Chapter 3 : Day Three of the Firstmoon Allies General Knights Ball
Saat itu pagi hari di hari ketiga Brawl. Reaper telah membantu kami dengan menggunakan Dimension-nya tetap terjaga sepanjang malam, dan sekarang dia berniat untuk tidur, jadi aku terpaksa mengerahkan Dimension menggunakan MP-ku lagi untuk memastikan apa yang terjadi di Valhuura secara keseluruhan. Snow secara aktif mempersiapkan pertandingannya dengan baik, namun Lorwen, tidak begitu banyak. Meskipun aku mengira Liner berada di dekatnya, anehnya keadaan di sekitar mereka sangat sibuk, karena mereka dikelilingi oleh sekelompok orang, mencegah keduanya bergerak. Aku langsung menebak alasannya. Hal itu pasti karena Lorwen telah mengalahkan seorang dengan gelar yang terkuat, Glenn Walker, di Ronde 3 sehari sebelumnya. Berkat itu, banyak yang menantikan Lorwen sebagai yang berikutnya untuk menyandang gelar tersebut. Beberapa dari mereka hanya sekedar penggemar, namun ada pula yang mencoba mengenalkan agenda mereka sendiri. Situasinya hampir sama dengan yang aku hadapi saat pesta malam itu.
Sebagai seorang yang tidak memiliki koneksi apapun, Lorwen tidak mampu mengubah tempat penginapannya, jadi dia tidak bisa mengusir gerombolan orang itu. Bahkan mungkin sudah seperti ini sejak pertandingan kemarin berakhir, yang tentunya menjelaskan mengapa dia tidak melakukan gerakan apapun malam itu.
Lastiara ada di kamar bersamaku.
"Bagaimana perasaanmu, Kanami?"
"Mengerikan. Mual dan sakit kepala membuatku pusing. Otakku berkabut, dan aku mulai tidak mampu lagi memproses apa yang sedang terjadi."
Semakin aku memeriksa tubuhku yang malang, semakin aku merasakan tawa muram datang. Sejujurnya, mataku tidak berfungsi dengan baik. Penglihatanku kabur, seperti berada di bawah air. Aku juga kehilangan keseimbangan, goyah seperti berada di kapal yang terguncang badai. Pada titik ini, aku tidak dapat lagi berharap untuk dapat berpikir jernih. Mencoba bermeditasi hanya akan membuat situasiku semakin buruk.
"Fantastis. Skenario terbaiknya, kamu bahkan tidak bisa berdiri tegak besok."
Aku berada dalam keadaan di mana hanya mendengar suara bernada tinggi dari seorang gadis yang membuatku gelisah. Aku sendiri sadar kalau emosiku naik lebih cepat; aku kehilangan ketenanganku. Ekspresiku berubah masam dan kesal.
"Kanami." Kata Dia, khawatir.
"Apa kamu benar-benar akan baik-baik saja?"
"Terima kasih, Dia. Tapi ini perlu aku lakukan, jadi kamu tidak perlu khawatir. Aku lebih mengkhawatirkan kalian."
Ada sesuatu yang lebih diutamakan daripada kondisi fisikku dalam pikiranku. Hal itu adalah pertandingan hari ini—pertarungan antara Tim Lastiara dan Tim Snow.
Lastiara menepuk dadanya sendiri, penuh percaya diri.
"Kami siap membantumu di sana. Dia dan Serry juga akan bertarung, dan kami sudah menjadi sangat bosan sejak awal. Jika kamu merasa khawatir, kami tidak akan kalah."
"Baiklah."
Namun aku sudah mengetahuinya. Bukan tim Lastiara yang aku khawatirkan.
"Tunggu. Jangan bilang kamu mengkhawatirkan Snow? Maafkan aku, tapi aku tidak bisa bersikap lunak padanya. Bahkan ada kemungkinan aku harus membunuhnya untuk menghentikannya." Lastiara mengerti aku mengkhawatirkan Snow, namun meski begitu, dia tidak berjanji padaku untuk tidak membunuhnya.
"Dengar, dia hanya merasa sedikit terpojok, itu saja. Jika memungkinkan, aku ingin kau setidaknya tidak melukainya terlalu parah. Tolong."
"Astaga, bersikaplah lebih masuk akal. Tapi sejujurnya, itu semua tergantung pada Dia." Lastiara memandang Dia dengan tatapan cemberut.
"Siapa? Aku?!"
"Mari kita lebih berpikir realistis." Kata Lastiara.
"Satu-satunya skenario nyata di mana Snow mati adalah skenario di mana kamu mengamuk. Kamu benar-benar tidak boleh menembakkan sihirmu dengan kekuatan penuh sampai aku bilang kamu boleh."
"Aku tahu, aku tahu! Dalam pertempuran, aku akan mengikuti perintahmu....."
"Bagus. Fakta kalau kamu tenang saat ini sangat membantu."
Aku rasa jika nyawa Dia dipertaruhkan, Lastiara pasti akan mencoba membunuh Snow. Aku belum lama mengenalnya, namun aku tahu apa prioritasnya. Aku adalah satu-satunya dari mereka yang hadir yang benar-benar khawatir tentang Snow. Dan rasanya sangat frustasi karena aku tidak bisa bertarung bersamanya pada saat yang penting.
"Ini momen kritisnya." Lanjut Lastiara.
"Kamu mengakhiri pertandinganmu lebih cepat dari Lorwen, lalu bertemu kembali dengan kami. Kami akan mengalahkan Snow, dan kemudian kami menghancurkan gelangmu selama semifinal, di mana tidak ada yang bisa campur tangan. Baiklah, tim, ayo lakukan ini!"
Dengan itu, Lastiara mengakhiri diskusi. Aku menyerah untuk membujuknya dan mulai berkonsentrasi pada pertandinganku sendiri.
"Ya. Ayo kita akhiri ini."
Kami berpencar dan menuju pertempuran masing-masing. Ronde ke-4 Brawl telah berlangsung.
◆◆◆◆◆
Seorang anggota staf membawaku ke arena, sama seperti hari sebelumnya. Sekarang aku berada di tengah medan pertempuran, menghadapi lawanku untuk pertandingan ini : seorang Ksatria bangsawan. Ksatria itu adalah Elmirahd Siddark. Aku sudah berhasil berjalan sejauh ini, namun hanya dengan berdiri di arena, telingaku tidak berhenti berdenging. Ditambah lagi, penglihatanku berubah dari buram seperti melihat di bawah air menjadi buram seperti melihat dari laut dalam. Aku berada dalam kondisi yang lebih buruk dari yang mengerikan. Sepertinya tubuhku sudah mencapai batasnya pada pertandingan sehari sebelumnya. Kesadaranku masuk dan keluar, seperti aku terjebak dalam mimpi yang menyesakkan. Arena terlihat lebih besar dari sebelumnya, dan sekarang jumlah penontonnya lebih banyak daripada sebelumnya.
Mungkin karena ini adalah perempat final, volume sorakan itu terdengar masih berisik. Arena dipenuhi penonton yang semangatnya masih hidup menantikan pertarungan yang akan segera berlangsung. Namun semua omong kosong itu tidak penting bagiku. Aku tidak punya tenaga untuk peduli. Tubuhku sudah melewati tahap berat pada kakiku; sekarang rasanya seperti kaki itu bukan milikku lagi. Pada titik ini, bahkan hanya memeriksa status umumku membuatku ingin berteriak. Di tengah hiruk pikuk sorakan yang bahkan tidak bisa kudengar, entah bagaimana aku berhasil menangkap suara yang membuat hal itu ditayangkan.
"Tuan-tuan dan nona-nona hadirin sekalian! Inilah dia Lord Elmirahd Siddark! Dia adalah putra tertua dari Keluarga Siddark yang terhormat, Ksatria Tertinggi Akademi Eltraliew, dan ketua Guild yang memimpin banyak elite, Supreme! Dari silsilahnya, prestasinya, keahliannya menggunakan pena dan pedang, hingga penampilannya, dan segala sesuatu di antaranya, dia adalah gambaran kesempurnaan! Ada lebih dari beberapa kecemburan dari semua itu, namun timnya difavoritkan untuk mengikuti turnamen ini, dan mereka telah meraih kemenangan demi kemenangan!"
Ucapan perkenalan itu semakin lama semakin panjang, mungkin karena turnamen hampir berakhir. Meski begitu, tidak ada yang dikatakan pembawa acara itu yang membuatku terganggu. Yang membebani pikiranku hanyalah pertandingan yang dijalani tim Lastiara di area berbeda.
"Tapi itu bukan satu-satunya alasan pertandingannya begitu populer! Lord Siddark telah menaikkan antusiasme Brawl dan beberapa hal lainnya! Caranya memikat penonton dengan mengikrarkan cintanya kepada tunangannya dan mendedikasikan kemenangannya di setiap pertandingan untuk tunangannya itu adalah hal yang dibicarakan banyak orang! Terlebih lagi, aku dengar mereka berdua berpikir untuk menikah di akhir bulan! Dan siapakah yang seharusnya menjadi tunangannya selain keturunan Keluarga Walker, Nona Snow itu?!"
Ketika aku mendengar nama Snow, perhatianku kembali ke pertandinganku sendiri.
"Ini adalah tradisi Brawl, hadirin sekalian—seorang petarung pemberani yang menyatakan cintanya pada wanitanya akan mendapatkan hadiahnya dengan muncul sebagai pemenang! Dan Lord Siddark adalah Ksatria yang baik yang mewujudkan hal itu dengan tepat! Dia menyatakan cintanya pada Nona Snow di setiap pertandingan, dan membangkitkan semangat banyak penonton kami yang luar biasa! Biarkan aku mengatakan ini, hadirin sekalian, sebagai anggota manajemen, kami sangat berterima kasih padanya!"
Siddark-san berjalan mendekati pembawa acara itu sambil mengambil benda mirip mic yang dipegang pembawa acara itu. Kemudian Siddark-san berteriak agar seluruh penonton mendengarnya.
"Di sinilah berdiri Elmirahd dari Keluarga Siddark! Izinkan aku menggunakan kesempatan ini untuk membuat deklarasi kepada semua orang yang hadir!"
Siddark-san mulai mendeklarasikan sesuatu; itu adalah pernyataan cinta yang baru saja disebutkan oleh pembawa acara itu. Untuk beberapa alasan, aku tidak dapat mengikutinya. Aku mendengar semua kata-kata angkuh iyu disebarkan di dalamnya : "Cinta" dan "Takdir" dan "Sumpah" dan "Kemuliaan" dan apapun yang dia miliki. Aku juga tahu kalau pidatonya sangat bermartabat dan terbawa perasaan, seperti ucapan selamat dari beberapa pendeta. Namun, selain itu, semuanya hanyalah kabut. Lalu aku menyadari itu karena aku sangat kesal sehingga aku tidak ingin memahami apa yang dia katakan. Untuk melengkapinya, Siddark-san mengangkat pedangnya.
"Dengan pedang ini, aku bersumpah tidak akan pernah kalah dari siapapun! Aku mendedikasikan setiap kemenanganku untuk Snow tercintaku!"
Apa ini yang dia lakukan selama ini?
Jika iya, maka Snow pasti sudah mendengarnya berulang kali berkat kemampuannya. Dan Snow mungkin sudah mendengar pernyataan serupa bahkan sebelum dimulainya Brawl ini. Pikiran bahwa sumpah inilah yang membuat Snow merasa begitu terpojok membuatku mual. Aku ingat bagaimana Snow tersenyum dengan air mata berlinang di balkon Kastil selama pesta malam itu. Mungkin senyuman menawan yang Snow berikan padaku adalah sesuatu yang baru saja dirinya lakukan setelah menderita sebesar yang aku derita sekarang. Snow terpojok, disudutkan oleh orang-orang di sekitarnya. Dan ketika pikiran itu terlintas di benakku......
Hal itu membuat merasa sangat kesal. Bukan untuk menghindari tanggung jawab, namun sepertinya aku kurang memiliki ketenangan seperti itu saat ini. Kesadaranku jatuh semakin dalam ke dalam lubang gelap yang dalam, seperti seseorang mendorongnya menuruni tangga. Sementara itu, sumpah Elmirahd dan pidato pembawa acara itu terus berlanjut.
"Tapi tunggu dulu, masih ada lagi! Percaya atau tidak, kedua kontestan tersebut sama-sama tunangan dari perempuan yang sama! Kanami-san juga merupakan tunangan dari nona Snow, yang direkomendasikan oleh satu-satunya oleh Glenn Walker-san! Apa yang ada dalam pikirannya sekarang setelah dirinya mendengar sumpah cinta saingannya itu?!"
Semua mata tiba-tiba tertuju padaku, dan mikrofon di tangan pembawa acara itu diarahkan ke arahku. Apa dia menuntutku melakukan hal yang sama? Apa dia menyuruhku untuk menyatakan cintaku dan mendedikasikan kemenanganku untuk Snow? Saat itulah suasana hatiku yang buruk mencapai titik puncaknya dan kata-kata itu keluar dari mulutku.
"Sudah cukup."
Kataku, tidak kepada siapa pun, terlalu pelan untuk didengar siapapun.
"Bagaimana tidak ada di antara kalian yang memahami kalau omong kosong yang memaksa ini telah menyiksa Snow selama terus menerus?"
Bahkan jika apa yang baru saja kukatakan luput dari perhatiannya, pembawa acara itu melangkah mundur, merasakan kemarahanku. Siddark-san melangkah di antara kami.
"Kami tahu itu. Aku tahu itu, begitu pula Keluarga Walker."
Kata Siddark-san, seolah dirinya sudah menyiapkan pernyataannya sebelumnya. Mungkin dia sudah tahu apa yang akan kukatakan sejak awal, jadi dia sebenarnya tidak perlu memahami perkataanku.
"Tetap saja, semuanya setara dengan apa yang ada."
"Setara dengan apa yang ada? Penderitaan Snow itu?"
"Hidup sebagai seorang bangsawan bukanlah hal yang mudah. Tapi Snow menerima adopsinya ke Keluarga Walker karena mengetahui hal itu. Oleh karena itu, sudah sewajarnya dia harus menderita. Aku tidak punya pilihan selain menjalani hari-hariku dengan rasa syukur atas pengabdiannya pada tugasnya sebagai seorang bangsawan."
Kata-katanya begitu tenang, kebalikan dari kata-kataku, dan melekat padaku.
Melihat aku tidak dapat menjawab, Siddark-san melanjutkan.
"Dan hal yang sama berlaku untukku. Sebagai putra tertua Keluarga Siddark, adalah tugasku untuk menghadapi kesulitan apapun yang harus kuhadapi. Jika itu demi klanku, aku akan menempuh jalan apapun, tidak peduli betapa menyakitkannya itu. Aku memiliki tekad itu. Dan jika Keluarga Siddark menginginkannya, aku bahkan akan berusaha menjadi pahlawan." Saat Siddark-san berpidato, dia mengarahkan pedangnya ke arahku. Jelas dia tidak berniat mundur.
"Aku, Elmirahd Siddark, akan menyeret Snow Walker ke dalam pertempuran yang panjang dan menyiksa ini agar klanku bisa berkembang. Dan aku akan melakukannya tanpa ragu atau menyesal."
"Be.... Begitu ya....."
Jawabku lemah. Aku tidak punya tenaga untuk berteriak. Tekadnya terlalu kuat; aku tidak bisa mengimbanginya. Dan aku sama sekali tidak dapat memahami sedikit pun keraguannya terhadap keyakinannya. Segala sesuatu tentang dirinya begitu cerah sehingga aku bahkan tidak bisa melihat langsung ke arahnya.
Sial, orang ini memang menyebalkan.
Aku menghormati kekuatan keinginannya. Aku bahkan memandangnya. Namun saat ini, rasa kejengkelanku menutupi hal itu. Kepalaku sudah mendekati batasnya, dan sekarang semakin memanas, pikiranku terbakar, kesadaranku yang kabur mengasapi. Sensasi yang tidak menyenangkan itu melekat padaku seperti tanah liat, begitu pula rasa sakit dan nyeriku yang tumpul. Pikiranku ada di mana-mana. Anggota tubuhku gemetar. Penglihatanku kabur.
Astaga, ini hal yang menyebalkan.
"Kalau begitu, aku akan mengambil impian dan sumpahmu itu lalu menghancurkannya. Aku akan menghancurkan semuanya..... karena aku tidak menyukaimu."
"Oh?"
Siddark-san tampak senang mendengarnya. Dia begitu tidak terganggu sehingga hal itu menggangguku.
"Kau tidak bisa mengalahkanku bahkan dalam sejuta tahun pun."
"He. Hehehe. Hehehehehe! Gahhahahahahahahahaha!"
Aku tidak tahu apa yang membuatnya tersenyum dan tertawa begitu tiba-tiba. Aku mengerutkan keningku bertanya-tanya, dan dia menjawab.
"Hahaha! Ya! Akhirnya, pahlawan yang dipilih Palinchron menjadi nyata ada di sini!"
Itu dia. Kata yang saat ini paling aku benci untuk mendengarnya. Kata yang begitu menyiksaku beberapa hari terakhir ini. Kata "Pahlawan" itu.
"Sekarang kita sedang berbicara! Sekarang jika aku mengalahkanmu, aku akan menjadi pahlawan itu sendiri!"
Itulah yang membuatku kehilangan sedikit ketenanganku yang tersisa. Aku langsung beraksi dan membalasnya tanpa berpikir.
"Lagi-lagi dengan omong kosong pahlawan itu?! Kau berkata padaku kau juga bermimpi untuk menjadi pahlawan?!"
Seperti yang dia katakan, aku akhirnya menjadi nyata. Hal-hal yang ingin kukatakan keluar dari mulutku secara refleks.
"Tentu saja! Setiap Ksatria yang lahir sebagai bangsawan menginginkannya! Aku akan menjatuhkanmu, menjadi pahlawan, dan mengambil Snow sebagai istriku!"
"Ugh! Itu membuatku kesal! Aku benci omong kosong seperti itu! Aku benar-benar benci hal yang keluar darimu itu, bangsawan bodoh!" Aku melampiaskan amarahku yang terpendam padanya, untuk semua bangsawan.
"Oh, ini untuk klanmu! Oh, ini untuk negaramu! Ini untuk kekayaan atau ketenaran! Hahh, aku sudah muak dengan semua omong kosong itu! Persetan dengan hal itu! Aku tidak peduli dengan semua itu!"
Aku tidak tahan dengan satu hal pun yang buruk mengenai filosofi yang membatasi dan merampas kebebasan orang-orang. Itu adalah hal yang telah mengacaukan semua temanku. Semua itu tentang sesuatu yang sangat bodoh!
"Ada cara lain untuk memiliki kehidupan yang bahagia di luar sana! Kehidupan yang lebih sederhana! Kehidupan yang lebih tenang dan damai! Kenapa kalian para bangsawan tidak bisa melihatnya?! Kenapa kalian semua begitu terobsesi dengan sang pahlawan itu, Elmirahd?!"
Menginginkan kemuliaan tidak akan pernah berdampak apa-apa bagi siapapun, namun tampaknya tak seorang pun memahami hal itu. Aku melampiaskan semua rasa frustrasiku padanya, meskipun aku tahu aku seharusnya mengatakan semua ini pada Lorwen dan Snow. Elmirahd, pada bagiannya, menerima semuanya dengan senyum tenang.
"Kanami, kau itu benar-benar seperti pahlawan dalam dongeng. Tapi tidak semua orang bisa menjalani hidup seperti itu. Setiap orang harus menghadapi keadaan kelahirannya, dan setiap orang memiliki kehidupannya sendiri untuk dijalani."
"Diamlah sial!"
Aku yakin semakin banyak kami berbicara, semakin kuat pula kekuatan Elmirahd sialan ini. Aku menutup percakapan dan tidak memikirkan apapun selain menghancurkan rancangannya hingga menjadi debu.
"Tandai kata-kataku ini! Aku tidak akan membiarkan salah satu dari kalian bangsawan bodoh menikahi Snow!"
Mengambil satu halaman dari buku pedoman Elmirahd, aku bersumpah sendiri.
"Aku harus membuat deklarasiku sendiri! Akulah yang ingin dinikahi Snow Walker! Jika ada orang yang ingin pergi ke pelaminan bersamanya, mereka harus melewatiku dulu! Selama aku memegang pedang ini, tidak ada yang boleh menikahinya!"
Aku dengan kasar mengayunkan Crescent Pectolazri Straight Sword ke sekeliling dan berteriak cukup keras hingga seluruh arena mendengarnya. Sebagai tanggapan, sorak-sorai penonton menjadi berkali-kali lipat lebih keras. Aku merasa sudah berlebihan dan melewati titik yang tidak bisa kembali lagi. Namun aku tidak peduli. Saat ini, aku tidak bisa mengabaikan bangsawan di depan mataku. Aku hanya tidak ingin Snow menderita lagi. Aku tidak bisa memikirkan hal lain. Didorong oleh emosi murni, aku memelototi lawanku. Elmirahd gemetar.
"Jadi seperti inilah dirimu saat berada dalam situasi yang sulit..... energi sihir yang luar biasa! Aura yang mengintimidasi! Sama seperti seorang pahlawan!"
Siddark-san menatapku, pipinya memerah. Ekspresinya membuatku kesal.
"Biarpun kau mengalahkanku, jangan berpikir itu akan menjadikanmu pahlawan! Karena aku bukan pahlawan itu! Bahkan setengahnya!"
Aku sudah mengambil keputusan. Sudah waktunya untuk mencurahkan energiku untuk melakukan pertempuran. Aku melihat menu-nya untuk mengukur kekuatannya.
【STATUS】
NAMA: Elmirahd Siddark
HP: 198/201
MP: 280/299
CLASS: Knight
LEVEL 20
STR 4.79
VIT 2.82
DEX 4.12
AGI 7.29
INT 7.19
MAG 18.10
APT 1.67
INNATE SKILLS: Elemental Magic 1.93
ACQUIRED SKILLS: Magical Combat 1.89, Swordplay 0.89
Kesenjangan di antara kami terlihat jelas."Elmirahd! Kau tidak memiliki peluang melawanku! Kau tidak bisa memenangkan ini!"
"Itu mungkin benar..... aku mungkin bukan tandinganmu! Tapi aku tidak pernah sekalipun bertarung sambil berpikir aku tidak bisa menang! Dan hari ini tidak ada bedanya! Aku akan mengalahkanmu dan menjadi pahlawan! Semua demi Keluarga Siddark!"
Aku meninggalkan percakapan bolak-balik pada saat itu dan mengambil langkah maju. Elmirahd juga mulai berjalan ke depan. Pembawa acara itu menyela dengan bingung dari samping.
"Err, um, apa itu berarti kalian akan bertarung satu lawan satu, mempertaruhkan kehormatan sebagai pahlawan dan hak untuk menikahi nona Snow? Kalian mau memulainy sekarang tanpa aturan yang ditetapkan?"
Tak satu pun dari kami berhenti. Di mata kami, tidak ada siapapun selain musuh. Kami terus menutup jarak di antara kami tanpa sepatah kata pun membalasnya.
"Aku.... Aku akan menganggap itu sebagai jawaban ya dari kedua kontestan! Ronde 4 North Area of the Firstmoon Allies General Knights Ball dimulai!"
Kami menganggap kata-kata itu sebagai isyarat untuk mulai bertarung. Kami berada kurang dari sepuluh meter dari satu sama lain sekarang.
"Ice Phalanx!"
"Spellcast : Wintermension!"
Sebelum kami melakukan kontak, kami masing-masing melepaskan mantra kami sebagai uji coba. Tak perlu dikatakan lagi, Elmirahd telah memilih tindakan balasan terhadap sihirku—item sihir yang dia kenakan hancur, melepaskan mantra es yang tidak bisa diganggu ke arahku. Segudang tiang es terbang ke arahku. Aku tidak punya pilihan selain melihat es-es itu secara langsung dan berlari melewati mereka. Elmirahd jelas merupakan seorang Ksatria yang lebih condong ke sisi penyihir. Karena itu, pertarungan jarak dekat jelas merupakan pilihan terbaik bagiku. Aku menutup jarak dan berada dalam jangkauan pedang darinya. Namun, tepat sebelum ayunan pedangku mengenainya, dia mengucapkan mantra lain.
"Lightning Rain!"
Sihir itu mulai datang dengan kecepatan tinggi, kilatan cahaya muncul di hadapanku. Aku memutar tubuhku untuk menghindari serangan langsung, namun separuh tubuhku terkena setruman itu, dan seluruh tubuhku menjadi mati rasa. Namun itu tidak menjadi masalah. Tidak masalah jika sekarang lebih sulit untuk bergerak. Lagipula, tubuhku hampir tidak bisa bergerak sejak awal. Kemudian terdengar suara bernada tinggi yang memicu sakit kepala saat pedang kami saling mengunci; aku mencoba untuk mengalahkannya dan menjatuhkannya, karena aku memiliki keunggulan dalam hal kekuatan fisik, namun dia dengan cepat memiringkan pedangnya dan mengesampingkan pedangku. Aku tahu dia akan menangkisnya berkat Dimension, namun tubuhku tidak bereaksi. Tubuhku tidak bekerja sama denganku, seperti aku terjebak dalam tar yang sangat lengket. Selain itu, aku telah menghabiskan semua MP yang telah diisi ulang dalam semalam, sehingga Dimension pun lenyap. Aku kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh ke sampingnya.
"Wynd Burst!"
Mantra tanpa mantra lainnya meluncur ke arahku, dan hal itu terjadi dengan cepat. Keunggulan Elmirahd adalah seberapa baik dia mengintegrasikan gaya pedangnya yang fleksibel dengan perapalan mantra berkecepatan tinggi. Semua gerakannya sesuai dengan teori, dan serangannya mengalir satu sama lain dengan sempurna.
"Grah!"
Angin kencang menghempaskanku ke samping. Kejutan seperti itu mungkin akan membuat orang normal tidak bisa menghitungnya, namun pada levelku saat ini, itu bukanlah pukulan yang menentukan. Namun, Hal itu menempatkanku pada jarak optimal baginya untuk menggunakan sihir.
"Aqua Spread!"
Aliran air mengalir di tanah, namun aku langsung berlari ke arahnya seperti sebelumnya, karena satu-satunya kesalahanku adalah mencoba menghindari sihir petir itu. Serangan semacam itu tidak perlu dihindari. Saat mantranya keluar secepat itu, bukan masalah besar jika aku menahannya. Kenaikan levelku telah membuat daya tahanku menjadi tidak manusiawi. Apa yang seharusnya kulakukan hanyalah menerima mantranya dan melanjutkan seranganku sendiri. Bodohnya aku menganggap diriku sebagai manusia normal dan rapuh. Aku melompati serangan air itu dan menutup jarak lagi.
"Flame Arrow!"
Aku menghancurkannya dengan tangan kiriku yang tidak memakai senjata. Aku tidak hanya terbiasa terkena sihir api, namun aku juga memakai Red Talisman di leherku. Api menghanguskan tanganku, namun aku mengabaikannya, mengayunkan pedangku dengan tangan kananku. Elmirahd tidak mengira aku akan menangkis Flame Arrow seperti itu; dia tidak punya pilihan selain memblokir pedangku dengan pedangnya. Dampaknya membuatnya terbuka lebar. Aku menekan keunggulannya, mengayunkan pedangnya berulang-ulang dari atas hingga cengkeramannya perlahan-lahan mengendur. Lalu aku segera melancarkan serangan terakhir dari samping, membuat senjatanya terbang dan melucuti senjata musuh. Aku menusukkan pedangku ke tenggorokannya. Dan, permainan, akan ber—
"Kenapa kaaauuuu!"
Dia membiarkan dirinya terjatuh, dan dalam prosesnya, dia menendang kaki kirinya ke atas. Aku terlalu lambat untuk bereaksi terhadap serangan mendadak itu dan akhirnya menerima tendangannya di lengan kanan.
"Impulse!"
Mantra itu ditembakkan dari kaki kirinya, item sihir yang menempel di pergelangan kakinya hancur, dan sihir getaran itu mengalir ke lengan kananku. Gelombang kejut membawa seluruh energi sihirnya, jadi aku menjatuhkan pedangku juga. Tampaknya cengkeramanku menjadi lebih lemah dari yang kukira, membuatku tidak mampu menahan dampaknya. Aku tahu tubuhku berada pada batasku, namun aku tidak menyangka akan seburuk ini. Meski begitu, aku tidak punya waktu untuk menghilangkan rasa itu dari tanganku. Elmirahd berada tepat di depanku, dan aku tidak punya pilihan selain merespons di arah kanan yang melayang ke arah wajahku. Aku bergeser dan pukulannya mendarat di sisi lengan kiriku. Selanjutnya, tinju kirinya mengarah ke sisi tubuhku. Aku mundur untuk menghindarinya. Elmirahd tidak mencoba meraihku, kemungkinan besar karena kekuatan ototnya tidak tertandingi. Dia jelas berniat bertarung murni melalui pukulan tubuh.
Sedihnya baginya, aku juga tertarik pada beberapa baku hantam. Sulit untuk menembakkan sihir selama pertarungan tinju yang sempit ini, dan jika seseorang mencoba memaksakan mantra, pihak lain dapat menghentikannya dengan meninjunya, katakanlah, perut mereka pada waktu yang tepat. Sekarang Elmirahd tidak memiliki ruang untuk mengeluarkan sihir, aku hampir menang. Namun sejujurnya, lebih dari apapun? Aku hanya ingin memukul bajingan itu. Dan mungkin dia juga merasakan hal yang sama. Jadi kami mulai saling memukul, didorong oleh naluri dasar, tanpa rencana, strategi, trik, atau apapun. Kami berdua mengayunkan tinju kami, ke kiri, lalu ke kanan, lalu ke kiri, lalu ke kanan, pukulan demi pukulan demi pukulan sambil kami berteriak.
"Hahahaha! Aikawa Kanami, sang pahlawan! KANAMIIIIII!"
"Tutup mulutmu, Elmirahd!"
Tinjuku. Lenganku menerima semua hukuman. Mereka sangat terluka. Namun rasa sakit itu disertai sensasi aneh yang menyenangkan, seperti lumpur yang menyumbat tubuhku terhanyut. Tempat ini adalah Brawl, di mana para petarung yang diberkati dan berbakat bertarung habis-habisan. Panggung ini seharusnya menjadi tuan rumah bagi pertarungan pedang dan mantra, bukan pertarungan kasar seperti ini.
Meski begitu, sorak-sorai tidak mereda. Sebaliknya, entah kenapa, malah naik. Hiruk pikuk kerumunan membuat kepalaku sakit, aku dengan lelah mencoba meninju wajah Elmirahd, namun itu tidak berjalan sesuai keinginanku. Tentunya, tubuhku hampir tidak bekerja pada semua silinder, namun statistik STR dan AGI-ku masih jauh melampaui miliknya. Ditambah lagi, aku cukup yakin telah mengalahkannya dalam hal refleks dan penglihatan dinamis. Di sisi lain, pelatihan teknik bela dirinya berarti tekniknya jauh lebih baik daripadaku, jadi kami sebenarnya berimbang.
Aku berpikir untuk mencoba memahami dan meniru gerakannya, seperti yang aku lakukan selama pelatihan Lorwen, namun aku langsung menyerah. Tidak mungkin aku bisa membuat perhitungan seperti itu ketika kekuatan otakku sangat lemah. Pada akhirnya, satu-satunya pilihanku adalah mengandalkan keunggulanku secara keseluruhan. Aku telah memutuskan untuk menghancurkan orang di depanku dengan sepenuh hati dan jiwaku. Yang berarti satu hal. Sudah waktunya untuk Blizzardmension. Aku mencoba menggunakan mantra terkuatku, tanpa mantra seperti biasanya. Aku mengerti kalau aku kekurangan semua hal yang aku perlukan untuk menggunakan sihir itu. Namun untuk beberapa alasan, aku yakin akan mampu melakukan rapalannya.
【STATUS】
HP: 102/316 MP: 0/751
HP: 95/309 MP: 0/751
HP: 89/303 MP: 0/751
Aku belum pernah melihat hal itu terjadi sebelumnya. Max HP seseorang mulai menurun. Namun tubuhku sudah mengerti. Aku memotong kekuatan hidupku untuk menggunakan sihirku. Percikan api beterbangan di dalam sup mendidih di dalam tengkorakku, dan api pun menyala. Aku bisa merasakan sel-sel otakku berdesis, dan aku bisa merasakan kematian di balik lidahku.
Aku berhasil menggunakan Blizzardmension dan mantra itu tergantung di sekitarku dan lawanku. Namun, aku tidak mempunyai pikiran untuk memproses informasi yang diberikan kepadaku dan menghitung langkah terbaik; aku hanya melibatkannya secara refleks. Yang aku lakukan hanyalah membaca bagaimana dia bergerak dan menghindar, lalu memukulnya, menghindar, lalu memukulnya. Aku melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, namun refleks dan ketajaman penglihatanku meningkat puluhan kali lipat. Ini merupakan tambahan dari Blizzardmension yang memperlambatnya. Tidak mengherankan kalau tinjuku saja yang mengenai sasaran. Aku mulai memukuli seluruh tubuhnya—kepala, lengan, dada, perut, di mana pun itu. Saat serangan terkuatku, tinjuku mendarat di dagunya, mengguncang tengkoraknya. Dia akhirnya berlutut sambil mengerang. Yang bisa dia lakukan hanyalah maju perlahan. Saat aku melihat tangannya di tanah, aku menghilangkan sihirku. Dia telah memberikan segalanya, namun dia terjatuh. Melihat menu-nya, aku memastikan dia tidak akan berdiri lagi. Aku telah menang. Elmirahd menatapku. Pemenang benar-benar berdiri di atas yang kalah. Tidak ada keraguan kalau aku baru saja menggagalkan impian dan sumpahnya. Aku siap untuk menimbulkan kebenciannya. Namun sorot matanya tidak berbeda dari sebelumnya.