Chapter 1 : And Then It All Began

 

Di luar kastil, sangat sunyi—kebalikan dari hiruk pikuk yang terjadi di dalam. Suasana di balkon tempat kami beristirahat sama tenangnya; yang terdengar hanyalah desiran angin malam yang dingin. Mungkin karena terlalu lama berada di angin itu, tubuhku sedikit gemetar. Aku melirik sekilas ke bangku balkon, tempat kedua bangsawan bersaudara, perempuan dan laki-laki, berada. Gadis dengan rambut biru cerah dan mata merah jambu seperti bunga sakura adalah Snow Walker. Laki-laki dengan rambut berwarna tembaga dan mata coklat adalah Glenn Walker.

Mereka tidak terlihat mirip, namun mereka bersaudara. Snow sedang duduk dan menundukkan kepalanya, sementara Glenn-san memijat punggung Snow, meminta maaf dan terus meminta maaf. Dan adegan itu adalah apa yang aku tahu adalah adegan yang terjadi di antara saudara kandung. Sama seperti Glenn-san, aku sendiri mencoba memikirkan apa yang bisa aku lakukan untuk Snow. Jelas sekali, aku tidak bisa mengatakan 'Ya' pada lamaran Snow yang terlalu tiba-tiba itu, dan bukan hanya karena menikah sebagai pengaturan yang paling nyaman dan termudah adalah hal yang gila, namun karena aku juga merasakan skema Palinchron di baliknya. Aku yakin orang itu bermaksud untuk membuatku dan Snow menikah. Sikap Snow yang tiba-tiba telah memperjelas hal itu. Namun biar bagaimanapun..... kupikir aku juga tidak bisa terus-terusan menolaknya.

 

Aku tidak ingin membuat pilihan yang salah lagi.

Itulah yang kupikirkan pada diriku sendiri. Aku sudah bersumpah untuk tidak tergelincir seperti sebelumnya. Meski begitu, aku tidak akan menemukan sesuatu yang bisa kulakukan untuknya dengan mudah. Sekalipun itu menghiburnya, satu hal yang aku tahu tidak boleh aku lakukan adalah berbohong. Tidak ada seorang pun yang akhirnya senang menempuh jalan itu. Tidak, aku harus mencari cara lain. Tapi apa itu? Cara apa yang mungkin? Saat itu, Snow tiba-tiba berdiri. Dia sempoyongan sedikit saat dirinya mendekat ke arahku.

 

"Maaf karena aku bersikap aneh, Kanami."

Kata Snow, terdengar sangat menyesal.

 

"Aku sudah tenang sekarang. Aku baik-baik saja."

Dia kembali menjadi Snow yang kukenal. Dia tidak lagi dalam keadaan gelisah seperti beberapa saat sebelumnya atau Snow yang berbicara pada dirinya sendiri sebelumnya. Karena dia sudah kembali normal, aku membalasnya seperti biasanya juga.

 

"Tidak apa-apa, jangan khawatir. Pernikahan yang akan datang itu telah membebanimu sejak lama, bukan? Aku tidak bisa menyalahkanmu karena kehilangan ketenanganmu karena itu."

 

"Ya..... Ya, hahh. Itu ada dalam pikiranku, dan aku..... aku merasakan panasnya. Mereka terus-terusan menyuruhku menikah, berulang-ulang kali, dan sepertinya otakku terbakar, ahahaha." Tawanya terdengar dipaksakan. Dia menjaga penampilannya.

 

"Hahaha..... maafkan aku. Lupakan apa yang baru saja terjadi. Apa yang membuatku begitu panik? Ini tidak akan berjalan baik, tidak peduli seberapa keras aku mencoba."

Dan sekarang, seperti biasanya, Snow menyerah pada apapun. Meskipun dia seperti itu, aku hampir tidak bisa menutup mata terhadapnya. Bagaimanapun, bukan berarti aku menyuruhnya untuk meninggalkan semua harapan.

 

"Tidak perlu menjadi begitu lemah, Snow. Sudah kubilang aku akan membantumu, bukan? Jika seseorang mencoba memaksakan sesuatu padamu, datang saja padaku. Aku akan memikirkan sesuatu, aku bersumpah. Aku akan melakukan sesuatu!"

 

Ada jeda untuk itu.

"Oke. Terima kasih." Jawab Snow dengan sangat singkat.

 

Jelas sekali, Snow tidak bersyukur. Tidak juga. Dia hanya memberitahuku kalau itu bukanlah kata-kata yang dia ingin aku keluarkan dari mulutku. Dia berjalan ke arahku, menggenggam tanganku, dan menatapku dengan senyum yang tidak pantas di wajahnya.

"Jadi, umm, Kanami. Hanya..... untuk saat ini. Untuk saat ini, hanya itu yang aku tanyakan..... ingatlah kalau jalan itu memang ada, oke? Hanya itu yang aku butuhkan..... tolong?"

 

Jalan itu. Dengan kata lain, kami akan menikah.

"Uh, ya, tentu saja.... aku tidak keberatan hanya mengingatnya saja."

 

Ketika Snow melihatku mengangguk, dia tersenyum, lega. Lalu Glenn-san yang memperhatikan dari jauh, mendekat.

"Jadi kalian sudah berbaikan ya? Semuanya baik-baik saja lagi?"

 

"Ya, Glenn-san. Tidak apa-apa sekarang."

Kami berdua mengangguk.

 

"Fiuh, itu melegakan. Aku sungguh senang mendengarnya.... sekarang, uh, aku benar-benar minta maaf, tapi aku harus kembali ke acara itu. Snow-san, apa kau baik-baik saja sekarang?"

Sepertinya, Glenn gelisah karena dia mengira kami bertengkar karena dirinya.

 

"Tidak masalah." Kata Snow.

 

"Aku minta maaf karena menahanmu saat kamu begitu sibuk."

 

"Tidak, akulah yang seharusnya meminta maaf, Snow-san..... kalau begitu, sampai jumpa lagi nanti."

Dengan itu, Glenn kembali ke dalam aula besar kastil. Aku tahu bahkan dari balkon kalau orang-orang mulai mengerumuninya dengan segera. Dan jumlah orangnya berkali-kali lipat dari jumlah yang harus aku tangani sebelumnya. Tampaknya ketika kalian adalah seorang pahlawan yang dianggap sebagai "Penjelajah terkuat", banyak orang bodoh yang keluar dari untuk bersantai di tempat-tempat seperti ini.

 

"Huaa. Dia benar-benar sibuk."

 

"Kamu lihat seperti apa dia, tapi kelima negara masih membanggakannya sebagai pahlawan. Ke mana pun dia pergi, dia selalu seperti itu."

 

"Ke mana pun dia pergi, ya? Kedengarannya menyulitkan."

 

"Ya. Ini juga sulit bagiku. Sangat menyulitkan."

Dari suaranya, Snow bersungguh-sungguh.

 

Mengira Snow masih kelelahan, aku bertanya kepadanya, "Snow. Apa yang ingin kamu lakukan? Mau pulang hari ini?"

 

"Tentu."

Begitu saja, kami memutuskan untuk meninggalkan acara itu. Memang benar Snow sedang tidak enak badan. Kami hanya menundukkan kepala dan melepaskan diri. Aku menggandeng tangannya, dan bersama-sama kami kembali ke aula besar. Kami menggunakan Glenn-san sebagai umpan (walaupun rasanya buruk jika dikatakan seperti itu) untuk melakukan pelarian kami, dan aku menggunakan Dimension : Calculash untuk menghindari semua tatapan para bangsawan yang mengoceh saat kami berjalan menuju pintu keluar. Kami begitu dekat dengan dengan kebebasan kami ketika seorang gadis asing berbicara kepadaku.

 

"Tunggu, apa itu kau, tuan? Wah, sudah lama tidak bertemu!"

Dia adalah seorang gadis yang tampak ceria dengan rambut pendek. Saat gadis itu menggunakan nada sopan, dia menggunakannya dengan cara setengah-setengah yang tidak sesuai dengan kesopanan yang ada di acara sebelumnya. Dia melambai padaku dari jarak agak jauh. Aku bingung. Aku lebih suka mengabaikannya, namun yang aku tahu, dia adalah anggota eselon tertinggi di kelas atas. Aku tidak punya pilihan selain menghentikan langkahku dan mengalihkan pandanganku padanya. Saat itu, yang lainnya angkat bicara. Suaranya terdengar rendah dan berpengalaman.

 

"Hmm..... apa kau Siegfried Vizzita?"

Berbeda dengan gadis pertama, perempuan yang ini sangat tinggi. Dan suaranya anehnya dalam, persis seperti suara laki-laki. Terlebih lagi, dia lebih tinggi dariku, dan wajahnya cukup bermartabat, sampai-sampai dia terlihat seperti seorang pemuda tampan. Perempuan itu menata rambut panjangnya berwarna coklat kastanye dengan kuncir kuda. Dihadapkan pada dua karakter yang berbeda ini, aku langsung merasakan kalau mereka berdua jauh dari kata biasa. Aku bisa mengetahuinya hanya dari cara mereka membawa diri mereka. Mereka bergerak tanpa suara, tanpa ada gerakan yang sia-sia. Itu adalah gaya berjalan yang dibutuhkan untuk bertempur. Dan dalam hal ini, gadis berambut pendek itu mengingatkanku pada Lorwen.

 

Aku langsung melihat statistik dari dua petarung kuat itu dengan melihat menu-ku.

【STATUS】

NAMA: Pelsiona Quaygar

HP: 430/434

MP: 105/105

CLASS: Knight

LEVEL 27

STR 10.99

VIT 9.73

DEX 8.55

AGI 10.09

INT 9.32

MAG 6.56

APT 1.56

INNATE SKILLS: None

ACQUIRED SKILLS: Swordplay 1.89, Holy Magic 1.95


【STATUS】

NAMA: Ragne Kyquora

HP: 158/161

MP: 36/36

CLASS: Knight

LEVEL 17

STR 3.40

VIT 4.42

DEX 12.05

AGI 6.62

INT 7.52

MAG 1.62

APT 1.12

INNATE SKILLS: Magic Power Manipulation 2.12

ACQUIRED SKILLS: Swordplay 0.57, Holy Magic 1.02


Gadis berambut pendek adalah Ragne Kyquora, dan perempuan yang jangkung adalah Pelsiona Quaygar. Menu mereka memberitahuku kalau mereka adalah Ksatria, yang diperkuat dengan pakaian formal mereka. Dan mereka berdua memiliki kehebatan yang luar biasa. Dalam kasus Ragne Kyquora, dia memiliki keterampilan yang menurut Lorwen membutuhkan waktu seumur hidup untuk mempelajarinya—Magic Power Manipulation. Hal itu semakin menjadi alasan untuk mengabaikan mereka dan segera pulang. Aku ingin sekali berpura-pura tidak mendengarnya dan segera pergi dari sana. Namun aku belum punya keberanian untuk mengabaikan Ksatria terkenal seperti itu.

"Maaf, menurutku kalian salah mengira aku adalah orang lain. Itu bukan namaku, tahu."

 

"Eh, apa?" Kata Ragne Kyquora.

 

"Bagaimana kami bisa bingung membedakan Sieg-san dengan orang lain? Setelah kamu memberi kami pukulan sepihak itu, itulah tingkatan kami saat melihatmu saat itu. Kamu mengejutkan kami saat itu, tapi kami tidak akan kalah lain kali, oke?"

 

"Sudah kubilang, kau salah—"

Ragne mendekat; Aku menggunakan tanganku untuk membentuk dinding di antara kami berdua dan mundur.

 

"Hmm."

Melihat itu, Pelsiona Quaygar mengangguk seolah mengatakan dirinya yakin sebelum meraih bagian belakang kerah rekannya dan menariknya.

 

"Itu benar. Kita harus menganggap ini sebagai kasus kesalahan identitas." Katanya.

 

"Ragne, seperti yang dikatakan dia ini. Status orang lain itu sebagai penjahat telah ditentukan melalui kesepakatan yang dibuat antara Whoseyards dan Laoravia. Akibatnya, orang ini adalah entitas yang terpisah dari bajingan itu."

 

"Tunggu, apa itu benar? Tidak ada yang memberitahuku apapun."

 

"Lidahmu terlalu longgar, dan urutan kekuasaanmu rendah. Karena itu, kamu tidak diberi semua detailnya."

 

"Se..... Seriusan?"

Tampaknya "Sieg" yang terus kudengar ini bahkan memiliki tuntutan pidana. Bukan itu yang ingin kudengar, dan timmingnya juga buruk. Kedua perempuan itu memperkenalkan diri dengan ekspresi cemberut yang serasi.

 

"Aikawa-san, pahlawan pemberani Laoravia, aku minta maaf atas ketidaksopanan bawahanku. Aku adalah Ksatria peringkat nomor satu di antara Seven Celestial Knight, Pelsiona Quaygar. Suatu kehormatan bertemu denganmu."

 

"Aku Ragne Kyquora, salah satu Seven Celestial Knight juga. Berkat keadaan, aku berada di peringkat ketiga sekarang."

 

Jika mereka berdua memperkenalkan diri mereka dengan sopan, aku tidak punya pilihan selain mengikutinya.

"Aku Aikawa Kanami, ketua Guildmaster yang berafiliasi dengan pemerintah Laoravia, Epic Seeker. Dia adalah salah satu submasterku, Snow Walker. Tapu, kami sedang terburu-buru, jadi izinkan kami untuk—"

 

"Kami kembali! Halo, Ketua Ksatria!"

Aku disela oleh gadis lain. Gadis itu memiliki aura kelas atas, bahkan di tengah tamu-tamu lain di acara itu. Dia memiliki kuncir pirang yang sangat mencolok, dan gaun mewahnya dihiasi dengan sulaman emas dan perak.

 

"Waktu yang tepat." Kata Pelsiona.

 

"Aku akan memperkenalkan mereka juga. Mereka adalah anggota terbaru dari Seven Celestial Knight, Franrühle Hellvilleshine, peringkat keenam, dan Liner Hellvilleshine, peringkat ketujuh."

 

Mata gadis berkuncir itu bertemu dengan mataku.

"Heeh? Sieg..... Sieg-sama?"

Katanya, pupil matanya mengecil dan mulutnya menganga. Di belakangnya, seorang anak laki-laki berpakaian kepala pelayan juga tampak tercengang. Namun sifatnya berbeda dari keheranannya; dia menunjukkan kebencian yang menyengat. Aku mengambil sikap bertahan ringan saat menggunakan Analyze.

 

【STATUS】

NAME: Liner Hellvilleshine

HP: 142/172

MP: 23/50

CLASS: Knight

LEVEL 12

STR 6.12

VIT 4.52

DEX 5.01

AGI 6.92

INT 6.53

MAG 3.88

APT 1.89

INNATE SKILLS: Wind Magic 1.12

ACQUIRED SKILLS: Swordplay 1.23, Holy Magic 1.02


Laki-laki ini memiliki cukup banyak bakat, namun dia bukanlah seseorang yang perlu aku waspadai. Atau setidaknya, menurutku itu aman untuk diasumsikan. Saat aku selesai melihat menu-nya, rasa permusuhannya telah hilang seperti kabut. Ekspresinya kosong sekarang, dan dia menunggu di belakang gadis itu. AKu melonggarkan pendirianku sendiri sebagai tanggapan.