Part Nine

 

Penduduk desa di benteng yang selamat terkejut dan takut dengan tornado raksasa yang tiba-tiba muncul, namun anehnya, setelah tornado itu menghilang, sekitar setengah dari zombie yang mendekati tembok itu langsung roboh dan mati. Para zombie yang masih bergerak tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerang mereka; sebaliknya para zombie itu hanya berkeliaran tanpa tujuan. Sebagian besar dari para zombie itu mulai kembali ke hutan, namun beberapa berlari ke tembok, atau bahkan satu sama lain, dan kemudian jatuh ke tanah.

 

Semua golem yang dibuat Tenma hancur. Begitu Mark melihat itu, dia menyadari sesuatu pasti telah terjadi pada Tenma. Mark segera pergi mencari Tenma, namun saat Mark meninggalkan gerbang selatan, Mark menemukan Celia dan yang lainnya terkubur di tumpukan puing.

 

"Celia! Seseorang! Bantu aku!"

Teriak Mark. Beberapa lusin penduduk desa yang selamat, termasuk Martha, bergegas untuk membantu.

 

"Berhati-hatilah saat kalian menyingkirkan puing-puing! Bawa siapapun yang bisa menggunakan sihir Recovery ke sini, secepat yang kalian bisa!"

Mereka mulai memindahkan potongan-potongan puing itu sepotong demi sepotong. Sekitar sepuluh menit kemudian, mereka berhasil menyelamatkan Celia. Merlin dan Ricardo juga berada di dekatnya. Merlin terluka parah, namun Ricardo telah meninggal dunia.

 

"Celia! Celia! Apa kamu bisa mendengarku? Tolong buka matamu!"

Saat Martha menggendong Celia, Celia akhirnya menanggapi permintaan Mark dengan membuka matanya sedikit. Namun, semua orang tahu bahwa Celia kesulitan dalam melakukan hal itu.

 

"Mark, Martha... di mana Tenma...?"

 

Tidak seorang pun tahu bagaimana menjawabnya, jadi Mark segera menjawab dan berbohong kepadanya.

"Tenma mengalahkan zombie naga itu. Dia sangat hebat! Dia mengejar zombie naga itu jauh ke dalam hutan, dan dia belum kembali. Aku yakin dia akan kembali sebentar lagi!"

 

Tidak seorang pun benar-benar melihat Tenma mengalahkan zombie naga itu, termasuk Mark, namun Celia berada dalam kondisi yang sangat genting sehingga Mark terlalu takut untuk memberitahu Celia bahwa Tenma tidak hanya menghilang, namun tidak seorang pun tahu apa Tenma itu masih hidup atau sudah meninggal.

 

"Tenma... dia berjuang keras sekali... aku harus memberinya banyak pujian..."

Suara Celia terdengar semakin lemah di setiap kata yang diucapkannya. Mark dan Martha sangat gembira saat mereka berkata padanya dengan panik.

 

"Bertahanlah! Tenma akan kembali sebentar lagi!"

 

"Itu benar sekali! Tugas seorang ibu adalah menyambut putranya dengan senyuman saat anaknya kembali!"

 

Namun Celia perlahan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak punya banyak waktu lagi. Mark, Martha... tolong berikan ini untukku pada Tenma, dan pujilah dia...."

 

Celia menyerahkan kartu guildnya pada Martha.

 

"Jangan berkata seperti itu!"

Namun Celia sudah mulai kehilangan kesadaran, dan sepertinya dia tidak bisa lagi mendengar orang-orang di sekitarnya.

 

"Tenma! Celia, Tenma kembali! Dia berlari lurus ke arah kita!"

Teriak Mark, dan tidak ada yang membantahnya.

 

"Te.... Tenma... kamu kembali... kamu berjuang keras sekali... kamu anak yang hebat... aku mau melihat Ricardo! Sekarang kami bisa hidup bahagia sebagai keluarga lagi...."

Dan dengan itu, tubuh Celia mulai lemas.

 

"Celia? Celia! Tolong bangunlah!"

Martha mengguncang tubuh Celia.

 

"Aku menyayangimu, Tenma...."

Bisik Celia, lalu pelan-pelan menghembuskan napas terakhirnya.

 

◊◊◊

 

Sementara itu, Tenma masih tak sadarkan diri di tengah hutan. Dia berdarah karena luka di sekujur tubuhnya, dan sekilas orang mungkin mengira dia sudah mati. Namun setelah diperiksa lebih dekat, dadanya bergerak naik turun sedikit, membuktikan bahwa dia masih hidup. Namun, tentunya, dia akan mati kehabisan darah jika dibiarkan terlalu lama dalam kondisi ini.

 

Pada titik ini, dua monster menyerbu ke arah Tenma. Sebenarnya, akan lebih tepat jika dikatakan bahwa satu monster menyerbu ke arah Tenma sambil menggendong monster lainnya di punggungnya. Kedua monster itu adalah Shiromaru dan Rocket. Mereka telah mematuhi perintah Tenma dan menggunakan penilaian mereka sendiri—dan telah memutuskan untuk datang menyelamatkan master mereka.

 

Mereka sebenarnya melompat keluar dari tas itu segera setelah Tenma terbang menjauh, namun tidak dapat mendekat karena gempa susulan dari Tempest. Setelah badai itu mereda, Shiromaru mencoba melacak Tenma menggunakan aroma masternya, namun karena masternya itu telah terlempar ke sana kemari oleh tornado itu, aromanya tersebar ke mana-mana sehingga butuh waktu untuk itu.

 

Begitu Rocket melihat Tenma, dia mengambil beberapa ramuan dari tas sihir yang tergantung di leher Shiromaru dan menuangkannya ke tubuh Tenma. Begitu Rocket melihat ramuan itu telah menghentikan pendarahan, dia memerintahkan Shiromaru untuk menggulingkan Tenma dan mereka mulai membuatnya meminum ramuan itu perlahan-lahan.

 

Begitu mereka berdua melihat Tenma menelan ramuan itu secara naluriah, mereka berdua merasa lega, namun bahkan setelah Tenma selesai menelan ramuan itu, Tenma masih belum sadar kembali. Shiromaru mencoba menjilati wajah Tenma, namun Tenma tidak bereaksi sedikit pun. Tidak yakin apa yang harus dilakukan, Shiromaru dan Rocket saling bertukar pandang.

 

Namun saat itu, mereka merasakan ada zombie mendekat, jadi mereka bekerja sama untuk mengangkat Tenma ke punggung Shiromaru. Rocket berfungsi sebagai semacam lem, yang merekatkan kedua tubuh mereka. Begitu hal itu tercapai, mereka mulai bergegas pergi—namun saat mereka mulai bergerak, Rocket melihat sesuatu yang penting di tanah dekat tempat Tenma berbaring. Rocket memutuskan untuk mengambilnya, berpikir Tenma mungkin membutuhkannya nanti.

 

Berkat kedua monster itu, para zombie itu tidak mencapai mereka. Namun karena mereka menjauh dari para zombie, itu juga berarti mereka semakin jauh dari benteng. Karena alasan ini, Mark dan yang lainnya tidak dapat menemukan Tenma ketika mereka mencarinya, namun tentunya tidak ada yang dapat menyalahkan kedua monster itu atas tindakan mereka dalam menyelamatkan nyawa Tenma.

 

Shiromaru berlari melalui hutan selama sekitar empat hari hingga akhirnya tiba di sebuah sungai. Shiromaru dan Rocket memutuskan untuk berhenti di sana dan melepaskan Tenma dari punggungnya. Rocket telah secara berkala mengambil air dari tas sihir untuk diberikan kepada Tenma, namun butuh waktu empat hari sebelum mereka tidak lagi mencium bau zombie atau monster lainnya.

 

Karena Tenma berada di punggungnya, Shiromaru tidak berlari secepat yang dia bisa, dan meskipun dia telah mundur dan mengambil jalan memutar untuk menghindari pertemuan dengan monster lain, mereka sekarang cukup jauh dari Desa Kukuri.

 

Tenma terbangun tiga hari setelah mereka tiba di sungai.

 

◊◊◊

 

"Di mana aku...? Otou-san? Okaa-san? Ojii-chan?"

Ketika aku sadar kembali, rasanya seperti ada kabut tebal di otakku. Aku melihat sekeliling namun tidak mengenali apapun. Aku tidak tahu apa yang terjadi dan merasa sedikit panik.

 

Tiba-tiba, sesuatu yang putih muncul tepat di depan wajahku, membuatku sangat terkejut hingga hampir terjatuh. Namun kemudian aku menyadari bahwa itu adalah Shiromaru. Dia mengibas-ngibaskan ekornya, menjilati seluruh tubuhku. Saat aku bisa mendorongnya, kabut itu telah menghilang dan akhirnya aku ingat apa yang telah terjadi—dan apa yang telah berakhir.

 

Okaa-san, Otou-san, dan Ojii-chan telah dibunuh. Hanya dengan memikirkannya saja semangatku mulai menurun, namun kemudian Rocket merangkak pergi dan membalikkan tas sihirku. Penasaran, aku melihat tiga gumpalan jatuh ke tanah—buk, buk, buk. Aku menyipitkan mata dan menyadari bahwa itu adalah tengkorak zombie naga dan dua tonjolan hitam metalik yang muncul dari bahunya.

 

"Hah?! Kenapa kamu membawa itu?!"

Aku terkejut, keterkejutanku itu mengalahkan depresiku. Sekali lagi, Rocket mengobrak-abrik tas sihirku, dan benda raksasa lainnya jatuh ke tanah.

 

"Core sihir naga...."

Jika Rocket punya wajah, dia pasti akan memasang ekspresi kemenangan di wajahnya sekarang. Seperti, "Hei! Lihat apa yang kulakukan!"

 

Ngomong-ngomong, berkat Rocket, aku merasa sedikit lebih baik. Aku menggunakan Detection, namun tampaknya Desa Kukuri berada di luar jangkauannya.

"Kita pasti berjarak setidaknya sepuluh kilometer dari desa. Di mana ini, Shiromaru?"

 

"Wuff?"

Menanggapi pertanyaanku, Shiromaru memiringkan kepalanya ke samping, seolah berkata, "Marahi saja aku!" Kurasa Shiromaru berlari begitu panik sehingga dia tidak tahu di mana kami berada.

 

"Aku belum pernah mendengar sungai seperti ini di Elder Forest, dan aku juga belum pernah melihatnya."

Aku menggunakan Detection, namun tidak merasakan adanya monster atau binatang besar lain di sekitar, jadi ini pasti zona aman.

 

Namun, saat aku lengah, tiba-tiba radar di kepalaku berbunyi.

"Ada yang datang! Bagaimana mungkin sesuatu bisa sedekat ini dengan kita tanpa aku sadari?"

 

Aku segera bersiap untuk bertempur jika terjadi serangan. Namun, saat aku melihat sekeliling, aku tidak melihat apapun. Merasa bingung, aku kembali fokus ke radarku dan menyadari bahwa bunyi ping itu sebenarnya berasal dari dalam sungai.

 

"Ada monster di sungai!"

 

Aku menguatkan diri, namun tiba-tiba seekor ikan raksasa melompat keluar dari sungai. Tepat saat aku bernapas lega karena ternyata itu hanyalah seekor ikan, ikan itu mengejutkanku dengan berteriak,

"Aku tidak akan menyerangmu jika kau tidak menyerangku!"

 

"Ikannya bisa bicara!"

 

Aku sangat terkejut saat melihat ikan pertamaku yang bisa bicara. Aku tidak sengaja menembakkan Air Bullet, namun ikan itu berkata, "Ho!" dan melompat dengan anggun untuk menghindarinya. Sekarang aku bisa melihat bahwa itu adalah seekor koi raksasa, yang panjangnya lebih dari tiga meter.

 

"Seekor koi!"

 

"Benar—aku seekor koi. Maskot favorit semua orang : IKAN KOI!" Candanya.

 

"Sebenarnya, aku lebih merupakan penggemar Elang."

Jawabku, karena suatu alasan bodoh.