Bonus Short Stories

 

MENARGETKAN PUNCAK AKADEMI, BAGIAN 4

 

Yang membuatku kecewa, Karamia Arrace, seorang gadis yang egois, telah memanggilku.

"Aku tidak tahu apa kau punya hal bagus dari Kepala Sekolah, atau siapa kau, tapi mohon menahan diri dari perilaku apapun yang mungkin membuat ruang pembelajaran ini menjadi kacau. Kau adalah alasan bodoh lahirnya sistem 'Elt-Order' ini, jadi kami sangat marah kepadamu di saat-saat terbaik."

 

Sepertinya Karamia punya masalah denganku. Dan karena aku secara aktif mencari seseorang untuk berduel denganku, aku menjawab dengan sangat, sangat pelan.

"Terimalah permintaan maafku, tapi tidak seperti kalian para siswa bangsawan, hasil dari duel ini mempengaruhi  hidup atau matiku. Aku memintamu untuk mengasihaniku. Kau dapat menganggapku sebagai hewan peliharaan Kepala Sekolah jika kau mau, tapi kenyataannya, aku termasuk dalam kasta siswa yang paling rendah. Aku bahkan tidak yakin kalau aku bisa mendapat makan, apalagi membeli buku pelajaran. Aku sangat ingin memberi kesan kepadamu kalau duel ini adalah sesuatu yang tidak dapat aku lepaskan."

 

Aku hanya ingin melewati rintangan ini. Hanya itu saja.

"Kau tidak bisa melepas duel ini, maksudmu?" Dia bertanya dengan kesal.

 

Sesuatu yang kukatakan telah membuatnya salah paham. Astaga.

"Kalau begitu, akulah yang akan membantumu berduel."

 

"Hah? Ah, tidak, tidak perlu."

 

"Oh, aku bersikeras loh. Karena kau memintanya dariku, kau tidak punya pilihan lain." Katanya sambil tersenyum riang. Dia tidak berniat melepaskanku.

 

"Itu.... tidak perlu, sungguh. Terima kasih, tapi izinkan aku menolaknya. Bagaimanpun, aku bukanlah tandinganmu!"

 

"Feh. Maka mau bagaimana lagi. Kami tidak punya banyak waktu di dunia ini. Demi menjaga perdamaian di sekolah ini, kupikir aku akan mengakhiri ini di sini. Jika satu atau dua lenganku patah, mungkin kau akan belajar sedikit sopan santun."

 

"Maaf?"

Yang mengkhawatirkan, pembicaraan telah berubah menjadi kekerasan. Aku mengamati sekelilingku. Tidak ada siswa yang turun tangan untuk menghentikannya, dan tentu saja tidak. Perempuan ini sendiri berada dalam posisi di mana dirinya seharusnya menjadi pihak yang turun tangan ketika hal semacam ini terjadi. Jika ingatanku benar, perempuan ini adalah ketua OSIS—penegak ketertiban umum.

 

Liner menggemeretakkan giginya. Annius melihat ke atas dan berkata, "Uh-oh."

Reaksi semua orang memberitahuku kalau di lembaga ini, tirani pada tingkat ini ditoleransi selama pelakunya adalah perempuan bernama Karamia ini. Dan sungguh, aku bisa berharap tidak kurang dari seorang bangsawan di antara para bangsawan, atau dari Akademi ini di mana kedudukan sosial adalah segalanya dan tujuan segalanya.

 

"Waktunya untuk memberi pelajaran."

Lengan Karamia merentang ke arahku. Menanggapi bahaya yang akan terjadi, Dimension diaktifkan dengan cepat. Meskipun dia mendekatiku tanpa tergesa-gesa, telapak tangannya terasa sangat besar bagiku. Tak perlu dikatakan lagi, dari luar, itu tampak seperti tangan lembut seorang pelayan muda yang belum pernah melihat pertempuran, namun pemandangan menuku memberitahuku kalau ototnya jauh lebih kuat daripada rata-rata laki-laki dewasa. Tidak ada bedanya dengan dianiaya oleh gorila.

 

"Grah!"

Satu-satunya kekuatan yang menyelamatkan siswa bernama Aikawa Kanami adalah Dimensional Magic-nya. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan kalau hanya itu yang aku punya. Sederhananya, aku memiliki mata yang tajam. Itulah kenapa aku bisa bereaksi terhadap serangan tiba-tiba Karamia dan melacaknya dengan mataku. Untuk menghindari lengannya yang masuk, aku mengambil satu langkah ke samping. Melihat itu, dia mengerutkan keningnya dan melangkah maju. Untuk melindungi lenganku, aku menurunkan tangan dominanku ke belakang. Sebagai tanggapan, lengan Karamia mendatangiku dengan kelenturan ular dan kecepatan elang, yang semuanya aku lihat melalui Dimension. Aku mencoba menepis lengan itu. Tentunya, Karamia mencoba menepis lenganku sehingga aku tidak bisa menepis lengannya. Mengira kalau akan buruk jika aku membiarkan ini terjadi, aku kemudian bergeser ke tempatku berdiri. Dia menyelipkan kakinya ke tanah, menggeser pijakannya sendiri untuk mengejar.

 

Pada titik tertentu, ekspresinya telah berubah total, tersenyum dengan sensasi pertempuran. Pertarungan itu hening namun berkecepatan tinggi. Pertempuran itu telah berubah menjadi seni bela diri memberi dan menerima. Melihat Karamia dan aku melakukannya, para siswa di lorong terbelalak. Namun jika ada satu masalah kecil.....

"Ah!" Aku mencicit dengan menyedihkan.

 

Masalahnya adalah aku hanya Level 1 dan dia Level 20. Aku bisa melihat gerakannya datang, namun tubuhku tidak cukup cepat untuk bereaksi. Aku tersandung dan kehilangan keseimbangan.

"Heeh?" Kata Karamia.

 

Karena bolak-balik yang singkat itu, dia mulai berpikir kalau aku adalah lawan yang bisa mengimbanginya;  dia tidak mungkin melihat masalahku yang tiba-tiba datang. Aku kurang beruntung; Aku berada dalam posisi di mana aku bahkan tidak bisa berbuat apapun. Dan apa yang akan terjadi jika Karamia terjatuh ke lantai bersamaku. Kami terlalu terikat. Dan di mana tanganku? Mereka ada di lingkar dada kecilnya. Itu sangat khas sehingga pada awalnya, aku mengira aku telah menyentuh lantai, jadi aku terlambat untuk melepaskan tanganku darinya.

 

"Ap.... Apa yang, hei, aku, apa?!"

Wajahnya memerah. Tidak, itu lebih buruk dari itu. Pembuluh darahnya terlihat begitu keras hingga berubah warna menjadi ungu. Sekarang ini adalah kabar buruk. Apa yang tadinya berupa telapak tangan kini menjadi kepalan tangan. Dan energi sihir di tubuhnya kini menyelimuti seluruh koridor. Namun kabar buruknya tidak berakhir di situ.

 

Karena pada hari itu, lorong tersebut meledak.

 

◆◆◆◆◆

 

"Aku akan membuat orang bodoh ini berduel nanti! Yakinlah itu, aku pasti akan melakukannya! Jadi tolong, mundurlah sekarang, Nona Ketua! Lihat bagaimana semua orang memandangmu!"

Begitulah cara Annius meyakinkan Karamia untuk meninggalkan tubuhku yang babak belur untuk saat ini, setelah dia turun tangan untuk menyelamatkanku. Sekarang aku terbaring di tempat tidur di rumah sakit, menyesali kenyataan kalau Annius telah mengambil kebebasan untuk membuat janji itu untukku.

 

Aku juga tidak bisa memenangkan duel nanti. Dan jika aku mati, itu tanggung jawabmu, Annius.

Setelah aku memberitahunya sebanyak itu—

 

"Hm? Aku pikir kamu akan mengatasinya, kan?"

 

"Jika aku bisa, aku tidak akan menolak tawarannya."

 

"Bagaimana dengan benda yang ada di sakumu itu?"

Annius menunjuk ke tengah tempat tidur. Hanya itu yang kumiliki—barang yang kubuat di kelas sebelumnya.

 

"Jika kamu bertanya kepadaku, semua orang meremehkanmu dalam lebih dari satu cara. Kamu mungkin Level 1, tapi jika kamu menggunakan aturan duel formal, aku pikir kamu bisa membuatnya berhasil."

Dengan kata lain, dia memberitahuku kaalu semuanya bergantung pada kondisi duel. Sepertinya dia berpikir seperti itu, mengingat keahliannya dalam mengumpulkan informasi.

 

Annius tersenyum nakal. "Bukankah seorang Level Satu yang menjatuhkan [ ] yang lebih tinggi terdengar seperti ledakan?"

 

Seringainya memberitahuku kalau aku bisa mengandalkan bantuannya. Dan aku berasumsi Liner juga akan membantu; Liner mengomel diam-diam dari jarak dekat ketika Karamia menyerangku.

Aku menghela napasku. "Sepertinya aku memang harus menyelesaikan dan melakukannya."

 

Duelku berikutnya akan melewatkan banyak orang. Aku akan melawan gadis yang menduduki peringkat ketiga. Namun aku memang punya harapan untuk menang. Aku mengeluarkan cincin sihir dan tersenyum tipis. Annius dan Liner juga tersenyum. Demikianlah jalanku sebagai pengguna item sihir terbentang di hadapanku. Tanpa kusadari kalau aku menaikkan levelku saja, semuanya akan berakhir dalam waktu singkat, kisah ini membawaku ke jalan yang berbeda. Aku juga tidak menyadari kalau segalanya akan menjadi gila jika aku mengalahkan Karamia, jadi aku terus mencoba meraih Elt-Order.

 

WILL LINKAR DAN SNOW WALKER

 

Suatu hari, di Aliansi, sekelompok penjelajah sedang melakukan pemeriksaan terakhir mereka sebelum pintu masuk Dungeon di negara Viaysia.

 

"Baiklah semuanya." Kata Will Linkar, pemuda jangkung yang berjalan di depan.

 

"Bagaimana kalau kita melanjutkan? Hari ini, Guild kita, Epic Seeker kita ini, akan menulis halaman baru dalam sejarah Aliansi. Mari kita bersemangat dan bersiap untuk berangkat. Apa aku benar, Snowy?" Dia bertanya padaku, ahli strategi kelompok itu.

 

"Uh, ya. Ah, tapi jangan lupa ini rencanaku. Jangan mencampur adukkannya."

 

"Ya, aku tahu. Kami tahu semua upaya yang kau lakukan dalam rencana hari ini. Dan aku harap kalian berdua tahu betapa besarnya bantuan yang kalian berikan kepada kami."

 

"Tentu saja begitu. Kami ini dari Klan Walker." Jawabku dengan sombong kepada ketua Guild Epic Seeker.

Yup. Dia adalah Guildmaster dan aku adalah anggotanya. Oleh karena itu, perbedaan usia sangat signifikan, dan tinggi badan kami cukup berbeda dibandingkan orang dewasa dan anak-anak. Meski begitu, kesombonganku tak tergoyahkan, dan aku berusaha bersaing dengan sang Master dari Guild, yang dikenal luas sebagai yang terkuat, sebagai "Pahlawan", karena namanya.

 

"Snowy...." Kata kakakku, Glenn Walker, yang berjalan di belakang kami, dengan nada khawatir.

Kehebatannya sebagai pengintai adalah yang nomor satu di Aliansi bahkan di usia yang begitu muda, namun dia masih belum menunjukkan tanda-tanda mendapatkan kepercayaan diri yang besar. Hari ini adalah hari di mana dia menggigil dalam sepatu botnya dan bersembunyi di belakang adiknya yang lebih kecil darinya.

 

"Kamu juga anggota Keluarga Walker, Glenn. Tunjukkan keberanianmu. Jika tidak, kamu hanya akan membahayakan Party ini."

 

"Ack, maaf."

Tidaklah berlebihan untuk mengatakan kalau keberhasilan penjelajahan Dungeon bergantung pada pengintai, jadi menjadikan orang yang pemalu sebagai pengintai hal yang sangat menyusahkan. Terlebih lagi karena penjelajahan ini, kegagalan tidak akan ditoleransi.

 

Hari ini, Epic Seeker bertujuan untuk mencapai Dungeon yang belum pernah dilalui manusia sebelumnya. Anggota Party tersebut termasuk "Pahlawan Terkuat", Will, serta Submaster Guild dan juga sekelompok penjelajah Elit. Glenn dan aku, sementara itu, berada di Party sebagai pemula yang dibicarakan semua orang.

Sayangnya, salah satu Submaster tidak hadir. Tampaknya hanya jadwal Palinchron-san yang bertentangan. Lagi pula, kemampuan orang itu tidak cocok untuk bertarung. Menyimpulkan kalau hal itu tidak akan terlalu menghambat rencana tersebut, aku memutuskan untuk melanjutkannya.

 

"Snowy, Glenny, kita akan masuk."

Obrolan terakhir telah selesai. Akhirnya, kelompok Epic Seeker berkelana ke Dungeon.

 

"Ya, Guildmaster. Kamu tentu saja tidak perlu mengkhawatirkanku. Justru sebaliknya, karena aku berencana untuk menunjukkan kepadamu seberapa besar kontribusiku dibandingkanmu. Hehehe! Aku akan menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki di bagian Dungeon yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya!"

Aku tidak sanggup untuk kalah. Singkatnya. Itu semua demi tanah airku yang telah hilang—tidak, itu demi keluargaku yang dibantai. Jika aku tidak menjadi yang teratas dalam menghadapi "Pahlawan" bernama Will Linkar ini, aku akan kehilangan tujuanku dilahirkan, bersama dengan hal lainnya. Hal itu harus lakukan atau mati!

 

Will-san memandang dengan mata ramah.

"Haha. Aku berharap banyak darimu, Snowy. Dan biarkan aku mengatakan ini, kalai itu tidak bohong. Aku percaya dari lubuk hatiku yang terdalam kalau kalian berdua bersaudara jenius dari Klan Walker akan menjadi pahlawan sejati suatu hari nanti."

 

"Pahlawan sejati? Bagaimanapun, kamu tidak akan bisa berpura-pura tidak khawatir terlalu lama! Aku berencana mendapat gelar 'Yang Terkuat' dan 'Pahlawan' akan menjadi milikku dalam waktu dekat, jadi berhati-hatilah!"

 

"Kau sangat bisa diandalkan, Snowy. Aku sungguh-sungguh untuk itu. Sekarang aku harus melakukan yang terbaik juga, haha."

Will-san tersenyum tipis sambil berjalan sendirian menuju kegelapan Dungeon. Keyakinannya yang melimpah membuatku cemberut; Aku mengikutinya masuk, dan Glenn mengikutiku, teman dan sekutu kami di Epic Seeker di belakangnya. Melihat ke belakang, aku merasa kalau itu adalah segalanya bagi Guild.

 

Jadi kami maju melalui Dungeon. Ada Will-san, yang "Terkuat", dan di sanalah aku, keturunan Dragonkin. Selain itu, kami memiliki Glenn, pengintai terbaik di Aliansi, serta anggota Guild yang, pada saat itu, diyakini sebagai yang terkuat yang pernah ada. Tidak ada apapun di Dungeon yang bisa menghentikan kami. Baik atau buruk—Tidak, pasti lebih buruk, kami mencapainya : Lantai 20, tempat Thief of Darkness’s Essence, Tida, menunggu.

Saat melihat monster yang muncul dalam kegelapan—monster terkuat dalam sejarah—Kami semua terengah-engah. Bahkan Will-san, yang dibanggakan di seluruh benua karena tidak memiliki saingan, berkeringat dingin. Pada saat itu, apa yang terlintas di kepala kami sangat berbeda. Yang aku pikirkan hanyalah bagaimana cara mengalahkan monster bayangan di depan mataku, sampai Will-san muncul didepanku. Sementara itu, Will-san berpikir dia harus menyelamatkan setidaknya aku.

 

Aku tidak ingin memikirkan hasil dari "Pertempuran" itu. Karena pada hari itu, semua orang kecuali aku dan kakakku mati. Saat itulah Guardian Lantai 20 menjadi terkenal, sebuah legenda kalau para penjelajah Dungeon akan berbagi rumor di antara mereka sendiri selama bertahun-tahun yang akan datang. Dan saat itulah aku mengetahui kalau apa yang disebut pahlawan "Sejati" sebenarnya tidak ada.

Setelah itu, "Pahlawan" diciptakan secara buatan, dan Snow Walker serta Glenn Walker akan mengalami penderitaan yang sama seperti Will-san.

 

Itu adalah kenanganku. Kenanganku yang menjijikkan dan sangat menjijikkan. Itu adalah kali kedua dari tiga kali aku gagal. Kenangan yang kubuat saat aku masih muda. Kenangan yang aku harap bisa aku lupakan.

Karena itulah aku menyerah. Aku berkata pada diriku sendiri kalau "Pahlawan Sejati" yang bisa mengalahkan monster mengerikan itu tidak bisa ditemukan di mana pun. Dan kemudian aku berpapasan dengannya. Orang yang, beberapa tahun kemudian, berhasil mengalahkannya. Anak laki-laki itu begitu kuat dan baik hati, dia seperti keluar dari halaman buku cerita.

 

Itu sebabnya aku.....

Aku.....

 

DUEL PALINCHRON DAN HINE

 

Untuk membiarkan pelayan muda itu melarikan diri, aku turun dari punggung Sera, mengetahui kalau perpisahan ini mungkin akan menjadi yang terakhir bagi kami. Dan karena akulah yang mengatakan kalau ini akan menjadi akhir, aku meyakinkan diriku sendiri kalau memang itulah yang terjadi. Aku tidak akan pernah lagi melihat gadis itu. Namun aku masih belum bisa menemukan dalam diriku untuk mengatakan kepadanya kalau aku mencintainya. Tidak ada waktu yang lebih baik untuk mengomunikasikan perasaan yang sudah lama aku simpan di dalam diriku. Namun, karena aku melewatkan kesempatan untuk memberitahunya, aku sadar akan apa yang sebenarnya aku ini, Hine Hellvilleshine, rasakan terhadap Lastiara Whoseyards.

Ya, aku memang mencintainya dalam arti romantis. Tidak ada keraguan tentang hal itu. Namun lebih dari itu, aku mencintainya seperti seorang ayah mencintai putrinya. Bagaimanapun, saat aku bertemu dengannya, pada dasarnya dia masih bayi. Betapapun dekatnya usianya denganku, aku tahu seperti apa dia saat hatinya bersih dan polos, jadi siapa yang bisa menyalahkanku atas hal itu? Baru sekarang setelah aku membesarkannya, mengamankan pelariannya, dan mempercayakan sisanya padanya, aku akhirnya menyadari dua jenis cintaku yang berbeda untuknya. Dan aliran cinta kembar itu membuat segalanya lebih mudah untuk memberikan hidupku untuknya seperti ini. Dia adalah cinta pertamaku, putriku, dan sekaligus majikanku. Untuk nonaku, Lastiara, aku akan bertarung dan bertarung dan bertarung dan terus bertarung.

 

"Haha. Hahaha."

Di sana aku berada di jalan setapak di kota di pinggiran Vart, sambil tertawa. Aku baru menyadari kalau cinta pertamaku adalah apa yang mereka sebut sebagai tragedi cinta. Aku akan mati di sini, tanpa pernah mengaku itu, tanpa perasaanku sampai padanya. Namun senyum tipis di wajahku tidak kunjung hilang. Tragedi cinta ini sama sekali tidak menyedihkan. Faktanya, hatiku menari-nari.

 

Dengan sensasi aneh di hatiku, aku mengamati sekelilingku. "Sekarang, kurasa aku akan menghancurkan kelompok musuh di sekitarku."

Kavaleri yang mengejarku akan segera mendekat. Mereka mungkin adalah prajurit Vart yang telah diatur oleh Palinchron. Potongan yang dia tempatkan di papan permainan. Dan masing-masing dari mereka adalah yang terbaik. Karena tubuhku berada di ujung tali, aku tidak akan bisa mengalahkan mereka dengan mudah. Aku mengenal diriku dengan baik. Aku tahu kalau aku sedang berada di ambang kematian.

 

Sehari sebelumnya, aku harus melarikan diri dari kejaran Kepala dan Wakil Kepala, dan hari ini aku telah melawan lebih dari seratus Ksatria sebelum melawan setengah dari Seven Celestial Knight. Terlebih lagi, aku mendapat luka di sisi tubuhku akibat serangan mendadak. Aku kuat, namun aku sudah melewati batasku. Namun entah kenapa, kekuatan mengalir jauh di dalam diriku. Aku tidak tahu dari mana aliran kekuatan itu datang. Mungkin itu keduanya. Yang aku tahu pasti adalah aku masih bisa bertarung.

"Sehr....."

 

Para penunggang kuda itu sedang mengejarku sekarang. Aku membuat mantraku. Merasa ngeri melihat caraku tersenyum bahkan dalam keadaan hampir mati, mereka mengelilingiku dari jauh. Ada sekitar sepuluh orang. Terlalu sedikit untuk ini. Masih banyak lagi yang mengejarku.

"Wyyyyyyynd!"

 

Aku menggunakan daya hidupku untuk menggunakan sihir. Angin menerpa jalan Vart dengan sangat ganas hingga seolah-olah aku membakar jiwaku untuk mencari bahan bakar. Aku hampir tidak mempunyai energi sihir yang tersisa di tubuhku, namun mantra itu memberikan serangan paling kuat yang pernah aku gunakan hari itu. Dan itu menandai dimulainya pertempuran.

Terkejut dengan bagaimana seseorang yang terhuyung-huyung seperti aku bisa merapalkan mantra jarak jauh, mereka mulai menghunus pedang mereka dan membuat mantra mereka sendiri. Namun aku tidak akan membiarkan mereka. Tidak semudah itu.

 

"Tembakan! Wynd!"

Musuh yang berada didekatku, aku serang dengan pedangku. Musuh yang jauh, aku serang dengan anginku. Aku melakukan semuanya secepat mungkin, tertawa terbahak-bahak, berpura-pura gila saat bertempur dan memaksa mereka untuk membawa bala bantuan. Sampai pada kesimpulan kalau mereka tidak dapat menahanku hanya dengan sepuluh tentara, mereka mengirim utusan untuk mengumpulkan lebih banyak tentara, dan itulah yang kuinginkan. Lambat laun, jaring di sekelilingku semakin tebal. Meskipun aku tidak mengatakan itu semua, aku telah berhasil meningkatkan kemungkinan Lastiara lolos, dan itu membuatku bahagia. Sepertinya aku memainkan peran sebagai penjahat yang telah direformasi, dan aku merasa nyaman dengan peran itu.

 

Aku bersilangan pedang dengan tentara Vart, sesekali memanfaatkan daya hidupku untuk menembakkan mantra besar seperti sinyal api. Sebagai hasil dari pertempuran yang berlarut-larut, orang itu sampai di sini.

"Yo, Hine. Jadi kaulah yang membuat semua orang sibuk, benar?"

 

Palinchron Regacy datang.

Aku berhutang padanya. Dia adalah orang yang mengundangku untuk memainkan peranku dalam drama ini, dan dialah yang paling buruk dalam produksinya. Mungkin itu sebabnya aku bisa asyik berbicara dengannya meski dia musuhku.

 

"Ya, begitulah."

Palinchron menyuruh para prajurit yang mencoba menangkapku mundur. Bahkan saat dia menghunus pedangnya dan mendekatiku, dia terlihat sedikit kesal.

 

"Tapi harus kukatakan, menurutku kau pun tidak bisa mengalahkanku dalam situasi seperti ini. Kita sudah menjalani pertandingan kita sebelumnya, tapi ini pertama kalinya kau mengalami kerugian sebesar ini."

 

"Itu benar. Aku belum pernah berduel dengan posisi yang tidak menguntungkan seperti ini sebelumnya."

 

"Jika kau menyerah secara sukarela, itu akan membuat hidupku lebih mudah."

Dia adalah orang yang telah menebas perutku tadi. Terlebih lagi, kami akan segera saling bersilangan pedang dengan tujuan untuk membunuh. Namun aku masih menganggap diri kami sebagai teman, itulah sebabnya kami bisa berbicara dengan nada ringan.

 

"Tidak akan. Hahaha. Berhadapan satu lawan satu, pedang melawan pedang seperti ini, benar-benar mengingatkanku pada masa lalu yang indah. Saat kita masih kecil, kita selalu berduel satu sama lain."

Begitu ringannya sehingga kami bahkan bisa menelusuri jalan kenangan itu.

 

"Ya, sepertinya aku mengingatnya, samar-samar. Kalau dipikir-pikir, hampir semua teman lamamu dulu berkumpul di dekat sini. Glenn mungkin juga bergabung dengan para pengejar—aku yakin dengan enggan. Dan karena Rayle juga ikut bergabung, aku yakin Vohlzark juga ikut. Dan sekarang kau di sini juga. Para perempuannya mungkin tidak ada, tapi semua laki-laki yang kau kenal yang masih hidup ada di sini."

 

"Apa itu benar? Kalau begitu, beritahu semua orang kalau aku tidak membutuhkan bunga."

Dengan kata-kata itu, Palinchron sekarang tahu kalau aku berencana mati saat itu juga; ekspresinya berubah menjadi lebih masam.

 

"Obrolan kosong itu sudah cukup. Maaf, tapi aku tidak berencana untuk menertawakan taktik mengulur waktumu lagi. Kuharap kau tidak keberatan jika aku menjatuhkanmu secepatnya dan membiarkan orang-orang ini lewat. Kau tidak akan mati di sini, dan aku tidak akan dihentikan. Ini seperti masa lalu. Kalau soal duel besar, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku." Dia mengarahkan ujung pedang bajanya yang biasa ke arahku.

Aku sudah mengetahuinya. Saat kami berduel saat masih anak-anak, aku tidak pernah benar-benar mengalahkan Palinchron. Tidak sama sekali. Dia telah bertarung melawanku, anak laki-laki yang dikatakan sebagai Ksatria terkuat dalam sejarah Keluarga Hellvilleshine, dan dia tidak pernah kalah. Mereka memanggilnya anak ajaib karena suatu alasan.

 

"Memang benar kalau terus begini, aku akan kalah. Bagaimanapun, aku harus berterima kasih pada kutukanmu karena faktanya aku masih berdiri. Semuanya ada di telapak tanganmu."

Aku juga tahu kalau mereka tidak menyebutnya anak ajaib hanya karena teknik berpedangnya. Nilai sejatinya terletak pada apa yang hanya bisa dia lakukan—kutukan. Baru beberapa hari yang lalu kutukan itu mulai menggerogotiku, membebaskanku dari semua belenggu dan meninggalkanku seperti sekarang.

 

"Jika begitu, sepertinya kau sangat sadar. Kutukan yang aku berikan padamu membuatmu melampaui batas kemampuanmu. Dengan kata lain, jika kau menghilangkannya, kau akan menyerah pada batas kemampuanmu dan langsung terjatuh. Pertarungan ini sudah jelas hasilnya. Kau hanya mengambil satu langkah ke depan karena aku mendorongmu. Kau berada dalam skakmat sejak awal—"

 

"Tidak begitu, Palinchron. Aku baik-baik saja sekarang. Aku berterima kasih atas semua yang telah kau lakukan untuk saya sampai sekarang. Tapi mulai saat ini, aku akan menunjukkan kepadamu kalau aku berdiri dengan kekuatanku sendiri. Sittert Wynd!"

Dia adalah orang yang waspada. Dia hanya berdiri di hadapanku karena dia sangat yakin dia akan menang. Dan sumber keyakinan itu adalah kutukan yang dia berikan padaku. Aku menggunakan sihir anginku untuk mematahkan kutukan itu. Sihir itu adalah mantra tingkat tinggi yang bisa menghancurkan sihir lawan. Melalui mantra itu, aku mengambil semua sihir yang diberikan padaku—kutukan itu—dan menghilangkannya.

 

"Apa?! Berhenti! Jika kau mematahkan kutukan itu, kau akan—"

Aku sedang sekarat. Tanpa dukungan yang diberikan oleh kutukan itu, aku mulai roboh, dan hatiku juga mulai layu. Namun aku segera mengembalikan kekuatan pada kakiku. Aku menunjukkan kepadanya kalau aku bisa tetap berdiri tanpa bantuannya.

 

"Lihat? Aku baik-baik saja sekarang."

Aku menolak untuk jatuh ke lantai. Yang bertarung sekarang adalah aku, bukan bonekanya. Tatapan yang kuberikan padanya mengatakan hal itu padanya. Dia berlari ke arahku untuk mencoba menyembuhkanku. Dia pasti ingin melakukannya saat itu juga. Namun itu tidak bisa aku izinkan. Jika aku menyerah pada Palinchron sekarang, dia akan baik hati dan membuatku pingsan. Dan itu berarti Nona akan ditangkap. Karena itu, aku.....

 

"Nah, Palinchron. Bagaimana kalau kita melanjutkannya? Aku akan membiarkan mereka lolos jika itu hal terakhir yang kulakukan. Aku tidak keberatan memberikan hidupku untuk itu."

 

"Kalau begitu kau benar-benar akan mati, Hine. Kau baik-baik saja dengan itu?"

 

"Apa kau mendengarkanku? Sudah kubilang padamu—lakukanlah."

Itu benar. Inilah yang aku inginkan. Apa yang aku inginkan. Dan seperti yang kuceritakan pada Nona Lastiara sebelumnya, ini bukanlah akhir yang menyedihkan dalam ceritaku. Aku merasa paling bersemangat yang pernah aku rasakan dalam hidupku. Itulah mengapa aku merasa sangat berterima kasih pada Palinchron.

 

"Jadi ini yang kau inginkan selama ini. Dan kau tidak masalah dengan ini?"

 

"Ya." Jawabku tanpa ragu-ragu.

Jika aku bisa dikatakan mempunyai satu penyesalan, satu penyesalan yang sangat kecil, itu adalah aku meninggalkan temanku di depan mataku sendirian dengan kerutan di wajahnya. Aku terlalu kurang berpengalaman untuk bisa menyelamatkannya, temanku itu. Namun hatiku terasa begitu ringan karena suatu alasan. Mungkin itu karena aku punya anak itu yang bisa diandalkan.

 

Palinchron menghela napasnya.

"Kalau begitu aku tidak punya pilihan lain, benar? Ayo lakukan duel ini, wahai Ksatria Lastiara."

 

Kami sudah saling kenal sejak lama, jadi ada beberapa hal yang baru kupahami. Dan untuk alasan yang tidak kuketahui, aku hanya tahu kalau meskipun duel ini adalah yang kuinginkan, itu juga yang dia inginkan.

"Jika kau dengan senang hati menerimanya, temanku."

 

Duel terakhir kami akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan akan saling membunuh, namun kami saling tersenyum saat mengucapkan sumpah.

"Aku akan mengalahkanmu dan membawa kembali Saint dan Apostle itu untuk diriku sendiri."

 

"Tidak. Aku akan menang, dan mereka akan lolos dari genggamanmu."

Kami membuat janji itu dengan sikap riang dari duel yang tak terhitung jumlahnya yang kami lakukan di masa muda kami. Dan duel terakhir dalam hidupku dimulai.

 

Aku berlari sekuat tenaga, dan Palinchron mencegatnya dengan pedang tunggalnya. Dalam hal siapa yang akan hidup dan siapa yang akan mati, aku berada di posisi yang tidak menguntungkan di sini. Ini adalah keajaiban kalau tubuhku bisa bergerak sejak awal. Namun, dalam hal apakah aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan, aku pikir pertandingannya seimbang. Bagaimanapun, yang perlu kulakukan hanyalah membuat mereka sibuk selama beberapa menit.

Bilah pedangnya beradu dengan bilah pedangku, dan jalinan kenangan lama terjalin di dalam diriku. Kelahiranku di Keluarga Hellvilleshine. Bagaimana aku menjalani hidup dengan memikul begitu banyak harapan. Bertemu dengan saudara iparku, Liner. Bertemu dengan temanku Palinchron. Bertemu dengan gadis yang akan mewarnai takdirku. Bertemu dengan orang yang kutunggu-tunggu. Dan dengan kenangan yang terlintas di depan mataku, aku menang. Setelah mengulur cukup waktu, pedang Palinchron kini menembus dadaku. Adapun caraku menang, alasannya jelas. Palinchron telah berusaha untuk menang tanpa harus membunuhku, dan aku terus bertarung dengan kesadaran penuh kalau aku akan mati. Hanya itu saja. Jadi, aku berhasil mewujudkan tujuanku.

 

Kesadaranku memudar. Kematian menyelimuti duniaku, dan jiwaku menghilang dari alam fana ini. Namun aku tidak menyesal. Yang aku rasakan hanyalah rasa kepuasan. Dan mungkin itulah sebabnya pada akhirnya, apa yang aku doakan tidak ada hubungannya denganku atau majikanku. Harapan terakhirku adalah agar keinginan sahabatku yang ada di sana bersamaku saat aku meninggal, memandang dengan mata sedih, dapat terwujud juga. Dan pion bernama Hine pun terjatuh. Tirai menutup penampilanku yang sangat lama, dan kegelapan menyelimuti teater ini.

 

PELARIAN LASTIARA, DIA, DAN SERA

 

Hari Blessed Birth.

Setelah melarikan diri dari Katedral, banyak sekali pengejar yang dikirim untuk menangkap kami. Dan kemudian kami meninggalkan Kanami untuk melawan Alty, yang telah menunggunya, dan Hine-san telah menahan komandan pengejar, Palinchron, cukup lama hingga kami bisa menyelinap pergi.

 

Kami menyelinap pergi..... mencapai negara di selatan, Greeard, dengan setengah jumlah orang yang kami rencanakan semula. Tempat pertama yang kami tuju adalah penginapan murah di Greeard. Dalam keadaan normal, kami akan bergantung pada kerabat atau kenalan Hine-san atau Serry, namun itu sudah tidak mungkin lagi. Palinchron telah merencanakan pengkhianatannya dengan cermat, jadi kami tidak bisa memilih jalan keluar yang lebih mudah. Kami dapat dengan aman berasumsi kalau orang itu telah memasang jebakan di semua tempat aman yang langsung kami pikirkan. Oleh karena itu, kami menukar jaminan keamanan dengan sebuah penginapan di sudut kota, di mana banyak orang yang bermalam. Di salah satu kamar penginapan itu, aku selesai merawat luka Dia. Saat kami sampai di tempat ini, aku sudah merawat lukanya selama hampir satu jam, dan sekarang aku akhirnya selesai.

 

Dia duduk di tempat tidurnya.

"Terima kasih. Kamu menyelamatkanku."

 

Namun Palinchron bajingan itu telah menebasnya sangat dalam, meninggalkan bekas yang terlihat. Aku merasa sangat marah pada laki-laki yang telah mencabik-cabik kecantikannya tanpa ampun.

 

"Hff, hff, hff....."

Aku terengah-engah seperti Dia yang terluka parah.

 

"Aku pikir kita sudah keluar dari masalah untuk saat ini."

Aku mendudukkan diriku di tempat tidur.

 

"Lastiara." Kata Dia dengan ekspresi serius.

 

"Apa yang terjadi setelah aku terluka? Ceritakan itu padaku. Kehilangan banyak darah membuat semuanya tidak jelas bagiku, jadi aku tidak ingat banyak."

 

"Itu....."

Aku tidak tahu seberapa banyak yang harus kukatakan padanya. Aku tahu dia melakukan penjelajahan Dungeon bersama Sieg, dan mereka sangat dekat. Jika aku memberitahunya seluruh kebenaran situasi kami, dia mungkin akan mencoba melarikan diri untuk menyelamatkan Sieg. Tentunya, aku juga ingin melakukan hal itu, namun karena kelelahan yang kami rasakan, kami hanya seperti anak domba yang berlari menuju pembantaian. Dan itulah hasil yang tidak bisa aku biarkan terjadi.

 

"Kamu ragu-ragu untuk mengatakan apapun. Jadi itu sangat, sangat buruk? Satu-satunya orang di ruangan ini adalah aku dan kamu. Apa semuanya tertangkap?"

Dia impulsif, namun dia sama sekali tidak bodoh. Dia sampai pada kesimpulan yang masuk akal berdasarkan apa yang dia peroleh dari lingkungannya. Dari situ, aku tahu kalau tidak ada gunanya tetap bungkam.

 

"Tidak, tidak semuanya. Kita masih memiliki Serry bersama kita. Aku memintanya untuk mengumpulkan informasi untuk kita, jadi dia tidak ada di sini saat ini. Meskipun sekitar satu jam telah berlalu sejak aku memintanya, kupikir dia akan segera kembali."

Segera setelah aku mengatakan itu, Serry, yang menyembunyikan wajahnya menggunakan tudung, kembali ke kamar. Tampaknya dia sudah selesai menyelidiki apa yang kusuruh.

 

"Aku telah kembali, Nona, Nona Apostle."

 

"Hei, Serry. Jadi apa yang didapat? Beritahu kami berdua."

 

"Sepertinya pengejar Vart kita mengalami penundaan di sekitar perbatasan. Seperti yang diharapkan, tentara dari suatu negara harus mematuhi protokol untuk menyeberang ke negara lain. Aku yakin mereka pada akhirnya akan menyeberang, tapi itu akan memakan waktu. Dan karena aku tidak melihat ada pengejar yang datang ke arah kita dari pihak Greeard, sepertinya kita bisa beristirahat lebih lama."

 

"Itu melegakan!"

Meskipun aku sudah menduga jika dilihat dari tindakan para pengejar kami, ini adalah konfirmasi kalau melintasi perbatasan negara menyebabkan penurunan jumlah mereka. Itulah sebabnya para prajurit berusaha sekuat tenaga untuk menangkap kami di dalam Vart.

 

"Dan juga, mengenai Hari Blessed Birth itu, rumornya sudah beredar di mana-mana yang kabarnya cepat sampai. Aku mendengar orang-orang berbicara tentang pemberontak jahat yang menerobos masuk ke Katedral terkenal dan menculik putri dari perayaan suci."

Sebagai seorang serigala semifer, dia memiliki pendengaran yang baik, dan dia memanfaatkan sifat itu untuk mendengarkan pembicaraan di kedai minuman untuk kami juga. Kemampuannya paling cocok untuk memata-matai siapapun di Whoseyards, dan berkatnya, kami mendapatkan satu demi satu fakta baru.

 

"Rumor juga mengatakan kalau sejumlah Seven Celestial Knight berubah menjadi pengkhianat dan keberadaan sang Apostle tidak diketahui. Aku tidak akan terkejut jika pada waktunya, bounty akan diberikan untuk penangkapan masing-masing."

 

"Yang ingin aku ketahui adalah apa yang diketahui tentang kebakaran yang menghanguskan rumah Sieg. Apa kamu mengetahui sesuatu tentang itu?"

 

"Itu juga yang paling aku khawatirkan, jadi aku mencari informasi dan menjadikannya prioritasku. Tapi kebakaran tersebut dianggap sebagai insiden terpisah dari penculikan, jadi tidak banyak informasi mengenai hal tersebut. Yang aku tahu, kobaran api itu segera padam dan tidak ada korban jiwa. Hal itu sedang diproses sebagai kecelakaan skala kecil."

 

"Jadi tidak ada mayat yang ditemukan. Itu artinya Sieg dan Mar-Mar sedang dalam pelarian seperti kita, atau mereka ditangkap. Atau mungkin kabar itu dipalsukan."

 

"Ceritanya mengatakan kalau 'Pemberontak Jahat' sedang dalam pelarian, jadi setidaknya, menurutku mereka tidak ditangkap di Whoseyards. Tapi, jika mereka jatuh ke dalam cengkeraman Palinchron, kemungkinan besar orang itu menyembunyikannya."

 

"Ya, menurutku juga begitu. Itulah jenis tikus yang sedang kita bicarakan."

 

Dia telah mendengarkan dalam diam sampai dirinya mendengar bagian itu.

"Sieg, dalam cengkeraman orang itu?!"

 

Dia sedang gelisah sekarang. Dia bangkit dari tempat tidur, seolah-olah mengatakan kalau informasi lain itu tidak penting, dan itulah satu-satunya hal yang tidak dapat dia patuhi. Dia berusaha meninggalkan ruangan.

"Ayo pergi. Bagaimanapun caranya, bergegas menyelamatkannya sekarang adalah pilihan terbaik kiat. Semakin cepat itu, semakin baik."

 

"Tunggu, tunggu sebentar, Dia. Kita belum mendapat informasi yang cukup. Jika kamu terburu-buru sekarang, kamu hanya akan kalah dari Palinchron, yang menunggumu di sana. Setidaknya kita perlu mencari tahu di mana Sieg lebih dulu—"

Selain itu, jika keberuntungan tidak berpihak pada kita, maka Guardian bernama Alty itu juga akan menunggu. Dan jika itu yang terjadi, kemungkinan besar kamu akan terbunuh karena itu. Demi menyelamatkan Sieg dan Mar-Mar, kita tidak boleh membuat pilihan yang salah di sini.

 

"Jangan khawatir Lastiara, tidak apa-apa. Selama aku tidak mendapat serangan mendadak, aku tidak akan kalah."

 

"Ini hal yang serius. Ksatria bernama Palinchron Regacy itu berspesialisasi dalam serangan mendadak. Jika kamu melawannya secara langsung, dia pasti akan menyerangmu dengan jebakan."

 

"Kalau begitu aku tidak perlu bertarung dengannya. Yang harus aku lakukan hanyalah meruntuhkan tempat mana pun yang menurutku mungkin dia berada hingga rata dengan tanah."

 

Usulan Dia yang terlalu ekstrem membuatku berkeringat dingin. "Apa.... kamu serius?"

 

"Tentu saja! Aku tidak bisa membiarkan Palinchron terkutuk itu bebas dari hukuman! Seolah-olah aku bisa menerimanya! Dia mengkhianati kita saat itu juga dia menyerang kita, bajingan itu! Karena dia juga, Sieg terjebak di depan Guardian itu! Sendirian!"

Sepertinya Dia kehilangan kendali; Dia mencoba untuk pergi dan menemukan Sieg, rambutnya berantakan sekarang. Namun langkahnya tidak pasti. Hanya dengan berjalan menuju pintu, dia terancam terjatuh ke lantai.

 

"Tolong tenanglah! Kakimu gemetaran seperti itu! Jika kamu tidak istirahat, tubuhmu akan hancur!"

Aku sudah menyembuhkannya dengan segenap kemampuanku, namun itu tidak berarti darah yang keluar dari tubuhnya kembali padanya. Paling tidak, dia tidak bisa mendapatkan kembali energi yang cukup untuk bisa bertarung. Aku melangkah untuk menahan tubuhnya yang terhuyung-huyung, namun dia mencoba menepis tanganku.

 

"Jangan hentikan aku, Lastiara! Aku harus pergi menyelamatkan Sieg. Sieg adalah temanku..... dan Sieg sangat berarti untukku!"

Aku bisa melihat kegilaan mengalir dari wajahnya saat dia mencoba untuk bergerak maju. Dia terus mengulangi nama Sieg berulang kali. Sepertinya dia sedang kesurupan—Tidak, dia mendapat kutukan, membuatnya terobsesi untuk menyelamatkan temannya saat ini juga.

 

Serry telah menahan diri untuk tidak bertindak sampai saat itu. Dia tidak lagi bisa duduk dan diam.

"Tolong tenanglah, Nona Apostle!"

 

Namun alasan kedua juga tidak berpengaruh. Dia menolak untuk berhenti. Faktanya, suara kami mungkin tidak sampai padanya sejak awal.

Dia melihat ke arah di mana tidak ada orang dan berbicara pada dirinya sendiri, "Ah, aku harus cepat! Jika aku ingin aku tetap menjadi diriku, aku harus menyelamatkan Sieg! Jika tidak, lalu apa alasanku memakai diriku yang lain dan....."

 

"Dirimu yang lain?"

Dia menggunakan dua kata ganti orang pertama yang berbeda, kata ganti laki-laki yang kurang sopan dan kata ganti yang lebih netral. Tidak ada keraguan tentang hal itu; Ini tidak normal. Aku mengambil tindakan kasar.

 

"Kamu bertingkah merepotkan! Maaf, tapi mau bagaimana lagi! Aku akan menahanmu untuk saat ini! Serry, tetap di sana!"

 

"Tapi..... Tapi Nona....."

Serry adalah seorang penganut yang taat, jadi pasti sulit baginya untuk menyentuh Dia, yang dibanggakan sebagai sang Apostle. Dan ada juga fakta kalau jika Serry melakukan intervensi tanpa sepenuh hati, itu berarti bahaya. Saat kami melarikan diri dari katedral, dia melihat sisi kekuatan Dia. Jika Dia masuk ke mode mengamuk sepenuhnya, maka itu bisa berbahaya bahkan bagi seorang Ksatria tangguh seperti Serry.

 

"Maafkan aku, Dia!" Aku meminta maaf saat aku bergerak untuk mengikatnya.

Ada jarak sekitar satu meter yang memisahkan kami. Dengan demikian, pertempuran itu berakhir dalam waktu singkat.

 

Dia merapal mantra saat dirinya berbalik menghadapku.

"Minggir! Flame Arrow!"

 

Lengan kanannya menargetkan ke arahku. Aku melihat telapak tangannya; konsentrasi energi sihir membuatku merinding. Aku menyerah pada naluri dan menyingkir.

Detik itu, kilatan cahaya memancar.

 

"Ap?!"

Nama mantranya adalah mantra api biasa, namun apa yang ditembakkan bisa disamakan dengan tombak cahaya murni, dan tombak itu menyerempet bahuku. Daya tembaknya yang besar memberitahuku kalau jika aku terkena serangannya secara langsung, aku akan pingsan. Dan jika Dia mau, dia bisa meluncurkan tombak cahaya yang lebih cepat dan kuat.

 

"Flame Arrow!"

Aku tidak diberi waktu untuk bernapas; tembakan kedua ditembakkan ke arahku bahkan ketika aku kehilangan keseimbangan dari tembakan pertama. Tembakannya yang cepat itu menakutkan, namun sekarang aku pernah melihat mantra ini sebelumnya, dan selain itu, mantra itu bukanlah jenis mantra yang seharusnya digunakan dalam jarak sedekat ini. Aku menjauh dari tempat yang ditunjuk telapak tangan Dia; betapapun lelahnya aku, aku tidak terlalu lemah hingga aku kalah dari penyihir dalam keadaan seperti itu. Saat aku menghindari tembakan keduanya, aku berbalik ke belakangnya dan melingkarkan kedua tanganku di bawah ketiaknya dari belakang.

 

"Dia! Jika kamu pergi sendiri, kamu akan berakhir seperti ini!"

Aku mengangkat tubuh ringannya ke atas. Namun Dia belum menyerah.

 

"Kalau begitu aku akan melakukan ini! Flame!"

Api menembus kulitnya hingga membakarku.

 

"Panas, panas, panas!"

Tubuhku menegang, dan untuk sesaat aku hendak melepaskannya, namun aku menahan rasa sakit dan terus menahan gadis yang berkobar itu dalam pelukanku. Dia adalah orang pertama yang meninggikan suaranya. Ekspresinya merupakan gabungan antara kebingungan dan kekhawatiran, kegilaannya sedikit berkurang.

 

"Hei!" Dia berteriak.

 

"Lepaskan aku, Lastiara! Jika kamu terus bersamaku lebih lama lagi—"

 

"Aku tidak akan melepaskannya!"

Aku benar-benar menolak melepaskan tangannya. Jeritanku itu hampir seperti sumpah.

 

"Aku tidak ingin melepaskan siapapun lagi! Begitulah caraku menjalani hidupku mulai sekarang! Sieg, Mar-Mar, dan Hine-san semuanya meninggalkanku, tapi aku tidak akan membiarkanmu pergi juga! Itulah yang telah aku putuskan!"

Begitu banyak hal yang luput dari genggamanku dalam kurun waktu satu hari, dan aku menyesalinya, namun aku tidak akan melakukan kesalahan itu lagi! Aku tidak punya keinginan untuk itu!

 

"Lastiara!"

Tekad bajaku pasti sudah sampai padanya, karena apinya perlahan melemah. Sedikit lebih lega sekarang, aku dengan lembut menepuk kepalanya dari belakang.

 

"Tolong Dia, tenanglah. Tidak baik menyerah pada kemarahan seperti itu. Misalnya saja.... dicerita dan sejenisnya, selalu menjadi orang-orang yang mati duluan, kan? Jadi tenanglah."

 

"Dicerita? Maksudku, aku mengerti maksudmu."

Dia menghilangkan api di tubuhnya sepenuhnya.

 

Aku melihat dari ekspresinya kalau kegilaannya sudah hilang sekarang, namun aku tidak mengerti kenapa dia begitu bingung.

 

"Uh? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?"

Bagiku, alasannya sangat kuat, namun mungkin tidak untuknya.

 

"Tidak, kamu benar, Lastiara. Yang penting adalah merebut kembali Sieg, bukan balas dendam. Aku minta maaf. Sumbu pendekku adalah kebiasaan burukku."

 

Aku melepaskannya dari cengkeramanku.

"Itu melegakan...... walaupun dalam kasusmu, menurutku itu bukan 'Sumbu pendek'-mu lebih.... kamu tahu, lupakan."

 

Tampaknya Dia sejujurnya percaya kalau dirinya melakukan apa yang baru saja dirinya lakukan karena sumbunya pendek, namun dari tempatku berdiri, itu kurang tepat. Di mataku, dia kehilangan ketenangannya hanya karena ada hubungannya dengan Sieg. Kemungkinan besar, setiap kali Sieg terlibat di sana, dia kehilangan semua rasionalitasnya. Ada kemungkinan kalau kejiwaannya bahkan lebih berbahaya dibandingkan Mar-Mar.

 

Dia menundukkan kepalanya.

"Yang lebih penting daripada membalas Palinchron bajingan itu adalah keselamatan Sieg." Renungnya.

 

"Tapi di sanalah aku, mau..... ketika aku sudah marah, aku benar-benar tidak berguna."

Dari kata-kata itu, sekarang aku tahu kalau selama Sieg tidak terlibat, dia adalah gadis yang baik dan manis.

 

"Phew. Aku senang kamu sudah tenang sekarang. Untuk sesaat, kupikir kamu akan membakarku sampai garing."

 

"Aku tidak akan pernah bisa melakukan hal seperti itu! Sieg memilihmu untuk menjadi salah satu temannya. Aku tidak akan pernah menyakiti temannya!"

 

"Tapi kamu bermaksud membuatku pingsan, bukan? Menggunakan serangan kilatan cahaya itu."

 

"Aku.... aku menahan diri, tahu?" Dia membual sambil mengalihkan pandangannya.

 

"Tembakan itu sekitar sepersepuluh dari potensiku yang sebenarnya. Tembakan itu tidak akan menembus dagingmu jika itu mengenaimu secara langsung. Flame Arrow itu adalah dampaknya."

 

Oh tidak, tidak. Jika itu mengenaiku, itu akan menjadi bencana. Aku bisa mengetahuinya dari keringat dingin yang menetes di wajahnya.

Kepribadian Dia menjadi lebih jelas bagiku, sedikit demi sedikit. Dia kebalikan dari Sieg yang terlalu dingin dan tenang; dia menjadi sangat marah, kehilangan pandangan terhadap sekelilingnya. Itu berarti aku harus memainkan permainan yang keren dan tenang sekarang, meskipun itu juga tidak cocok dengan kepribadianku.

 

"Baiklah kalau begitu, lupakan saja kejadian itu. Saat terjadi perkelahian antar teman, yang terbaik adalah memperbaiki keadaan dan melupakannya. Karena yang perlu kita fokuskan terlebih dahulu adalah kembali ke kondisi sempurna."

 

"Terima kasih, Lastiara. Memang benar—saat kamu dan aku kembali ke performa terbaiknya, tak seorang pun dapat menghentikan kita. Jika pada akhirnya kita harus melawan orang lain, biarlah itu terjadi setelah kita kembali bugar."

 

"Benar sekali! Selain itu, saat kita sedang beristirahat di sini, Sieg dan Mar-Mar bahkan mungkin akan mengejutkan kita dengan datang sendiri ke Greeard. Jadi hal pertama yang haru kita lakukan adalah istirahat dan mengumpulkan informasi. Kamu tidak masalah dengan itu, kan?"

 

"Yup. Aku memilih untuk mengikutimu untuk saat ini. Aku adalah tipe orang yang darahnya mengalir deras ke kepalaku dengan mudah, jadi menurutku mungkin lebih baik jika aku hanya bertindak berdasarkan perintah seseorang."

 

"Baguslah kalau kamu mengerti. Baiklah, sepertinya kita punya rencana. Wah, ya ampun, apa aku pernah merasa lega begini!"

Kami akhirnya mencapai titik perhentian. Dia dan aku berjabat tangan dengan senyum di wajah kami, menegaskan kembali persahabatan kami. Namun kemudian, kami terkena cipratan air dingin.

 

"Err.... maaf mengganggu pembicaraan kalian berdua...."

 

"Hm? Ada apa Serry?"

 

Serry menunjuk ke dinding.

"Hanya saja, sekarang ada lubang di tembok itu."

 

Flame Arrow Dia telah membuat lubang sebesar kepalan tanganku ke dinding; angin sepoi-sepoi bertiup dari luar.

 

"Ah." Kata Dia dan aku secara bersamaan.

 

"Nona, Nona Apostle.... ayo kita melarikan diri lebih cepat daripada nanti. Betapapun rasa bersalahku terhadap penginapan ini, kita tidak mempunyai cukup dana untuk membayar perbaikan tembok itu."

Serry buru-buru mulai berpakaian untuk bersiap melarikan diri—mengingatkanku pada situasi keuangan kelompok kami saat ini.

 

"Uh, kamu benar. Yang kita punya hanyalah pakaian yang kebetulan kita kenakan."

 

"Dan Sieg-lah yang menyimpan uangku untukku."

Kata Dia, menambahkan.

 

Asetku saat ini termasuk gaun yang aku kenakan untuk ritual itu.... dan tidak ada yang lain. Yang kami punya selain itu hanyalah dompet yang biasa dibawa Serry. Dan seperti yang diduga, uang sakunya tidak cukup untuk membayar perbaikan. Karena tidak punya pilihan lain, aku membuat tambahan pada rencanaku.

"Uh, kalau begitu, biarkan aku menambahkan ini! Mari kita ubah basis operasi kita dan kumpulkan dana! Langkah pertama, mari kita jadi gelandangan. Kita bisa kembali ke penginapan ini dan meminta maaf jika kita punya waktu luang."

 

Seorang pencinta keadilan sepertinya, Serry mengerutkan keningnya. "Aku benci melakukannya, tapi kita tidak punya pilihan lain."

 

Dia meminta maaf.

"Maaf, nona serigala. Ini semua salahku."

 

"Oh tidak, kamu tidak bisa disalahkan, Nona Apostle. Aku mengerti bagaimana perasaanmu."

Sepertinya Serry juga merasakan keinginan untuk keluar dan menghukum Palinchron saat itu juga, jadi dia menjawab dengan hangat untuk menghibur Dia.

 

"Ya." Kataku, menyambut gagasan itu dengan kekuatan penuh, "Tidak ada yang salah di sini! Ini semua salah Palinchron! Dialah yang harus disalahkan!"

 

Dengan canggung, Dia dan Serry sama-sama menyatakan persetujuannya.

"Uh, ya, uh-huh." Kata Dia.

 

"Jika bukan karena dia, kita tidak akan berada dalam kekacauan ini!"

 

"Uh, ya, itu benar." Kata Serry.

 

"Tidak ada keraguan. Nona Apostle tidak bisa disalahkan atas lubang di dinding; itu salah Palinchron terkutuk itu. Terkutuklah kau, Palinchron. Dia bertindak curang dan tidak adil seperti biasanya!"

Jadi kami terus mengatakan pada diri sendiri kalau itu semua salah Palinchron saat kami merapikan pakaian dan melarikan diri ke luar jendela. Meskipun kami mengalami sedikit kesulitan pada awalnya, ikatan yang mengikat kelompok baru yang terdiri dari tiga orang ini telah semakin kuat. Pada saat itu, kami merasa cukup solidaritas untuk bisa berpikir seperti itu.

 

◆◆◆◆◆

 

Dua hari kemudian.

Kami sudah berpindah markas, namun sekarang peti perang kami sudah habis dan kosong. Kepingan perak yang dibawa Serry akhirnya habis.

 

Meski begitu, pada saat itu, Dia dan aku telah kembali ke kondisi bisa bertarung. Tentunya, karena pengejar kami dari Vart dan Whoseyards, jika bukan lebih banyak negara, perlahan namun pasti melintasi perbatasan, kami tidak bisa tidur terlalu nyenyak, jadi aku tidak bisa mengatakan kami kembali pada kondisi seratus persen.

Bagaimanapun, jika kami tidak mendapatkan uang, kami tidak akan bisa makan, apalagi bermalam di penginapan.

 

"Jadi kita di sini untuk mendapatkan sedikit uang." Kataku.

 

"Sudah lama sejak aku datang ke Dungeon." Kata Dia.

Kami tidak punya pilihan selain memasuki Dungeon dari sisi Greeard. Serry sedang pergi mengumpulkan informasi untuk kami. Kami juga membutuhkan salah satu dari kami untuk tetap tinggal di Greeard kalau-kalau Sieg sampai di negara ini dan menggunakan Dimension untuk mencari kami.

 

Dia dan aku memberanikan diri menjauh dari Pathway, mengobrol sambil berjalan menyusuri koridor tanpa terlihat oleh siapapun yang melihat.

"Bagaimana kalau kita menguji bagaimana tubuh kita bertahan sambil melatih dinamika Party kita pada saat yang sama? Mungkin akan tiba saatnya di masa depan di mana kita harus melawan Palinchron atau Alty. Jadi, er, bagaimana kamu dan Sieg bertarung sebelumnya?"

 

"Aku rasa pada umumnya, Sieg akan mendeteksi musuh dan menghalangi mereka untukku, dan aku akan menembak mereka dengan sihir dari belakang."

 

"Mari kita coba itu untuk saat ini. Serahkan posisi bagian depan padaku!"

 

"Tentu, terima kasih."

Kami menargetkan zona Lantai 3, sebuah lingkungan yang aman di mana kami dapat memperoleh penghasilan yang cukup untuk menutupi biaya hidup kami. Kupikir kami harus mencari area dengan orang sesedikit mungkin dan mengalahkan monster satu per satu.

 

Aku melihat monster tipe binatang berkaki empat.

"Ketemu satu. Dia, tembak—"

 

"Flame Arrow!"

Saat aku mengatakan sesuatu, tombak cahaya itu menembus kulit musuh.

 

"Wow, itu cepat sekali."

 

"Yah, begitu jaraknya sedekat itu, monster itu sudah berada dalam jangkauan tembak, jadi....."

 

"Mungkinkah aku lambat dalam mengenali monster?"

 

"Heeh? Ah, uh, itu.... dibandingkan dengan Sieg....."

Tampaknya aku lambat. Namun mau bagaimana lagi. Aku lebih bahagia karena bisa berburu dengan mudah daripada meributkan siapa yang lebih kuat antara aku dan Sieg.

 

"Harus kuakui, kamu sedang menyiapkan tembakan. Dan yang paling mengesankan, kamu tidak mengeluarkan MP apapun untuk meluncurkan mantra itu sekarang."

 

"Aku bisa melakukan lebih banyak lagi selain itu. Alty mengajariku banyak hal."

 

"Alty melakukannya? Ah, aku hampir lupa, Sieg memang meminta itu."

Aku pernah berbicara dengan Guardin Lantai 10 sebelumnya. Namun sekarang setelah dia membakar rumah di samping Mar-Mar, dia adalah musuh kami. Aku bertanya-tanya mengapa dia mengajarkan sihir kepada Dia, yang dia tahu akan menjadi musuhnya. Dia bisa saja memberikan sejumlah alasan untuk menolak permintaan tersebut.

 

Ekspresiku pasti menunjukkan kebingunganku, karena Dia langsung menjawab pertanyaanku.

"Aku pikir dia ingin memanfaatkanku kalau-kalau gadis berambut hitam itu menjadi tidak berguna di matanya."

 

"Hmm, begitu ya."

Aku tidak berpikir dia ingin "Memanfaatkannya". Tidak juga. Aku baru mengenalnya sebentar, namun monster berpenampilan gadis kecil itu menurutku bukan tipe orang yang suka mengeksploitasi orang lain. Meski begitu, dia adalah musuh kami sekarang.

 

"Jangan khawatir, aku akan membuat Alty menyesali kenyataan kalau dia memberiku peningkatan kekuatan! Karena sekarang, aku belum mendapat celah apapun bahkan saat pertarungan jarak dekat dan menengah! Flame Arrow!"

Dia menggunakan sihir untuk mengumumkan kalau dia telah memutuskan hubungannya dengan gurunya. Mantra itu telah menembus daging monster dari jarak yang cukup jauh. Jarak tembak dan presisinya luar biasa. Tidak salah lagi—dalam hal pertarungan sihir, dia sekarang bahkan melebihiku.

 

"Wah, itu luar biasa. Sekarang jika Serry tidak bisa lari karena alasan apapun, aku mungkin masih bisa tenang."

Berbeda dengan Mar-Mar yang kesulitan bertarung dalam jarak dekat, sihir Dia hadir dengan rasa aman. Sebagai permulaan, kecepatan mantra mereka terpisah beberapa level. Dia bisa menembakkan sihir yang sangat kuat tanpa memerlukan mantra yang panjang lebar. Selain itu, kemampuan tembakan cepat dan efisiensi bahan bakarnya merupakan ancaman besar. Dan dia bahkan bisa membakar tubuhnya sendiri, seperti yang dia lakukan padaku, untuk membakar musuh jarak dekat. Benar-benar tidak berlebihan untuk mengatakan kalau Dia bisa bertarung dalam jarak berapa pun. Dan itu mungkin berarti tidak akan ada masalah jika kita menjelajah ke lantai yang lebih dalam dari Lantai 3.

 

"Bagus. Sepertinya kita akan mendapatkan banyak uang dengan cukup cepat."

 

"Ya. Ayo kita bunuh beberapa monster lagi."

Jadi kami menyusuri koridor Dungeon untuk mencari mangsa. Tentunya, tidak ada satu monster pun yang menjadi ancaman bagi kami, jadi kami akhirnya memutuskan untuk berpencar dan mengalahkan musuh sambil melaju. Namun itu pun tidak cukup untuk berburu monster dengan efisien. Sederhananya, sulit menemukan monster. Hal itu membuatku menghargai betapa kuatnya Dimensional Magic yang digunakan Sieg untuk mendeteksinya. Namun, secara keseluruhan, Dia dan aku berburu dan memburu monster sehingga kami tidak perlu khawatir tentang uang lagi.

 

◆◆◆◆◆

 

Dan kerja keras kami membuahkan hasil. Aku sekarang berada di luar toko penukaran uang di Greeard, senyum di wajahku sangat cerah.

"Ya ampun, aku tidak terlalu memperhatikannya sebelumnya, tapi penjelajahan di Dungeon benar-benar membuahkan hasil. Kita mungkin tidak perlu lagi khawatir tentang bagaimana atau di mana kami akan bermalam."

 

Tentunya, ketika kami berada di kota, kami mengenakan pakaian compang-camping berlapis-lapis agar tidak menunjukkan fakta kalau kami adalah "Dewi dalam wujud manusia" dan "Sang Apostle" yang dirumorkan. Aku dengan hati-hati membakar gaun yang aku kenakan untuk upacara itu menjadi abu. Orang yang menjaga meja di toko melihat betapa kotornya penampilan kami dan menganggap kami adalah penjelajah Dungeon pemula.

"Aku merasa ini adalah penjelajahan pertamaku setelah sekian lama." Kata Dia.

 

"Saat menjelajah bersama Sieg, aku selalu menembak musuh bahkan sebelum aku bisa melihat mereka."

Dia dengan gembira memasukkan uang yang dia peroleh ke dalam dompetnya. Kupikir sebelum hari ini, dia tidak punya banyak pengalaman mengalahkan monster dengan kekuatannya sendiri. Hal itu seperti Sieg yang terlalu berhati-hati. Bisa dibilang, dia selalu berada di sisinya sepanjang waktu, tidak pernah membiarkannya pergi sendiri seperti yang aku lakukan.

 

"Uang itu adalah uang yang kamu peroleh secara adil, jadi pastikan kamu tidak kehilangannya, oke?" Kataku.

 

"Sekarang, ayo kita kembali ke penginapan, oke?"

 

"Yup, dengan uang ini, kita bisa pindah penginapan hari ini juga. Sejujurnya, harga kemarin sangat murah sehingga sulit untuk tinggal di sana."

 

"Hmm, entahlah, aku agak menyukainya. Menurutku, tempat ini memiliki daya tarik tersendiri karena sangat buruk."

Karena kami dalam pelarian, kami berhati-hati agar tidak tinggal di satu tempat terlalu lama. Dan berkat penghasilan hari ini, tidak diragukan lagi kami bisa pindah ke penginapan yang lebih bagus, sebuah fakta yang Dia nikmati dari lubuk hatinya.

 

Kami mengobrol sambil berjalan kembali ke penginapan tempat kami mengobrol. Letaknya di sudut kota, sebuah penginapan yang berdiri tak mencolok di tengah gang belakang. Sejujurnya, hal ini tidak terlihat seperti bentuk pendirian yang dimanfaatkan oleh warga negara yang jujur ​​dan taat hukum. Sekembalinya ke kamar tempat kami menginap, Ksatria kepercayaanku datang menyambut kami.

 

"Ah... Aku sudah menunggu kedatangan kalian."

Sera menundukkan kepalanya, tersenyum begitu lebar hingga kupikir dia mungkin akan mulai mengibaskan ekornya.

 

"Oh, Serry, kamu sudah kembali. Jadi, bagaimana keadaannya?" Aku bertanya sehubungan dengan intel yang aku suruh dia kumpulkan untuk kami.

 

"Ini berjalan lancar. Aku bisa bertemu dengan seorang Ksatria yang bisa kita percayai. Bisa dibilang itu adalah Ragne."

 

"Hah? Raggie? Apa kita akan baik-baik saja?"

Ragne telah bergabung dengan pihak lain di Katedral, jadi aku merasa sedikit tidak nyaman untuk melakukan kontak dengannya.

 

"Tidak perlu khawatir." Jawab Sera.

 

"Ragne lebih menentang upacara itu. Sedemikian rupa sehingga jika aku tidak menghentikannya, dia mungkin akan ikut bersama kita."

 

"Jadi begitu. Dia lebih memihakku, ya?"

Meskipun menurutku sayang sekali dia memihak musuh kami di Katedral, tampaknya Serry telah menyuruh Raggie untuk melakukannya karena mempertimbangkan posisinya. Fakta kalau keduanya masih berteman membuatku tersenyum.

 

"Berkatnya." Kata Serry.

 

"Aku mendapatkan banyak hal. Tapi, aku punya kabar buruk untuk disampaikan kepadamu, Nona."

 

"Tidak apa-apa. Aku siap untuk itu."

 

"Pertama, ada kabar dari Whoseyards yang mengonfirmasi dua orang tewas. Yang pertama adalah Hine Hellvilleshine. Yang kedua adalah Guardian Lantai 10, yang sudah tidak ada lagi."

 

Ada jeda. "Aku mengerti. Aku tahu itu. Hine-san, dia...."

 

"Ya, Nona. Tampaknya dia mengeluarkan kekuatannya sampai titik darah penghabisan demi keinginannya. Karena itu, menurutku dia tidak ingin kamu bersedih...."

Kata Sera, mencoba menghiburku dengan caranya yang kikuk.

 

Sejujurnya, aku sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan itu. Bagaimanapun juga, kami mampu melepaskan diri dari kepungan pasukan yang banyak itu dan menimbulkan keputusasaan. Dan itu hanya berarti Hine-san telah melampaui batas kemampuannya untuk terus berjuang. Namun itu juga merupakan hasil yang diinginkannya sendiri. Jadi demi dia, aku bersumpah dalam hati untuk tidak meneteskan air mata atau berhenti bergerak. Aku yakin jika dia ada di sini, dia akan memberitahuku kalau itulah yang menjadikanku seperti ini.

 

"Tidak apa-apa. Bagiku, Hine-san adalah Ksatria terhebat dan guru terhebat. Aku tidak akan menangis. Yang aku banggakan padanya.... dan sekarang kita tahu kalau keduanya sudah mati. Jadi bagaimana dengan Sieg dan Mar-Mar? Apa yang terjadi pada mereka? Apa kita tahu sesuatu tentang apa yang terjadi setelahnya?"

Pada hari itu, kami meninggalkan Alty, Sieg, dan Mar-Mar di sana. Fakta kalau dari ketiganya, hanya Alty yang dipastikan mati membuatku berpikir kalau Sieg pasti memenangkan pertarungan, namun.....

 

"Aku tidak tahu." Jawab Sera.

 

"Whoseyards menganggap mereka belum jatuh ke tangan siapapun."

 

"Tapi mereka belum mencapai Greeard."

Jika Sieg tidak jatuh ke dalam cengkeraman seseorang, dia pasti sudah datang ke Greeard bersama Mar-Mar sekarang. Dan dia akan menggunakan Dimension untuk menemukan kami dan bertemu kembali dengan kami.

 

"Dari apa yang kita perkirakan." Kata Sera.

 

"Kemungkinan besar mereka....."

 

"Dalam cengkeraman Palinchron, ya?" Kataku.

 

"Ya, Nona. Kemungkinan besar Palinchron mendapatkan keduanya dan menyembunyikannya. Bajingan itu terlihat agak terobsesi dengan Sieg itu. Kemungkinan dia memanfaatkannya untuk skema jahat."

Itu adalah hal terburuk yang bisa kami harapkan. Palinchron pada dasarnya menang, dan itu adalah kemenangan untuk dia dan hanya dia. Sieg, kami, dan seluruh negara di Whoseyards berada dalam keadaan yang lebih buruk, dan hanya dia yang bisa menunjukkan sesuatu. Aku mengertakkan gigiku saat memikirkan itu. Begitu pula Dia yang mendengarkan dari dekat. Sejumlah besar energi sihir bocor dari tubuhnya, dan mengancam akan meledak kapan saja.

 

"Aku datang membawa kabar baik juga." Lanjut Serry.

 

"Berkat Ragne yang menyelidiki sendiri, kita sekarang tahu di mana Palinchron Regacy berada. Sepertinya orang itu saat ini berada di bawah naungan Laoravia. Tampaknya, orang itu harus melarikan diri ke negara yang paling aman karena orang yang tidak disambut di Whoseyards. Dia sekarang kembali dengan Guild tempatnya dulu, Epic Seeker, dan sepertinya dia merencanakan sesuatu."

 

"Laoravia, eh? Itu memang masuk akal. Bahkan Whoseyards akan kesulitan menusuk sulurnya di sana."

Berbeda dengan Whoseyards, yang hukumnya ditegakkan dengan ketat, Laoravia lebih berjiwa bebas. Meskipun secara teknis mereka bersekutu, mereka adalah dua negara di Aliansi Dungeon dengan ketegangan paling besar di antara mereka. Dan alasan orang itu berada di Laoravia dan bukan Vart adalah karena berada dalam posisi yang menguntungkan dalam negosiasi di masa depan dengan Whoseyards. Seperti biasa, jaringan kontaknya sangat dalam, dan orang itu terampil dalam menemukan tempat yang tepat selama melakukan peregangan tertentu.

 

"Lastiara." Kata Dia.

 

"Aku ingin pergi ke Laoravia. Boleh?"

Dia telah menunggu hingga pembicaraan selesai sebelum bertanya. Dan karena Dia meminta persetujuan, sepertinya Dia masih memiliki sedikit ketenangan. Meski begitu, jika aku mengatakan tidak, siapa yang tahu kapan Dia akan meledak?

 

"Ya, ayo pergi ke sana. Yang kita tahu saat ini hanyalah di mana Palinchron berada. Jadi aku rasa kita tidak punya pilihan selain pergi ke sana. Sepertinya orang itu satu-satunya yang tahu di mana Sieg dan Mar-Mar berada, jadi....."

Yang terbaik dari semuanya, Alty, yang kami anggap sebagai musuh paling sulit dikalahkan, sudah tidak ada lagi. Jika hanya Palinchron yang harus kami lawan, aku yakin jika kami mempersiapkannya dengan cukup cermat, kami bisa mengalahkannya.

 

"Baik." Kata Dia.

 

"Ditambah lagi, kamu dan aku telah menyempurnakan kerja tim kita hingga bersinar. Ayo kita hajar Palinchron bajingan itu dan buat dia bicara di mana tempat Sieg berada."

 

"Aku kira itu pilihan terbaik kita. Jika kita terus seperti ini, keadaannya akan semakin buruk."

Jumlah orang yang mengejar kami di dalam Greeard pasti akan meningkat pada suatu saat, dan itu bahkan akan membuat berjalan keliling kota menjadi sebuah perjuangan. Kami baru saja melihat segelintir tentara Whoseyards hari ini. Dan tidak diragukan lagi, jumlahnya lebih banyak daripada hari sebelumnya. Karena itu, lebih baik keluar dan bertarung lebih cepat daripada terlambat.

 

"Ah, akhirnya." Kata Dia sambil tersenyum. 

 

"Ini tidak akan lama lagi. Hanya sedikit lagi, dan Sieg...."

Faktanya, jika dan ketika dia didorong melewati batas kemampuannya, suatu tempat di Aliansi Dungeon akan berubah menjadi gurun. Tidak ada kemungkinan lain.

 

"Kalau begitu sudah diputuskan. Ayo segera menuju Laoravia. Kita akan menangkap seseorang yang tergabung dalam Guild Epic Seeker dan membuat mereka bicara tempat Palinchron berada. Lalu kita akan membuat Palinchron muncul di tempat Sieg dan Mar-Mar berada."

 

"Ya, serahkan pertarungan itu padaku. Sebagai permulaan, aku akan membalasnya kembali untuk tebasan itu. Kamu bisa mengandalkanku."

 

"Nona Apostle, izinkan aku membantumu. Mari kita hancurkan Palinchron bajingan itu hingga berkeping-keping."

Keduanya berpegangan tangan secara damai saat mereka berkolusi. Aku menambahkan tanganku sendiri dan mengumumkan nama operasi yang baru saja aku pikirkan.

 

"Sekarang, mulailah Operasi Pengambilan Kembali Sieg dan Mar-Mar!"

Dengan itu, kami keluar dari ruangan. Palinchron mungkin telah mengalahkan kami pada Hari Blessed Birth itu, namun sekarang giliran kami. Kami tidak akan kalah lagi. Tidak kepada siapapun. Dan kami tidak akan melepaskan satu pun sekutu kami. Itulah yang aku sumpahkan pada diriku sendiri saat menuju Laoravia—kami semua pergi untuk menggenggam tangan Sieg dan Mar-Mar di tanganku sekali lagi.

 

GAYA HIDUP BARU SNOW

 

Beberapa hari telah berlalu sejak aku memulai hidup baruku di Guild.

Aku melepaskan pakaianku, beralih ke pakaian yang lebih terang sebelum mendekat ke jendela kamarku dan menatap bintang-bintang. Mungkin berkat titik-titik cahaya yang tak terhitung jumlahnya, malam menjadi tidak gelap. Aku dapat dengan jelas melihat pemandangan kota Laoravia dengan mata telanjang. Dan meskipun matahari terbenam, kota ini tidak tertidur atau semacamnya. Ada banyak orang yang bekerja malam berjalan-jalan, termasuk penjelajah Dungeon sepertiku. Pemandangan kota bertahan selamanya di negara Laoravia ini. Bangsa kebebasan. Melihat semua itu, aku merasakan kebebasan untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

 

"Berkat Kanami, setiap hari menjadi hidup yang mudah."

Kataku, menjelaskan alasannya tanpa basa-basi.

 

Aku tidak peduli jika Kanami mendengarkan menggunakan sihirnya. Mengingat betapa baiknya dia sebagai Guildmaster, itu tidak cukup untuk menimbulkan kemarahannya. Itu adalah tipe kepribadian yang langka di zaman sekarang ini. Namun bisa juga disebut kepribadian ideal bagiku.

Itu sebabnya.... sedingin angin malam, aku tidak merasa kedinginan sedikit pun. Malahan, hatiku terasa nyaman, acak, dan hangat. Sedemikian rupa sehingga jika tidak ada yang melihat, aku mungkin ingin melepas celana dalamku juga.

 

"Dia tidak merasa seperti 'Pahlawan Sejati', tapi meski begitu, dia orang baik." Kataku.

Itu adalah ucapan yang biasa saja, namun itu menyentuh hatiku. Karena yang paling penting bagiku adalah apakah dia pahlawan sejati. Dan meskipun Palinchron mengatakan demikian, menurutku tidak. Sebenarnya tidak, tapi..... dia seperti Will-san dalam hal itu.

 

Will Linkar, mantan Guildmaster pertama Epic Seeker. Kanami mungkin punya sedikit kesamaan dengan laki-laki itu. Ada kemungkinan besar aku hanya memikirkan hal itu karena tidak ada orang yang bisa kuandalkan seperti Will-san. Bisa dibilang, Will-san dan Kanami sama-sama berjiwa baik. Mereka baik hati, kuat, dan heroik, dan pada dasarnya, keduanya tidak suka menjadi pahlawan. Jadi apa mereka memang berdua memang mirip?

 

Hmm..... Kanami dan Will-san, ya? Mereka tidak mirip, tapi..... hmm.....

"Tunggu, apa hanya aku, atau akhir-akhir ini aku tidak memikirkan apapun selain Kanami?"

 

Beberapa hari telah berlalu sejak Kanami menjadi Guildmaster. Aku merasa selama beberapa malam terakhir, aku memikirkan hal yang sama. Bertanya-tanya mengapa itu....

 

"Mungkinkah? Apa aku menyukainya?"

 

Tidak..... Aku segera menjatuhkan dugaanku sendiri. Bagaimanapun, hanya ada satu orang yang pernah kusukai seperti itu dalam hidupku. Gadis yang memintaku untuk melarikan diri bersamanya bertahun-tahun yang lalu. Gadis yang mengingatkanku pada Kanami. Namanya.....

 

Uh, lupakan. Lebih baik aku tidak mengingatnya.

"Ha, haha...."

 

Kakiku gemetar. Hanya karena mengenang sedikit tentang kesalahan besarku yang ketiga—hanya dari gambaran neraka yang terlintas di benakku, tiba-tiba aku merasa merinding. Dan tubuh ini adalah tubuh Dragonewt. Dragonewt bisa hidup bahkan di dalam es, dan aku tetap saja merasa sangat kedinginan. Ini telah mencapai ranah penyakit. Penyakit jantung yang tidak dapat disembuhkan.

Dengan terhuyung-huyung, aku menutup jendela dan perlahan-lahan menjauhkan diri darinya. Gambaran neraka yang berkelap-kelip itu—saat-saat terakhir gadis yang melarikan diri bersamaku.... aku menepisnya.

 

"Dia.... Dia berbeda. Kanami jauh lebih kuat dariku, jadi itu tidak sama."

Dengan mengungkapkan sentimen itu ke dalam kata-kata, aku berhasil menghentikan rasa merinding secara bertahap. Aku yakin saat-saat terakhir gadis itu tidak akan terulang lagi. Dan keyakinan penuh yang kumiliki pada hal itu membuatku menyadari alasan keberadaan Kanami dalam hidupku membuat hatiku terasa begitu hangat.

 

"Ah. Jadi itu.Itulah arti Kanami bagiku."

Maafkan aku atas kata-kataku, namun bagiku, dia sangat nyaman. Dia lebih kuat dariku atau Glenn, dan dia bahkan lebih baik hati dari Will-san. Apa yang orang sebut hal seperti itu selain nyaman? Gadis itu memang baik hati, namun dia belum cukup kuat. Namun Kanami memiliki kekuatan dan kebaikan. Itulah yang membuatku merasa sangat aman dan hangat.

 

"Apa yang aku rasakan padanya bukanlah perasaan romantis. Perasaan apa sebenarnya ini?"

Perasaannya sedikit berbeda dari apa yang kurasakan pada Will-san atau gadis itu. Dan itulah pertama kalinya aku bertarung dengan emosi yang tidak dapat aku sebutkan namanya. Itu membuatku bingung, namun aku menjatuhkan diriku ke tempat tidur sambil memegang erat perasaan itu. Aku masih mengenakan pakaian tipis, namun tubuhku menjadi sangat hangat. Semakin aku memikirkan Kanami, semakin baik rasanya.

 

Ah, hari selanjutnya, malam selanjutnya aku bisa tertidur tanpa harus cemas.

Berkat Kanami, malam-malam yang kulalui dengan penuh ketakutan kini menjadi seindah ini.

 

Aku akan memberikan Kanami pekerjaanku untuk dikerjakan besok juga. Aku yakin dia akan menghiburku dan berkata, "Sepertinya mau bagaimana lagi."

Aku tidak sabar menunggu hari berikutnya.

 

"Hehehe."

Itulah sebabnya aku bisa tertidur dengan senyum meyakinkan di wajahku. Aku bisa melepaskan semuanya.....

 

Tak perlu dikatakan, perasaan itu sebenarnya adalah perasaan cinta pertamanya. Butuh beberapa saat baginya untuk menyadari kalau perasaan hangat ini adalah bukti kalau dia memang mencintai Kanami. Semakin jauh cerita ini, jiwa gadis kecilnya akan mengambil langkah maju, dan dia akan mengenali kalau itu adalah perasaan cinta pertamanya.