Tiga menit kemudian, aku terbang kembali ke dasar jurang. Sekitar tujuh atau delapan orc telah dikalahkan. Para orc lainnya ketakutan dan mundur, yang menyebabkan kebuntuan. Tepat saat aku mendarat, aku melihat satu orc di belakang kelompok yang bahkan lebih besar dari para golemku.
"Jadi itu raja orc, ya?"
Raja orc adalah orc dengan rank tertinggi dalam spesies tersebut. Orc normal adalah monster Rank D atau C-, sedangkan raja orc bisa menjadi monster Rank C+ hingga B. Alasan mereka berbahaya adalah karena mereka dikatakan dapat mendongkrak pengikut mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
Tampaknya mirip dengan skill Follower Boost milikku, namun lebih lemah. Yang dilakukannya hanyalah membuat orc normal sedikit lebih kuat dari biasanya.
"Snorgh, snoorghhorgh!"
Raja orc itu mengeluarkan teriakan perang, memompa semangat orc lainnya dan memenuhi mereka dengan antusiasme.
Menjangkau tas sihirku, aku mengeluarkan pedangku. Pedang itu memiliki bilah melengkung bermata dua, dan dalam kehidupanku sebelumnya akan disebut pedang kogarasu maru. Panjangnya sekitar tujuh puluh sentimeter dan tidak memiliki pelindung atau pegangan. Sebagai ganti pegangan, pengguna akan melilitkan tali di tangan mereka. Aku mengeluarkan Boost pada pedangku saat aku menyerang raja orc.
"Snort!"
"Snrgh!"
Aku menembakkan Windcutter dengan tangan kiriku, mengiris tubuh para orc yang menyerangku. Kemudian, dengan tangan kananku, aku mengayunkan pedangku, memenggal kepala mereka dalam satu gerakan dan membunuh mereka satu demi satu.
Para orc itu kebingungan. Namun, sang raja-nya jelas pantas mendapatkan gelarnya, karena monster itu tetap tidak terpengaruh dan terus menyerangku. Dan senjata pilihannya? Salah satu orc tanpa kepala yang baru saja kubunuh. Kurasa bagi raja orc ini, pion-pionnya sama saja seperti sampah begitu mereka mati.
Dilihat dari seringai menyeramkan di wajah raja orc itu, aku merasa monster itu mengira bahwa satu ayunan yang kuat sudah cukup untuk membuatku menjadi segumpal daging mati. Namun, dalam menghadapi serangannya, aku tidak ragu-ragu; aku melangkah maju dan mengayunkan pedangku, membidik lehernya. Dan begitulah raja orc itu akhirnya meninggalkan dunia ini dengan seringai menyeramkan yang sama di wajahnya.
Para orc lainnya dan enam orang yang berdiri di belakang para golem menatap dengan heran ke arah kepala sang raja mereka saat kepala raja mereka menggelinding di depan kakiku, senyumnya masih terukir di wajahnya. Aku maju dan menebas orc yang paling dekat denganku sebelum orc itu bisa menyadarinya, lalu menggunakan Earth Needle pada sekelompok orc yang berkerumun berdekatan.
Puncak tajam yang mencuat dari tanah melumpuhkan sekitar setengah dari orc sebelum mereka sadar. Setengah lainnya dari kelompok itu dengan cepat mencoba melarikan diri, namun tidak mungkin aku akan membiarkan mereka lolos. Dan sekarang manusia ikut melakukan serangan balik bersama para golem. Sekarang manusia yang berada di atas angin, dan kami mengalahkan sisa orc dalam waktu singkat, dengan sedikit perlawanan.
Saat aku memindahkan orc yang mati ke dalam tas dimensiku untuk membersihkan medan pertempuran, salah satu orang dari kelompok manusia itu mendekatiku.
"Terima kasih telah menyelamatkan kami di sana. Berkatmu, tidak ada yang terluka parah."
Orang itu adalah yang berpakaian paling bagus dari keenam orang itu, dan orang yang telah mencoba mengucapkan terima kasih kepadaku sebelumnya.
Aku segera menggunakan Identify untuk melihat siapa dia.
Nama: Alex von Blumere Krastin
Umur: 47
Class: Human
Gelar: King of the Kingdom of Krastin
"Raja?"
Seruku, membuat lima orang lainnya menatapku dengan curiga. Yang paling serius dari mereka semua adalah seorang laki-laki dengan mata hitam dan rambut pendek berwarna perak. Dia melangkah maju, menempatkan dirinya di antara aku dan raja.
"Oh, tolong mundur. Dia tidak bermaksud jahat."
Kata Sang Raja kepada orang itu.
"Tapi Yang Mulia! Ini semua bisa jadi tipu daya! Dia bisa saja menunggu kesempatan untuk menyerangmu!"
Kata orang berambut perak itu sambil menghunus pedangnya.
"Kau akan menentang perintahku?"
Jawab Sang Raja, dengan suara pelan dan mengancam. Orang itu langsung mundur.
"M-Maafkan aku, Yang Mulia!"
Orang itu menundukkan kepalanya dan kembali ke posisi sebelumnya di belakang raja.
"Tidak masalah. Aku tahu kau hanya khawatir dengan keselamatanku. Tapi, kita berutang budi padanya karena telah menyelamatkan nyawa kita. Dan juga, kau mengonfirmasi kecurigaannya saat kau memanggilku 'Yang Mulia' di depannya."
Kata Sang Raja itu. Orang itu langsung tersentak dan menjadi pucat, lalu berlutut.
"Apa yang sudah terjadi maka sudahlah. Aku memaafkanmu."
Sang Raja mendesak orang dengan rambut berwarna perak itu untuk bangun dan kemudian mengarahkan perhatiannya kepadaku.
"Sekarang, bagaimana denganmu—bagaimana kau tahu aku ini adalah raja?"
Tentu saja aku tidak bisa begitu saja mengatakan kepadanya, "Aku menggunakan Identify padamu", jadi aku memeras otakku untuk mencari jawaban. Tepat saat itu, lambang di kereta kuda itu menarik perhatianku.
"L-Lambang itu... satu-satunya yang diizinkan menggunakan lambang itu, dengan babi hutan dan naga bersama-sama, adalah kepala keluarga kerajaan atau seorang archduke. Dan saat ini hanya ada satu archduke dan kudengar dia sudah cukup tua, jadi kupikir anda pastilah raja itu."
Aku segera menyebutkan alasanku. Itu semua adalah hal-hal yang kupelajari dari belajar bersama Okaa-san.
"Tidak perlu gugup begitu. Hmm, begitu ya.... kau sangat terpelajar."
Kecurigaan menghilang dari wajahnya saat dia memujiku sambil tersenyum. Rupanya dia mengira aku berbicara begitu cepat karena aku gugup, jadi dia tidak terlalu mempermasalahkannya.
Sudah sepuluh tahun sejak aku bereinkarnasi ke dunia ini dan bangsawan pertama yang kutemui ternyata adalah raja. Di kehidupanku sebelumnya, aku hanya melihat bangsawan di TV, atau di film dan buku. Jadi sejujurnya, aku takut ini akan menjadi masalah, dan aku hanya ingin pergi dari sana.
"Aku sangat lega tidak ada dari kalian yang terluka. Baiklah, kalau begitu permisi...."
Aku mengangkat tangan untuk melambaikan tanganku saat aku berbalik, lalu mencoba keluar dengan cara yang paling alami yang aku bisa. Namun sang raja mencengkeram bahuku sebelum aku bisa lari.
"Tunggu sebentar!"
Sang Raja tersenyum, namun aku hanya merasa ada sesuatu tentangnya yang berkata, Kau tampak menarik, jadi aku tidak akan membiarkanmu pergi.
Sejujurnya, aku punya firasat buruk tentang ini.
"Maafkan aku, Yang Mulia, tapi jika aku tidak segera pulang, ibuku akan mulai khawatir."
"Apa? Aku bisa berbicara dengan ibumu untukmu. Pasti dia akan menerima penjelasan dari raja!"
Kau menakutkan, Yang Mulia... matamu sama sekali tidak terlihat tersenyum! Dan juga, mengapa kau tiba-tiba memanggilku dengan sangat berbeda?
Seorang perempuan yang memiliki rambut cokelat panjang yang tumbuh setengah punggungnya pasti merasakan apa yang kurasakan, karena dia mengulurkan tangan dan meraih bahuku yang lain.
"Menyerahlah. Begitu Yang Mulia seperti ini, dia tidak akan menyerah."
Mendengar ini, Sang Raja berkata,
"Kau benar-benar mengenalku dengan baik!"
Dan tertawa terbahak-bahak.
Kurasa aku mau menangis.
"Yang Mulia, harap tenang. Anda menakuti anak itu..."
Kata salah satu orang itu. Rambut cokelatnya yang pendek dililitkan bandana, dan agak mengingatkanku pada seorang bandit.
"Dia benar, Yang Mulia. Dia menyelamatkan hidup kita, jadi tidak sopan membuatnya tidak nyaman."
Seorang laki-laki bertubuh ramping dan tampan dengan rambut pirang halus setuju.
"Baiklah, baiklah! Oh, itu mengingatkanku—aku belum memberitahu namaku. Aku Alex von Blumere Krastin. Aku raja di sini. Panggil saja aku apapun yang kau mau."
Cara bicaranya sekarang sangat mengingatkanku pada orang-orang di Desa Kukuri sehingga aku berkata,
"Bolehkah aku memanggilmu Alex Oji-san?"
Aku melihat wajah orang-orang di belakangnya menegang sekaligus.
"Hahaha! Kau mengatakan beberapa hal yang cukup lucu, nak! Aku menyukaimu! Sudah lama sejak seseorang berbicara padaku dengan cara yang ramah seperti itu!"
Kurasa dia menyukaiku?
"Maaf. Aku sudah kasar, Yang Mulia."
Aku meminta maaf untuk tindakan yang tepat. Tidak mungkin aku boleh memanggilnya "Oji-san."
"Aku tidak keberatan jika kau memanggilku Alex Oji-san."
Aku minta maaf dari lubuk hatiku! Tolong maafkan aku, Alex Oji— Eh, maksudku Yang Mulia!
"Panggil saja dia Raja Alex, setidaknya."
Kata seorang laki-laki yang belum berbicara sampai tadi.
Hei, terima kasih sudah menyela—
"Sekarang, anda terlihat seperti paman tua pemabuk yang menggoda keponakannya, Yang Mulia! Tidak heran itu hal pertama yang keluar dari mulutnya! Raja seharusnya bersikap lebih bermartabat! Itu benar-benar menyedihkan! Tidakkah kau berpikir begitu, anak muda?"
—matkanku...
Bahkan sang raja tampaknya terluka mental karena rentetan kata-kata kasar ini, namun dia bertahan.
Dan aku sangat senang orang itu melakukannya, tanpa aku harus turun tangan dan berkata, "Tolong hentikan itu!"
Bukannya aku benar-benar ingin menerima itu sejak awal.
"Dan yang kedua, mengapa anda selalu sombong, Yang Mulia? Tidak bisakah anda memikirkan posisi yang kami tempati, karena kamilah yang harus membereskan kekacauan anda? Apa anda mendengarkanku, Yang Mulia?!"
Tunggu, ini masih berlanjut? Berapa lama ceramah ini akan berlangsung? Dan juga, apa benar-benar tidak apa-apa berbicara kepada Sang Raja seperti itu?
"Dan satu hal lagi, Yang Mulia—"
"Sudah, sudah. Tenanglah, Cruyff. Yang Mulia jelas merasa sudah cukup buruk."
"Ya, cukup untuk hari ini. Mari kita singkat saja demi menghormati Edgar-sama."
Itu singkat, katanya?! Sekarang aku jadi penasaran seperti apa jadinya jika dia benar-benar mulai berbicara.
"Ah, maafkan aku karena tidak memperkenalkan diri. Aku Cruyff Sebastian, bendahara agung keluarga kerajaan. Senang berkenalan denganmu."
"Dan aku Edgar van Valentine. Terima kasih atas bantuanmu."
Jadi orang yang memberi ceramah kepada Sang Raja itu adalah butler-nya sendiri?! Tunggu, dan namanya adalah "Sebastian"?
"Ah, omong-omong—nama 'Sebastian' adalah nama yang diwariskan dari generasi ke generasi oleh para bendahara agung."
Astaga, kau bisa membaca pikiranku?!
"Aku tidak bisa membaca pikiranmu, tapi karena sifat pekerjaanku, aku cukup ahli membaca ekspresi wajah seseorang."
Sial, butler ini hebat juga!
Dia pasti butler kelas satu jika dia bisa tahu apa yang dipikirkan orang tanpa harus mengatakan apapun. Jika dia menggunakan kekuatannya untuk kebaikan, pokoknya...
"Dan aku Jean Jack Bauer. Kau benar-benar menyelamatkan hidup kami di sana!"
Hmm... bukankah itu nama yang sama dengan karakter utama drama yang berlangsung selama dua puluh empat jam itu? Hal itu jadi mengingatkanku—ada dua puluh empat jam dalam sehari di dunia ini juga, dan dua belas bulan dalam setahun, tapi setiap bulan memiliki tiga puluh hari sehingga setahun hanya terdiri dari tiga ratus enam puluh hari.
"Aku Sigurd. Terima kasih telah membantu kami. Dan maaf aku menghunus pedangku padamu, meskipun kau mempertaruhkan nyawamu untuk menyelamatkan kami...."
"Terima kasih telah menyelamatkan kami dari bahaya. Aku Chris. Senang bertemu denganmu. Dan juga, umm...bisakah kamu melakukan sesuatu tentang itu?"
Perempuan yang menyebut dirinya sebagai Chris itu menunjuk ke arah golem-golem itu dengan ekspresi meminta maaf di wajahnya.
"Ah, tentu saja! Kerja bagus, para golem! Pekerjaan kalian di sini sudah selesai!"
Kataku, dan para golem itu meleleh kembali ke dalam tanah dan menghilang, hanya menyisakan batu-batu sihir mereka.
"Oh, mereka golem itu? Sungguh mengagumkan bahwa anda mampu mengendalikan mereka sedemikian rupa! Bolehkah aku bertanya namamu?"
Kata Cruyff Sang Butler itu.
Aku membungkuk untuk mengambil batu-batu sihir dan menjawabnya.
"Namaku Tenma. Aku tinggal di Desa Kukuri, di depan sana."
"Ooh, Desa Kukuri, ya? Sungguh kebetulan! Aku ada urusan di sana dan aku baru saja menuju ke sana!"
Tiba-tiba pulih, Sang Raja bergabung dalam percakapanku dengan Cruyff.
"Ayo kita lanjutkan perjalanan ke desa itu. Cruyff! Kuda dan keretanya baik-baik saja, kan?"
"Ya, Yang Mulia. Sementara anda dan pemuda di sini berbicara satu sama lain dengan cara yang mengerikan itu, aku memeriksa mereka semua dengan saksama."
"O-Oh... umm, ayo berangkat ke Desa Kukuri! Cepat dan masuklah, semuanya! Cepat!"
Entah mengapa Sang Raja benar-benar bersemangat dan mulai mendesak semua orang untuk bergerak maju.
"Kau juga masuklah, Tenma!"
Raja ini akan menjadi orang yang merepotkan untuk dihadapi, dan akan butuh waktu lama untuk pulang....
"Ah, tidak terima kasih! Aku bisa menggunakan sihir, jadi aku akan terbang pulang saja."
Aku berbalik untuk menggunakan sihirku, namun sekali lagi aku merasakan seseorang mencengkeram bahuku.
"Jangan terlalu dingin, Tenma! Kau sudah di sini bersama kami, jadi sebaiknya kau ikut saja! Kuda-kuda ini dibiakkan khusus untuk keluarga kerajaan dan mereka dikenal karena kecepatannya, kau tahu! Ditambah lagi, mereka akan melaju jauh lebih cepat daripada kuda-kuda biasa karena kami akan menggunakan Boost pada mereka!"
Sang Raja mengacungkan jempol padaku, dan berbicara begitu cepat hingga aku tidak bisa menyela untuk mengatakan bahwa terbang masih jauh lebih cepat, jadi aku menyerah saja. Aku naik kereta kudanya dan kami tiba di Desa Kukuri sekitar dua jam kemudian. Bahkan tidak akan memakan waktu setengah jam untuk sampai ke rumah jika aku terbang. Aku mengajukan beberapa pertanyaan kepada Sang Raja selama perjalanan, dan aku tahu bahwa dia orang yang cukup baik.
T : Mengapa anda pergi ke Desa Kukuri?
J : (Alasan resmi) Akhir-akhir ini, rumor telah sampai ke ibukota kerajaan tentang kejadian aneh di Elder Forest. Untungnya, aku melakukan survei wilayah kekuasaan Margrave Haust sekitar sepuluh tahun sekali. Aku ingin warga tahu bahwa raja mereka sangat peduli dengan kerajaan sehingga dia melakukan survei secara pribadi.
(Alasan sebenarnya) Para menteriku membuatku gila akhir-akhir ini, jadi kupikir ini akan menjadi perubahan suasana yang menyenangkan dan alasan untuk melepaskan stres.
T : Bukankah lebih baik memberitahu mereka lewat pernyataan Margrave Haust?
J : (Alasan resmi) Tindakan raja yang datang mensurvei wilayah kekuasaan secara langsung membuat margrave tertekan. Jadi, mengadakan pesta kecil dalam perjalanan pulang setelah survei berarti dia tidak terlalu tertekan.
(Alasan sebenarnya) Aku datang ke sini untuk bersantai. Aku tidak ingin antek-antek margrave mengikutiku.
T : Bukankah itu akan menimbulkan masalah di kemudian hari?
J : (Alasan resmi) Penting bagi raja untuk mengamati segala sesuatunya secara langsung sehingga dia dapat menangani segala sesuatunya secepat mungkin.
(Alasan sebenarnya) Para menteriku akan mengurus semua hal yang menyebalkan itu.
T : Apa anda yakin anda setuju dengan itu?
J : (Alasan resmi) Aku mengelilingi diriku dengan orang-orang terbaik sehingga aku dapat fokus melakukan pekerjaanku sebagai raja.
(Alasan sebenarnya) Aku raja, aku dapat melakukan apa yang aku inginkan!
Dan itu saja untuk sesi tanya jawab. Sejujurnya, aku terkejut belum ada kudeta. Namun hal yang paling mengejutkan bagiku adalah—
"Ricardo!"
"Alex!"
—dua lelaki tua itu saling berpelukan erat.... dan kedua lelaki tua itu adalah ayahku dan sang raja. Rupanya, di masa lalu, Otou-san, Sang Raja, Okaa-san, Cruyff, dan orang lain—yang saat ini tidak ada di sini, namun menjadi kapten pengawal kerajaan sang raja—berada dalam satu kelompok petualang. Kurasa mereka adalah kelompok yang sangat terkenal saat itu, dan kudengar mereka bahkan berhasil mengalahkan seekor naga. Kudengar Ojii-chan juga pernah mengalahkan seekor naga sendirian. Menurut mereka, di dunia ini, bukan hal yang aneh bagi anggota keluarga kerajaan untuk berpetualang saat mereka masih muda untuk mempelajari cara kerja masyarakat. Kudengar Ojii-chan dulunya adalah guru privat sang raja.
"Dia memiliki kecerdasan rata-rata, memiliki kemampuan sihir yang pas-pasan, tapi terkadang dia melakukan hal-hal yang paling bodoh dan tak terduga. Aku tidak pernah bosan melihatnya."
Kata Ojii-chan dengan tulus, mengenang masa lalu itu. Kata-kata ini membuat Sang Raja terdiam. Namun, saat percakapan berpusat pada mereka berdua, tiba-tiba Gunung Celia meletus sekali lagi.
"Tenma! Berapa kali aku harus memberitahumu untuk berhenti melakukan hal-hal berbahaya?!"
"Celia, Tenma menyelamatkan kami. Jangan bersikap lunak padanya, oke?"
Sang Raja mencoba menenangkan keadaan seperti yang dijanjikannya, namun dia mundur saat Okaa-san melotot padanya.
"Er, lupakan itu."
Dasar raja yang tidak berguna! Tapi yang lebih penting, ada apa dengan Okaa-san?! Dia baru saja membungkam penguasa seluruh kerajaan dengan satu tatapan saja!
"Celia-sama adalah sahabat karib Yang Mulia Maria—ah, maksudnya, istri sang raja, Maria von Blumere Krastin—sejak mereka masih di Sekolah Dasar Akademi Sihir."
Bisik Cruyff kepadaku dari belakang mereka saat Okaa-san melotot pada Sang Raja.
"Benarkah?"
"Dan Ratu Maria telah melilitkan raja di jari kelingkingnya."
"Jadi dialah yang mengambil keputusan?"
"Itu benar. Celia-sama dan Ratu Maria masih saling berkirim surat, bahkan sampai hari ini."
"Oh, jadi dia tidak ingin Okaa-san mengadu tentangnya."
"Tidak... tapi akan lebih menarik seperti itu bagiku, secara pribadi."
Butler ini punya kepribadian yang hebat.
"Tenma! Apa yang kamu bisikkan itu?"
"Oh, Cruyff-san baru saja... hah? Dia sudah tidak ada!"
Kapan dia menghilang?!
"Tenma... sepertinya kamu masih belum belajar dari kesalahanmu."
Uh-oh! Gunung Celia mulai mulai meletus lagi. Bukankah dewa itu ada? Oh, tunggu, ada—lebih dari satu, dan aku sudah bertemu mereka, tapi siapa yang peduli jika mereka tidak ada di sini untuk membantu sekarang?!
"Celia, maafkan saja Tenma. Seseorang yang ikut campur dalam pertempuran yang tidak bisa dimenangkannya adalah orang yang bodoh. Tapi jika kau punya kesempatan untuk berhasil, itu namanya keberanian. Kau seharusnya memujinya!"
"Oji-san...."
Ojii-chan berhasil meredakan amarah Okaa-san secara bertahap.
O-Ojii-chan! Kaulah yang seharusnya kusembah sebagai dewa! Kau bersinar lebih terang di pikiranku daripada dewa-dewi lainnya!
"Senang bertemu denganmu lagi, Master Merlin."
Sang Raja menyapa Ojii-chan dengan sopan.
"Hrm. Sudah lama ya."
Ojii-chan mengangguk dengan tenang sebagai tanggapan. Er, bukankah raja seharusnya menjadi orang yang lebih unggul di sini?
"Yang Mulia menghormati Merlin-sama seperti seorang ayah."
Cruyff muncul lagi. Aku akan mengabaikannya saja kali ini.
"Yang Mulia cukup nakal saat dia masih kecil, dan perilakunya tidak membaik bahkan saat dia diberi guru privat. Banyak dari mereka yang berhenti, tapi dia begitu terpesona dengan ceramah Merlin-sama sehingga dia perlahan mulai berperilaku baik."
Wah, Ojii-chan benar-benar luar biasa.
Aku sudah memutuskan untuk mengabaikan Cruyff, namun sebelum aku menyadarinya, aku tidak bisa berhenti mendengarkan.
"Dia memberikan ceramah tentang cara paling efisien untuk menyiksa seseorang, atau cara paling efisien untuk membolos..."
"Bicara tentang hal yang tidak berguna..."
"Bagaimanapun, Yang Mulia menganggapnya sangat menghibur. Merlin-sama mengajarinya hal-hal yang tidak diajarkan orang lain, dan dia menjadi menyukai Merlin-sama. Alasan lainnya adalah karena Merlin-sama adalah satu-satunya gurunya yang pernah memukulnya dengan tinjunya. Dengan kata lain, Merlin-sama adalah seorang ahli dalam mengetahui kapan harus memberikan wortel dan kapan harus menggunakan tongkat.... meskipun secara pribadi, aku cukup yakin itu adalah sebuah kebetulan..."
{ TLN : Artinya di sini, wortel itu hadiah untuk perilaku baik dan tongkat itu konsekuensi negatif untuk perilaku buruk. }
Cruyff-san ini benar-benar berbakat dalam berkata-kata—dia tahu kapan harus mengungkapkan kalimat pamungkasnya. Bukannya itu penting sekarang, namun itu membuatku berpikir tentang berapa banyak orang eksentrik yang ada di sekitarku saat ini.
"Anda sendiri juga eksentrik, Tenma-sama."
Orang terakhir yang ingin kudengar mengucapkan itu adalah butler aneh dengan kemampuan membaca pikiran!
Sang Raja dan kelompoknya akan memeriksa perimeter Elder Forest sepanjang hari besok, lalu mereka akan kembali ke ibukota kerajaan lusa. Tidak banyak waktu luang dalam jadwal itu, namun kurasa mereka tidak punya waktu lagi. Bagaimanapun, hari ini Sang Raja dan Cruyff-san akan menginap di rumahku, dan keempat lainnya akan menginap di rumah Ojii-chan.
Karena Otou-san dan Sang Raja begitu bersemangat membicarakan masa lalu, aku merasa mereka akan begadang, jadi aku memutuskan untuk tidur lebih awal. Selamat malam.
◊◊◊
Malam itu...
"Aku bersumpah, kau tidak pernah berubah, Alex!"
Kata Ricardo, saat emosi reuni pertama mereka dalam sepuluh tahun mulai meresap.
"Tentu saja tidak! Bahkan jika aku lebih tua, aku tetaplah aku!" Kata Alex.
"Dia tidak pernah belajar, itu sudah pasti. Mungkin satu-satunya hal yang berubah adalah dia memiliki lebih banyak kekuatan."
"Aku melihat lidahmu masih setajam sebelumnya, Cruyff." Kata Celia.
"Kekuatan ada untuk digunakan!"
Kata Sang Raja itu.
"Dan itulah mengapa Tenma terlibat dalam hal ini!"
"Aku pasti akan memberitahu Maria tentang ini."
Ricardo tertawa, namun Celia tidak.
"Silakan lakukan itu, Celia-sama."
"Tidak, kumohon—jangan! Apapun kecuali itu! Cruyff, kau seharusnya menjadi butlerku!"
"Aku juga butler-nya Yang Mulia Maria."
"Wah, wah. Kedengarannya kau dalam masalah besar."
Bagi Ricardo dan temannya itu, olok-olok bolak-balik ini cukup mengingatkan pada masa lalu. Merasa posisinya lebih rendah, Alex mengalihkan topik pembicaraan.
"Omong-omong, sejak kapan kalian punya anak? Kalau kalian bilang begitu dalam surat-surat kalian, aku pasti akan datang berkunjung lebih cepat!"
"Aku memang memberitahu Maria. Dan dia bilang paling lambat, dia akan datang berkunjung setelah Tenma berusia lima belas tahun."
"Aku tidak pernah mendengar sepatah kata pun tentang ini!"
Kata Alex dengan protes.
"Mungkin karena Yang Mulia Maria tahu kalau anda mengetahuinya, anda akan meninggalkan tugas anda dan segera datang berkunjung."
"Aku bisa membayangkan Alex melakukan itu... lagipula, dia ada di sini."
"Itu benar... ini Alex lah yang sedang kita bicarakan...."
Baik Celia maupun Ricardo setuju dengan penilaian Cruyff itu. Tidak ada yang memihak Alex.
"Yah, kesampingkan masalah itu, Tenma memang orang yang berbeda. Kurasa tak ada seorang pun di ibukota yang bisa mengalahkannya dalam pertarungan satu lawan satu. Kenapa kalian tidak mengirimnya ke sana sekarang untuk belajar daripada menunggu hingga dia berusia lima belas tahun?"
"Anda benar sekali. Jika Tenma tidak memiliki sihir, kurasa Jean bisa melawannya. Tapi, kurasa Dean pun akan mendapat masalah jika Tenma menggunakan sihir."
Kata Cruyff dengan percaya diri. Dean adalah seorang pengguna pedang dan anggota terakhir dari kelompok lama Ricardo. Dia bisa menggunakan sihir tingkat tertinggi dan saat ini menjadi kapten pengawal kerajaan Alex, yang bisa dibilang merupakan pasukan terkuat di kerajaan.
"Oh? Kau benar-benar mengira Tenma sehebat itu?"
Dulu, saat mereka masih bertualang, Cruyff bertugas sebagai pengintai kelompok. Dia bisa dibilang memiliki mata paling tajam di kerajaan untuk menilai kemampuan seseorang. Keterampilan itu sangat membantu kelompok Ricardo saat itu.
"Aku ingin sekali menjadikannya sebagai pengawal anak atau cucuku."
"Jika itu yang diinginkan Tenma."
Kata Celia sambil terdiam. Alex tidak melewatkan bayangan yang jatuh di wajahnya.
"Apa ada yang salah?"
Tiba-tiba ekspresi Alex tampak sangat berwibawa, dan Celia memutuskan untuk menceritakan kepadanya tentang bagaimana Tenma telah ditelantarkan. Nama "Otori" telah dijahit ke dalam selimutnya, jadi mereka bertanya-tanya apa Tenma itu mungkin memiliki hubungan dengan keluarga bangsawan. Dan kemudian Celia khawatir jika Tenma tahu bahwa mereka bukan orang tua kandungnya, Tenma akan meninggalkan rumah, dan sebagainya, dan sebagainya...
Ricardo sama terkejutnya mendengar hal ini seperti Alex dan Cruyff.
"Celia, maaf aku tidak menyadari kau begitu khawatir."
Ricardo yakin bahwa keadaan berbeda dari sudut pandang seorang ayah, namun setelah menghabiskan sepuluh tahun bersama Tenma, Ricardo merasa ikatan di antara mereka bahkan lebih kuat dari darah. Cukup kuat sehingga Ricardo yakin mereka dapat mengalahkan ikatan apapun dengan orang tua kandungnya. Dengan kata lain, Ricardo bersikap optimis bahwa bahkan jika orang tua kandung Tenma muncul, Tenma akan memilih Ricardo dan Celia. Dan itu karena Ricardo mempercayai Tenma secara implisit.
Namun Celia berbeda. Tidak seperti laki-laki, perempuan membesarkan anak-anak mereka di dalam perut mereka dan menderita kesakitan untuk membawa mereka ke dunia ini, terkadang bahkan kehilangan nyawa mereka. Jadi Celia terus-menerus bertanya-tanya, "Bagaimana jika Tenma memilih ibu kandungnya daripada aku?" dan, "Bagaimana jika ibu kandungnya lebih baik daripada aku?" Dari sanalah sebagian besar sikap protektifnya yang berlebihan berasal—untuk melindungi Tenma dari perempuan yang melahirkannya, seseorang yang bahkan belum pernah Celia lihat sebelumnya. Tentunya Celia tidak menyadari bahwa dia melakukan ini, namun sekarang setelah memikirkannya secara logis, itulah kesimpulan yang dia dapatkan. Laki-laki sama sekali tidak tahu penderitaan yang dialami para ibu.
Saat itu, Merlin diam-diam membuka pintu dan masuk, memecah kesunyian dan suasana yang berat di ruangan itu. Merlin dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Celia.
"Jangan konyol. Kau itu ibunya Tenma, itu tidak diragukan lagi. Kau bisa tahu hanya dengan melihatnya!" Suara Merlin itu terdengar lembut.
"Tenma selalu senang melihatmu. Tenma sedih ketika kau memarahinya. Tenma tersenyum senang ketika kau memujinya. Aku tahu terkadang dia tidak mendengarkanmu, terutama akhir-akhir ini, dan itu menyebabkan banyak stres. Tapi itu hanya membuktikan bahwa dia tidak menyembunyikan apapun darimu, karena dia menganggapmu sebagai ibunya."
Merlin berhenti sejenak untuk menyampaikan maksudnya.
"Kau seharusnya lebih percaya pada Tenma. Dan mengandalkannya. Kau itu ibunya, bagaimanapun juga."
Celia menangis mendengar itu.
"Kamu benar."
Hanya itu yang Celia katakan dengan pelan. Ricardo memeluk Celia dan membelai rambutnya.
Alex berpikir sejenak.
"Aku belum pernah mendengar nama keluarga 'Otori', tapi aku akan mencarinya. Aku harus menunggu sampai aku kembali ke ibukota, tapi kalau aku menemukan sesuatu, aku akan memberitahu kalian."
Cruyff angkat bicara.
"Ya, aku juga belum pernah mendengar nama itu. Nama yang paling mirip yang pernah kudengar adalah 'Audori', tapi mereka masih berkerabat dengan keluarga kerajaan. Sangat tidak mungkin mereka punya anak yang tidak kami ketahui."
Celia tampak sangat terganggu sehingga yang lain merasa tidak enak untuk melanjutkan pembicaraan, jadi mereka memutuskan untuk mengakhirinya malam itu.
◊◊◊
"Bagaimana menurutmu, Tenma? Maukah kau menjadi milikku?"
Itulah pertanyaan yang diajukan sang raja kepadaku saat sarapan keesokan paginya. Semua orang segera menghentikan apa yang sedang mereka lakukan untuk menonton. Sedangkan aku, perlahan-lahan aku bangkit dari tempat dudukku dan menjauh dari sang raja.
"Maaf, aku tidak tertarik padamu seperti itu...."
Jawabku, lalu semua orang kembali melanjutkan apa yang sedang mereka lakukan. Okaa-san memelukku, memalingkan wajahku dari sang raja. Otou-san berdiri di hadapanku dengan busur di tangan, meraih anak panah.
Ojii-chan berkata,
"Aku tidak tahu kau orang seperti itu...." dan meraih tongkat besar.
"Yang Mulia! Aku tahu anda menyukai anak laki-laki itu, tapi tidakkah menurutmu dia terlalu muda? Aku harus segera memberitahu Ratu Maria tentang ini!"
Kata Cruyff dengan sangat geli, menatap sang raja seolah-olah dia merasa jijik padanya.
"Yang Mulia...."
Kata Sigurd dengan sedih.
Jean berkata,
"Seorang raja bebas melakukan apa yang dia inginkan.... tapi tidak mengincar putra sahabatnya?!"
Edgar tersenyum di wajahnya, namun matanya tidak tersenyum. Pada dasarnya, setiap anggota kelompok sang raja menjauh darinya, dan menghakiminya dengan keras.
"T-Tunggu sebentar! Aku hanya salah mengucapkannya, hanya itu saja! Jangan tembak aku, Ricardo! Master Merlin, kau akan membunuhku dalam sekejap jika kau memukulku dengan tongkat sebesar itu! Dan Cruyff, tolong jangan beritahu Maria! Aku mohon padamu!"
Dengan panik, sang raja mencoba menjernihkan kesalahpahamannya. Semua orang tampaknya menerima penjelasannya, namun mereka tetap menjaga jarak yang cukup jauh.
"Ricardo, Celia... aku mengacu pada hal yang kita bicarakan kemarin."
"Ooh, hal itu! Kenapa kau tidak mengatakannya saja?! Aku siap menusukmu!"
Aku melihat Okaa-san bereaksi sedikit ketika sang raja mengatakan "hal itu", namun ketika kami bertatapan, dia tidak mengatakan apa-apa, jadi aku tidak memikirkannya.
Sekarang setelah semua orang menyadari bahwa sang raja tidak bermaksud mesum dengan memintaku menjadi pendampingnya, semua orang kembali duduk. Namun, mereka masih tampak sedikit curiga.
"Apa maksud 'hal itu', Otou-san?"
Sang Raja lah yang malah menjawab itu.
"Tadi malam, aku mengusulkan kepada Ricardo dan yang lainnya agar kau menjadi pengawal putra atau cucuku. Jadi, bagaimana menurutmu? Maukah kau menjadi pengawal kami?"
Keempat pengawal itu tampak lebih terkejut daripada aku.
"Tidak, terima kasih."
Aku langsung menolaknya, dan itu membuat mereka semakin terkejut.
"Hei, nak—pekerjaannya memang berat, tapi bayarannya bagus dan itu akan memberimu lebih banyak kekuatan daripada bangsawan kelas bawah." Kata Jean.
"Orang biasa yang direkrut pada usia sepuluh tahun untuk menjadi pengawal kerajaan adalah hal yang tidak pernah terdengar! Kamu akan menjadi yang pertama dalam sejarah!" Kata Chris.
"Ya... direkrut pada usiamu untuk menjadi pengawal kerajaan akan berarti lebih banyak prospek pekerjaan untuk masa depanmu. Kau bahkan mungkin akan diangkat secara resmi menjadi bangsawan!"
Edgar melanjutkan. Sementara itu, Sigurd tampak terlalu terkejut untuk mengatakan apapun.
"Bisakah aku bertanya kenapa kau menolaknya?"
Kata Sang Raja, membuatku bertanya-tanya apa aku seharusnya tidak menolaknya begitu cepat.
Namun, aku menjawab dengan jujur.
"Aku tidak melihat daya tarik apapun dari menjadi seorang pengawal. Ditambah lagi, jika aku melakukan itu, aku tidak akan dapat melihat keluargaku dengan mudah."
Aku melihat air mata memenuhi mata ibuku.
"Kau tidak menganggapnya menarik, ya? Yah, itu agak disayangkan, tapi kurasa itu pilihanmu. Kau harus bersumpah untuk merahasiakan hal ini. Tapi, Tenma, jika kau berubah pikiran, beritahu aku, dan kau akan disambut dengan tangan terbuka." Kata Sang Raja.
Kupikir mungkin itu suatu kehormatan baginya untuk bertindak sejauh itu, bahkan jika aku adalah anak sahabatnya.
"Kalau begitu, karena Celia bersusah payah membuat sarapan untuk kita. Ayo kita makan sebelum dingin. Setelah itu, kita bisa mengamati Elder Forest. Ricardo, kau akan menunjukkan jalannya?"
"Serahkan padaku!"
Sekarang setelah sang raja merencanakan semuanya, aku mencoba ikut... namun ibuku dengan tegas menolak permintaanku, tidak mau menerima penolakan.
"Tenma, kamu tinggallah di sini."
"Celia, sudah kubilang tidak baik bersikap terlalu protektif padanya."
Kata Ojii-chan, mendukungku.
"Aku punya firasat jika kita membawanya, Raja Alex akan melakukan sesuatu yang gegabah."
"Ohh, kurasa begitu."
Semua orang kecuali sang raja menerima penjelasan itu. Aku bertanya-tanya apa maksudnya sesuatu yang lain dengan sarannya bahwa sang raja akan melakukan sesuatu yang "gegabah", atau apa itu hanya imajinasiku.
"Po-Pokoknya, mari kita mulai segera setelah semua orang siap."
Kata Sang Raja, dan semua orang melanjutkan makan mereka.
Setelah sarapan, kelompok itu bubar agar lebih efisien. Otou-san memimpin jalan melalui Elder Forest bersama Sang Raja, Cruyff, Jean, dan Sigrud, dan Okaa-san mengajak Edgar dan Chris berkeliling desa.
◊◊◊
Kemudian, di Elder Forest....
"Tidak ada yang aneh di sekitar sini." Kata Alex.
"Kita baru bepergian sekitar setengah jam. Kita belum benar-benar meninggalkan pinggiran desa." Jawab Ricardo.
"Itu masuk akal. Jika keadaannya sangat berbeda di dekat pintu masuk hutan, pasti akan ada lebih dari sekadar rumor." Tambah Cruyff.
"Apa keadaan di sekitar sini benar-benar mencurigakan, Ricardo?"
Tanya Jean, meskipun dia tidak mengira Ricardo berbohong tentang hal-hal tersebut.
"Dasar tidak sopan!"
Tegur Sigurd, yang tetap tidak peduli.
"Hanya dalam satu tahun, ada sembilan penampakan monster Rank B dan dua monster Rank A. Bahkan tidak sampai lima puluh kilometer dari desa!" Kata Ricardo.
"Sebanyak itu?!"
Alex terkejut, dan memang seharusnya begitu. Elder Forest selalu dipenuhi monster Rank B atau lebih tinggi, namun sebelumnya diyakini bahwa mereka hanya hidup dua hingga tiga ratus kilometer di kedalaman hutan. Ada banyak teori tentang alasannya, namun yang paling populer adalah karena semakin dalam hutan semakin banyak monster, monster dengan peringkat lebih tinggi akan merasa lebih nyaman di sana dan lebih banyak mangsa. Lebih sulit bagi mereka untuk mendekati desa, di mana monsternya lebih sedikit dan dengan demikian lebih sedikit pilihan makanan.
Hingga baru-baru ini, ada lebih banyak monster Rank E dan D di tepi hutan, yang berjarak sekitar lima puluh kilometer, dan yang terkuat yang pernah kalian lihat mungkin Rank C. Ada orc, namun tidak ada raja orc, dan mereka hanya tinggal di sana dalam kelompok sekitar sepuluh orang. Setiap beberapa tahun, seseorang mungkin melihat monster Rank B yang telah keluar dari kedalaman hutan, namun sebagian besar waktu mereka langsung berbalik dan kembali ke tempat asal mereka.
Dalam tiga puluh tahun lebih Ricardo tinggal di Desa Kukuri, tidak termasuk waktu yang dihabiskannya sebagai petualang, Ricardo dapat menghitung jumlah penampakan monster Rank B dengan satu tangan. Sampai tahun ini, itu saja.
"Kedengarannya aneh. Bagaimana dengan monster Rank A?"
"Tenma dikejar oleh sekelompok dragonsnake. Dan dragonsnake itu mengejar dua Fenrir."
"Apaaa?!"
Sekali lagi, Alex terkejut, dan memang seharusnya begitu. Fenrir adalah jenis monster serigala yang paling kuat, dengan kemampuan di tingkat A hingga S. Diperlukan sekelompok yang terdiri dari setidaknya dua puluh atau tiga puluh petualang kelas satu untuk memiliki kesempatan melawan sekawanan yang terdiri dari empat atau lima Fenrir, dan masih belum ada jaminan mereka akan menang. Jadi Alex tidak berpikir delapan dragonsnake mungkin bisa mengalahkan dua Fenrir.
"Mereka adalah sepasang yang sudah kawin, dan si betina sedang hamil. Mereka diserang saat keduanya sudah lemah. Mereka berdua mati tepat setelah Tenma mengalahkan para dragonsnake itu, tapi si betina berhasil melahirkan bayinya sebelum dia binasa."
Jelas Ricardo. Kelompok itu berpikir masuk akal bahwa kehamilan itu menyebabkan kelemahan kedua Fenrir itu dalam melawan dragonsnake.
"Begitu ya.... dan bagaimana dengan bayi Fenrir itu?" Tanya Alex.
"Bukankah kalian semua sudah melihatnya? Dia anak anjing yang dibesarkan Tenma."
"Itu 'Shiromaru' yang terus-menerus dibicarakan Chris?"
Sebenarnya, Chris mencintai anjing dan serigala, namun dia tidak punya waktu untuk memelihara anjing dan serigala karena tugasnya sebagai pengawal kerajaan. Selain itu, Fenrir jarang sekali dekat dengan manusia, meskipun masih bayi.
Mereka terus mengamati hutan, namun tidak menemukan apapun, dan tak lama kemudian tibalah saatnya untuk kembali ke desa.
◊◊◊
Sementara itu, di desa....
"Gereja ada di atas sana, dan itu rumah wali kota, benar? Dan kedua bangunan itu, ditambah satu kamar di rumahmu, adalah tempat orang-orang bisa mendapatkan perawatan medis?"
"Ya. Gereja lebih merupakan tempat untuk pemulihan kesehatan. Karena jauh dari rumah-rumah lain, mereka akan merawat orang-orang yang memiliki penyakit menular sehingga penyakitnya tidak menyebar ke seluruh desa. Sebagian besar penyakit dapat disembuhkan dengan sihir, tapi selain itu bangunan itu tidak banyak digunakan. Terkadang orang tua yang tidak memiliki keluarga sendiri akan pergi ke sana jika mereka sakit atau terluka. Rumah wali kota sebagian besar digunakan untuk menampung perempuan hamil, meskipun sudah tidak ada lagi selama beberapa tahun ini."
"Begitu ya...."
Saat Okaa-san menjelaskan tata letak desa kepadanya, Edgar mencatatnya. Di sisi lain, Chris telah meninggalkan percakapan beberapa waktu lalu dan sekarang fokus bermain dengan Shiromaru.
"Ahahaha—ambil itu!"
"Woof, woof, woof!"
Chris melemparkan tongkat agar Shiromaru pergi mengambilnya, dan gonggongan Shiromaru yang riang bergema di sekitar kami.
"Haha... permisi, Celia."
"Anak yang baik! Anak yang pintar! Ini, satu kali lagi—Oww!”"
Edgar telah permisi dari percakapan dengan Okaa-san, dan pergi tanpa ekspresi di belakang Chris. Dia mengeluarkan belati dari sakunya dan memukul kepala Chris dengan itu.
"Chris, apa yang sedang kau lakukan? Kau lupa pekerjaanmu?"
Belati itu tampak cukup tajam sehingga, jika dia menghunusnya, kepala Chris akan terbelah dua. Setelah menerima pukulan itu, mata Chris berkaca-kaca dan dia menundukkan kepalanya.
Shiromaru tadinya senang bermain dengan Chris, namun ketika Shiromaru melihat apa yang telah dilakukan Edgar itu, Shiromaru menjadi takut. Shiromaru berlari ke arahku dan melompat ke dalam tasku. Ceramah Edgar berlanjut hingga Okaa-san turun tangan, dan pada saat itu ibuku memutuskan untuk menyelesaikan rencana mereka lebih cepat.
Saat kami berjalan cepat melewati desa, sesekali Chris akan melihat ke arahku—lebih tepatnya ke tas yang berisi Shiromaru—namun Shiromaru sekarang terlalu takut pada Edgar untuk kembali keluar.
◊◊◊
Kemudian, kembali ke rumah Tenma...
Kelompok sang raja kembali beberapa saat setelah kelompok Edgar, dan mereka mulai bertukar informasi.
Edgar memulai laporannya.
"Sepertinya banyak hal berubah di sini secara tiba-tiba dalam beberapa tahun terakhir."
"Lanjutkan."
Desak Sang Raja.
"Yah, sepertinya ada lebih banyak laporan tentang penyakit dalam beberapa tahun terakhir, bersamaan dengan lebih banyak penampakan monster di dekat desa."
Chris melanjutkan dari sana.
"Mengenai penyakit.... setelah berbicara dengan orang-orang di desa yang menawarkan perawatan medis, termasuk Celia, kasus telah meningkat dua hingga tiga kali lipat dalam empat hingga lima tahun terakhir, dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu. Beberapa orang telah melihat monster, seperti goblin dan slime, di dekat perbatasan desa."
"Tapi Chris, apa hubungan kedua hal itu?" Tanya Jean.
"Awalnya aku juga berpikir begitu, tapi kebanyakan yang jatuh sakit adalah orang-orang yang sering pergi ke hutan, atau yang pernah melawan monster yang muncul di dekat sini. Jadi kebanyakan orang yang jatuh sakit pernah berhubungan dengan monster." Jawab Chris.
"Selain itu, kebanyakan yang terkena adalah laki-laki... tapi seperti yang baru saja dikatakan Chris, karena laki-laki lebih mungkin berhubungan dengan monster, itu mungkin menjelaskannya."
"Kalau begitu, sangat mungkin ada semacam perubahan di dalam Elder Forest itu sendiri. Aku akan memberitahu Margrave Haust agar kami dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk merumuskan rencana guna menyelidiki masalah ini. Terima kasih atas kerja keras kalian, semuanya. Ricardo dan Celia, terima kasih telah membantu kami."
"Tidak masalah. Ini juga untuk kepentingan kami sendiri."
"Itu benar, Raja Alex. Wajar saja jika kami ingin melindungi desa kami."
Keduanya saling tersenyum. Sampai saat ini, tidak ada penyakit yang serius, namun memang benar bahwa lebih banyak orang yang jatuh sakit daripada sebelumnya. Mereka hanya perlu berdoa agar situasinya tidak bertambah buruk.
Sekarang setelah semua orang selesai dengan laporan mereka, mereka menutup rapat itu. Besok, sang raja dan rombongannya akan berangkat sebelum tengah hari dan kembali ke ibukota. Mereka akan bertemu di sebuah kota di sepanjang jalan dengan orang-orang lain yang telah dikirim sang raja—secara teknis dipaksa—untuk pergi lebih dulu. Tenma merasa sedikit menyesal karena mereka harus menghadapi kejenakaan sang raja, dan berpikir bahwa dirinya mungkin telah membuat keputusan yang tepat dengan menolak tawaran untuk menjadi pengawal kerajaan.