Chapter 5 : Epilogue

 

Berlokasi di ujung selatan Aliansi Dungeon, Greeard adalah satu-satunya dari lima negara yang berbatasan dengan laut. Setelah melarikan diri dari kapal teater besar Valhuura melalui Connection, kami mengunjungi salah satu dari banyak pelabuhan di Greeard. Sejumlah besar perahu mengapung di laut yang gelap gulita dalam barisan yang rapi, bergoyang-goyang saat ombak menerpa mereka. Ini adalah malam yang sangat sunyi. Sekarang setelah Brawl selesai, aku yakin orang-orang sedang riuh merayakannya di sungai, dan pemikiran itu membuat tempat ini terasa lebih damai.

 

Suara Lastiara bergema dalam keheningan.

"Jadi? Bagaimana? Kau akan memberi kami perahunya sekarang, kan?

 

Aku berdiri di belakangnya, dan kami sedang berbicara dengan seorang pedagang di pelabuhan. Karena kami berbicara di pelabuhan yang gelap dan sunyi, jika aku tidak tahu, aku akan mengira pedagang itu terlibat dalam penyelundupan.

Sebenarnya, menurutku orang ini mungkin memang penyelundup.

 

Aku menoleh untuk melihat salah satu kapal yang mengapung di belakangku. Kapal itu tidak terlalu besar, namun permata sihir yang menghiasinya begitu banyak sehingga aku bisa tahu betapa berkelasnya kapal itu dalam sekejap. Tujuan kami saat ini adalah mendapatkan kapal itu. Sebagai langkah pertama kami setelah melarikan diri ke Greeard, kami bermaksud untuk menaiki pelayaran mana pun untuk pergi dari sana, namun Lastiara yang terlihat sangat suka berpetualang menyarankan agar kami membeli kapal kami sendiri, dengan alasan bahwa jika kami cukup naif untuk berlayar ke laut dengn pelayaran yang sudah ada, kami akan kedatangan banyak pengejar.

Lastiara ada benarnya, dan bukanlah ide yang buruk untuk memiliki kapal sendiri kalau-kalau kapal itu bisa digunakan kami lagi di masa depan. Jika memasang portal Connection di atas kapal terbukti memungkinkan, menjelajahi Dungeon selama perjalanan di laut akan sangat mudah. Kupikir Lastiara hanya ingin memiliki perahunya sendiri, namun pada akhirnya, seluruh pihak setuju bahwa hal itu masuk akal, jadi kami bersembunyi di Greeard hingga tengah malam untuk membeli perahu di tempat yang tidak terlalu jauh untuk disebut normal.

 

Kalau dipikir-pikir lagi, orang ini pasti seorang penyelundup.

 

Pedagang pemilik kapal itu melihat isi kantong koin Lastiara yang terbuka dan menelan ludahnya.

"Uh, wow, aku terkejut. Bagaimana kau bisa mendapatkanny begitu cepat?"

 

"Kami mendapat sedikit penghasilan. Kau bilang kepadaku bahwa kau akan mengizinkanku memilikinya jika aku membayarnya saat itu juga, bukan? Kami menawarkan dua kali lipat harga pasar dengan tambahan di sana. Tidak ada alasan untuk mengatakan tidak, kan?"

Nada suara Lastiara itu agak mengancam, namun kami berada di dalam pilihan yang sulit, jadi aku tidak akan keberatan dengan metodenya. Aku benar-benar kelelahan karena Lastiara yang membuatku "Mendapat sedikit penghasilan" itu. Aku tidak pernah menyangka bahwa setelah pertandingan Lorwen, aku akan dipaksa pergi ke kasino dan disuruh menggunakan Responsiveness di sana.

 

"Tentu, itu tidak akan menjadi masalah, tapi biarkan aku memperingatkanmu, tujuh orang tidak akan cukup untuk mengelola kapal itu."

 

"Karena kami hanya bertujuh, kami memilihnya. Kapal itu adalah jenis di mana selama mereka memiliki energi sihir, kapal itu akan bekerja, bukan?"

 

"Ya, itu benar, tapi kau harus memahami bahwa kapal ini tidak hemat bahan bakar. Kita berbicara tentang energi sihir ratusan penyihir untuk satu perjalanan. Itu sebabnya harganya sangat murah."

Pedagang itu telah memutuskan bahwa kami adalah pelanggan yang ingin dirinya pertahankan karena uang tambahan yang kami bayarkan, jadi pedagang itu jujur bahwa kapal itu tidak berguna. Namun Lastiara dengan gembira menerima tawaran itu; dia menatap kapal itu seperti anak kecil yang mendambakan mainan baru yang mengilap di mobil berdebu yang hanya berguna dalam keadaan tertentu, dan sekarang sudah sangat terlambat untuk membalikkan keadaan. Aku lebih suka kapal yang lebih aman yang bertenaga angin dibandingkan kapal yang bisa meledak kapan saja, namun momentumnya tidak bisa dihentikan.

 

Sejauh yang bisa kulihat melalui Dimension, konstruksi kapalnya sangat mengesankan, namun di saat yang sama, ada lebih banyak sumber api yang bisa meledak dengan mudah dibandingkan kapal biasa. Penggunaan permata sihir yang mahal memang membuat segalanya menjadi nyaman, namun ada juga risikonya. Dan ketika keempat bom berkaki itu adalah Dia, Lastiara, Maria, dan Snow menaiki kapal berisi permata sihir itu..... anggap saja aku merasa sedikit gelisah. Hal ini mengingatkanku pada rumah mewah yang terbakar, dan aku bertekad untuk menghindari nasib serupa di sini. Aku tidak akan mengulangi kesalahan masa laluku. Berbeda dengan hari yang buruk itu, aku memiliki skill yang dapat aku andalkan, dan aku yakin kami dapat mewujudkannya. Memang benar, aku merasa kemampuan tingkat tertinggiku, Responsiveness, memberitahuku bahwa harapan itu terlalu berlebihan, namun meski begitu, dalam hati aku berulang kali bersumpah bahwa aku tidak akan pernah menyerah pada takdir.

 

"Bagus, kalau begitu deal." Kata Lastiara.

 

"Itu isyaratnya, Dia. Ayo, ayo, ayo."

Lastiara membuat Dia menoleh setelah mendengar bahwa energi sihir diperlukan. Dia menurutinya, mendekat ke kapal.

 

"Err, jadi apa aku cukup menyentuh perahunya dan mengirimkan energi sihir ke dalamnya?"

 

"Yup. Tolong lakukan. Kamu lah yang mempunyai kemampuan terbaik di antara kita semua."

 

"Oke. Kalau begitu, aku coba."

Energi sihir Dia yang sangat besar mengalir ke dalam kapal, gempa susulan menyebabkan ombak mengepul dan bergulung, dan kapal mulai bersinar.

 

"A-Apa—?!"

Pedagang itu nyaris menjerit. Energi sihir Dia begitu besar sehingga lonjakan gelombangnya saja sudah cukup untuk membuat orang biasa terjatuh, namun pedagang itu mempertahankan harga diri pedagangnya dan berhasil menahan diri untuk tidak memekik.

 

"Lihat?"

Kata Lastiara mengisyaratkan kapal itu kini terisi energi dengan kapasitas penuh.

 

"Kami akan baik-baik saja."

Pedagang itu terdiam. Semuanya memerlukan keyakinan, mulai dari kekayaan kecil yang Lastiara berikan pada pedagang itu hingga banyaknya energi sihir yang baru saja dipancarkan penyihir mungil kami. Pedagang itu kesulitan memproses semuanya. Lastiara mengartikan keterkejutan pedagang yang kosong itu sebagai tanda bahwa kesepakatan telah tercapai.

 

"Kanami, Reapy, apa kalian bisa membaca dokumennya?"

Lastiara bertanya kepada kami, baru saja hendak berlari ke angkasa biru di sana.

 

"Reaper dan aku sama-sama selesai membacanya. Aku juga tahu spesifikasi kapalnya sekarang. Kita mungkin bisa mengatasinya, kita bertujuh."

 

"Ya, aku mengerti intinya!" Kata Reaper.

 

"Kelihatannya menyenangkan!"

Saat Lastiara sedang berbicara dengan pedagang itu, Reaper dan aku sedang membaca buku informasi yang tebal. Penyihir dimensi dapat menggunakan Dimension untuk membaca cepat, yang berguna dalam situasi seperti ini.

 

"Bagus! Portal Connection sudah ada dan persediaannya juga! Semua persiapan sudah selesai! Ini, uangmu!" Lastiara menyerahkan sekantong koin itu ke tangan pedagang itu dan menuju kapal dengan pegas di langkahnya.

 

"Baiklah, semuanya, ayo naik!"

 

"Eh, tentu!"

Kata Sera-san dan Snow, yang menyetujui antusiasme Lastiara yang membara.

 

Ini masih tengah malam. Tidak bisakah mereka sedikit diam saja? Dan mengapa menaiki kapal dari samping seperti itu padahal sudah ada tangga yang bagus?

Sambil menggerutu tentang tingkah laku teman-temanku yang meragukan di dalam hatiku, aku membungkukkan badanku pada pedagang itu dan meluangkan waktuku untuk menaikinya—tentunya menggunakan tangga itu. Setelah semua orang berkumpul di geladak, Lastiara menyatakan.

 

"Baiklah, kita namai saja kapal ini dengan Living Legend! Kedengarannya bagus, kan?!"

 

"Living Legend?"

Bicara tentang bombastis. Jika kalian bertanya kepadaku, nama semacam itu tidak cocok untuk kapal yang akan kami naiki ke berbagai negara di masa mendatang. Namun di hadapan senyum ceria Lastiara, aku kehilangan kesempatan untuk menolak. Snow bertepuk tangan dengan cara yang dibuat-buat sementara mata Sera-san menatap tajam ke arahku.

 

"Kamu orang yang bisa diharapkan. Apa kau ingin mengatakan sesuatu tentang selera nona dalam memberi nama?" Sera-san menuntut.

 

"Tidak, tidak ada keluhan untuk itu...."

Setelah direnungkan, aku tidak dalam posisi untuk mencela selera siapapun, karena aku telah memberikan nama-nama yang sama pada mantraku sendiri. Aku mengabaikan Lastiara saat dia bersandar dengan berani di haluan kapal, fokus mempersiapkan kapal untuk berangkat.

 

"Reaper, aku yakin kamu pasti tahu apa yang aku bicarakan—bisakah kamu menyalakan generator listrik tambahan sebentar? Aku akan berada di sini mengangkat jangkar dan membentangkan layar dan sebagainya."

 

"Oke, aku mengerti. Aku akan kembali."

Reaper mengerahkan Dimension-nya sendiri dan masuk ke kapal dengan percaya diri. Living Legend dibangun dengan permata sihir dalam jumlah besar dan tidak perlu bergantung pada angin atau ombak untuk bergerak. Reaper telah mengetahui hal itu ketika dia membaca buku itu. Aku melakukan bagianku, memanjat tiang kapal dan membentangkan layar. Kapal ini bukanlah kapal layar yang lengkap, jadi tidak memiliki banyak layar, namun tetap saja sulit untuk amatir sepertiku. Saat Reaper kembali, aku masih belum selesai mempersiapkan kapalnya. Reaper dan aku, setelah menghafal semua materi, saling memberikan instruksi, dan setelah beberapa waktu, kami akhirnya berhasil mempersiapkan kapal itu dengan baik. Sedikit demi sedikit, Living Legend mulai membelah air.

 

"Huwaa, ini bergerak! ini bergerak! Wow!" Kata Lastiara.

 

"Jadi, ini yanga namanya kapal ya?! Tidak ada kisah heroik yang bisa berjalan tanpanya!"

 

"Wowee, Onee-san!" Kata Reaper.

 

"Ini bergerak melintasi air!"

Mereka berdua yang paling bersemangat, kegembiraan Reaper berada di urutan kedua setelah Lastiara. Mungkin mereka belum pernah melihat laut sebelumnya.

 

"Akhirnya berjalan lancar, ya? Tunggu, apa kita aman untuk menuju ke arah ini?"

 

"Tidak apa-apa, Kanami. Kalau menyangkut hal semacam ini, itu sudah cukup!"

Lastiara klasik—dia tidak punya rencana. Ini mungkin berasal dari rasa percaya diri yang didukung oleh perasaannya secara umum terhadap berbagai hal, namun aku yakin bahwa terlepas dari semua itu, risikonya cukup besar. Aku tidak punya pilihan selain memanggil Reaper dan membentangkan peta laut di dek.

 

"Reaper, mari bernavigasi menggunakan Dimension untuk saat ini. Jika kita bergantian, setidaknya kita bisa menghindari kerusakan."

Tidak ada cara lain selain memaksakan penyelesaian masalah dengan sihir. Jika kami berpergian di sepanjang pantai, kemungkinan besar kami akan mampu mengendalikannya meskipun kami tidak memiliki keterampilan navigasi.

 

Kami terus-menerus mengubah arah kapal sambil berkonsultasi dengan Reaper, akhirnya berhasil menghitung jalur ke daratan dan berhasil menstabilkan pelayaran, setelah itu kami duduk di meja besar di tengah geladak untuk beristirahat sejenak.

Lastiara, Dia, Maria, Snow, Reaper, dan Sera-san. Aku memiliki begitu banyak sekutu yang dapat aku andalkan. Sampai saat ini, aku hanya pernah mengumpulkan party yang terdiri dari paling banyak tiga orang, yang menjadi alasan mengapa party-ku yang beranggotakan tujuh orang saat ini hanya bisa digambarkan sebagai pemandangan yang spektakuler. Aku melihat sekeliling ke wajah semua orang.

 

"Teman-teman, mata kita tertuju pada daratan utama. Aku merasa sangat ingin memburu Palinchron di sana." Kataku singkat sebagai ketua kelompok.

 

Aku berencana menggunakan waktu transit kami untuk melakukan lebih banyak penjelajahan di Dungeon, namun sebagian besar kami akan fokus mencari Palinchron. Jauh di lubuk hati, aku ingin segera mencapai level terdalam demi adikku, namun orang yang dikenal sebagai Palinchron akan memanfaatkan ketidaksabaranku, jadi aku tidak bisa mengambil risiko membuat prioritasku salah lagi. Ketika rekan-rekanku mendengar nama Palinchron, mereka bereaksi berbeda-beda.

"Kita tidak bisa membiarkan Palinchron begitu saja. Orang itu memiliki permata sihir Guardian Tida di dalam dirinya."

 

Permata sihir seorang Guardian. Para petinggi Whoseyards sangat ingin mendapatkannya, dan permata itu memiliki kekuatan yang cukup untuk sepadan dengan usaha mereka. Dilihat dari perubahan statistik Palinchron dan Maria, hal itu tidak diragukan lagi. Palinchron sendiri telah mendapatkan kekuatan Guardian. Membayangkan dia melakukan sesuatu di suatu tempat yang tidak dapat kami lihat saja sudah sangat menimbulkan kecemasan.

"Tidak." Jawabku.

 

"Aku yakin itulah yang aku katakan pada diriku sendiri. Kenyataannya, aku mengincarnya untuk membalas dendam kecil-kecilan. Aku tidak bisa membiarkan orang itu tertawa diakhir, jadi aku ingin menyelesaikan masalah dengannya."

Pada Hari Blessed Birth, aku bertarung melawannya dan kalah. Namun kali ini, aku akan mengalahkannya. Aku yakin aku akan melakukannya. Trial yang aku atasi telah membuatku lebih kuat, dan aku belajar banyak dari Alty, Thief of Fire’s Essence, dan Lorwen, Thief of Earth’s Essence. Pelajaran yang mereka ajarkan kepadaku telah menjadi kekuatan baruku.

 

"Aku yakin pada akhirnya kita harus melawannya. Dan untuk pertarungan itu...."

Ditambah lagi, aku mempunyai teman-temanku. Aku tidak harus berjuang sendirian. Aku telah mempelajari pelajaran itu dengan cara yang sulit.

 

"Aku ingin kalian meminjamkanku kekuatan kalian. Aku ingin kalian semua meminjamkan bantuan kalian."

Aku dengan sungguh-sungguh meminta bantuan mereka, paling tidak untuk menghindari kesalahan serupa lagi.

 

"Itu sudah pasti." Kata Lastiara.

 

"Jika kamu ingin melakukannya sendiri, aku pasti akan marah padamu."

 

"Aku juga tidak bisa membiarkan orang itu lolos!" Kata Dia.

 

"Aku akan membuatnya membayar untuk luka itu. Kamu dapat mengandalkanku!"

 

"Izinkan aku menemanimu, Kanami-san." Kata Maria sambil tersenyum damai.

 

"Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi."

 

"Saling mendukung adalah hal yang dilakukan partner, bukan?"

Kata Snow, mengingat janji kemarin.

 

"Lagipula, Palinchron juga musuhku."

 

"Orang itu kelihatannya benar-benar orang jahat." Kata Reaper.

 

"Aku juga akan membantu."

 

"Aku akan melakukannya demi nona." Kata Sera-san pelan.

 

"Aku akan mengikuti perintahmu untuk saat ini."

Setelah menyaksikan mereka mengungkapkan isi hati mereka, kebenarannya akhirnya terasa nyata. Aku akhirnya bisa mengatakannya dengan kepala tegak : di dunia yang sangat besar ini, aku tidak lagi sendirian.

 

"Terima kasih semuanya."

Aku mendapati diriku berkata demikian. Perkataan itu muncul secara alami. Dan kata-kata terima kasih itu mengandung gabungan sentimen. Aku tidak hanya senang mereka ikut serta. Ada emosi yang lebih rumit di dalamnya, dan pada saat yang sama, perasaan yang lebih sederhana juga. Saat itu, seolah-olah mewakili keadaan hatiku saat ini, sinar cahaya mulai menyinari lautan malam. Fajar baru. Kami telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk bernegosiasi dan melakukan persiapan keberangkatan, pagi itu tiba tanpa kami sadari, matahari putih terbit di atas cakrawala dan fajar keemasan menyinari ombak yang kini berkilauan.

 

"Ayo pergi, semuanya!" Kataku, berteriak di fajar itu.

 

"Kita akan langsung menuju daratan utama!"

Jadi aku berlayar, melanjutkan perjalanan baru bersama teman-temanku. Aku akan menjalani hidupku di dunia ini bukan sebagai Siegfried Vizzita, namun sebagai Aikawa Kanami, dan yang bersamaku adalah sekutu yang bisa diandalkan. Aku adalah seorang pemain Game RPG, aku harus menyebutnya sebagai Endgame Party. Living Legend berkelana menuju cakrawala, menggambar garis putih melintasi lautan emas yang bersinar. Tujuan kami : daratan utama. Dan aku merasa petualangan sebenarnya Aikawa Kanami, anak laki-laki yang tersandung ke dunia lain, baru saja dimulai.