Chapter 2 : The Pawn Named Hine

 

Hine Hellvilleshine, Ksatria Rank Kedua dari Seven Celestial Knight. Itulah gelar yang aku miliki saat ini.

Aku tidak pernah secara khusus menginginkan gelar yang terlalu berlebihan, ingatlah. Itu karena aku tidak pernah ingin menjadi Ksatria yang bangga dengan status atau prestasinya. Jika aku menjadi, katakanlah, seorang Ksatria daerah pedesaan yang mendedikasikan tubuh dan jiwanya untuk satu orang, jenis yang kalian lihat memainkan peran pendukung dalam sebuah opera, aku akan sangat senang dengan itu. Apa yang aku inginkan adalah menjadi Ksatria yang benar yang mampu melindungi seseorang dari bahaya.

 

Namun pada akhirnya, aku tidak pernah bisa menjadi Ksatria apapun. Aku lahir dari Keluarga Ksatria terkemuka di Whoseyards, dan karena takut menodai nama keluarga, aku dilatih untuk itu. Tapi aku orang yang patut dikasihani, karena dengan kekuatan yang kuperoleh, aku terus melakukan kesalahan demi kesalahan.

Ketika aku pertama kali bertemu nona, itu pada usia delapan belas tahun, segera setelah aku menduduki jabatanku di Celestial Knight. Aku dituntun oleh seorang atasan ke ruang bawah tanah Katedral yang gelap, melewati pintu batu yang berat ke dalam ruangan menakutkan yang hanya berisi lilin dan tempat tidur.

 

Dan di sanalah dia. Dia telah tertidur, matanya tertutup. Aku mengingatnya seperti baru kemarin. Aku mengingatnya karena saat aku melihat gadis yang tertidur di atas ranjang empuk di bawah seprai putih murni adalah saat kedua kisahku sebagai seorang Ksatria akhirnya dimulai.

Pemandangan kecantikan dunia lain itu membuatku terengah-engah. Aku telah diberi penjelasan sederhana sebelumnya, jadi aku mengerti kalau dia itu adalah wadah untuk Saint Tiara, namun aku bertanya hanya untuk memastikan :

"Apa dia ini? Saint Tiara?"

 

"Tentu saja." Kata orang yang membawaku ke sana.

 

"Yah, dia adalah gadis yang akan menjadi tubuh untuk mantra kelahiran kembali yang ditinggalkan oleh Saint Tiara. Dia adalah keinginan tercinta Whoseyards dan puncak dari teknik sihir." Jelasnya singkat.

 

Nama orang itu adalah Pheydelt Röus, dan dia adalah agen perwakilan dari Kanselir negara ini. Di bawah rambut coklat kemerahannya menatap tajam sepasang mata gelap yang mendung. Seven Celestial Knight saat ini berada di bawah pengawasan langsungnya, yang membuatnya menjadi atasanku. Seperti yang terlihat di matanya, dia memiliki watak yang agak kejam, namun karena kesetiaannya kepada negaranya tidak ada duanya, dia masih berada di pihak yang lebih disukai sebagai pengawas.

 

"Sudah berapa lama ini dikerjakan? Dari apa yang aku tahu, dia masih remaja."

 

"Sebenarnya, dia di bawah satu tahun. Mereka tidak dapat mengunci tubuh homunculus sampai baru-baru ini. Jika aku ingat dengan benar, sudah sekitar tiga bulan sejak dia lahir."

 

"T-Tiga bulan? Tapi kenapa dia terlihat begitu dewasa?"

Tidak mungkin gadis yang tidur di depan mataku bisa masih seorang bayi.

 

"Hal itu mungkin karena teknik sihir masa ini."

Kata Pheydelt seolah itu bukan masalah besar, mengabaikan keherananku.

 

"Karena kami perlu menyiapkan tubuh pada Hari Blessed Birth tiga tahun dari sekarang, mereka memutuskan untuk membuat usia fisiologis tubuh lebih tua agar sesuai. Kami ditugaskan untuk menawarkan produk jadi 'berusia enam belas tahun' pada tanggal yang ditentukan di tahun yang diramalkan oleh ramalan pendiri. Dan untuk itu, kau telah dipilih sebagai pendidiknya, Hine Hellvilleshine."

 

"Aku? Pendidiknya?"

 

"Untuk saat ini, kami akan memperlakukannya sebagai keturunan Saint Tiara. Dia akan diberi status dewa dalam wujud manusia, dan dia akan disiapkan untuk hari yang dijanjikan. Aku ingin memberimu tanggung jawab untuk mempersiapkannya dalam beberapa cara yang dia butuhkan. Kau harus memberinya kekuatan dan penanaman yang tepat. Jika, ketika sang Saint turun ke tubuhnya, tubuh itu rapuh dan lemah, rencananya akan terlambat dari jadwal. Kami berencana agar sang Saint segera siap, kau tahu."

Aku mulai mendapatkan gambarannya. Singkatnya, misiku adalah membesarkan gadis ini sedemikian rupa sehingga dia akan menjadi wadah yang cocok untuk kedatangan Saint Tiara.

 

"Jadi aku harus melatihnya? Jika hanya itu, aku mungkin bisa mengaturnya."

 

"Tidak, kau tidak hanya akan melatih tubuhnya. Hal ini juga penting, jadi dengarkan baik-baik. Sebentar lagi, homunculus ini akan memunculkan kesadarannya sendiri. Ketika itu terjadi, masalah terbesarnya, apakah gadis ini harus menyetujui ritual tersebut. Jadi aku ingin kau membimbingnya ke keputusan yang benar."

 

Gambar itu tidak terlihat begitu cantik lagi. Aku melihat Pheydelt di matanya yang tak bernyawa.

"Err, uhh, tuan, wadah ini, gadis ini akan sadar? Jadi dia akan memiliki jiwa seorang gadis yang bukan Saint Tiara?"

 

"Bukankah itu sudah jelas? Pikirkannya sebagai bayi yang lahir beberapa bulan yang lalu. Ada kemungkinan kalau dia akan menolak gagasan kalau kesadarannya mau ditimpa oleh Saint Tiara."

 

"Ditimpa? Jadi kesadaran mereka tidak akan hidup berdampingan? Bukankah itu—" Bukankah itu, artinya gadis ini akan mati?

 

Bara kemarahanku terpotong oleh ucapan dingin Pheydelt.

"Ksatria-san yang baik, inilah yang telah diputuskan oleh pemerintah, konsensus Gereja Levahn, dan keinginan terakhir dari pendiri."

 

Api kecil amarahku padam dalam waktu singkat oleh bongkahan es yang merupakan keputusan negara.

"Wadah itu akan menjadi Saint yang dihormati semua orang. Itu alasan untuk perayaan, bukan sesuatu yang membuatnya dikasihani. Simpati yang kau rasakan untuknya bisa ditafsirkan sebagai pengkhianatan."

 

"Tidak, tuan, aku tidak akan pernah memikirkan hal seperti itu."

Pengkhianatan? Kau pasti bercanda. Hanya karena kau berada di atasku dalam rank tidak berarti kau dapat mengatakan apapun yang kau suka. Tapi aku menundukkan kepalaku seperti Ksatria kecil yang baik.

 

"Jika kau tidak puas dengan takdirnya, Hine, lakukan tugasmu. Jika wadah itu senang menjadi Saint Tiara, kami akan senang. Dan orang-orang akan merayakan fakta itu juga. Jika itu terjadi, maka tidak ada yang tidak bahagia, kan, nak? Tugasmu, bisa dikatakan, adalah membuat semua orang bahagia. Itu sebabnya kau dipilih — Kau mendekati usianya dan kau pandai bercerita hal menarik. Warnai saja dunianya melalui penceritaan kreatif yang menjadi keahlianmu dan kesankan kepadanya keindahan Gereja Levahn, kemegahan Saint Tiara, dan kemuliaan tugas dan pengorbanan diri."

Penjelasan itu tidak cukup mendekati, namun, aku terpaksa menurut. Aku hanya bisa menggertakkan gigi dan menahannya. Begitulah nasib para Ksatria Keluarga Hellvilleshine.

 

"Aku serahkan kepadamu, Ksatria Hellvilleshine."

 

Kata-kata Pheydelt melilitku seperti rantai. Hanya itu yang diperlukan untuk membuatku tidak bisa bergerak. Dengan itu, dia membelakangiku dan keluar dari ruangan. Ditinggal sendirian di kamar remang-remang, aku menghela napasku sebelum segera mendekat ke tempat tidur di tengah dan membangunkan gadis itu. Lebih baik untuk memulai pekerjaanku lebih awal.

 

"Ngh, rrgh....."

 

"H-Halo. Aku Hine. Senang berkenalan denganmu."

Aku mencoba menyapa gadis yang perlahan membuka matanya itu, selembut mungkin namun seramah mungkin untuk mendapatkan kepercayaannya sebagai pendidiknya.

 

Dia duduk sambil memegangi kepalanya.

"Augh..... H-Hine? Namaku..... Namaku.... Hah? Urgh, kepalaku sakit." Gadis itu mengerti kata-kataku dan berusaha mengingat siapa dirinya, hanya untuk segera menyadari kalau dia bahkan tidak tahu namanya sendiri.

 

"Siapa aku? Aku..... Aku tidak tahu namaku? Urgh, begitu banyak yang mengalir masuk dan keluar...."

Komentar itu memberiku petunjuk tentang kondisinya. Kemungkinan besar, dia telah dikodekan dengan pengetahuan dasar sehari-hari dan bahasa melalui formula sihir dalam darahnya. Dibiarkan sendiri, dia akan tahu semua yang perlu diketahui oleh seorang anak berusia enam belas tahun. Kalau tidak, bagaimana aku bisa bercakap-cakap dengan seorang gadis yang lahir tiga bulan sebelumnya?

 

"Kamu tidak harus memaksakan diri. Kami sudah punya nama untukmu."

Matanya terbuka lebar, dan dia menatapku. Nama eselon atas Whoseyards dianggap cocok untuk membaptisnya dengan rantai lain untuk mengikatnya.

 

"Lastiara. Namamu Lastiara Whoseyards." Itu adalah nama yang hanya bisa disebut kutukan.

 

"Lastiara.... Namaku Lastiara...."

Pipinya sedikit memerah saat dia dengan gembira mengulangi namanya.

 

"Senang bertemu denganmu, Lastiara. Ah, tunggu, aku kira harus memanggilmu dengan Lastiara-sama? Kamu adalah 'dewa dalam bentuk manusia'..... Yang berarti aku harus menggunakan bahasa yang sopan saat memanggilmu juga. Bagaimanapun, mulai hari ini, nona, aku, Hine, akan melayani sebagai instrukturmu. Jika ada yang ingin kamu tanyakan, tanyakanlah."

Aku menjelaskan kalau ini adalah pekerjaanku dan hanya memberinya informasi yang perlu diketahui.

 

"Baik, Hine-san." Katanya sambil tersenyum. 

 

Setelah berpikir sejenak, dia menatap wajahku dengan tatapan bingung. "Hine-san, ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."

 

"Silakan." Jawabku dengan penuh kasih sayang, setelah memutuskan untuk memberitahunya sebanyak yang aku bisa.

 

"Mengapa kamu terlihat sangat sedih?"

Begitu saja, aku belajar kalau hal yang baik itu berada di luar jangkauanku.

 

"Aku.... Aku terlihat sedih?"

 

"Ya."

Aku meletakkan tangan ke kepalaku. Dengan menelusuri mulut, hidung, pipi, dan mataku dengan jari-jariku, aku tahu wajahku berkerut. Namun aku tidak mampu untuk mengakuinya. Hal itu akan menghalangi pekerjaanku.

 

"Tidak mungkin aku sedih. Aku tersenyum. Aku tersenyum ramah dan lembut. Kamu salah paham, Lastiara."

 

"Aku salah?" Dia menjawab, benar-benar bingung. Ini bertentangan dengan pengetahuan umum yang diberikan kepadanya melalui darahnya.

 

"Ya." Aku bersikeras. 

 

"Itu benar."

Aku tidak mengasihaninya. Aku tidak bersimpati atau berempati dengannya. Aku tidak diizinkan untuk itu. Itulah yang aku putuskan saat itu juga. Itu adalah pertemuan pertama kami yang membawaku kepada keputusan itu.

 

Pada hari itu, aku menetapkan jalanku di atas batu. Tidak pernah dalam hidupku aku bisa menjadi Ksatria gadis itu. Saat itulah aku mengakuinya kepada diriku sendiri.

Maka dimulailah hari-hari yang aku habiskan sebagai instrukturnya. Selain pekerjaanku sebagai seorang Ksatria, aku terus-menerus mengkondisikannya untuk menjadi pion kecil yang sesuai bagi Whoseyards — dan tentu saja, tak lama kemudian, aku mengembangkan perasaan untuk gadis berhati murni itu.

 

Tapi semuanya sudah terlambat saat itu. Pada saat aku jatuh cinta kepadanya dan mendapati diriku ingin menjadi Ksatrianya, aku tidak lagi memenuhi syarat. Aku sendiri yang telah membuangnya — Peran menyelamatkan gadis itu. Peran pahlawan dalam cerita, menukik untuk menyelamatkannya. Aku sekarang adalah penjahat kotor yang menipu pahlawan wanita itu dengan kebohongan. Tidak mungkin kisah cinta bisa terungkap di antara kami, dan aku, si penjahat, terus melakukan apa yang tidak bisa ditarik kembali. Bahkan jika aku mencoba menyelamatkannya di tahap selanjutnya, hal itu akan mengungkap betapa jahatnya diriku. Mau tak mau aku takut dia marah kepadaku.

 

Dan itu belum semuanya. Aku takut memusuhi negaraku. Aku takut kehilangan posisiku. Aku takut mengecewakan keluargaku. Pada akhirnya, hal itu sederhana. Aku, Hine Hellvilleshine, hanyalah seorang laki-laki malang yang menyedihkan.

Hanya ada satu hal yang bisa aku lakukan. Seperti yang diperintahkan Pheydelt, aku harus membuat Lastiara menjadi wadah yang sempurna sehingga dia tidak menderita dalam hidup. Jika aku membuatnya mengidolakan Saint Tiara, ingin menjadi pahlawan, dan menjadi sangat gembira untuk melayani sebagai penyelamat negara, maka "Lastiara" buatan itu akan mati dengan bahagia. Itulah satu-satunya akhir bahagia yang tersedia baginya.....

 

Atau begitulah yang terus aku katakan kepada diriku sendiri. Aku tahu ini tidak baik, namun aku terus mencuci otaknya dan menyebutnya sebagai "pendidikan". Aku mengkondisikan Lastiara selama satu tahun..... lalu dua tahun..... lalu tiga tahun.....

Namun suatu hari, dengan hanya sedikit waktu tersisa sebelum Hari Blessed Birth, dia mengajukan permintaan kepadaku, seperti sebuah kapal di malam hari yang melihat sesuatu di cakrawala.

 

"Hine-san. Sebelum akhir.... Sebelum akhir, aku ingin melihat bagian luar."

Saat itulah aku menyadari kalau "wadah yang sempurna" telah membentuk celah. Awalnya, aku tidak dapat mempercayai apa yang didengar oleh telingaku, karena itu adalah kalimat yang tidak akan pernah dia katakan jika dia mengikuti apa yang aku ajarkan kepadanya. Tapi itulah yang dia katakan, menyuruhku membiarkannya keluar.

 

Pertama, aku bertanya-tanya apa penyebabnya. Sebagai seorang Ksatria dari Whoseyards, aku langsung berusaha melindungi kepentingan negara. Dan segera, penyebabnya datang kepadaku. Sebenarnya, selama ini aku mungkin samar-samar sadar. Itu karena aku terlalu bermasalah, terlalu khawatir, dan terlalu takut pendidikanku untuknya menjadi "sempurna".

Aku seharusnya mengajar mata pelajarannya seperti sejarah dan agama secara seimbang, namun aku telah membacakannya cerita petualangan heroik yang meluap-luap dan mencoba membuatnya berpikir tentang kebebasan dan pembebasan. Selain itu, aku mencari cerita petualangan yang berisi hal romantis yang kuat yang disukai gadis seusianya, mengadaptasinya, dan menyajikannya. Itu adalah keinginanku, karena aku tahu itu hanya akan membuatnya menderita. Pada tingkat bawah sadar, aku berharap dia menolak menjalani ritual atas kemauannya sendiri, jadi tanpa disadari aku memberinya alternatif.

 

Dadu telah dilemparkan. Permintaannya dikabulkan jauh lebih mudah daripada yang aku perkirakan, dan dia diberikan hak untuk melompat keluar dari sangkar yang disebut Katedral. Petinggi pasti menyimpan banyak kepercayaan pada tingkat kesempurnaan gadis itu.

Banyak lapisan sihir mental diterapkan kepadanya dari tahap pembentukan tubuh, dan formula dalam darahnya juga sempurna. Aku juga tahu kalau Palinchron, yang berspesialisasi dalam sihir mental, secara teratur memeriksanya. Sementara aku bertanggung jawab atas indoktrinasinya, aku tidak bertanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengannya. Aku kira mereka pikir itu akan sia-sia jika aku merencanakan sesuatu sendiri. Maka sosok Lastiara itu muncul dari penjaranya.

 

Diam-diam, aku mengharapkan pergolakan situasi saat ini. Namun, kenyataan terasa sebaliknya. Ketika aku berbicara dengan gadis yang sedang bersiap untuk berangkat, dia hanya memimpikan petualangan heroik. Aku ingin dia melakukan sesuatu yang lebih feminin. Idealnya, dia akan tertarik kepadaku jika dia adalah gadis biasa. Namun dia tidak pernah melangkah keluar dari menjadi pahlawan atau Saint.

Tepat ketika aku akan menyerah untuk melihat retakan di wadahnya sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar fantasi—atau melihat gadis itu sebagai siapa pun selain "Lastiara"—Kami bertemu dengannya.

 

"Hei, kau. Kau yang di sana, yang bersembunyi. Tunjukan dirimu."

Kami bertemu dengan anak laki-laki berambut hitam dengan bekas luka bakar.

 

"Aku bukan perampok."

Berkat jaring sihir anginku, aku bisa mendeteksi anak laki-laki itu dari napas yang dia hembuskan. Pada awalnya aku mengira dia adalah seorang perampok, namun menilai dari penampilannya, dia bukan salah satunya. Kami berusaha mengikuti modus operandi kami yang biasa dengan melepaskan diri darinya.

 

{ TLN : Modus Operandi : Teknik cara-cara beroperasi yang dipakai sama orang jahat }

 

"Kamu orang yang menarik!"

Namun, kami terhalang oleh ledakan rasa ingin tahunya. Ini adalah pertama kalinya dia mengungkapkan minat sebesar ini kepada lawan jenis. Dia bahkan memperlakukan penjelajah terkuat, Glenn Walker, seperti orang biasa mana pun.

 

Dia membantu bocah itu dengan semua sihir yang dia bisa, setelah itu kami mencoba untuk pergi darinya seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi aku sudah cukup lama mengenalnya untuk menyadari kalau dia tidak bisa menghilangkannya dari pikirannya. Aku pikir telah datang ke kesempatan untuk "melakukan apa yang aku bisa", atau begitulah.

Pada malam kami menyembuhkan anak laki-laki di Dungeon, aku mengajukan pertanyaan kepadanya setelah kami kembali ke Katedral.

 

"Nona, kamu sedang memikirkan anak laki-laki yang tadi ada di pikiranmu, benar?"

Matanya berbinar, membuatnya mudah dibaca. Kilatan yang dulu begitu murni telah berubah menjadi kemilau gila, dan alasannya sederhana. Pendidikannya yang tidak seimbang selama bertahun-tahun berdampak negatif kepada kepribadiannya.

 

"Lagi pula ini adalah kesempatan terakhirmu. Mengapa kamu tidak mencoba bekerja sama dengan anak itu?"

 

"Tapi Hine-san, aku....."

 

"Oh, aku tahu. Kita bisa mengatakan kalau kamu jatuh cinta kepadanya. Bagaimana kalau kita mengartikannya dengan itu?"

 

"T-Tunggu. Cinta?"

 

"Dengan begitu, ajaran Gereja Levahn akan mencegahnya untuk menolaknya. Hal itu bisa menjadi dalih bagimu untuk pergi keluar."

 

"Err, memang benar kalau ajaran mengatakan itu, tapi tidak mungkin alasan itu akan hilang....."

 

"Itu akan."

Itu bohong, tentu saja. Apa yang sebenarnya akan aku laporkan adalah : "Dalam kekagumannya kepada petualangan Saint Tiara, Lastiara mengatakan dia ingin melakukan penjelajahn Dungeon sebelum akhir." Aku akan membuatnya terlihat seperti keinginannya untuk lebih dekat dengan Saint Tiara. Tapi aku melakukannya untuk mempersatukan dia dan anak laki-laki itu.

 

Tidak apa-apa jika itu hanya pura-pura. Dengan menghibur gagasan jatuh cinta, hal itu akan menimbulkan kemungkinan kalau sesuatu akan ditambahkan ke dalam hatinya. Mungkin emosinya sebagai gadis normal akan kembali.

"Kedengarannya bagus." Katanya, matanya bersinar gelap.

 

"Aku ingin bertualang, seperti Saint Tiara!”

Tidak mengherankan, minat Lastiara palsu terletak pada perjalanan seorang pahlawan. Itu akan membuat laporanku kepada atasan menjadi kenyataan, dan itu membuatku sedikit kecewa.

 

"Ya, silakan bertualang dengan anak itu. Aku yakin kamu akan bersenang-senang."

 

"Heh heh, heh heh heh. Bagus sekali. Itu luar biasa."

Selama beberapa hari setelah itu, aku berlari mengelilingi Katedral tanpa sempat tidur. Aku mendapat izin dari berbagai tempat, mengarang kegunaan rencana, dan meletakkan dasar.

 

Untuk beberapa alasan, Palinchron mengetahuinya dan membantuku, yang sangat membantu. Akibatnya, aku berhasil menarik perhatian atasan dan memberi Lastiara lebih banyak waktu untuk aktivitasnya sendiri.

Dengan gembira, aku pergi untuk memberitahu gadis yang bersembunyi di Katedral.

 

"Nona, tentang apa yang kita diskusikan sebelumnya...."

 

"Apa yang kita diskusikan? Err, maksudmu tentang berpetualang dengan Kanami?"

 

"Ya. Aku bertanya kepada atasanku, dan mereka dengan senang hati memberikan persetujuan. Untuk beberapa hari, kamu akan memiliki kebebasan penuh."

 

"Whoa, benarkah?! W-Wow, baiklah! Itu luar biasa! Apa itu sungguhan?!"

 

"Nona, tolong perhatikan ucapanmu."

Dia sangat senang. Dan caranya mengungkapkan kegembiraan itu sesuai dengan usianya. Namun, rasa tergila-gila yang ada di matanya itu belum hilang.

 

Yah, itu tidak bisa dihindari. Bukan aku yang menghapusnya. Anak laki-laki itu akan melakukannya.

 

"Maaf, Hine-san. Ahh, kamu tahu, kupikir aku hanya bisa bertemu dengan Kanami setelah aku berubah menjadi Saint. Aku benar-benar sangat senang."

 

"Aku merasa senang untukmu, nona. Namun, ini adalah rahasia besar, jadi berhati-hatilah."

 

"Aku tahu. Jadi, apa alasanku pergi keluar?"

 

"Seperti yang aku katakan pada awalnya. Semuanya muncul dari keinginanmu untuk bersama Kanami, anak laki-laki yang kamu sukai itu. Perasaan suka itu adalah dalihnya. Tentu saja, karena ini adalah tentang percintaan dari seorang dewa yang hidup, mereka yang tidak menerima dengan gagasan itu datang. Para pendeta berkepala besar dan tidak fleksibel akan mencengkeram para Ksatria pemberani di Whoseyards dalam cengkeraman jahat mereka. Tapi bagaimana dengan ini? Seorang anak laki-laki bernama Kanami mengusir semua Ksatria itu melalui ilmu berpedangnya yang luar biasa! Siapa yang harus dia ingatkan—"

 

"Tunggu, tunggu sebentar. Apa skenario hebat seperti itu benar-benar diperlukan? Apa kamu yakin cerita dongengmu itu tidak terlalu berlebihan?"

 

"Ini.... Ini penting."

Sepertinya dia mengira kegemaranku untuk membuat cerita semakin liar. Karena kinerja karya kreatifku yang konstan, citranya tentang diriku menjadi miring. Tapi kesimpulan yang salah itu cocok untukku.

 

"Maksudku, bukankah ada banyak alasan?" Dia bertanya.

 

"Kamu tahu, hal-hal yang biasa, seperti, 'dia perlu menjelajah seperti yang dilakukan Saint Tiara' atau 'dia perlu membangun tubuhnya' atau 'dia perlu memperdalam pemahamannya tentang dunia ini'?"

 

"Itu tidak akan berhasil."

 

"Cukup yakin ini hanyalah hasil dari apa yang bisa membuatmu bebas....."

 

"Ini juga merupakan tes bagi anak laki-laki yang akan kamu hadapi."

 

"Sebuah tes?"

 

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan, nona. Bahkan setelah kamu menjadi Saint, kamu ingin Kanami berada di sisimu."

Hal itu hanya anggapanku..... Namun aku membutuhkannya.

 

"Y-Ya..... Kamu cerdas, Hine-san."

 

Bagus. Di dalam, aku mencengkeram tinjuku.

"Seperti yang kamu katakan, ini adalah skenario yang luar biasa, tapi ini adalah tes penting bagi anak laki-laki yang akan menjadi Ksatriamu. Ini juga berfungsi sebagai pemantauan berkala terhadap orangmu."

 

Pada titik tertentu, saat dia melihat sosok gagah anak laki-laki itu dipukul dari belakang saat anak itu melindunginya, dia mulai merasa sedikit manis kepadanya. Yap, ini adalah kisah klasik yang telah dicoba dan nyata. Itu setidaknya sebuah cerita yang dibutuhkan untuk menjadi baik. Selain itu, bagi seorang pemimpi sepertinya, apapun yang kurang dari itu tidak akan cukup membuatnya bersemangat. Produksi ini harus bagus dan seperti cerita.

 

"Untuk saat ini, bagaimana kalau kita mengirim Palinchron atau siapapun untuk mengukur keberanian anak itu? Kamu akan melakukan kontak dengannya setelah itu. Tolong izinkan dia untuk mengusir banyak Ksatria yang akan datang untuknya. Bisa dibilang, aku akan memilih Ksatria yang mungkin bisa dikalahkan anak itu."

 

Dia tampak tidak yakin. Apa produksiku terlalu matang?

"Kurasa itu tidak bisa dihindari. Tapi begitu aku melakukan kontak, aku akan melakukan apa yang aku inginkan. Aku tidak yakin kalau aku dapat memerankan seorang gadis yang sedang jatuh cinta, dan aku pikir Kanami harus mengetahui apa yang menjadi bagiannya."

 

Meskipun dia tidak terlalu menyukai pengaturan ini, hal itu layak untuk dikejar, dan dia juga tidak menyukai cerita pahlawan dalam percobaan ini.

Tapi dia akan menjelaskan situasinya kepada anak itu juga?

 

Sebenarnya, aku berharap anak laki-laki itu ingin melindungi gadis cantik yang muncul entah dari mana dan lebih menyukainya, tapi.... hal itu tidak ada gunanya. Aku bersedia memprioritaskan kelancaran gerak maju daripada orkestrasi. Kedua belah pihak memalsukan cinta mereka hanya agar cinta itu menjadi semakin nyata dari waktu ke waktu adalah kiasan lain.

"Baiklah. Itu akan menjadi landasan untuk bersamamu. Nah, mari kita kirim Palinchron. Faktanya, mari kita kirim dia hari ini. Dia orang yang santai dengan waktu luang, dan dia memiliki mata elang untuk menilai seseorang."

 

"Oke." Jawabnya.

 

Tersenyum dalam hati pada seberapa baik rencanaku, aku mencari kolaboratorku, Palinchron, dan menjelaskan banyak hal kepadanya. Palinchron setuju tanpa ragu dan mulai melacak anak itu malam itu.

Kemudian, malam menjelang fajar. Keesokan paginya, laporan Palinchron membuatku tercengang.

 

"Ahh, Hine. Anak laki-laki itu adalah binatang buas. Bahkan aku akan kesulitan mengalahkannya."

 

"Maaf, apa kau bilang? Kau mengatakan kepadaku kalau Kanami ini sebanding dengan Celestial Knight?"

 

"Ya, dari apa yang aku lihat, tidak ada keraguan tentang itu. Dan izinkan aku memberitahumu, levelnya juga sangat menarik secara pribadi."

 

"T-Tunggu, sebentar. Beberapa hari yang lalu, dia berada di ambang kematian di lantai 1 Dungeon. Dan dia meroket ke level Celestial Knight hanya dalam beberapa hari?"

 

"Nah, menurut intelku, itu benar sekali. Beberapa hari yang lalu, anak itu mengalami luka bakar di lantai 1 dan nyaris lolos hidup-hidup. Hal itu tidak terbantahkan. Yang juga tak terbantahkan adalah bagaimana dia melintasi sepuluh lantai tidak lebih dari beberapa hari. Hanya masalah waktu sebelum dia mencapai lantai 20. Terlalu banyak hal aneh tentang dirinya."

 

"Aneh? Apa maksudnya dengan itu?"

 

"Aku menantikan hal-hal ini saat ini, jadi aku tidak ingin mengatakannya. Aku sedang berpikir tentang bagaimana bersenang-senang dengan anak laki-laki itu. Kau tahu, aku akan memberitahumu sedikit : ada kemungkinan Siegfried Vizzita mengalahkan Guardian lantai 20. Ah, Siegfried adalah nama samaran Kanami."

 

Mulutku ternganga. Bahkan penjelajah terkuat, Glenn Walker, dan kelompoknya tidak bisa mengalahkan monster itu. Setelah mengalahkan Tida akan menempatkan Kanami pada level pahlawan bangsa. Aku tidak bisa menahan seringaiku.

 

"Guardian Dungeon... Dibunuh oleh anak itu?"

 

"Ya. Itu info dari lugs di Vart guild. Dan juga, aku tidak mendapat izin namun aku memeriksa Ley Lines dan menguatkannya. Aku rasa tidak ada kesalahan."

 

"Kau bahkan mengecek Ley Lines. Aku harus segera menandai skillmu itu untuk disegel."

 

"Yang aku lakukan hanyalah mengumpulkan bukti. Koneksi utamaku adalah seorang kenalan di Vart."

 

"Bagus. Bagaimanapun, kita perlu mengubah rencananya."

 

"Oho. Jadi kau mendengar semua itu dan masih berencana untuk mendorong anak itu?"

 

"Semakin banyak aku mendengar, semakin aku menginginkannya." Kataku kepada Palinchron tanpa menyembunyikan fakta kalau itu perlu.

 

Dia bersiul dan menjawab kalau dia akan bekerja sama denganku dalam mengubah rencana tersebut. Dia mungkin belum mengungkapkan semua info yang dia miliki tentang anak itu, tapi itu tidak masalah bagiku. Tidak peduli apa motif tersembunyi Palinchron, jika anak itu adalah pahlawan yang hebat, kami hanya akan meningkatkan rencana ke bentuk optimalnya.

Merevisi rencananya dalam semalam, aku pergi untuk memberitahu Lastiara dan menemukan dia sedang mengobrol dengan Sera dari Celestial Knight. Aku menjelaskan rencananya lagi kepadanya, membuat Sera keluar ruangan terlebih dahulu. Aku tidak ingin dia menjadi bagian dari ini karena kecenderungannya.

 

Setelah aku menjelaskan skenario yang diubah, Lastiara mengangguk, matanya berbinar-binar.

"Ahh, aku tahu itu! Itulah Kanami-ku!"

 

Melalui skill Pseudo-Divine Eyes miliknya, dia pasti sudah melihat hal ini akan datang.

"Dengan demikian, para Ksatria yang menyerangnya akan menjadi Celestial Knight. Dan karena kami kekurangan jumlah, aku akhirnya harus menjadi bagian dari ini juga."

 

"Ok. Tapi siapa yang tahu kalau para Celestial Knight pun akan memberikan tantangan?"

 

"Anggap saja sebagai pertunjukan. Intinya, tidak apa-apa selama ada duel."

 

"Heh heh, aku menantikannya."

Bagus, semuanya datang bersamaan. Ini akan menjadi lelucon nyata, tapi kami tidak punya pilihan selain melakukannya sampai selesai.

 

"Sebagai catatan tambahan, satu-satunya yang tahu kalau dalih perasaan sukamu itu kepada anak itu adalah aku, Palinchron, dan petinggi. Tidak ada Ksatria lain yang mengetahui hal itu."

 

"Jadi mereka tidak tahu apa-apa."

 

"Semakin sedikit yang mengetahui kebenaran, semakin baik."

Yang tersisa hanyalah mencegah kisah cinta fiktif ini sampai ke atasan kami. Hal itu sendiri tidak akan menjadi masalah besar. Beberapa dari atasan itu pernah datang ke Aliansi Dungeon, dan hampir tidak ada dari mereka yang tertarik dengan tempat itu. Mereka semua adalah pekerja kantoran. Faktanya, bahkan jika mereka tahu apa yang aku lakukan, mereka mungkin hanya tertawa mencemooh dan hal itu akan menjadi akhir dari semuanya. Betapa lucunya semua itu.

 

"Oke, sampai jumpa lagi, Hine-san."

 

"Ya. Jika aku benar-benar muncul, tolong pertahankan tindakannya. Aku juga akan berakting."

 

Dia menghela napas putus asa. "Kamu benar-benar menyukai hal semacam ini, bukan? Kamu, dari semua Celestial Knight, pasti sangat bersemangat untuk datang. Kecanduanmu pada sebuah cerita sepertinya sudah tidak ada harapan."

 

"Ya. Tentu saja."

Dia meninggalkan Katedral, dan rencananya berhasil. Skema kami yang dimodifikasi sederhana. Sebagai seorang pahlawan, Kanami akan menginspirasi perasaan di Lastiara yang mungkin dimiliki gadis normal mana pun. Dan kebahagiaan yang akan mereka bagi tidak akan bersifat sementara. Tidak, itu akan menjadi jenis yang akan bertahan sampai kematian memisahkan mereka.

 

Aku akan melaporkan kepada atasan kalau Lastiara telah menemukan seorang laki-laki saat keluar bertualang dan kawin lari dengannya. Untuk anak sekelas pahlawan seperti Kanami, mereka seharusnya bisa hidup bahagia selamanya bahkan jika Whoseyard mengirim pembunuh untuk mengejar mereka. Keduanya akan menghabiskan waktu senggang mereka, seperti epilog kisah cinta. Itulah yang bisa aku lakukan untuknya. Itulah kebaikan yang bisa aku tunjukkan kepadanya.

 

Dengan harapan dan antisipasi di hatiku, aku menunggu waktu berlalu. Sesuai rencana, Sera adalah orang pertama yang mengamuk. Namun, waktunya sedikit lebih awal, yang membuatku sedikit berkeringat. Loyalitas wanita itu—tidak, motif tersembunyinya—selalu membuatku takjub.

Namun, sebagian besar, tampaknya semuanya akan sesuai dengan skenario. Setelah Kanami memukul mundur Sera, dia dan Lastiara melakukan kontak. Dan setelah aku memastikan kalau mereka telah membentuk sebuah Party, itu akan menjadi giliranku. Aku mengajak Hopes-san untuk melihat bagaimana keadaannya, mengira dia tidak bisa menang, karena dia tidak cocok untuk duel satu lawan satu.

 

Aku pura-pura tidak tahu apa-apa, dan Lastiara dan aku memerankan peran kami. Dia adalah murid nomor satuku; dia tahu bagaimana menceritakan sebuah cerita di dalam dan luar. Kami bertukar kata dan bermain dengan cara yang sekaligus berlebihan dan sarat makna. Melihat ke belakang, ada terlalu banyak garis eksposisi lurus, sesuatu yang ingin aku perbaiki dalam upaya kreatifku berikutnya.

Namun ketika Lastiara dan aku sedang bermain-main, anak laki-laki itu membuat pernyataan yang tidak aku sangka akan datang.

 

"Izinkan aku mengatakan satu hal. Aku tidak ada hubungannya sama sekali dengan kehidupan cinta Lastiara. Tapi karena dia rekan dan sekutuku, aku ingin membantu mengabulkan keinginannya.  Hanya itu saja. Sungguh."

Meskipun itu belum diatur sebelumnya, dia dengan tenang menyatakan itu, yang bagiku, adalah dialog berkualitas tinggi. Aku menatapnya, terperangah, sementara Hopes-san, merasa canggung, mengolok-olok kata-katanya.

 

Ahh, kau tidak mengerti, Hopes-san, pikirku. Itulah level yang kami butuhkan darinya. Level gairah. Dia menjaga antusiasme sebesar itu cocok untuk peran utama cerita.

Aku sudah mengetahuinya selama ini. Tidak ada orang lain yang bisa memainkan peran ini.

 

Aku dapat merasakan kalau dengan ini, aku telah mencapai puncak ketergantungan kepada orang lain. Tapi itu tidak bisa dihindari—dia adalah satu-satunya. Aku sangat menyukai anak itu, pada kenyataannya, tidak berlebihan untuk mengatakan kalau takdir telah menjepitku sampai hari ini demi dia, yang layak. Aku tahu kalau dia sendiri yang bisa melindungi nona selama sisa hidupnya. Itu bukan pertanyaan tentang kekuatannya, melainkan tentang orang seperti apa dia — orang yang mengikuti jalan cerita dan membawanya ke depan. Dia bisa melakukan apa yang aku tidak bisa, dan saat itulah aku menjadi yakin akan hal itu.

Dengan tembakan perpisahan, aku meninggalkan Dungeon dan menceritakan apa yang terjadi pada Palinchron di Katedral dengan gembira.

 

"Ha ha." Tawa Palinchron.

 

"Ketika kau bahagia, aku juga bahagia."

 

"Ha ha ha. Aku tidak pernah merancang skema licik apapun, tapi tampaknya aku memiliki lebih banyak bakat untuk itu daripada yang aku sadari. Aku akhirnya mengerti mengapa penjahat dalam cerita sangat bersenang-senang membuat rencana dan berkonspirasi."

 

"Yah, kita masih perlu memajukan hubungan mereka."

 

"Benar, tapi kau mendengar betapa bersemangatnya anak itu menyatakan apa yang dia lakukan. Apa mereka masih perlu disangga?"

 

"Kau orang yang percaya kepada kenyamanan naratif yang terobsesi dengan semua hal yang dramatis, jadi kau mungkin lega untuk itu, tapi aku belum bisa istirahat. Aku lebih tahu si 'Sieg lebih darimu. Dia orang paling berkemauan lemah yang pernah aku lihat. Realitas lebih keras daripada fiksi, kawanku."

 

Aku telah beroperasi dengan asumsi bahwa, dengan sedikit lebih banyak waktu, keduanya akan menyadari betapa mereka sangat berarti bagi satu sama lain dan kalau kisah asmara akan berkembang di antara mereka. Tapi Palinchron memiliki pendapat yang berbeda.

"Kau tahu harus berkata apa untuk membuat orang gugup."

 

"Mari kita dapatkan konfirmasi. Tunggu disini sebentar. Aku akan memeriksa Ley Lines."

Melalui media Ley Lines Katedral, dia mengumpulkan informasi tentang pasangan tersebut. Bagaimana mereka muncul dan bertindak saat mereka berpartisipasi dalam festival dengan budaknya diproyeksikan ke dalam ruangan melalui sihir.

 

Lastiara berkeliaran, senang menghadiri festival pertamanya. Kanami terlihat sama—apa dia juga tidak terbiasa dengan festival?

Itu mungkin pertama kalinya aku melihat gadis itu bersenang-senang. Ini benar-benar pertama kalinya aku melihat senyum yang begitu murni di wajahnya. Aku harus mematuhi aturan moderasi, karena aku bersamanya sebagai bagian dari tugas kerjaku.

 

Namun, mereka bertingkah lebih seperti teman sesama jenis daripada laki-laki dan perempuan. Kanami tampaknya tidak menyadarinya sebagai minat cinta.

"Urgh. Kau benar. Ini tidak terlihat bagus."

 

"Benar, bukan? Dari apa yang bisa aku lihat, tidak satu pun dari mereka yang memiliki perasaan satu sama lain. Aku menduga sebagian besar dari mereka bersikap licik dan penuh pertimbangan."

 

"Tetap saja, ini..... yah, tentang gadis tercantik di dunia yang sedang kita bicarakan! Bagaimana mungkin anak itu tidak memikirkannya secara romantis?!"

Palinchron menghela napasnya.

 

"Kau terdengar seperti Sera, kau tahu itu?"

 

"Apa? Jangan samakan aku dengan Sera!"

Katanya dengan marah.

 

Saat itu, orang ketiga bergabung dengan keduanya.

 

"Tunggu, bukankah itu Alty?" Tanyaku kaget. 

 

"Seorang Guardian yang bekerja sama dengan Alinasi Dungeon?"

 

"Oh, jadi kau mengenalnya. Tidak mungkin banyak yang melakukannya. Ya, itu memang dia. Aku juga terkejut."

 

"Palinchron.... Jika dia adalah kenalanmu di Vart, buat dia segera meninggalkan mereka."

 

"Tidak, tidak, ini hanya kebetulan. Biarkan saja. Dia tidak akan menghalangi. Jauh dari itu, sebenarnya—Dia adalah tipe yang mengobarkan romansa."

 

Alty adalah andalan di Vart, dan kemunculannya di sini tidak terduga, namun memang benar dia tidak melakukan sesuatu yang tidak pantas. Sebaliknya, dia kebanyakan bercakap-cakap dengan budak itu, dan dia tampaknya mencoba memberi Lastiara dan Kanami lebih banyak waktu bersama. Dia membawa budak itu pergi dan meninggalkan anak laki-laki dan perempuan itu berduaan. Itu sangat cocok untukku, dan aku tidak punya keluhan.

 

"Berkat Guardian itu, mereka berduaan sekarang."

 

Bahkan dengan lebih mudah, keduanya mulai memperdalam percakapan mereka tentang Hari Blessed Birth. Jika keadaan terus seperti ini, dia akan mengetahui rahasianya, dan anak itu tidak akan bisa menahan diri. Aku dengan sabar menunggu titik balik dalam kisah mereka.

Dengan sabar, sabar, aku menunggu dan menunggu, namun tidak peduli berapa lama waktu berlalu, gadis itu tidak pernah berbicara tentang dirinya sendiri. Dalam semua penjelasannya, dia tidak pernah menyebutkan apapun yang mungkin membuatnya khawatir. Dia tidak membocorkan apapun tentang dirinya, meski tinggal beberapa hari lagi untuk hidup.

 

Pada tingkat ini, Hari Blessed Birth akan berlalu sebelum anak itu mengetahui sesuatu. Daripada berbicara tentang dirinya sendiri, dia terus mengajukan pertanyaan kepadanya.

"Apa? Sihir tidak ada sama sekali dari tempat asalmu?"

 

"Whoa, itu gila! Lupakan semua ini, aku ingin mendengar lebih banyak tentang itu!"

 

"Duniamu terdengar lebih menarik!"

 

"Apa-apaan dia itu...."

 

"Ha ha ha, tidak ada gunanya bertanya kepadaku. Hmm, mungkin dia akan memberitahunya sehari sebelumnya?"

 

"Oh, ya. Tentu saja. Sehari sebelum itu. Lebih dramatis mengatakannya pada hari sebelum itu. Dia pasti bertujuan agar pengungkapannya menjadi kuat secara teatrikal. Urgh — pendidikanku membawanya ke arah yang salah, bukan?"

 

"Ya, aku tidak bisa membantahnya. Tenang saja dan tunggulah, oke?"

 

Tapi keinginanku hancur dalam waktu singkat.

"Mengapa? Karena Mar-Mar punya perasaan kepadamu."

 

Guardian itu telah mengucapkan sesuatu yang keterlaluan.

"A-Astaga! Argh! Apa yang dia lakukan pada saat yang sangat penting?! Guardian itu!"

 

"Lihatlah itu....."

 

"Jangan hanya menonton, Palinchron! Gunakan Ley Lines dan lakukan sesuatu—"

 

"Itu perintah yang sulit. Alty-san dan aku saling kenal, tapi aku tidak bisa ikut campur sesuai perjanjian yang dia buat dengan Vart."

Palinchron tidak bertindak, karena dia khawatir tentang dampak lintas batas. Tapi kalau terus begini, Kanami akan mulai melihat budaknya dengan mata berbeda. Dan jika itu terjadi, hubungan yang mereka jalin antara Kanami dan Lastiara akan sia-sia.

 

"Jadi, Sieg, apa artinya Mar-Mar bagimu ?" Tanya Lastiara.

 

Jauh dari kesal, Lastiara langsung melompat ke atas ruang mereka. Tidak hanya itu, dia melakukannya dengan gembira. Dia secara aktif mendorongnya ke arah itu.

 

"Aughh......."

Aku telah sampai pada kebenaran yang tidak ingin aku akui. Lastiara berusaha menjodohkan anak laki-laki itu dengan budaknya. Itu sebabnya dia tidak berbicara tentang dirinya sendiri. Dia jelas percaya bahwa, karena dia menjalani ritual, dia tidak berhak menjalin hubungan dengan siapa pun.

 

Aku bisa mendengar rencanaku hancur berkeping-keping. Aku diserang oleh kenyataan pahit kalau Hari Blessed Birth, dari mana aku mengalihkan pandanganku, sudah dekat. Hanya ada beberapa hari tersisa. Hanya dalam waktu beberapa hari, ritual itu akan dimulai. Rasa dingin yang menyeramkan merayapi punggungku, dan napasku menjadi sesak. Rencanaku telah gagal. Aku tahu itu sekarang, apakah akiu mau atau tidak. Gadis itu sendiri yang mengatakannya.

Ah, pada akhirnya, semuanya sia-sia. Apa gunanya membuat semua ini? Pusing, aku memegangi kepalaku. Semua yang terjadi ada di telapak tangan para petinggi. Dia telah disetel, dikondisikan untuk menjalani ritual apapun yang terjadi, dan itulah sebabnya mereka melepaskanku tanpa rasa khawatir.

 

Mereka memahami di mana pion Hellvilleshine mereka bisa dan tidak bisa bergerak, dan mereka menempatkan pion Lastiara di tempat yang tidak bisa ditangkap oleh Hellvilleshine. Sejak dia lahir.... Aku bisa melihatnya, tapi aku tidak bisa menjangkau dan menyentuhnya. Tidak pernah ada harapan untuk itu.

"Maaf, Hine, tapi sepertinya rencananya tidak akan berhasil. Sepertinya mereka tidak saling menyukai."

 

Aku tidak pernah bisa mencapainya. Tidak pernah. Tidak sama sekali. Ahh, aku tidak akan pernah mencapainya.....

Aku tidak akan pernah mencapainya, dan aku tidak akan pernah mencapai realisasi impianku sendiri. Setelah sampai sejauh ini, aku merasa frustrasi dengan diriku sendiri karena tidak pernah mencoba untuk memobilisasi diriku sendiri sebelumnya, dan karena mengandalkan sepenuhnya pada orang lain. Mau tak mau aku merasa kasihan pada rasa sedih yang tidak bisa melepaskan satu pun dari belenggunya.

 

Aku.... Aku sangat lemah. Aku, seorang Ksatria?

Itu sebabnya aku menerima posku. Itu sebabnya aku dijadikan pendidiknya. Mereka memandang rendahku. Mencibir kepadaku.

 

Sialan! Brengsek!

"Kurasa hanya itu yang bisa kita lakukan, ya?"

 

Palinchron melanjutkan. "Mungkin salah kaprah untuk mencoba membuatnya jatuh cinta sejak awal. Jika kita memblokir ritual itu agar tidak terjadi menggunakan pendekatan yang berbeda......"

 

Apa ada yang salah karena rencanaku terlalu naif, terlalu bergantung pada kebetulan? Akankah rencana yang lebih rumit menghasilkan hasil yang berbeda? Aku mengira rencanaku memanfaatkan minatnya, tapi apa itu semua didasarkan pada kesalahpahaman?

 

Argh, itu semua karena..... karena kenaifanku!

"Astaga, harus kukatakan, Hine, tidak bisa melihat senyum itu lagi akan sangat menyayat hati. Mungkin karena aku telah membangun kasih sayang untuknya selama bertahun-tahun ketika membesarkannya?"

 

Pada tingkat ini, dia tidak akan pernah tersenyum lagi. Dia akan menghilang..... Dia akan mati! Dia akan mati ketakutan!

 

"Tidak kusangka dia akan menghilang setelah dibawa jalan-jalan sejak lahir, tanpa pernah bisa mendapatkan kebahagiaan terkecil.... Maksudku, mungkin demi bangsa, tapi aku merasa kasihan kepadanya."

 

Demi bangsa? Dia akan mati "untuk bangsa"?! Tanpa pernah mendapatkan apapun dari hidup?! Kau mengatakan kalau itu bukan apa-apa ?! Tidak! Aku tidak bisa hanya duduk diam.....

 

"Aku tidak akan mengizinkannya."

Kata-kata itu lolos dari bibirku. Kata-kata yang kuputuskan tidak akan pernah kuucapkan dengan lantang. Pada saat itu, aku mendengar belengguku terlepas dengan suara dentang yang bagus. Rasanya seperti pengekangan yang sangat penting telah terlepas. Rasa kehilangan itu sangat menyenangkan....

 

"Hm? Apa katamu tadi?"

Suara Palinchron bergema di ruangan itu.

 

"Kau tidak akan mengizinkannya? Lalu apa yang akan kau lakukan?"

Ekspresinya membuatku sadar akan rasa tidak nyaman. Bakat alamiku untuk bertarung memberiku petunjuk tentang itu. Sumber kegelisahan itu adalah energi sihir di dalam tubuhku, yang sekarang samar-samar menempel padaku, masuk di dalamku.

 

Aku terkorosi dari dalam, aku sadar itu. Kemungkinan besar, dengan mantra yang dilemparkan oleh Ksatria tepat di depanku.

 

"Palinchron. Apa kau merapal mantra kepadaku?"

 

"Ya, aku melakukannya. Apa kau marah karena itu?"

Dia menatap lurus ke mataku dan, tak berdaya dan, dalam jangkauan pedangku, mengakui kalau dia telah mengkhianati kepercayaanku. Tapi pengkhianatan itu membuatku senang sekali.

 

"Tidak. Berkat sihirmu, aku akhirnya bisa menyuarakannya. Jika ada, aku berterima kasih."

 

"Tidak perlu berterima kasih kepadaku. Semua yang aku lakukan, aku lakukan demi diriku."

 

"Berapa lama kamu melemparkannya?"

 

"Oh, cukup lama. Kutukan itu memakan waktu dan menghabiskan banyak bahan bakar juga. Yah, aku menyebutnya kutukan, tapi mantranya tidak buruk. Mantra ini meningkatkan kekuatanmu, salah satunya, dan menghilangkan keragu-raguan dalam dirimu. Kedua hal itu akan kau perlukan untuk pertempuran yang akan datang, kan?"

 

"Ya, memang. Itu benar sekali. Jadi.... Apa ini artinya perpisahan?"

 

Aku mendapat firasat kalau ini akan menjadi pertemuan rahasia terakhir kami. Bukan hanya karena Palinchron yang penuh rahasia telah mengucapkan mantra yang dia sembunyikan dariku. Itu lebih karena aku bisa mendengar suara yang tidak berbeda dengan roda gigi yang berputar. Suara roda yang berputar tanpa henti. Dan aku juga mengerti kalau inilah yang diinginkan Palinchron.

Mengapa aku tidak pernah mempertanyakan fakta kalau dia berkolaborasi denganku? Mengapa aku memperlakukannya sebagai hal yang biasa? Aku hanya bisa berasumsi kalau aku berada di bawah pengaruh semacam mantra—atau semacam kutukan. Palinchron pasti benar-benar bertujuan agar semua ini terjadi, seperti yang dia sendiri katakan, "Cukup lama".

 

"Nah, sebenarnya aku tidak tahu apa ini tanda garis finis." Jawabnya.

 

"Aku menanam banyak benih, tapi aku tidak bisa memprediksi mana yang akan berkecambah. Ada kemungkinan besar kita akan bertemu lagi. Jika kita terjerat dalam urusan satu sama lain, itu pasti menyenangkan bagiku."

 

"Aku mengerti. Asal tahu saja, aku akan berjuang demi nona, apa pun yang terjadi."

 

"Aku tidak akan berharap sebaliknya."

 

"Kalau begitu; Aku akan kembali."

 

"Kembalilah. Ketika kau mati, pastikan kau mati tanpa penyesalan. Itu saja yang aku harapkan."

Palinchron tidak berdoa untuk keselamatan atau kesuksesanku. Dia hanya ingin aku tidak menyesal. Aku tersenyum kecut. Dia tidak pernah berubah.

 

"Heh. Itu sangat seperti dirimu saat mengatakan itu. Selamat tinggal kawanku. Aku tidak punya banyak teman, dan kau adalah salah satunya."

 

Aku keluar dari Katedral tanpa ditemani, sebuah pegas dalam langkahku. Bukan hanya kakiku yang terasa ringan. Begitu juga pikiran dan tubuhku. Aku merasa segar tidak seperti sebelumnya. Bangsa Whoseyards, Keluarga Hellvilleshine, posisiku sebagai Celestial Knight—Ibu dan ayahku, saudara laki-laki dan perempuanku, atasan dan kolegaku, teman-temanku—itu adalah pertama kalinya aku merasa bebas dari belenggu semua kewajiban milikku. Aku tidak lagi lemah. Aku tidak mengenal rasa takut atau ragu-ragu. Aku tidak terbebani. Menjadi kosong. Akhirnya, aku bisa bertindak demi kebahagiaannya. Aku bisa bertarung sebagai seorang Ksatria tanpa kehilangan apapun. Hanya dari itu, aku berada di samping diriku sendiri dengan sukacita. Sekarang, untuk menangkap pion bernama Lastiara, aku bisa maju ke wilayah yang tidak pernah bisa dijangkau oleh pion Ksatria Whoseyards. Pada saat itulah aku, Hine Hellvilleshine, akhirnya bisa menggerakkan pion bernama Hine.

 

◆◆◆◆◆

 

Sekarang setelah aku memindahkan pionku sendiri dengan tanganku sendiri, aku menunggu malam tiba sebelum menuju ke rumah pasangan itu. Tempat itu adalah panggung cerita. Aku memasuki gedung teater Lastiara. Menggunakan sihir anginku, aku membangunkannya dan memanggilnya keluar. Gadis itu keluar, menggosok matanya yang mengantuk, ekspresi bingung di wajahnya.

 

Dia menguap. "Hine-san, apa yang membawamu ke sini larut malam begini?"

 

"Yah, tinggal dua hari lagi, jadi aku datang untuk memeriksamu."

 

"Ah, apa sudah waktunya? Kamu tidak perlu memeriksaku. Aku bisa mengatur waktu dengan baik."

 

"Itu terdengar bagus."

Mendengarnya mengatakan kalau dia akan tepat waktu untuk hukuman matinya sendiri sungguh menjengkelkan. Itu membuatku ingin membunuh bajingan yang membuatnya mengatakan itu.

 

"Hine-san? Jika kamu tidak punya urusan denganku, aku akan kembali ke tempat tidur."

 

"Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."

Yang ingin aku ketahui adalah, apa rencana naifku berpengaruh sama sekali, atau tidak berarti apapun?

 

"Aku telah melihatnya, nona, meskipun dari jauh. Kamu terlihat sangat bahagia saat menghabiskan waktu bersamanya. Apa kamu yakin bisa berpisah dengannya? Apa kamu tidak akan menyesal menjalani ritual jika itu berarti kamu tidak akan pernah bertemu dengannya lagi?"

 

"W-Whoa, tiba-tiba ada apa ini?"

Gadis itu terlihat sedikit bingung. Tapi hanya sedikit....

 

"Tolong, jawabanmu."

Tanyaku. Ini adalah harapan terakhirku.

 

Namun gadis itu menenggelamkan sedikit kebingungannya dan menjawab dengan ekspresi tegas.

"Tidak masalah. Berkatmu, Hine-san, aku bisa mengalami hal yang disebut petualangan. Melalui ceritaku dengan bagian dari kehidupan yang dipimpin Saint Tiara, apa yang dulunya merupakan kekaguman berubah menjadi keyakinan."

 

"Apa tidak ada bagian dari dirimu yang ingin terus berpetualang dengannya?"

 

"Menjadi pahlawan—Menjadi Saint Tiara adalah mimpiku. Itulah alasan aku dilahirkan, jadi....."

Tidak ada keraguan di sana. Aku menggertakkan gigiku. Mengguncang keyakinannya akan membutuhkan sesuatu yang besar. Sesuatu yang menjungkirbalikkan segalanya dan mencabut akar di hatinya. Aku tahu kalau gadis itu akan marah kepadaku. Aku tahu dia akan mencemoohku. Meski begitu, aku mulai menolaknya seumur hidup.

 

"Bahkan jika perasaan itu dibuat-buat? Bahkan jika kamu dibuat seperti itu? Bahkan jika orang sepertimu diatur oleh Whoseyards untuk kenyamanannya sendiri dan kamu telah dibohongi dan dieksploitasi seumur hidupmu?"

Demi kebahagiaannya di masa depan, kataku padanya, meskipun itu berarti dia akan menderita sekarang—

 

"Menjadi palsu tidak apa-apa bagiku."

Jawabnya dengan teguh. Tidak ada tanda-tanda rasa sakit atau kemarahan atau bahkan penghinaan. Dia tidak menanyakan detail tentang apa yang aku maksud dengan kata itu. Dia hanya diam-diam menjawab pertanyaan itu. Sepertinya dia sudah tahu segalanya selama ini. Dan ekspresinya mengisyaratkan kalau dia telah mengambil keputusan.

 

Ah, jadi dengan kata lain, akau salah menilai. Aku tidak bisa memahami hati dan pikiran seorang gadis yang berusia kurang dari tiga tahun. Tidak sedikit pun. Dia sudah memahami kebenaran di balik penciptaan "Lastiara". Dia mengerti kalau banyak hal dalam hidupnya seperti itu tanpa ada yang harus memberitahunya, dan dia bahkan telah mempersiapkan diri untuk nasibnya. Mengesampingkan pertanyaan apakah itu hasil dari faktor eksternal atau internal, semuanya sudah berakhir.

 

Itu semua sudah hilang sejak lama.

Benar-benar rasa lega yang tak berdaya. Dan aku tahu betul kalau mereka menertawakanku. Tembakan besar itu. Itulah sebabnya aku tidak punya pilihan selain mengucapkan selamat tinggal kepadanya, suaraku datar dan lesu.

 

"Jadi begitu. Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan kembali ke Katedral."

 

Dia tampak bingung. "Oke, tentu."

 

Aku meninggalkan gadis itu. Berjalan melalui kota pada malam hari, aku menyesali betapa sedikit harapan yang tersisa bagiku. Saat aku berjalan, aku hanya memikirkan seberapa jauh pion bernama Hine bisa pergi, dan segera aku kembali ke kamarku di Katedral Whoseyards. Kemudian, aku menyebarkan semua senjata di kamarku dan mempersiapkan diri dengan baik hingga pagi hari untuk pertempuran yang pasti akan datang. Pada akhirnya, hanya ada dua pilihan yang tersisa untukku. Pilihan pertama : kalahkan seluruh negara. Pilihan kedua : membuat seorang gadis pingsan. Berdasarkan sikapnya, dia tidak akan setuju untuk melarikan diri dari negara, tidak peduli seberapa keras aku mencoba membujuknya. Bagaimanapun, dia telah disetel untuk menjadi seperti itu, dan untuk kesempurnaan pada saat itu.

 

Karena itu, aku secara efektif tidak punya pilihan selain menjatuhkannya dan membawanya pergi. Aku memiliki tekad untuk melakukannya sekarang, terima kasih kepada Palinchron. Aku menggantungkan pedang kembarku yang paling kukenal di pinggangku dan memakai sarung tangan kulitku. Aku kemudian mengenakan sepuluh cincin yang berisi sebagian dari energi sihirku dan meletakkan tanganku di lengan seragam Ksatria, tidak lupa menyembunyikan alat sihir kecil di bawah pakaianku. Ini adalah kekuatan tempur terbesar yang bisa aku kumpulkan.

Dalam perjalanan keluar dari Katedral, aku berpapasan dengan seorang bawahan yang terkejut dengan betapa bersenjata lengkapnya aku.

 

"Monster macam apa yang akan kau bunuh, tuan?"

 

Aku tersenyum kecut. "Aku hanya akan membantu seseorang." Kataku mengelak.

 

Pagi-pagi sekali, aku pergi ke rumah pasangan itu lagi, namun aku hanya menemukan budak anak laki-laki itu di sana. Sepertinya mereka sudah mencapai Dungeon. Aku tidak punya pilihan selain melalui pintu masuk labirin, melanjutkan sepanjang Pathway yang pernah aku lalui di sampingnya, dan mencapai lantai 20. Aku tahu jika aku menunggu di sana, kami akan bertemu satu sama lain, jadi aku memutuskan untuk menunggu mereka di ruangan yang kosong dan sedingin diriku. Dan aku menunggu. Dan menunggu. Dan menunggu.

Sejak aku bertemu dengannya.... Sejak aku menjadi salah satu dari Seven Celestial Knight... Sejak aku mulai mengagumi para Ksatria setelah melihat seseorang memainkan peran sebagai seorang Ksatria di sebuah teater di kota.... Sejak dilahirkan sebagai putra sulung Keluarga Hellvilleshine.... Sudah berapa lama aku menunggu. Sampai, akhirnya, keduanya muncul di hadapanku.

 

"Aku telah menunggu kedatanganmu, nona."

Aku telah menunggu saat ini. Untuk saat ini aku bisa mengkhianati Whoseyards, meninggalkan Hellvilleshines, dan berjuang demi gadis ini dengan sumpahku. Dengan itu, aku menantang mereka untuk bertarung.

 

Serangan mendadak itu sebagian berhasil. Seperti yang direncanakan, nona pingsan, namun anak laki-laki itu berbeda, seperti yang diharapkan dari sang protagonis.

Dengan kekuatan melebihi apa yang aku bayangkan, dia terus menangkis serangan gencarku. Aku frustrasi karena hal-hal tidak berjalan sesuai rencana, namun aku juga senang. Ini membuktikannya — Dia benar-benar satu-satunya. Hanya dia yang bisa menghilangkan penyesalan masa laluku sebagai penggantiku. Pion yang merupakan anak laki-laki ini mutlak diperlukan untuk menyelamatkan gadis itu. Di tengah kesulitanku, aku semakin yakin akan hal itu daripada sebelumnya. Pada akhirnya, aku kalah dalam pertandingan yang bergantung pada menjatuhkan mereka berdua. Namun meskipun gagal, itu adalah salah perhitungan yang membahagiakan. Aku tahu sekarang kalau anak itu cukup kuat untuk mengalahkan agen kejahatan di Whoseyards.

 

Setelah melontarkan komentar yang mengisyaratkan situasi gadis itu saat ini, aku mengambil langkahku. Dan ketika aku kembali ke Katedral, aku segera mulai bersiap untuk menangkap dua orang yang memiliki kekuatan yang tidak bisa dibayangkan. Karena aku sekarang baik-baik saja dengan membuang posisiku sebagai Celestial Knight dan putra sulung dari Keluarga Hellvilleshine, aku menggunakan kedudukan itu untuk mengumpulkan para Ksatria Whoseyards, berencana untuk mengalahkan anak laki-laki itu dengan jumlah yang banyak.

 

Aku membuat kepura-puraan palsu di mana mereka akan menangkap dua VIP Whoseyards yang melarikan diri, dan aku mencoba berangkat ke Dungeon dari Katedral sekali lagi. Lalu, itu terjadi. Seolah-olah mereka telah menungguku, aku menemukan Seven Celestial Knight lainnya di pintu keluar Katedral, datang untuk menangkapku. Di antara mereka adalah Pelsiona Quaygar, kepala dari Seven Celestial Knight.

Apa yang aku rencanakan adalah pengkhianatan terselubung terhadap Whoseyards. Aku menggunakan Ksatria untuk urusan pribadi yang bertentangan dengan kepentingan negara, dan aku mencoba untuk menculik putri Katedral. Ketika Kepala Ksatria itu meminta penjelasan, aku tidak menjawab. Tapi aku sudah membuang semuanya sekarang. Aku akan menyelamatkannya dengan cara apapun, dan aku siap untuk membunuh mantan rekanku dalam proses itu. Menerbangkan Kepala Ksatria itu dengan sihir angin yang mengejutkan, aku melarikan diri dari Katedral dan bersembunyi di kota.

 

Saat aku beristirahat dari pandangan, aku merenungkan betapa anehnya respon Kepala Ksatria itu. Apa atasan telah meramalkan pengkhianatanku? Atau apa Palinchron mengadukanku? Mungkin juga ada kebocoran di suatu tempat. Tapi sementara aku tidak tahu mengapa, ini bukan kejadian yang mengerikan. Tidak ada jalan untuk kembali sekarang.

Tekadku menggerakkan pionku ke depan, dan aku mulai melihat sekilas wajah baru dari papan permainan. Aku mulai memahami penempatan potongan-potongan itu untuk perayaan Blessed Birth keesokan harinya. Seperti yang kupikirkan—Aku adalah karakter pendukung dan anak laki-laki itu adalah karakter utamanya. Satu-satunya cara untuk menjaga gadis itu tetap terkendali adalah melalui pion bernama Kanami. Karena memang, tidak ada orang lain untuk pekerjaan itu. Dan karena itu, peran pionku adalah.....

 

Anak laki-laki itu pasti akan datang ke Katedral. Itulah yang aku yakini. Dan akulah yang harus bersiap dengan mengatur segala sesuatunya. Aku harus menjadi orang yang membersihkan teater ini. Untuk mengatur panggung. Luka yang kuderita saat melarikan diri dari Katedral menyengat, tapi aku tidak keberatan.

Akan sulit untuk memeriksanya hanya dengan satu bagian. Karena itu, aku tidak perlu memikirkannya sejenak. Pionku hanya memiliki satu peran untuk dimainkan. Hanya satu dan tidak ada yang lain. Dan untuk menjalankan peran itu, aku akan terus maju, selalu maju. Aku akan menunjukkan kepada mereka dan terus berjalan. Bahkan jika itu berarti karya bernama Hine Hellvilleshine harus jatuh dalam prosesnya.