Chapter 2 : Beginnings of a Dream

 

Kenangan terlamaku? Mansion tua yang sangat besar dan terpencil itu. Kediaman itu gelap gulita dan debu di mana-mana. Langit-langit selalu menjadi tempat bagi banyak sarang laba-laba, dan berjalan di koridor disertai dengan suara derit yang membuat kalian yakin bahwa lantai di bawah kalian bisa roboh kapan saja. Dan baunya.... Oh, baunya itu. Bau itu berasal dari satwa liar, cukup buruk hingga membuat hidung kalian berkerut. Dinding Mansion telah runtuh di beberapa tempat, dan jika dilihat dari kegelapan, terlihat banyak lumut. Perkebunan yang tidak layak untuk dihuni manusia.

Dari sanalah aku menelusuri asal muasal ceritaku. Untuk beberapa alasan, aku telah menggenggam pedang lurus sepanjang tinggiku, menyeretnya ke mana pun saat aku mondar-mandir di sekitar gedung hari demi hari. Kenapa aku berjalan mondar-mandir seperti itu? Aku tidak dapat mengingatnya. Aku juga tidak tahu rangkaian peristiwa apa yang membawaku ke sana. Itu semua hanyalah kenangan yang sangat jauh. Hanya sedikit yang bisa kuingat, namun meski begitu, aku yakin akan satu hal : Mansion itu adalah rumahku. Aku adalah Lorwen Arrace dari Keluarga Arrace, dan aku memegang pedang di tanganku. Dengan menggunakan pedang itu, aku berlatih setiap hari karena aku pernah mendengar bahwa siapapun yang lahir di Keluarga Bangsawan Arrace selalu mempelajari pedang. Siapa yang memberitahuku hal itu lagi? Aku merasa itu adalah ibuku. Percaya pada tradisi keluarga, aku mengayunkan pedangku berulang kali, hari demi hari, sejak aku masih seorang anak yang tidak berkondisi sehat.

 

Aku mengayunkan pedangku dari pagi hingga larut malam, tanpa pernah istirahat. Di tengah hujan lebat, aku mengayunkannya. Saat angin bertiup kencang, aku mengayunkannya. Di bawah terik matahari, aku mengayunkannya. Dalam cuaca yang sangat dingin, aku mengayunkannya. Pada hari-hari aku menderita demam atau menggigil, aku mengayunkannya. Selalu sendirian, selalu mengayunkan pedangku. Pedang itu adalah segalanya bagiku. Aku tahu jika aku turun gunung, akan ada anak-anak seusiaku yang akan menemaniku. Aku tahu bahwa rumah-rumah mewah yang jauh lebih indah daripada gubuk bobrok ini juga ada di sana. Dan aku sudah tahu, bahkan di usiaku yang masih sangat muda, bahwa semua itu adalah wilayah milik Klan Arrace. Aku juga tahu bahwa aku tidak diperbolehkan menunjukkan diriku kepada anak-anak yang bermain di sana.