan api itu. Belalang itu memekik. Meskipun serangan Gold mengejutkannya, serangga raksasa itu tampaknya menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi ketika menghadapiku. Sedikit jengkel dengan hal ini, kali ini aku mengeluarkan tiga puluh kartu Fire Arrow untuk menembak makhluk itu.