Chapter 1 : Departure

 

"Okaa-san. Otou-san. Aku kembali."

Setelah membalas dendam pada Garou si manusia serigala, aku meninggalkan Abyss menuju dunia permukaan. Ketika aku akhirnya sampai di atas permukaan, tempat pertama yang aku kunjungi adalah makam orang tuaku di desaku. Atau setidaknya, tempat yang dulunya adalah desaku, yang telah dihancurkan oleh kekuatan yang tidak dikenal. Bisa jadi monster, perampok, tentara, atau yang lainnya. Aku pernah mengunjungi desaku sebelumnya dengan harapan bisa bertemu kembali dengan orang tuaku, tidak lama setelah aku naik level dan mengatasi berbagai kendala yang menghalangiku untuk meninggalkan Abyss. Yang mengejutkanku, aku mendapati desaku hancur dan semua bangunan serta lahan pertanian terbakar habis, dan mayat penduduk desa—termasuk orang tuaku—tersebar di mana-mana.

 

Aku telah mencoba mencari tahu siapa atau apa yang bertanggung jawab atas pembantaian ini, namun masih terlalu lama setelah peristiwa tersebut untuk diungkapkan. Apapun bukti yang bisa diperoleh telah terhapus oleh elemen, membuatku tidak punya cara untuk mengetahui apa ini adalah hasil perbuatan penjahat manusia, monster, atau salah satu ras lainnya. Satu-satunya hal baik dari semua pembantaian itu adalah aku tidak bisa menemukan kakak laki-lakiku atau adik perempuanku, Yume, di antara mayat-mayat yang tak terhitung banyaknya. Aku telah menjelajahi area itu jauh-jauh untuk memastikannya, namun mereka tidak ditemukan.

 

Mungkin itu berarti mereka berdua keluar hidup-hidup.

Pikirku, sambil memberi diriku secercah harapan. Aku telah memerintahkan pada bawahan yang bersamaku—mereka sudah mulai melakukan operasi pengumpulan informasi—untuk juga mencari saudara kandungku dan menemukan orang-orang yang telah menghancurkan desaku, sebelum melanjutkan untuk mengumpulkan mayat orang tuaku dan penduduk desa lainnya dan menempatkan mereka semua di kuburan. Di antara korban tewas, ada anak-anak yang pernah menjadi temanku. Sekitar setengah tahun telah berlalu sejak kepulangan yang mengerikan itu. Setelah hening sejenak, aku meletakkan bunga yang kubawa di depan batu nisan, berlutut, dan berdoa agar orang tuaku dan penduduk desa lainnya selamat dalam perjalanan menuju pelukan Sang Dewi. Setelah memanjatkan doa dalam hati, aku bangkit dan menepuk-nepuk debu di pakaianku.

 

"Apa semuanya baik-baik saja, nak Light?"

Tanya Gold, yang merupakan salah satu pendampingku dan anggota kelompok partyku. Sebutan lengkapnya adalah Level 5000, UR Auric Knight, Gold, dan seperti namanya, dia mempunyai sosok yang mencolok, terlihat seperti seluruh penampilannya terbuat dari emas. Dia mengenakan pelindung kepala full-face, bersama dengan armor lengkap yang dimulai dari bagian atas bahunya hingga ke ujung jari kakinya. Pedang dan perisai tersampir di punggungnya melengkapi penampilannya. Setiap bagian dari itu—termasuk gagang pedangnya dan sarung pedangnya—tampak seperti telah dicelupkan ke dalam emas. Meskipun kemampuan ofensifnya tidak perlu dijelaskan lagi, dia adalah tipe petarung yang berspesialisasi dalam pertahanan, itulah alasan aku memilih Gold untuk menemaniku dalam perjalanan ini.

 

"Ya, aku sudah menyapa ibu dan ayahku lagi dan memberi tahu mereka kabar terkini." Jawabku.

 

"Kalau begitu mari kita segera pergi, oke? Sebaiknya kita tiba di tempat tujuan saat matahari masih tinggi di langit, agar kita bisa bermalam di penginapan sungguhan. Aku tidak mau bermalam di bawah langit-langit berbintang!"

 

"Gold! Aku akan membunuhmu jika kau tidak menunjukkan sedikit rasa hormat apapun kepada Light-sama yang sedang berduka atas orang tuanya?! Pikirkan bagaimana perasaannya sebelum kau berbicara! Dan jangan panggil Light-sama dengan sebutan 'Nak', sialan!"

Gadis yang meneriaki Gold adalah pendamping lain yang kubawa dalam perjalanan : Level 5000, Assassin’s Blade UR, Nemumu. Dia memiliki rambut perak sebahu yang mempesona dan mengenakan syal yang menutupi mulutnya. Membanggakan tubuh yang sangat langsing, dia benar-benar cantik dan terlihat berusia sekitar tujuh belas atau delapan belas tahun, dan pakaian yang dia kenakan memperlihatkan sebagian besar tubuhnya yang kecokelatan dan terpahat. Sampai saat itu, Nemumu terus memperhatikanku dengan tatapan sedih dan khawatir di matanya—bahkan, seolah-olah seseorang telah menikamkan pisau ke dadanya sendiri—sehingga dia lepas kendali kepada Gold yang membalas dengan nada gembira itu tidak terlalu mengejutkan. Gold menerima teguran tajam Nemumu dengan tenang dan hanya mengangkat bahunya.

 

"Berbicara terlalu formal dan kaku itu hanya membuat hubungan akan terasa semakin jauh, jadi berbicara dengan santai seperti ini membuat membuatnya lebih dekat, Nemumu. Dan selain itu, aku yakin kau juga tidak mau berkemah diluar pada hari pertama, kan?"

 

"Jangan berani-berani menyamakanku denganmu! Selama aku bersama Light-sama, aku dengan senang hati akan berbaring di rumput, berguling-guling di lumpur, atau menyelam ke dalam lubang sampah sekalipun!"

 

"Dan aku akan sangat senang untuk melakukan perjalanan jauh ke gunung terdingin atau melewati danau lava yang melelehkan tulang bersama tuanku." Jawab Gold.

 

"Aku bersumpah atas warna emasku ini pada tuanku, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kode Auric Knight. Tapi jika kita ingin tuan kita mendapatkan istirahat yang cukup, mungkin yang terbaik adalah menghindari berkemah di luar ruangan, bukan begitu?"

 

Nemumu menghela napas pelan. "K-Kau benar! Berkemah di malam pertama tidak akan baik untuk tidur atau kesehatan Light-sama."

 

"Oh, dan satu hal lagi, Nemumu : jika kau meminta nasihatku, mungkin akan lebih bijaksana untuk tidak bersaing dengan Ellie-dono dalam hal menunjukkan pengabdian yang mentah kepada tuan kita, oke? Jika kau berlebihan, itu bisa merusak penilaian tuan kita padamu dan kau mungkin akan membuat tuan kita marah."

 

"A-A-Aku tidak sedang main-main! Dan Light-sama tidak akan pernah berhenti menyukai kita! Biarpun Light-sama akhirnya merasa jijik melihatku, aku akan tetap menjadi pelayan setianya! Bahkan jika aku mati, rohku akan terus mengabdi padanya!"