Bonus Short Stories
ELMIRAHD MENULIS KISAH PAHLAWAN
"Jadi aku ditugaskan untuk menggambarkan kejadian-kejadian Brawl tahun ini dalam bentuk sebuah drama." Elmirahd Siddark mengumumkan saat berjalan menuju kantor Guild saingannya.
Menghadapi keterusterangan Siddark-sama itu, aku, Submaster Epic Seeker Tayly Linkar, tidak punya pilihan selain menjawab melalui disorientasiku.
"Uh, huh.... tentu saja, aku tidak keberatan bekerja sama, tapi apa kamu benar-benar akan menjadikan Kanami sebagai protagonis?"
"Ya. Jumlah suara dari warga yang melewatkan pertandingan yang diperjuangkan sang juara sangatlah mengejutkan. Terombang-ambing oleh tuntutan massa, Laoravia mempelopori pembuatan sebuah drama, dan aku terpilih sebagai pemimpin proyek. Dan asal tahu saja, jika aku yang melakukan ini, aku bermaksud melakukan pekerjaannya dengan sempurna."
"Tunggu, maaf? Apa kamu yang benar-benar akan membuatnya sendiri, Siddark-sama?" Tanyaku.
"Apa ada masalah dengan itu?"
Ya, tentu saja. Itu aneh.
Namun aku menahan keinginan untuk mengatakannya dengan lantang, sambil menatap wajah yang bisa dibilang milik laki-laki tertampan nomor satu di negeri ini. Seperti biasa, Siddark-sama memiliki aura bermartabat, citra seorang bangsawan. Bagi seorang bangsawan di antara bangsawan seperti dirinya, bukankah sebuah drama adalah sesuatu yang akan dia tonton dan nikmati dibandingkan dengan sesuatu yang akan dia buat? Itu sebabnya aku menganggapnya aneh. Aku merenungkan alasan apa yang membuat Siddark-sama, anggota terkemuka dari empat keluarga bangsawan terkemuka di Aliansi, harus mengambil tindakan pribadi. Lalu aku teringat bagaimana Guildmaster kami mengalahkannya di perempat final Brawl. Mungkin Siddark-sama menyimpan dendam dan ingin mencoreng reputasi anak malang itu.
Tidak ada keraguan tentang itu. Saat dia mendengar keberanian dan kehebatan Kanami akan diabadikan sebagai sebuah sandiwara, dia berusaha keras untuk merusaknya. Semua itu pasti untuk membalas dendam!
"Er.... kalau begitu, kami di Epic Seeker tidak keberatan menanganinya sendiri. Kamu tidak perlu repot dengan hal sepele seperti ini, Siddark-sa—"
"Tidak adil jika menyerahkan semuanya pada Epic Seeker. Kami akan mengumpulkan fakta dan menyajikannya kepada publik. Ketahuilah bahwa aku datang ke sini untuk memenuhi tujuan itu." Katanya.
"Uh, benar, tentu saja."
Aku mencoba untuk membela kehormatan Kanami, namun Siddark-sama dengan kejam memotong perlawananku. Siddark-sama itu tidak memberikan satu kesempatan pun, dan tidak ada seorang pun yang bisa melawan putra tertua dari salah satu keluarga bangsawan besar.
"Omong-omong, aku bermaksud untuk bertanggung jawab atas naskah, komposisi, pengarahan, dan lainnya. Untuk menyelesaikan naskahnya secepat mungkin, aku ingin mewawancaraimu sebanyak-banyaknya tentang kehidupan sehari-harinya sebelum Brawl." Katanya.
"Apa?! Kamu melakukan semuanya sendiri? Tapi.... mengapa?!"
"Sudah kubilang, bukan? Aku mengincar kesempurnaan, dan aku tidak akan keberatan." Katanya.
Seperti dugaanku, kemungkinan besar Siddark-sama akan ikut campur. Posisi Kanami di Aliansi sejak saat ini dan seterusnya bergantung pada keinginan orang yang telah mengambil alih otoritas penuh proyek tersebut ke tangannya sendiri. Ya, aku bertekad untuk menjaga nama baik pahlawan kami itu dengan cara apapun. Siddark-sama duduk dengan angkuh di sofa kantor, dan wawancara (atau haruskah aku katakan menginterogasi?) dimulai.
"Kalau begitu, ceritakan padaku semua yang kau tahu. Mulailah dari awal."
Karena tidak punya pilihan lain, aku memilih kata-kataku dengan hati-hati dan menjelaskan bagaimana Kanami memulai sebagai Guildmaster.
"Anak itu adalah anggota baru ketika salah satu anggota kami, Palinchron, membawanya entah dari mana. Aku minta maaf, tapi kenyataannya, tidak ada seorang pun di Guild yang tahu dari mana dia berasal." Kataku.
"Hmm.... sudah kuduga, dia diselimuti misteri sejak sebelum bergabung dengan Epic Seeker. Lanjutkan."
"Tepat setelah itu, Palinchron yang bodoh itu tiba-tiba berkata bahwa anak itu akan menjadi ketua Guild. Tentunya, kami semua keberatan, dan sebagai hasilnya, kami melakukan pertarungan simulasi, anak itu melawan kami. Anggota kami yang bodoh itu mengusulkan bahwa jika tidak ada yang bisa mengalahkannya, kami tidak boleh mengeluh. Itu adalah kata-kata yang keluar para orang bodoh itu...."
Dengan menyalahkan Palinchron atas ketidakpantasan itu, aku menekankan bahwa Kanami sendiri benar-benar bebas dari kesalahan. Dan karena orang bodoh itu adalah Palinchron yang sedang kami bicarakan, tidak ada yang akan berubah jika reputasinya semakin memburuk.
"Itu terjadi pada hari pertama?! Aku selalu bertanya-tanya bagaimana cara Kanami menjabat sebagai Guildmaster. Tidak kusangka dia dipaksa melakukannya...."
"Ya, orang bodoh itu sangat memaksa—"
"Tidak. Palinchron Regacy tidak bodoh. Bahkan, dia memiliki mata yang tajam. Dia mendeteksi bakat Kanami dan menempatkannya pada posisi yang pantas diterimanya, terlepas dari kritik yang dia terima dari rekan-rekannya. Hehe. aku juga mengharapkan hal yang sama dari anak ajaib itu. Aku bisa memahaminya sekarang : Kanami memamerkan keterampilannya dengan pedang selama pertarungan simulasi melawan anggota Guild lainnya, memikat mereka semua dengan keterampilannya itu. Dan pada saat itu, mereka semua mengenalinya sebagai Master mereka."
Sebenarnya, saat itu, keterampilan berpedang Kanami belum mencapai tingkat yang gila seperti saat ini, namun tampaknya Siddark-sama percaya bahwa Kanami telah berada di level Blademaster sejak awal. Karena tujuanku adalah memastikan reputasi Kanami tidak terpuruk, aku tidak membantah gagasan itu darinya.
"Ya, seperti yang kamu katakan, Siddark-sama. Dan begitu anak itu menjadi Guildmaster, dia bertemu dengan Submaster Snow, dan.... hehehe. Di sanalah kisah cinta Kanami dan Snow dimulai! Tentunya, pada awalnya, Snow adalah dirinya yang lesu, tapi semakin sering Snow berinteraksi dengan anak itu dan semakin banyak kerja sama yang mereka lakukan—"
"Tidak apa-apa. Aku tidak perlu mendengar tentang Snow. Aku yakin itu sama saja seperti Snow yang biasa. Biar kutebak, Snow itu pasti menyerahkan semua pekerjaan pada Kanami yang baik hati. Tidak perlu menjadi peramal untuk menebaknya."
Itu bukanlah respons yang ingin kudengar saat menyebutkan kebanggaan dan kegembiraanku, Snow. Sepertinya Siddark-sama itu lebih tertarik pada Kanami daripada tunangannya.
"Oke, kalau begitu. Ya, kerja sama mereka membentuk sebagian besar kehidupan sehari-harinya di Epic Seeker, jadi jika aku mengabaikan semua itu, peristiwa besar berikutnya adalah pertemuan Kanami dengan Lorwen-san. Kanami membawa Lorwen-san dan Reaper dari Dungeon." Kataku.
"Itulah yang ingin aku ketahui! Aku tahu itu—Kanami bertemu Lorwen Arrace di Dungeon, kan?! Jadi.... bagaimana Lorwen Arrace dan Kanami itu menghabiskan hari-hari mereka?! Apa yang dibicarakan oleh keduanya yang akhirnya akan berhadapan di final?! Katakan padaku sekarang juga!"
"Um, ya. Jadi...."
Huwaah.
Siddark-sama bertingkah agak aneh. Dia menjadi begitu gembira mendengar tentang aktivitas Kanami sehingga dia mengingatkanku pada seorang anak kecil yang bersemangat. Dia hanya ingin tahu lebih banyak tentang Kanami itu. Tidak lebih, tidak kurang. Aku tidak merasakan sedikit pun rasa iri atau kebencian di sana, atau motif tersembunyi atau niat untuk menyeret nama Kanami itu ke dalam lumpur. Hal itu membuatku bingung, namun aku melakukan apa yang diperintahkan dan menceritakan apa yang aku ketahui.
"Jadi seperti yang kamu lihat, Kanami dan Lorwen-san itu rukun. Mereka bekerja bersama, dan berlatih bersama, berbagai hal lain seperti—"
"Jadi begitu! Jadi itulah yang menyebabkan pertarungan guru melawan murid yang mereka lakukan! Lalu?! Apa yang terjadi selanjutnya?!"
"Sebelum Brawl, mereka menjalankan misi membunuh naga, dan aku yakin Kanami lah yang memberikan serangan terakhir. Saat itulah keterampilan pedang anak itu telah berkembang pesat." Kataku.
"Hahaha! Itulah pahlawan yang mengalahkanku untukmu! Kanami bahkan berhasil menyusul Lorwen-san, Blademaster kehormatan seumur hidup! Sungguh luar biasa! Oh, benar, aku perlu menuliskan semua ini! Untuk menyelamatkan putri keluarga bangsawan yang dikurung, Pahlawan Laoravia kita membunuh naga tanpa bantuan! Teknik berpedangnya bahkan melebihi Blademaster Fenrir!" Katanya.
"Yah, itu agak berlebihan, bukan?"
"Tarik ucapanmu itu! Berlebihan, katamu?! Jika berbicara tentang Kanami, prestasi seperti itu setara dengan yang ada di lapangan!"
Elmirahd Siddark berteriak seperti anak kecil yang hal favoritnya diolok-olok. Saat itulah aku sadar. Setelah semua tampilan itu, bagaimana mungkin aku tidak menyadarinya? Siddark-sama ini hanyalah seorang penggemar Kanami.... dan seorang yang sangat mengagumi Kanami itu.
"Uh, tentu saja, dengan mengenalnya, anak itu bisa melakukannya.... kurasa? Dan tentunya, mungkin, anak itu melakukan itu semua untuk menyelamatkan Snow dari penderitaannya..... mungkin." Kataku.
Secara pribadi, aku akan lebih cenderung menonton drama tersebut jika berpusat pada Snow daripada Lorwen-san. Hal ini akan menjadi kesempatan besar untuk membuat sifat dicintai dan menggemaskannya dikenal di seluruh Aliansi.
"Benarkah itu?!" Elmirahd Siddark membalas.
"Ya! Sangat! Ayo bahas itu!" Kataku.
"Hahaha! Sekarang, lanjutkan ke prestasi hebat berikutnya! Ceritakan lebih banyak lagi, Linkar!" Katanya.
Kepentingan kami selaras—aku menyetujui pernyataan tidak masuk akal yang Siddark-sama itu sebut sebagai sandiwara. Penulisan naskah kami berlangsung hingga larut malam, dan saat fajar menyingsing, kami masih melakukannya.
"Oho! Aku suka kedengarannya, Linkar!" Katanya.
"Hehehe! Kamu adalah orang yang punya selera bagus, Siddark-sama!"
Kami berdua sudah cocok, dan sekarang penulisan cerita kami itu hampir selesai. Selama beberapa dekade mendatang, teater dan orang-rang Aliansi akan mengingat tentang legenda dengan nama The Brawl of Kanami the Hero.
MARI MEMBUAT PENGHALANG ANTI TEMBUS PANDANG
Kapal yang kami beli, Living Legend, adalah kapal yang hebat. Pedagang tersebut memberitahu kami bahwa kapal tersebut adalah kapal yang tidak hemat bahan bakar, namun jika kalian tidak memperdulikan kekurangannya, kalian dapat menyebutnya sebagai kapal kelas dunia. Peralatan dan fasilitas di dalam kapal itu tidak akan ketinggalan jaman seperti Mansion bangsawan, dengan banyaknya permata sihir yang digunakan di semua jenis perabotan alat sihir. Tidak ada tempat yang lebih nyaman untuk menghabiskan hari-hari di kapal itu. Yang benar-benar dicontohkan adalah kamar mandi di kapal. Fakta bahwa kami bisa bersantai di bak mandi air panas adalah kemewahan yang hanya bisa diberikan oleh Living Legend. Namun ada satu masalah dengan kemewahan itu. Salah satu keluhan yang muncul pada hari ini. Dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan selama perjalanan dengan perbedaan gender kami.
Maria mengerang, tangannya terlipat di depan pintu masuk pemandian.
"Ini bak mandi yang bagus, tapi kalau terus begini.... Kanami-san bisa mengintip kita sebanyak yang dia mau."
"Tunggu, apa?"
Aku jelas tidak mengharapkan hal itu. Aku dipanggil ke sini setelah diberitahu keadaan darurat, namun sekarang aku hanya ingin pergi dari sana secepatnya.
"Dulu, aku tidak memikirkan apapun saat mandi di sekitarmu karena aku tidak sepenuhnya memahami kemampuanmu, tapi sekarang kalau dipikir-pikir, itu cukup berisiko bagiku. Pemandian di kapal ini tidak memiliki penghalang, jadi kamu bisa menggunakan Dimension untuk mengintip sepuasnya. Mari kita lakukan sesuatu mengenai hal itu." Maria juga memanggil yang lain ke sini.
Lastiara adalah orang pertama yang memberinya pendapatnya.
"Maksudku, aku juga tidak terlalu peduli. Dan juga, kenapa baru sekarang, setelah sekian lama?"
"Lastiara-san, mari kita lebih berhati-hati, ya? Aku tahu umurmu yang sebenarnya adalah tiga tahun, tapi kamu masih memiliki tubuh orang dewasa. Kamu tidak boleh memperlihatkan tubuhmu kepada lawan jenis begitu saja."
"Aku mengerti itu. Tapi satu-satunya laki-laki di kapal ini hanya Kanami, jadi apa masalahnya?" Tanya Lastiara.
Dan dengan begitu saja, terungkap bahwa gadis paling cantik di grup itu tidak waspada sedikit pun, dan sebagai satu-satunya laki-laki yang hadir, itu membuatku ingin melarikan diri karena malu. Apa yang ditindaklanjuti Snow juga tidak membantu.
"Mungkin kalau Kanami yang mengintip, aku tidak terlalu keberatan.... hehehe...."
Ucap Snow sambil melirik ke arahku. Begitulah Snow. Seorang ahli terkenal yang membuat aku kewalahan. Namun Maria dengan cepat menegur komentar bodoh Snow itu dengan nada kasar.
"Snow-san, kita juga di sini untuk membahas tindakan pencegahan terhadap semua tindakan sihir mengupingmu juga." Kata Maria.
"Heeh?! Kamu akan menghentikan sihirku juga?!"
Snow berteriak, benar-benar tercengang meskipun hal itu sangat jelas terlihat. Dalam keragu-raguan, Snow melihat sekeliling dengan ekspresi muram, namun tentuny, tidak ada yang memberinya bantuan. Snow hanya menerima hukumannya.
Maria melanjutkan, mengabaikan Snow.
"Bagaimana menurutmu, Dia?"
"Kamu benar sekali, Maria! Itu.... bukannya aku khawatir akan diintip, tapi kita harus melakukan sesuatu mengenai hal semacam ini, tahu?! Jadi, mari lakukan itu!"
Dia tampak sangat khawatir tentang hal itu. Dia bereaksi paling mirip seorang gadis di antara mereka semua, wajahnya merah padam.
"Uh-huh. Jawaban yang bagus, Dia. Selanjutnya Reaper, bagaimana denganmu?"
"Aku dan Onii-san sudah terhubung sejak awal. Tubuhku terlihat tidak ada bedanya bagiku! Jadi jika kalian bertanya kepadaku, menurutku mungkin itu tidak terlalu perlu."
"Kanami-san." Kata Maria setelah jeda.
"Apa sebenarnya maksudnya itu?"
Sera-san mendekat ke arahku, gemetar karena marah.
"Kau! Kau! Kau akan menaruh tanganmu pada anak-anak seperti Reaper?!"
"Tunggu, tunggu! Tunggu sebentar! Dengar, itu.... memang benar aku mungkin tahu ukuran Reaper atau semacamnya, tapi aku melakukan yang terbaik untuk tidak melihat hal-hal semacam itu! Aku bersumpah! Dan aku memiliki kebijakan yang sama dengan Dimension! Aku sama sekali tidak memikirkan apapun tentang tubuh kalian!"
"Begitu." Kata Maria.
"Kalau begitu, ini kamu yang sedang kita bicarakan, jadi aku percaya padamu. Meski begitu, fakta bahwa kamu sama sekali tidak menganggap kami sebagai perempuan adalah sesuatu yang menyakitkan."
Ugh, kalau begitu, apa yang kamu mau dariku?
Menyadari bahwa jika terus begini, aku akan dikritik tidak peduli bagaimana aku menjawabnya, aku mengerti bahwa aku tidak punya pilihan selain melarikan diri dengan kecepatan penuh.
"Uh, sebenarnya.... bukankah akan lebih baik jika kalian membicarakannya saat aku tidak ada? Bisakah aku kembali ke kamarku sebentar?"
"Tidak. Untuk saat ini, kita akan meminta Dia membuat penghalang anti-sihir. Kamu akan berada di sini untuk menguji apa kamu dapat melihat menembus penghalang itu dan melihat ke dalam pemandian menggunakan Dimension."
Jadi Maria bermaksud agar penghalang itu segera dipasang, dan agar aku mengujinya dengan pada penghalang itu. Jika kalian bertanya kepadaku, tidak ada gunanya memintaku mengujinya; Aku merasa bahwa aku dapat memanipulasi seberapa tahan lama penghalang itu dengan bersikap santai. Ada banyak hal yang ingin kukatakan, namun sebelum aku bisa mengatakannya, Lastiara dengan gembira langsung menerima ide pengujuan itu. Lastiara itu selalu percaya pada kesenangan di atas segalanya.
"Kedengarannya menarik! Baiklah, aku akan berdiri di balik pintu, jadi mari kita lihat apa kamu bisa bertahan melawan Dimension Kanami itu, Dia!"
Dan dengan itu, pembangunan penghalang di kamar mandi dimulai. Penghalang yang tujuannya adalah untuk mencegah potensi mengintip olehku.... dan yang pembuatannya dibantu aku juga. Sejujurnya, itu tidak masuk akal.
Memang benar, pembuatan penghalang tersebut tidak berjalan mulus. Pada suatu saat, Lastiara sebenarnya sedang berganti pakaian di balik pintu karena suatu alasan. Di sisi lain, Snow mulai melakukan intervensi untuk mencegah tindakan balasan terhadap kekuatan penyadapannya. Di lain waktu, Reaper bosan dan masuk ke pemandian sendiri. Benar-benar perjalanan yang sulit dari semua masalah yang kami hadapi.
Malam itu, penghalang itu selesai—dengan mengorbankan kesehatan perutku. Namun itu bukanlah insiden penyebab sakit perut yang terakhir. Yang menakutkan, pelayaran perahu aku baru saja dimulai....
PIJAT DUNIA LAIN HEROINE DUNIA LAIN, BAGIAN 3
Mungkin karena di dunia ini, yang dibangun manusia dari waktu ke waktu adalah sihir dan bukan sains, namun aku selalu mengalami kejutan budaya yang tidak pernah kuduga. Pada dasarnya segala sesuatu yang dilakukan seseorang melibatkan sihir dalam beberapa bentuk, dan karena aku sudah terbiasa hidup dalam masyarakat modern, setiap hari penuh dengan kejutan. Salah satu contoh terbaru yang masih segar dalam ingatanku adalah pijatan dengan bantuan sihir.
Dulu, ketika aku tinggal di Laoravia, sebelum memulai perjalanan laut, aku menerima satu pijatan dari Maria dan satu lagi dari Snow. Maria telah menggunakan sihir api dan Snow menggunakan sihir getaran, mengakibatkan Maria membakar punggungku dan Snow hampir membunuhku. Aku terkejut, atau lebih tepatnya, takut. Sungguh, sangat menakutkan. Aku bersumpah dalam hati untuk tidak menerima pijatan lagi. Sedihnya, kenyataan tidak selalu seperti yang diharapkan, meskipun aku bersumpah pada diriku sendiri, karena ada gadis lain yang tergerak untuk bertindak setelah mendengar tentang dua pijatanku itu. Gadis itu adalah Lastiara, orang yang menyukai segala sesuatu yang tampak menyenangkan.
Sepanjang perjalanan, Lastiara terus berbicara,
"Apa kamu merasa lelah? Aku akan memijatmu jika kamu mau?"
Dan aku terus menjawab, "Tidak perlu, aku baik-baik saja."
Namun Lastiara tidak mau menyerah.
Pada akhirnya, Lastiara mulai merengek, "Kumohon, ya, ya?"
Menimbulkan keributan karena menginginkan sesuatu juga seperti umurnya yang masih setara anak-anak. Dan begitu semuanya sampai pada titik itu, lebih sulit lagi mencoba membujuknya daripada tidak. Ditambah lagi, aku memang punya perasaan padanya, dan perasaan itu sangat besar. Aku mengatakan kepadanya bahwa dia bisa memberiku sedikit pijatan singkat, dan dengan begitu saja, Lastiara memijat bahuku sementara aku sedang duduk di kursi geladak.
"Bagaimana rasanya, tuan?"
Lastiara bertanya seperti tukang pijat yang sempurna. Tidak tahu dari mana dia belajar berbicara seperti itu.
"Aku benci mengakuinya, tapi kamu hebat." Kataku.
"Bukan begitu? Aku terlahir cekatan. Sebenarnya aku bisa melakukan apa saja."
Mengapa aku meragukan kemampuan memijat Lastiara? Ruang tamu profesional mana pun akan akan kalah darinya dalam sekejap. Kupikir berkat kepribadiannya, hal itu akan berubah menjadi sesuatu yang lebih aneh dari ini. Aku memejamkan mata, dan sedikit rasa lelah yang kudapat selama perjalanan ini pun hilang. Setelah beberapa menit Lastiara memijat bahuku, tepat setelah aku lengah, Lastiara membuktikan bahwa aku benar dalam meragukannya.
"Penyihir darah sekaliberku bahkan bisa memijatmu sedemikian rupa sehingga meningkatkan aliran darahmu. Biar kutunjukkan padamu." Katanya.
"Hah? Ah, uh, oke. Menurutku, aku merasa nyaman dan hangat sekarang."
Lastiara mulai menggosok bahuku dengan sihir darah tanpa berhenti untuk mendengarkanku mengatakan Ya terlebih dahulu. Pijatan dengan bantuan sihir memicu respons trauma dalam diriku, namun efek indahnya menyerangku bahkan sebelum aku dapat memperingatkan atau menghentikannya. Hal ini adalah hal terburukku sepanjang hari ini karena menurunkan kewaspadaanku.
"Ya! Dan aku juga tahu banyak teknik bagus lainnya. Itu tertulis di darahku!"
"Kamu tidak perlu melakukan sesuatu yang luar biasa. Beri aku pijatan biasa. Yang biasa saja...." Kataku.
"Seperti misalnya pijatan menggunakan sihir angin. Aku bisa meredakan kekakuan otot dengan mantra yang membuat kilat menyambarmu." Katanya.
"Tunggu, kilat? Tunggu, aku tidak— Gwahhh!"
Listrik mengalir melaluiku. Mantra petirnya yang sangat tajam membuat tubuhku menjadi kaku dan tidak bisa bergerak. Aku terjatuh dari kursiku dan jatuh ke tanah menghadap ke bawah. Lalu Lastiara duduk mengangkangiku.
"Kena! Hehehe. Ini pijatan seluruh tubuh atau tidak sama sekali! Kalau tidak, itu tidak menyenangkan bagiku!" Kata Lastiara.
"Ke-Kenapa kamu!"
Sepertinya inilah yang Lastiara kejar sejak awal. Setelah menahanku, Lastiara tersenyum gembira saat dia menggunakan energi sihirnya.
"Mari kita lihat, Mar-Mar menggunakan sihir api, dan Snow menggunakan sihir non-elemen.... jadi kenapa aku tidak mencoba menggunakan semua elemen lainnya untuk pijatanmu? Apa yang terjadi dengan itu? Aku pikir aku akan melakukan sihir air terlebih dahulu. Aku akan memanipulasi air di tubuhmu dan meningkatkan kesehatanmu. Atau sesuatu seperti itu." Katanya, terlihat senang.
"Hei! Jangan jadikan aku kelinci percobaanmu! L-Lepaskan a—"
Karena takut akan keselamatanku, aku mencoba melarikan diri.
"Ah, jangan gerakkan tubuhmu. Bzzt."
Tidak ada gunanya. Serangan listrik lainnya melumpuhkanku untuk sementara.
"Berhentilah menyerangku dengan sengatan listrik! Sial, itu menyakitkan!"
"Tapi jika aku bersikap lebih lembut padamu, kamu akan terus melawan."
"Kamu telah mengurangi sebagian besar HP-ku! Sengatan listrik itu menimbulkan kerusakan yang sangat besar, tahu!"
Melihat menuku, kerusakan yang ditimbulkan mungkin mirip dengan serangan monster Dungeon. Dengan kata lain, satu langkah salah maka aku akan benar-benar mati.
"Oh ya, sepertinya begitu. Kamu memang menerima banyak kerusakan dari itu.... tapi tidak apa-apa, Kanami! Aku bisa menggunakan sihir penyembuhan, Jadi...!"
"Jadi?!"
"Jadi meskipun kamu mengalami kerusakan akibat pijatan kelembapan tubuh yang akan aku berikan kepadamu, kamu tidak perlu khawatir!" Katanya.
"Tidak perlu khawatir apanya?!"
Yang terlintas dalam pikiran saat itu adalah pijatan Maria dan Snow. Keduanya disertai dengan rasa sakit yang luar biasa, dan keduanya telah membawaku ke ambang kematian. Dan sekarang, sejarah itu akan terulang kembali.
"Tidak, hentikan! Jangan mencampurkan sihir dan pijatan! Sudah kubilang padamu, itu benar-benar berbahaya!"
"Itu akan baik-baik saja. Aku dapat melihat berapa banyak HP yang tersisa, dan aku pandai dalam menyembuhkan. Kamu tidak akan mati."
"Kamu mengatakan itu seolah-olah sudah pasti kamu akan membuatku hampir mati melalui pijatanmu itu!"
"Hehehe.... setelah aku selesai dengan elemen air, selanjutnya kita menggunakan kayu atau tanah. Jika aku menguburmu di dalam tanah, akankah kamu menjadi tumbuh seperti tanaman? Ah, beberapa waktu telah berlalu. Bzzt."
"Jangan menyetrumku seperti itu sesukamu! Kamu benar-benar tidak berniat melepaskanku, ya?!" Protesku.
Karena sihir listriknya dan Lastiara berada di atasku, aku benar-benar tidak bisa melepaskan diri. Kemudian aku merasakan pengaktifan sihir air melalui punggungku, tepat saat Lastiara memulai pijatan seluruh tubuhnya. Dan sejujurnya, rasanya menyenangkan. Sayangnya, sensasi menyenangkan itu diimbangi dengan rasa cemas yang terus-menerus. Lalu, apa sebenarnya pijat kelembapan tubuh itu? Kedengarannya sangat menakutkan.
"Seseorang selamatkan a—"
"Bzzt."
Jadi, aku menjadi sasaran eksperimen manusia yang Lastiara itu sebut pijatan sampai sekutuku yang lain tiba di geladak. Hasil akhirnya? Lastiara membuatku merasa seringan bulu. Namun hal itu juga sudah lebih dari cukup untuk membuat fobiaku terhadap pijatan menjadi semakin besar. Malam itu, aku bersumpah lagi pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah membiarkan orang lain memijatku. Aku benar-benar bersumpah untuk itu. Namun, itu bukanlah akhir dari perjuanganku melawan pijatan yang akan datang lagi. Aku punya teman lain di kapal ini. Teman-teman lain yang belum memberiku satu untuk sebuah pijatan.
Cobaan beratku ini belum berakhir.
Bersambung.....
BERTUJUAN UNTUK KE PUNCAK AKADEMI, BAGIAN 7
Saat ini, saya berada dalam posisi yang buruk di Akademi Eltraliew. Betapa menyebalkannya hal itu, jika kalian ingin tahu. Aku akan memberitahu kalian. Aku tidak tahu kapan seseorang mungkin menikamku dari belakang. Semuanya dimulai seminggu yang lalu ketika, diundang oleh Ketua OSIS Akademi kami, Karamia Arrace yang merupakan seorang bangsawan, aku datang ke rumahnya, di mana aku bertemu dengan kepala klan, seorang lelaki tua berotot bernama Fenrir Arrace, pemegang dari julukan "Blademaster" yang pasti kalian itu pasti bercanda. Entah kenapa, ketua klan itu cukup menyukaiku. Lalu pada suatu saat, Karamia memberitahunya, "Dia selalu ada untuk melindungiku di sekolah. Dia hampir seperti pacarku.", bahkan ada pembicaraan tentang aku yang akan menjadi penerus teknik berpedang Arrace berikutnya, dan tak lama kemudian, rumor tersebut telah sampai ke aula akademi.
Saat itu sudah larut pagi, dan aku sedang melakukan pekerjaanku sebagai Butler Karamia-sama ketika seorang murid perempuan yang tidak kukenal menyerangnya dengan satu pertanyaan yang menggemparkan.
"Benarkah itu, Karamia-sama?! Apa Kanami yang di sana benar-benar kandidat untuk menjadi tunanganmu?!"
Wajah Karamia itu memerah.
"Tidak. Masih belum." Jawabnya malu-malu.
Murid perempuan itu secara praktis menjerit saat dia mengambil langkah. Ini buruk. Sangat buruk. Aku melirik Karamia-sama saat kami berbicara berdampingan, hanya untuk menemukan dia menatapku. Saat mata kami bertemu, dia mengalihkan pandangannya dengan malu-malu.
"Uh.... sial. Dari mana datangnya rumor seperti itu? Hehehehehe."
Jelas, Karamia-sama itu sebenarnya tidak terlalu kecewa dengan perkembangan ini. Saat itulah perasaan itu tenggelam—aku lebih terpojok dari yang kukira. Teman sekolahku, Annius dan Liner, telah berulang kali memperingatkanku tentang konsekuensinya, namun baru sekarang aku mengerti. Karamia-sama.... sampai beberapa waktu yang lalu, dia sangat ingin membunuhku. Bagaimana bisa berakhir seperti ini? Mengapa hasilnya seperti ini terjadi? Saat dia mengundangku ke rumahnya, sejujurnya aku berpikir, Itu tidak berarti apa-apa; dia hanya mempekerjakanku untuk memanfaatkanku dan kemudian membuangku setelah dia selesai denganku.
Di sisi lain, aku juga tidak sepenuhnya kecewa dengan rumor tersebut. Ketua OSIS adalah salah satu perempuan paling cantik di akademi, dan dia bahkan memiliki sesuatu yang mirip dengan klub penggemar yang memuja tempat dia berjalan, dan ini bukanlah sesuatu yang dipertanyakan oleh siapapun. Rambut dan matanya yang merah terang terlihat menawan; satu pandangan dan kalian terpikat. Dia lebih dari sekedar "Imut". Terus terang, dia cantik sekali.
Namun, tak perlu dikatakan lagi, kabar bahwa aku menjadi tunangannya membuatku menjadi sasaran permusuhan para murid laki-laki. Terlebih lagi, ada banyak bangsawan yang tidak akan pernah melihat seseorang yang memiliki latar belakang gelap sepertiku memiliki hak untuk mengenal Keluarga Arrace, salah satu klan bangsawan terkemuka. Berkat itu, aku segera diseret ke atap oleh segerombolan musuh. Hal itu terjadi setelah kelas, dan setelah pekerjaan Butler-ku untuk Karamia-sama selesai hari itu. Aku sedang berjalan menyusuri lorong sendirian ketika para murid yang merupakan orang asing menyeretku pergi. Atap Akademi Eltraliew sama mewahnya dengan lokasi lainnya. Luasnya seperti lapangan olah raga, dan ada beberapa pohon di sana-sini yang menurutku sebagai hiasan. Massa yang ganas itu mengejarku hingga ke sudut atap, dan mengepungku. Mereka menatapku tajam dari segala arah; pasti ada lebih dari dua puluh bajingan dari mereka. Orang yang terlihat sebagai murid dengan status tertinggi di antara mereka semua menghela napas terpengaruh.
"Oh, betapa bermasalahnya. Seorang berdarah lumpur sepertimu mendekati orang yang diagungkan yaitu Ketua OSIS Arrace. Gagasan itu akan membuat Akademi kebanggaan ini menjadi berantakan."
Aku pernah mendengar kalimat seperti itu sebelumnya di suatu tempat. Tidak ada gunanya memikirkan pernyataannya secara mendalam. Pada akhirnya, dia akan memukulku sampai babak belur karena dia tidak terlalu peduli padaku. Akhir dari cerita.
"Apa kau yakin bisa? Jika kau menyerangku, Karamia-sama dan Kepala Sekolah tidak akan membiarkannya begitu saja."
"Tolong jangan salah paham. Yang akan terjadi hanyalah duel. Duel adalah hal yang cukup populer di Akademi akhir-akhir ini. Para murid ini, mereka penuh dengan semangat dan antusias, lihat. Dan mereka akan menantangmu, yang menjadi pembicaraan, untuk berduel. Hanya itu saja."
Laki-laki bangsawan di antara bangsawan itu memandangi para murid di sekitar kami. Kemungkinan besar, orang-orang di sekitarku ada di sini hanya karena mereka dipaksa oleh otoritas tingkat tinggi, yaitu laki-laki itu. Di Akademi, status adalah segalanya. Mereka yang berstatus sosial rendah tidak bisa menentang perintah "Atasan" mereka. Dilihat dari raut wajah mereka, mereka pasti diperintahkan untuk menghajarku meskipun itu berarti pengusiran. Keadaannya selalu sama—para orang berstatus tinggi yang mempunyai uang dan kekuasaan membuat seluruh dunia menari mengikuti irama mereka. Dan di sini, di Akademi Eltraliew, penyalahgunaan kekuasaan seperti itu tidak dihukum.
"Sekarang, biarkan dia merasakannya." Kata anak laki-laki itu tanpa ragu-ragu.
Tiba-tiba, para murid di sekitarku mulai membuat mantra mereka masing-masing.
"Sial!"
Tak perlu dikatakan lagi, aku berusaha melarikan diri, namun mantra pemimpin mereka itu menghalangi jalanku.
"Light Wall. Hahaha. Sekarang jadilah anak baik dan terima semua mantranya."
Segalanya akan menjadi lebih buruk lagi. Aku melawan sekelompok orang. Dapat dikatakan bahwa peluangku untuk memenangkan pertarungan berlarut-larut melawan sebanyak ini adalah nihil. Gaya bertarungku melibatkan menggunakan item sihir satu kali, jadi aku hanya pandai dalam pertarungan satu lawan satu, dan itupun, hanya ketika aku bisa menang dengan cepat. Aku tidak akan memenangkan yang ini. Dan siapa yang tahu apa yang akan terjadi padaku setelah aku kalah? Orang-orang ini akan melancarkan serangan ke arahku yang mematahkan tulangku tanpa mengedipkan mata. Tidak, itu terlalu optimis. Orang-orang ini bermaksud untuk memukulku, sadar sepenuhnya bahwa mereka menentang Karamia-sama dalam melakukan hal itu.
Tidak mungkin mereka tidak memiliki tekad yang diperlukan dan rencana yang dipikirkan dengan matang. Dan menyingkirkanku dari pandangan mereka. Harapannya kecil bahwa mereka akan berbelas kasihan dan hanya mengancamku atau membuatku takut. Lagipula, menutupi pembunuhanku sebagai "Kecelakaan Fatal" adalah hal yang sepele bagi seorang bangsawan dengan kedudukan seperti ini. Sebuah dinding cahaya menghalangi pelarianku, dan puluhan murid itu bersiap untuk melepaskan sihir mereka ke arahku. Kualitas dan kuantitas alat sihir yang aku miliki mungkin bisa membuatku memenangkan satu duel. Aku tidak mempunyai kekuatan untuk mengatasi situasi ini. Tidak perlu menghitung peluangku; kekalahanku sudah jelas. Adegan kematian Aikawa Kanami terlintas di benakku. Anak laki-laki yang tersandung ke dunia lain. Anak laki-laki yang dimasukkan ke Akademi ini tanpa pilihan apapun. Anak laki-laki yang diratakan oleh massa mantra tanpa memahami apapun.
Tidak. Tidak. Tidak mungkin aku bisa mendapatkan kesepakatan sebesar itu! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi! Aku akan keluar dari sini dengan omong kosong itu!
Tepat ketika aku hendak bergerak...
"Diam."
Satu kalimat. Satu kata. Saat itu juga, kekuatan sihir mengalir melintasi atap, dan gelombang kejut yang mirip dengan ledakan tong mesiu memenuhi ruangan. Hal itu terjadi dalam sekejap mata. Satu kalimat. Satu mantra. Satu ledakan tunggal. Hanya itu yang diperlukan untuk menjatuhkan semua murid itu, hanya menyisakan pemimpin mereka yang berdiri. Karena bingung, pemimpin itu mengamati keadaan buruk para pengikutnya, lalu melihat siapa yang berdiri di belakang mereka.
"Hah? Apa yang telah terjadi?! Apa yang terjadi?! Eeeeeek!"
Pemimpin itu meninggalkan murid lainnya dan berlari secepat yang bisa dilakukan kakinya untuk membawanya turun dari atap. Aku segera mengalihkan pandanganku ke tempat pemimpin itu memandang, dan di sanalah ada seorang gadis, di atas dahan salah satu pohon yang melapisi atap. Gadis pasti orang yang menyebabkan kehancuran ini.
"Bisakah kamu begerak?"
Gadis itu bertanya sambil melompat ke bawah.
Aku tidak bisa langsung membalasnya. Aku sangat terkejut hingga aku menjadi bodoh. Rambut biru mudanya bergelombang seperti laut. Aku begitu terpesona oleh rambutnya yang sangat panjang, tipis, dan indah sehingga aku membeku di tempat. Dan bukan hanya rambutnya yang membuatnya cantik. Wajahnya, dengan ciri khas matanya yang mengantuk, sama cantiknya dengan wajah Karamia-sama. Tidak, gadis ini bahkan lebih cantik. Gadis ini tidak mengenakan seragam sekolah. Sebaliknya, gadis ini mengenakan banyak lapisan pakaian yang hanya bisa aku gambarkan sebagai "Pakaian Etnik". Ditambah dengan warna rambutnya yang sejuk seperti angin laut, gadis ini tampak cantik. Gadis ini sangat cantik sehingga aku hampir tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.
"Tunggu. Jangan bilang aku melukaimu?"
Perkataan gadis itu membuatku sadar. Aku berhutang nyawa pada gadis ini. Saat ini bukan waktunya untuk terus diam.
"Er, uh, aku... baik-baik saja.... terima kasih banyak...."
"Oke. Baguslah, kalau begitu." Kata gadis itu tanpa ekspresi.
Saat gadis itu melihat wajahku, itu membuatnya terdiam. Bahkan aku tahu wajahku memerah, semua karena aku melakukan kontak mata dengannya. Aku mungkin memakai ekspresi yang sama dengan yang ditunjukkan Karamia-sama pagi itu.
Ada jeda untuk itu.
"Hm? Tunggu. Bukankah kamu adalah tunangan Arrace-san itu?"
"Um.... itu, uh, belum...."
Kataku. Aku mendapati diriku tidak ingin gadis itu salah paham.
Ada jeda lagi untuk itu.
"Oh baiklah, terserah. Kalau begitu, kamu bisa membersihkan kekacauan itu. Aku akan kembali tidur." Gadis itu kembali ke cabang untuk tertidur sekali lagi.
"Walker-sama! Snow Walker-sama!"
Ada jeda untuk itu.
"Hngh. Ada apa?" Gadis itu menjawab.
Jadi aku benar. Gadis ini adalah orang yang dianggap "Melampaui peringkat" dalam peringkat duelist Elt-Order. Yang sangat ingin aku kalahkan suatu hari nanti. Gadis legendaris yang dikabarkan menjadi yang terkuat di Akademi. Sang Azure Fury itu sendiri, Snow Walker.
"Izinkan aku mengucapkan terima kasih sekali lagi. Terima kasih banyak.... karena telah menyelamatkanku." Kataku, berterimasih kepadanya.
Ada jeda untuk itu.
"Terima kasih kembali." Dan dengan itu, gadis itu tertidur kembali.
Melihat gadis itu, aku tidak bisa berkata-kata lagi. Di sekelilingku ada anak-anak yang mengerang di lantai, terjatuh karena mantranya. Namun mataku tertuju pada Snow-sama di atas. Gadis itu telah mencuri pandanganku.... dan hatiku.
Karena pada hari ini, hal itu adalah cinta pada pandangan pertamaku.
Dan hari ini adalah hari di mana kisahku di Akademi ini benar-benar dimulai.