◆◆◆◆◆
Sebelum aku menyadarinya, aku sudah duduk—seperti biasa, di singgasana, mengenakan pakaian ratu. Meskipun bingung dengan kesadaranku yang tiba-tiba, aku mengamati sekelilingku.
"Di mana aku?"
Lilin-lilin yang pecah berjejer di dinding batu. Cahaya bersinar melalui jendela, membuat debu yang beterbangan di udara terlihat jelas. Di belakangku tergantung permadani yang melambangkan negara Viaysia, dan karpet-karpet mahal membentang hingga ke pintu masuk. Kupikir tempat ini tampak mirip dengan tempat yang dulu kutinggali, namun aku segera menyadari bahwa tempat ini berbeda. Kastil Viaysia adalah bangunan tua, yang seharusnya terlihat di mana-mana, namun ruang singgasana ini terlalu baru. Tidak ada keraguan dalam benakku bahwa tempat itu telah dibangun ulang kembali.
"Apa ini Dungeon?"
Dungeon telah dijelaskan kepadaku dalam kegelapan itu. Dan kupikir Kanami telah mengatakan bahwa tempat khusus akan disiapkan untukku, karena aku memiliki keterikatan yang begitu kuat.
Aku bangkit dari singgasanaku dan berjalan berkeliling, memeriksa situasinya. Aku berjalan ke jendela dan melihat ke sekeliling dunia luar. Di sana, Viaysia masa lalu terhampar di depan mataku. Itu adalah dunia sebelum dilanda perang. Memang, itu adalah dunia yang sangat nyaman.
"Tapi apa yang harus kulakukan di sini? Dan bagaimana aku bisa mati?"
Kepalaku terasa berat. Ingatanku terpecah-pecah, dan aku tidak bisa mengingat masa lalu dengan baik. Namun aku ingat aku pernah bertarung dengan Nosfy ketika lingkaran sihir itu tiba-tiba menelanku. Tentu saja, momen tepat sebelum kematianku itu berkesan.
Aku tahu penyebab kematianku, dan aku tahu di mana aku berada. Namun aku tidak punya informasi apapun selain itu. Itu tidak wajar. Saat aku berusaha keras untuk melihat sejauh mungkin, aku bisa tahu bahwa negara-negara Utara ada di sana, namun sejujurnya, yang bisa kupikirkan hanyalah bahwa itu tidak sempurna dan tidak lengkap.
Itu tidak seperti Kanami; dia biasanya perfeksionis. Mungkin sesuatu telah terjadi dan menyebabkan pembangunan ulang itu gagal. Namun, tidak salah lagi bahwa ini adalah masa lalu yang kuinginkan. Viaysia ada di sana. Mungkin saja Kanami punya semacam niat yang tidak kumengerti.
{ TLN : Perfeksionis itu tipe kepribadian yang ditandai dengan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal yang dikerjakan. }
"Jadi, apa yang harus kulakukan?"
Aku melompat keluar dari salah satu jendela ruang singgasana. Aku terbang menembus langit yang gelap dan memeriksa semua bangunan. Saat melakukannya, aku melihat sedikit cahaya redup jatuh di kota.
"Apa itu permata sihir? Omong-omong, Kanami menyebutkan beberapa teknik yang disebut Re-Collection yang diterapkan di Dungeon. Jika ini Dungeon, maka siapapun seharusnya bisa melakukannya dengan mudah, dalam hal ini..."
Aku memilih permata yang tampak cocok dan menyentuhnya. Berkat penjelasan yang kuterima, aku langsung tahu seperti apa wujud aslinya. Sebagai Thief of Essence, aku juga tahu cara menggunakan permata ini.
"Mungkinkah semua orang Viaysia yang terperangkap dalam lingkaran sihir pada hari terakhir telah tersebar di sini sebagai batu sihir? Apa itu berarti aku harus menggunakannya untuk mengembalikan Viaysia ke keadaan semula? Tentunya, masa lalu apapun dapat diciptakan kembali...."
Tujuanku sekarang adalah untuk memenuhi keterikatanku yang masih ada sehingga aku akhirnya bisa menghilang. Namun, aku tidak yakin keterikatan apa itu. Satu-satunya hal yang dapat kupikirkan adalah Viaysia, yang telah kutinggalkan. Aku telah mengkhawatirkan negaraku hingga saat kematianku. Namun, apa itu berarti jika aku membawa kedamaian ke Viaysia ini, aku akan dapat menghilang?
"Tidak, kedamaian di Viaysia bukan hanya keinginanku; itu tugasku. Atau... janji? Apapun itu, tidak ada yang dapat dimulai tanpa membawanya kembali. Pertama, kedamaian. Aku harus melakukannya satu per satu, dengan sangat hati-hati."
Karena ingin fokus pada satu hal pada satu waktu, aku mengambil permata sihir milik rakyatku yang jatuh di taman istana. Kemudian, mulai dari singgasana dan terus ke bawah, aku mencoba meregenerasi mereka dari permata mereka. Aku merasakan reaksi dari perlindungan khusus yang telah ditempatkan di tempat ini, dan keajaiban yang hanya ada di sini pun diaktifkan. Kekuatan sihir di udara berkumpul di sekitar permata sihir, dan tubuh sementara pun terbentuk.
Jadi ini Re-Collection. Sungguh penggunaan sihir yang tidak masuk akal. Tapi, wajar saja bagi Kanami untuk melakukan hal seperti ini.
Aku memperhatikan sihir itu.
Orang pertama terbangun—seseorang yang bekerja sebagai ajudanku.
"Di mana aku?"
Dia mengatakan hal yang sama seperti yang kukatakan saat aku terbangun. Aku membangunkannya tanpa banyak berpikir, namun kali ini, aku bertanya-tanya "kapan" dia berasal dari masa laluku. Aku segera mendapatkan jawabanku.
"Oh! Ratu Berdaulat Lorde! Anda telah kembali ke Viaysia!"
Jadi, sepertinya jika aku menghidupkan mereka kembali sekarang, mereka akan memiliki ingatan tentang apa yang terjadi sesaat sebelum mereka meninggal. Itu masuk akal. Jika tidak ada yang dilakukan untuk mengubah mereka, mereka akan tetap seperti sebelumnya.
"Um... yah... itu..."
Kataku, memulai.
"Tapi, ratuku, mengapa semuanya begitu sunyi? Apa anda melakukan sesuatu saat aku tidak sadarkan diri?!"
Rakyatku itu menatapku, seorang pengkhianat, dengan mata berbinar. Dia masih percaya padaku, meskipun aku kabur tanpa penjelasan apapun. Meskipun dia tahu apa yang telah kulakukan dalam pikirannya yang rasional, dia mungkin tidak dapat menerima pengkhianatanku karena pengalamannya sebelumnya denganku.
Karena aku ahli membaca orang, aku tahu bahwa aku diminta untuk menjelaskannya sendiri. Jadi, aku akan menjawab. Itulah yang kulakukan sepanjang hidupku. Aku akan melakukannya untuk menyelamatkan sesama penyihir dan membuat mereka bahagia. Namun itulah satu-satunya alasan bagiku untuk menjawab.
"Um, ya, tentu saja. Pertarungan sudah berakhir. Alasan aku menghilang adalah untuk mengalahkan akar dari semua kejahatan di Aliansi Selatan : Apostle Sith dan Nosfy Whoseyards." Kataku.
"Oh! Tepat seperti yang kuduga!"
Wajahnya dipenuhi dengan kegembiraan. Untuk mempertahankan ekspresinya, aku menunjuk ke luar jendela.
"Lihatlah ke luar. Tidak ada musuh di sini. Akhirnya, garis keturunan penyihir kita telah mencapai kedamaian sejati. Ya, mulai sekarang, akan ada kedamaian di sini. Selama itu yang aku inginkan, itu pasti akan terjadi."
Aku menunjukkan kepadanya kota yang indah yang bebas dari api dan kehancuran akibat perang. Tentu saja, tidak ada seorang pun di luar sana.
"Keadaan kita agak khusus. Aku akan segera menjelaskannya."
Kataku, menambahkan itu.
Meskipun aku tidak sepenuhnya memahami situasinya, jika mereka yang berada di atas menunjukkan kegelisahan, itu akan menyebar ke mereka yang berada di bawah. Seperti seorang ratu yang sempurna, aku berpura-pura percaya diri dan memberitahu orang itu bahwa pertempuran telah berakhir dan di sinilah kedamaian di Viaysia akan terwujud. Itu juga merupakan cara bagiku untuk mengatur informasiku sendiri.
Setelah mendengar penjelasan ini, rakyatku itu awalnya bingung dengan kematiannya sendiri. Tentu saja, ruang seperti akhirat ini akan sulit diterima oleh siapapun selain anomali seperti Thief of Essence. Butuh waktu setengah hari bagiku untuk menenangkan kebingungannya dan setengah hari lagi untuk membuatnya menerima apa yang sedang terjadi.
Keesokan harinya, setelah dia kembali tenang, aku berbicara dengannya lagi tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Sekarang, aku akan menghidupkan kembali semua orang yang telah berubah menjadi permata sihir satu per satu. Dan kemudian, bersama-sama, kita akan menciptakan kembali Viaysia yang sempurna dan bahagia. Itulah hal terakhir yang dapat kulakukan sebagai Ratu Berdaulat Lorde."
"Maafkan aku karena tidak tenang sebelumnya, ratuku. Aku benar-benar memahami perasaanmu." Katanya.
Dan begitulah dimulainya kedua kalinya aku menghidupkan kembali Viaysia. Aku hanya punya satu tujuan : untuk melihatnya sampai akhir dan menemukan kematianku. Kali ini, tujuanku jelas, jadi aku merasa lebih tenang. Karena ini adalah kedua kalinya, segalanya juga akan berjalan lebih cepat.
Setelah membuat persiapan yang cukup di ruang singgasana, aku mencoba untuk meregenerasi rakyatku yang kedua. Aku memutuskan untuk meregenerasi rakyatku lagi seperti yang terakhir. Bahkan jika aku memilih rakyatku dari masa damai dan meregenerasi mereka, aku tidak berpikir itu akan membawa kedamaian sejati. Aku sendiri tidak akan puas kecuali rakyat itu diregenerasi seperti yang tersimpan dalam permata sihir dan menemukan kedamaian secara alami. Yang penting adalah keterikatanku yang masih ada dapat terpenuhi.
Jadi sekarang, aku punya orang kedua. Kali ini, ketika dia sadar kembali, dia mulai berteriak sebelum apapun.
"Saat itu! Jika anda tidak melarikan diri saat itu, Viaysia tidak akan hancur! Viaysia tidak akan hancur, Ratu Berdaulat Lorde!!!"
Kata-kata kutukan adalah satu-satunya yang menungguku. Mungkin rakyat pertamaku telah meninggal di awal perang. Itu sebabnya dia begitu tenang. Namun yang kedua ini selamat sampai akhir pertempuran, dan itu sebabnya dia menyimpan dendam seperti itu.
"Maafkan aku."
Kataku dengan pelan.
Tidak ada yang bisa kulakukan selain meminta maaf. Sejujurnya, aku merasa bersalah sejak Kanami membawaku pergi. Aku telah menyesali pelarianku. Jadi aku siap menebus dosa-dosaku.
Namun, suara yang tak terduga menyela pembicaraanku.
"Tunggu! Memang benar bahwa hilangnya ratu kita saat itu menyebabkan banyak kematian. Tapi, dia bertarung sampai mati di tempat lain! Jangan salahkan dia!"
Rakyat pertamaku membelaku.
Kemarahan rakyat keduaku mereda karenanya.
"Di tempat lain? Jika apa yang kau katakan itu benar, bukankah hasilnya akan berbeda?"
"Ada keadaan lain yang menghalanginya. Bukankah begitu, Ratu Berdaulat Lorde?"
Bagaimana aku harus menanggapinya?
Aku hanya tahu satu cara untuk memenuhi harapan yang berat ini.
"Benar sekali. Harap tenang dan dengarkan apa yang akan kukatakan."
Rakyat keduaku rileks dan duduk untuk mendengarkan penjelasanku dengan terbuka. Melihatnya membuatku merinding. Dengan kata lain, orang ini juga, di suatu tempat di dalam hatinya, masih percaya padaku. Dia tahu bahwa itulah satu-satunya cara untuk diselamatkan, jadi dia berharap mendapatkan alasan dari ratunya.
Aku tidak punya pilihan selain mengulang cerita yang sama. Untungnya, atau sayangnya, penjelasan yang sempurna dan seperti ratu itu cukup ampuh untuk meredakan amarah orang kedua.
Pada hari ketiga, aku membangunkan rakyatku yang ketiga. Itu adalah pengulangan dari hari sebelumnya. Jadi aku menceritakan kisah yang sama lagi. Aku mengulang kisah itu berulang-ulang untuk orang keempat, kelima, dan keenam.
"Semuanya, harap tenang dan dengarkan apa yang dikatakan Ratu Berdaulat Lorde. Semua ini dilakukan dengan pemikiran yang mendalam di baliknya."
Berulang kali orang-orang mulai mengikutiku. Berulang kali aku menyelamatkan rakyatku. Itu semua tidak lebih dari sekadar lelucon. Namun aku harus melakukannya, semua karena aku telah menghilang.
"Maaf, Ratu Berdaulat Lorde. Aku tidak menyadari itulah yang terjadi."
Kata salah satu rakyatku.
Sebelum aku menyadarinya, aku dikelilingi oleh lebih dari sepuluh orang rakyatku. Jadi aku akan diperlakukan sebagai penguasa Viaysia sampai akhir hayatku.
Aku tidak bisa berbuat apapun selain mengangguk setuju dengan mereka. Namun setiap kali aku mengangguk, beban nostalgia menekan tubuhku. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan. Jika aku mengatakan yang sebenarnya di sini, akan sulit untuk menciptakan kembali kedamaian di Viaysia. Jika itu terjadi, aku tidak akan mampu memenuhi salah satu penyesalanku yang masih ada sejak aku masih hidup. Aku tidak akan bisa menghilang. Aku harus menghindarinya. Jadi aku melakukan apa yang harus kulakukan.
"Maaf, semuanya. Aku telah melawan Nosfy selama yang kubisa."
Kataku. Aku harus membuat alasan sombong seperti itu.
"Tidak, itu tidak apa-apa. Mengetahui hal itu saja membuatku merasa lebih baik. Terima kasih, Ratu Lorde."
Rakyatku dengan mudah menerima alasanku. Itu terlalu konyol, meskipun aku tahu dari pengalamanku sendiri saat aku masih hidup bahwa orang adalah makhluk yang hanya percaya pada apa yang mereka inginkan. Itu menyesakkan, begitu menyesakkan sampai-sampai aku merasa dunia di sekitarku kabur. Satu demi satu aku menghidupkan kembali rakyatku.
Beberapa bulan kemudian, kedamaian kastil Viaysia dipulihkan. Dunia itu tidak lagi terancam oleh musuh asing, seperti saat aku bertugas di istana sebagai tukang kebun. Tempat itu menjadi tempat yang diinginkan dan dicari semua orang selama perang hingga hari kematian mereka. Jadi, aku mewujudkannya.
"Akhirnya, kita berhasil. Kita berhasil mencapai surga yang diimpikan semua penyihir. Terima kasih banyak, Ratu Berdaulat Lorde. Aku tidak menyesal lagi."
Kata salah satu rakyatku sambil tersenyum.
Tubuh mereka berubah menjadi partikel cahaya kecil. Kemudian cahaya itu muncul dan menjadi bintang di langit hitam. Itu terlalu tidak realistis dan terdengar seperti dongeng, namun aku hanya bisa menggambarkannya sebagai kematian rakyatku.
"Ini...."
Kejadian yang tiba-tiba itu mengejutkan semua orang. Namun, hanya aku yang langsung mengerti artinya. Dengan kata lain, ini pasti seperti apa rasanya memenuhi keterikatan yang masih ada. Semua orang di sini memiliki banyak kesamaan dengan seorang Guardian. Mereka hampir bisa digambarkan sebagai Guardian semu, jadi masuk akal jika akhir cerita mereka akan mirip.
Harapan itu menjadi nyata bahwa aku dapat mencapai hal yang sama. Itu wajar, karena telah terbukti bahwa akhir itu mungkin terjadi selama keterikatan yang masih ada dihilangkan. Segera, dengan kedok melakukannya demi semua orang, aku mulai menyelidiki detail fenomena partikel tersebut. Tentu saja, niatku yang sebenarnya adalah untuk mendapatkan pengetahuan ini untuk diriku sendiri.
Penyelidikanku mengungkapkan bahwa bintang di langit, permata sihir, masih memiliki kepribadian namun tidak memiliki jati diri. Tampaknya seperti mayat. Lebih jauh, aku tahu bahwa dengan mengganggu permata sihir di langit, adalah mungkin untuk Re-Collect kepribadian tersebut. Aku sangat lega dengan mekanisme ini, karena kedamaian di Viaysia, keterikatanku yang masih ada, tidak mungkin terjadi tanpa wajah-wajah semua orang yang tersenyum. Aku berterima kasih kepada Kanami yang pasti telah menanamkan teknik ini dalam pikiranku.
Aku senang. Pembangunan tempat ini telah dipikirkan dengan matang. Saat aturan-aturan diungkapkan kepadaku, menjadi jelas apa yang harus aku lakukan. Aku mengumpulkan rakyat-rakyatku yang telah dihidupkan kembali untuk sebuah pengumuman.
"Semuanya, tidak ada alasan untuk khawatir. Mereka yang puas dengan situasi ini akan menjalani hidup mereka, dan jiwa mereka akan kembali ke dunia. Itu saja."
Kataku kepada mereka.
"Puas?"
Beberapa rakyatku tampak ragu.
"Benar. Itu berarti bahwa ketika kalian merasa bahagia, benar-benar bahagia, maka kalian akan dapat menyelesaikan hidup kalian. Begitulah adanya di sini, sehingga kalian tidak akan pernah mati dalam keadaan menyesal lagi." Jelasku.
"Ini adalah dunia di mana semua orang bahagia. Ini adalah surga terakhir yang diciptakan oleh Kanami dan aku."
"Surga!"
Ada kehebohan di antara para rakyatku ketika aku mengatakan itu. Itu masuk akal, karena itulah yang telah lama mereka inginkan. Itu juga yang kuharapkan.
"Tentu saja, ini salahku karena tidak bisa menciptakannya saat kita masih hidup. Aku tahu ada orang yang berpikir bahwa surga seperti itu di akhirat tidak nyata. Tapi, aku berjanji akan membuat tempat ini menjadi surga yang lebih baik daripada yang ada di mana pun. Aku akan membuatnya menjadi surga yang lebih baik daripada yang sebenarnya! Jadi, aku ingin meminta bantuan semua orang! Bersama-sama, kita akan menjadikan ini negara paling damai di dunia!"
Kataku kepada mereka. Aku pasti akan menyelesaikannya. Ini adalah surga, dan lebih dari itu, ini adalah kuburanku.
Benar sekali. Akhirnya aku mengerti. Aku yakin bahwa aku ingin kembali ke sini. Mungkin keyakinanku tersampaikan kepada mereka, karena mereka mengangkat tangan ke udara dan mulai bersorak.
"Tentu saja rencana Ratu Berdaulat Lorde akan sempurna! Rencana yang benar-benar sempurna!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
"Akhirnya! Akhirnya kita sampai di dunia yang benar-benar damai!"
"Kita berada di surga yang selalu kita impikan! Kita bisa hidup bahagia tanpa rasa takut!"
"Ratu Berdaulat Lorde kita yang berhasil melakukannya! Dia adalah Ratu Berdaulat Lorde yang agung!"
Suara mereka membuat telingaku sakit, dan aku merasa mual. Namun, aku akan menahannya. Semua itu untuk memenuhi keterikatanku yang masih ada. Kali ini, aku akan mati untuk selamanya.
"Bagus! Setelah itu diputuskan, kita lanjut ke hal berikutnya, yaitu di luar kastil! Mari kita bawa penduduk kota kembali! Ini semua demi menciptakan surga di Utara!" Teriakku.
Dengan para rakyatku di belakang, pekerjaan memulihkan kota kastil dimulai. Namun, jumlah permata sihir di luar sana jauh lebih banyak daripada di dalam kastil. Itu akan menjadi pekerjaan yang memakan waktu bertahun-tahun.
Hari demi hari, atau lebih tepatnya, tahun demi tahun, aku mengincar surga. Sepanjang perjalanan, ada banyak waktu ketika orang-orang yang dibangunkan kembali melotot dan memaki-makiku. Mereka melempariku dengan batu, dan aku bahkan ditikam. Namun, semua itu dilakukan untuk memenuhi keterikatanku yang masih ada, dan aku menerima situasi itu sebagai ratu yang sempurna.
Meskipun dianiaya, aku terus meminta maaf kepada semua orang dengan sabar. Meskipun terjadi pertumpahan darah, aku menahan rasa sakit dan terus menjelaskan apa yang telah terjadi. Namun, masih ada banyak kebencian. Rasanya seperti tangisan rakyatku datang dari kedalaman neraka.
"Andai saja Ratu Berdaulat Lorde ada di sana saat dibutuhkan! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!!!" Kata salah satu rakyatku di sela-sela teriakannya.
Butuh waktu berbulan-bulan bagiku untuk mencapai kesepahaman bahkan dengan satu orang yang sangat marah. Namun, tanpa gentar, aku berbicara dengan hati-hati, satu hari demi satu hari, satu orang demi satu hari.
Setelah kota kastil selesai dibangun, desa-desa di sekitarnya akan menyusul. Dan setelah itu selesai, begitu pula negara-negara tetangga. Untuk menciptakan surga kami, kami perlu menghidupkan kembali dan menenangkan seluruh Aliansi Utara. Sebagai hasil dari kerja kerasku, perdamaian dibangun dengan Viaysia sebagai pusatnya. Pada saat yang sama, suara-suara yang memuji namaku bergema di seluruh dunia.
"Tentu saja tidak mungkin Ratu Berdaulat Lorde kita akan mengkhianati kita. Dia adalah Ratu Berdaulat kita. Satu-satunya yang dapat memerintah Utara! Pahlawan agung yang muncul untuk menciptakan surga bagi para penyihir telah kembali! Seperti yang dikatakan legenda!"
"Ya, Ratu Berdaulat Lorde kita!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
Wajahku menegang dan ekspresiku semakin keras. Rasanya seperti luka lama terbuka kembali. Aku bisa lepas dari hal itu berkat Kanami, namun aku selalu tahu aku akan kembali ke titik awal.
Tidak, aku jatuh kembali ke dalamnya. Aku ingat perasaan waktu yang semakin cepat, seperti aku sedang dikikis. Kecepatanku jatuh begitu cepat sehingga menjadi sangat sulit untuk bernapas. Namun kali ini, ada tujuannya. Jika aku pergi ke kedalaman neraka lagi, aku bisa mati. Aku tahu itu. Jadi aku bisa menanggungnya. Aku bisa bertahan.
Sepuluh tahun berlalu tanpa jeda dalam curahan pujian. Saat itu, aku telah kembali ke keadaan sebelum kematianku. Dengan harapan tak terbatas di pundakku, seluruh tubuhku terasa berat. Kesadaranku menjadi linglung, dan aku merasa waktu berjalan terlalu cepat. Dunia melaju cepat, jatuh, namun aku tetap menjadi ratu yang sempurna, tidak melakukan satu kesalahan pun.
Hari ini, seperti biasa, untuk membawa kedamaian bagi dunia, aku akan menuntun orang-orang baru menuju kebahagiaan.
"Oh! Ratu Berdaulat Lorde! Terima kasih banyak! Dengan ini, kita akhirnya bisa hidup di dunia yang damai!"
"Tidak, terima kasih."
Jawabku.
"Semakin banyak orang yang bahagia, semakin bahagia aku."
Responsku sepenuhnya otomatis, sebuah kemampuan yang disempurnakan selama beberapa dekade. Responsku sempurna, namun kesadaranku linglung. Berbagai hal melaju cepat dan tidak berhenti. Kepalaku pusing, seperti sedang flu. Namun, karena aku tidak kurang mampu, aku dapat dengan jelas mengerti bahwa rasa pusing itu, yang membuatku tidak nyaman.
Rasa keseimbanganku hilang, dan aku merasa seperti terbalik. Aku merasa seperti akan naik ke kegelapan langit, meskipun gravitasi menarikku ke bawah. Aku merasa seperti sedang berpegangan pada tanah, kakiku menjejak tanah. Aku merasa seperti akan jatuh ke langit, dan itu memenuhi hatiku dengan kecemasan. Aku merasa sangat buruk hingga tidak tahu apa yang kulakukan.
Mengapa aku menjadi ratu lagi?
Kadang-kadang aku bertanya-tanya di akhir semua sensasi itu.
Aku tahu jawabannya. Aku harus menjadi ratu agar aku bisa berhenti menjadi ratu. Namun jika aku menjadi ratu, tidak mungkin aku bisa berhenti menjadi ratu. Begitulah cara kerjanya. Jadi mungkin aku harus berhenti menjadi ratu lebih cepat daripada nanti. Namun berhenti menjadi ratu berarti aku harus menjadi ratu. Aku tahu semua itu, namun aku mulai kehilangan akal sehatku. Mungkin karena aku telah menjadi ratu lagi selama beberapa dekade setelah kematianku, melampaui batasku, sehingga tubuhku begitu berat dan tak tertahankan.
Tubuhku berat. Berat, berat, berat. Beban itu menyakitkan. Aku tidak tahan lagi.
Dan kemudian penglihatanku terdistorsi. Mungkin aku terlalu banyak bersantai sendirian di ruang singgasana.
"Tunggu, apa? Kenapa aku.... menangis?"
Aku tak bisa berhenti. Air mataku mengalir deras. Aku tidak bisa membiarkan siapapun melihatnya. Aku segera bersembunyi di balik singgasana. Entah bagaimana aku berhasil menghentikan air mataku. Aku putus asa berkata pada diriku sendiri bahwa inilah yang harus kulakukan untuk mati.
Tentu, ini mungkin proses yang menyakitkan, namun semua itu harus kutahan sampai keterikatanku yang masih ada terpenuhi. Selama aku selesai meminta maaf kepada semua orangku, mengubah Utara menjadi surga yang damai, dan menebus dosa-dosaku, aku pasti bisa mati dengan puas kali ini, tanpa kesedihan dan penyesalan.
Jadi aku harus bertahan, sedikit lebih lama. Aku harus bertahan, bertahan. Bertahan, bertahan, bertahan...
Mengulangi perkataan itu di dalam pikiranku, aku menyeka sisa air mataku. Kemudian, dari balik takhta, Ratu Berdaulat Lorde yang sempurna muncul kembali. Untuk memimpin Utara menuju perdamaian, dia keluar dari istana untuk menyelamatkan rakyatnya. Dan tahun demi tahun berlalu.
"Terima kasih banyak, Ratu Berdaulat Lorde!"
"Kami yang tertindas di Selatan sangat beruntung bisa tinggal di sini sekarang! Aku sangat senang!"
"Berkatmu, akhirnya aku bisa mencapai surga!"
"Semuanya berkatmu, Ratu Berdaulat Lorde!"
"Ya, Ratu Berdaulat Lorde kami yang paling bijaksana!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
Suara sorak-sorai mereka menyelimutiku hingga aku tidak dapat lagi mendengar apa yang mereka katakan.
Sendirian lagi, aku menangis di balik singgasanaku. Suara kutukan yang menyertai kelahiran kembali rakyatku menyakiti hatiku. Suara harapan mereka menaburkan garam pada luka baru. Rakyatku mungkin berpikir bahwa Ratu Berdaulat Lorde akan baik-baik saja, namun itu tidak akan pernah benar. Aku tidak bisa menahan tangis.
"Aku sangat berterima kasih padamu!"
"Ratu Berdaulat Lorde kita sempurna!"
"Ratu Berdaulat Lorde bekerja sangat keras demi kita! Kita juga harus bekerja keras demi perdamaian!"
"Tentu saja Ratu Berdaulat Lorde akan mencapai ini!"
"Dengan ada Ratu kita di sini, tidak ada yang perlu kita khawatirkan!"
"Ratu Berdaulat Lorde adalah ratu sejati! Aku senang melayani ratu sejatiku!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
Diamlah.
Aku tak tahan lagi.
"Tapi aku harus bertahan! Agar semuanya berakhir! Aku harus! Bertahan!"
Kegigihanku akhirnya hancur, dan aku berjalan mengelilingi kastil. Ke suatu tempat yang jauh. Ke suatu tempat di mana suara-suara itu tak terdengar. Aku berjalan seperti anak kecil yang hilang, pikiran-pikiran itu memenuhi benakku. Di akhir pengembaraanku, aku berakhir di perpustakaan kastil. Kupikir akan sepi karena banyaknya buku, namun sorak sorai itu tetap terdengar. Untuk melarikan diri lebih jauh, aku masuk lebih dalam ke perpustakaan, di mana aku menemukan sebuah pintu. Aku segera membukanya dan masuk ke dalam.
Itu adalah brankas lukisan. Ada banyak lukisan sosok Ratu Berdaulat Lorde yang menang. Seorang ratu dengan wajah yang bangga, rambut berwarna hijau, dan mahkota. Begitulah orang-orang melihatku. Aku bahkan tidak mengenali diriku sendiri.
Aku mulai berteriak. Namun aku masih bisa mendengar orang banyak meneriakkan namaku. Aku sudah mencapai batasku. Tubuhku, yang seharusnya berjalan otomatis sebagai ratu, mulai meledak dengan emosi yang hebat.
"Tidak! Itu bukan aku! Aku bukan Ratu Berdaulat Lorde! Itu bukan aku yang sebenarnya!!!"
Aku mengambil sebuah lukisan secara acak dan membantingnya ke lantai. Aku mencabik-cabik ekspresi yang sempurna dalam lukisan itu dengan kuku-kukuku. Aku memecahkan bingkai-bingkai yang mahal itu dan melemparkannya ke dinding, menghancurkannya.
Aku merusak dan merusak dan merusak, menghancurkan segalanya dan mencabik-cabik kanvas-kanvas itu. Saat itu napasku terengah-engah. Entah mengapa, sulit untuk bernapas. Aku seharusnya memiliki kekuatan seperti monster, namun aku tidak dapat mengatur napasku. Entah aku menghirup udara atau tidak, rasanya sama menyakitkannya seperti aku sedang tenggelam.
Mengapa? Aku menghirup begitu banyak udara, namun perasaan tercekik itu tidak hilang. Bahkan, aku merasa seperti udara dari paru-paruku terkuras habis. Itu menyakitkan. Penderitaan, penderitaan, penderitaan. Aku tidak dapat bernapas. Aku terus mengulang hal yang sama berulang-ulang, dan itu mulai kehilangan semua makna. Kapan sekarang? Sudah berapa lama aku ada di sini? Sudah berapa lama aku menjadi ratu? Sudah berapa umurku? Sudah berapa umurku saat aku meninggal pertama kali?
Aku mengerang seperti hantu saat meninggalkan brankas. Untung saja; ada perpustakaan di sini. Aku mencari buku tentang diriku dan membacanya. Aku membaca sejarah Viaysia dan kisah heroik Ratu Berdaulat Lorde. Tanganku gemetar saat membaca. Aku terkejut oleh bobot, atau lebih tepatnya ringannya isi, dari kehidupan yang telah kujalani hingga hari ini. Di atas semua itu, aku gemetar mendengar jawaban yang muncul dengan menghitung tahun dimulainya kisah heroik dan tahun berakhirnya.
Itu tidak mungkin. Aku sudah berusia lebih dari seratus tahun?! Bagaimana mungkin? Tubuh ini! Tidak ada yang berubah sejak hari itu! Tapi, aku lebih tua seorang dari kakek dan nenek! Lebih dewasa dari mereka berdua! Aku tidak percaya itu! Bahkan sekarang, aku ingin menangis kepada mereka dan dimanja oleh mereka!
Aku mulai mengerang lagi. Aku tidak mengerti. Aku adalah perempuan berusia seratus tahun? Itu tidak terasa nyata. Aku masih menganggap diriku anak-anak. Apa karena lamanya waktu ketika aku tidak merasa seperti diriku sendiri? Tidak diragukan lagi, itu karena percepatan indra waktuku. Aku merasa seperti telah melompati waktu. Dan kemudian aku menyadari bahwa ketakutanku serius.
Aku adalah seorang gadis kecil bernama Titee, namun keberadaanku sedang dihapus oleh Ratu Berdaulat Lorde. Aku sedang dilahap. Sensasi tidak lagi menjadi diriku sendiri begitu tidak menyenangkan sehingga aku tidak tahan lagi. Rasanya seperti serangga pemakan daging berkumpul di kulitku yang telanjang. Itu tidak nyaman dan tidak ada harapan!
Aku berteriak lagi. Aku menjadi gila. Meskipun tubuh dan pikiranku tidak bisa mati, pikiranku masih bisa hancur. Jika itu terjadi, aku tidak akan pernah bisa memenuhi keterikatanku yang masih ada, dan aku tidak akan pernah bisa mati. Itu tidak bagus, sama sekali tidak bagus. Aku harus melakukan sesuatu tentang hal itu dengan cepat.
"Ah! Mantra yang diajarkan Kanami padaku seharusnya bisa mengganggu jiwaku! Jika aku mengubah mantranya sedikit, dan dengan harga yang tepat, maka aku bisa menghilangkan perasaan memuakkan ini!"
Mungkin aku sudah gila. Aku menyentuh hal-hal yang seharusnya tidak boleh kusentuh.
"A-Aku tidak memilih jalan yang kutempuh. Aku adalah angin. Aku akan terus berjalan di seluruh dunia. Aku ingat pernah berharap begitu!"
Banyak rapalan mantra angin yang meringankan hati. Namun, itu tidak berarti apapun selain melemahkannya. Hatiku, yang lebih penting daripada daging, sedang ditikam dengan mengerikan. Itu bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Namun, itu perlu bagiku saat ini. Aku perlu memotong bagian-bagian yang tidak kuinginan itu. Dan kemudian aku menyublimkan rapalan itu.
Untuk membunuh bukan diriku yang sebenarnya, namun diriku yang seperti ratu, aku akan membuat rapalan-rapalan khususku sendiri. Aku tahu bahwa esensi dari rapalan-rapalan itu adalah untuk mengekspresikan seluruh diriku dalam kata-kata untukku dan hanya untuku.
"Akselerasi!"
Kata itu keluar dengan mudah. Itulah aku sekarang. Aku ingin mengatakannya dengan lantang dan mengeluarkannya semua dari tubuhku.
"Akselerasi. Akselerasi. Akselerasi. Aku adalah roh yang berakselerasi."
Aku memutar hidupku keluar dari kedalaman hatiku. Dengan rapalan itu, aku merasakan semuanya menjadi lebih ringan. Aku terbebas dari kecemasan dan ketakutan yang tak tertahankan, meskipun hanya sementara.
"Ya! Akselerasi! Berakselerasi lebih cepat dan lebih cepat! Akselerasi! Akselerasi! Akselerasi! Akselerasi! Akselerasi! Akselerasi! Semuanya berakhir! Lebih cepat! Lebih cepat lagi! Akselerasi! Akselerasi! Kepalaku terbentur sesuatu! Mati! Berakselerasi lebih cepat sampai akhir!"
Aku berteriak lagi. Aku bersukacita bahwa tubuhku, yang tadinya begitu berat, sekarang seringan bulu.
Aku tahu aku telah mengabaikan sesuatu yang sangat penting. Namun, ini jauh lebih mudah. Perasaan hidup dalam kotak kecil menghilang, dan aku merasa seperti hidup di dunia yang sangat besar. Aku dapat merasakan udara bersih masuk ke paru-paruku, dan aku tidak lagi menderita. Rasanya sangat menyenangkan. Aku mampu menenangkan diri sedikit.
Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah kenikmatan terlarang, namun itulah satu-satunya cara. Aku lebih takut menjadi gila daripada harga yang harus aku bayar. Jadi, aku harus terus berjuang, berjuang, berjuang, dan melupakan rasa takut itu. Jika tidak, aku tidak akan bertahan lebih lama lagi. Sekarang yang dapat aku lakukan hanyalah berpikir untuk menghilang.
Aku tidak mempertanyakan cara yang digunakan untuk mencapainya. Itu adalah keterikatanku yang masih ada. Tidak masalah berapa pun harganya selama aku memenuhi keterikatanku yang masih ada, dan itu adalah akhirnya. Semuanya akan hilang suatu hari nanti. Aku, tempat ini, dan semua hal lainnya. Apa yang salah dengan menggerogoti hatiku? Apa yang salah dengan membuatnya lebih ringan?
"Akselerasi. Akselerasi. Akselerasi. Biarkan aku mati. Biarkan aku bergegas dan menghilang. Pastinya itu sudah dekat.... sangat dekat..."
Dengan kata-kata itu, aku berjalan sempoyongan, menggunakan dinding sebagai penyangga, dan meninggalkan perpustakaan lalu kastil.
Dan kemudian, seperti rutinitasku sehari-hari, aku menghidupkan kembali lebih banyak Aliansi Utara. Semuanya baik-baik saja sekarang. Jika aku merasakan sakit, aku bisa melakukan rapalan mantra angin. Jika aku terus mengulang regenerasi dan membayar harganya, maka suatu hari itu akan berakhir.
Dengan itu sebagai satu-satunya harapanku, aku melanjutkan kelahiran kembali orang-orang hari itu dan hari berikutnya. Aku akan terus merevitalisasi, meminta maaf, membujuk, dan berterima kasih. Pada saat yang sama, aku membangun kembali negara dan menciptakan kedamaian yang sempurna. Sambil menggumamkan rapalan, aku mengulanginya seolah-olah itu adalah tugasku.
Lagi dan lagi, dan lagi dan lagi, lagi, lagi dan lagi. Waktu melaju lebih cepat sebanding dengan pekerjaanku. Lagi dan lebih cepat, lagi dan lebih cepat, lebih cepat. Karena aku terus mengulang tindakan yang sama berulang kali, aku bisa merasakan dunia semakin cepat dan cepat namun berkat itu, akhirnya, setelah seratus tahun, semua itu berakhir.
Permintaan maafku disampaikan kepada semua orang di Utara, yang jumlahnya mencapai ratusan ribu, dan mereka semua yakin bahwa, tanpa diragukan lagi, dunia dalam keadaan damai. Itu sempurna. Tidak ada seorang pun yang menyimpan dendam. Tentu saja, tidak ada musuh asing juga. Dengan negara Viaysia di tengahnya, itu menjadi Aliansi Utara yang ideal. Tidak ada lagi yang bisa diminta. Dunia sempurna yang kubayangkan sebagai Ratu Berdaulat Lorde telah selesai.
"Terima kasih banyak semuanya! Akhirnya, tempat ini selesai! Kita benar-benar telah membuat surga terakhir bagi para penyihir di sini!"
Aku memanggil orang-orang yang berkumpul di sekitar kastil. Dan mereka menanggapi dengan sorak-sorai. Aku bahkan tidak tahu apa yang mereka katakan lagi, namun aku tahu mereka memanggil namaku.
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
"Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde! Ratu Berdaulat Lorde!"
Satu-satunya hal yang terngiang di pikiranku adalah namaku, seolah-olah nama itu telah mencuci otakku.
Tentu saja, aku pergi untuk memberitahu tidak hanya istana namun juga kota. Kemudian aku pergi ke kota-kota sekitar, ke desa-desa terpencil, dan ke negara-negara tetangga yang bersekutu dengan Utara. Aku berkeliling untuk mengumumkan keberhasilan kami. Saat aku melakukannya, separuh jiwa orang-orang itu memenuhi keterikatan mereka yang masih ada dan menghilang.
Aku mengantar mereka pergi dengan senyum di wajahku. Namun demi perdamaian di antara separuh orang lainnya, aku meminta jiwa mereka yang telah pergi untuk kembali. Jadi, orang-orang dari Aliansi Utara menyanyikan pujian mereka atas surga ini saat jiwa mereka pergi ke langit.
Semuanya berjalan dengan sangat baik. Namun untuk beberapa alasan, aku merasakan kegelisahan. Kekuatanku sebagai Thief of Essence tidak berkurang sama sekali. Sementara aku diserang oleh kegelisahan ini, jumlah orang yang berjiwa tampak semakin berkurang.
"Ya! Akhirnya aku mengerti! Aku sangat senang bisa menjadi bagian dari negara Ratu Berdaulat Lorde! Dengan ini, aku bisa tidur dengan nyenyak."
"Dunia yang damai ini adalah yang kita tuju! Surga!"
"Aku puas. Akhirnya, aku bisa melihat kedamaian ini dengan mataku sendiri."
Satu per satu, beberapa orang yang tersisa kembali ke langit dan tertidur. Dan kemudian, sejauh yang bisa kulihat di sekitarku, semua orang telah berubah menjadi bintang. Dari tempat bertengger kastil yang tinggi, aku melihat ke bawah untuk melihat apa yang terjadi.
"Semua orang dalam pandanganku telah menghilang. Sekarang...."
Aku bisa melihat kota kastil tempat orang-orang tanpa jiwa berjalan-jalan. Selanjutnya, aku bisa melihat seluruh negeri. Itu benar-benar dunia yang damai. Ini akhirnya menjadi negara tempat orang-orang menikmati kedamaian tanpa terintimidasi oleh perang. Di luar itu, negara-negara Aliansi Utara yang luas terhubung, dan ujung dunia adalah surga.
Namun sekarang, aku adalah satu-satunya jiwa yang tersisa di Viaysia. Aku berdiri sendiri, jiwaku terlalu padat untuk menghilang, di bukit kastil.
"Apa?"
Rasa hampa mengalahkan rasa puas. Inilah surga yang selama ini kurindukan. Seharusnya itu adalah harta karun yang tidak akan bisa kudapatkan sekeras apapun aku berusaha sebelum kematianku. Namun, ada yang salah. Aku tidak merasakan apapun. Kekuatanku sebagai Thief of Essence tidak berkurang. Aku tidak merasa bisa menghilang dengan senyum di wajahku seperti orang lain. Mungkin karena aku merasa tidak memenuhi keterikatanku yang masih ada, namun sesaat kejadian terburuk yang mungkin terjadi terlintas di benakku.
Setelah ini berakhir, aku tidak bisa memikirkan apapun untuk dilakukan selanjutnya. Tidak akan ada cara untuk memenuhi keterikatanku yang masih ada. Mungkin aku akan terjebak, sendirian, dalam situasi ini selamanya.
Apa aku akan sendirian selamanya?
Aku bisa merasakan semakin sulit bernapas.
"Akselerasi. Akselerasi. Percepat! Aku adalah roh yang berakselerasi!"
Dengan rapalanku, aku menyingkirkan kejadian mengerikan itu dari kepalaku. Itu tidak mungkin. Yah, itu mungkin, namun tidak ada cukup waktu. Selain aku, ada orang lain yang butuh waktu lebih lama untuk menghilang sepenuhnya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan sihir dan kemampuan beradaptasi yang hebat sebelum kematian mereka. Mereka masih di sini. Dan kekuatan sihir dan kemampuan beradaptasiku berada di puncaknya. Kurasa aku harus menikmati kedamaian ini lebih dari orang biasa.
"Benar.... hanya sedikit lebih lama... pastinya..."
Jadi aku akan merasakan lebih banyak. Tertawa lebih banyak. Menikmatinya lebih banyak. Itu adalah kedamaian sejati. Ini adalah keterikatanku yang masih ada. Aku tidak ingat siapa yang menginginkannya, namun itu pasti kedamaian yang selama ini kuperjuangkan.
Jadi aku akan tertawa. Demi kepuasanku sendiri, aku akan lebih banyak tertawa. Sambil terhuyung-huyung keluar dari kastil, aku pergi ke jalan-jalan. Aku menikmati harta karun yang telah kuperoleh selama seratus tahun.
"Harta karun? Hahaha, ini harta karunku?"
Tentu saja aku gemetar saat berbicara. Di kota kastil yang ramai, berbagai macam penyihir berjalan-jalan. Tidak seorang pun dari mereka mengenakan senjata atau armor yang berbahaya, dan semua orang tertawa dan hidup tanpa kekhawatiran. Tidak seorang pun, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, menderita, dan mereka menikmati kedamaian yang dapat berlangsung selamanya. Namun, sebagian besar substansinya hilang.
Apa itu bersinar? Bisakah aku menyebut dunia ini, yang bahkan tidak memiliki warna, sebagai harta karun? Aku berdiri di sana, tercengang. Kemudian seorang anak kecil tanpa substansi berbicara kepadaku dengan ramah, memerankan perannya. Di dunia yang damai ini, bahkan ratu pun dapat berinteraksi dengan mudah, yang merupakan kisah yang sangat indah.
"Ada apa, Yang Mulia? Kamu tampak sedikit pucat."
"Aku begitu?"
"Mari kita tersenyum lagi! Kita tidak perlu melawan siapapun lagi!"
Tidak ada jiwa di sana. Dia adalah boneka kosong, yang tertawa. Aku tidak merasakan apapun kecuali kegelisahan.
"Hahaha, ya. Kau benar sekali."
Jawabku. Jika gadis ini adalah boneka, lalu siapa aku, yang membalas senyumannya?
"Kamu kelihatan agak murung! Apa kamu kedengaran lelah karena kamu selalu bicara seperti nenek-nenek? Kamu harus bicara sepertiku! Kalau begitu aku yakin kamu akan merasa lebih baik secara alami!" Kata gadis itu.
"Tidak, sebagai ratu aku tidak bisa...."
"Memang, kamu ratu, tapi kamu tidak perlu bersikap begitu tegas lagi! Tempat ini sekarang damai!"
Gadis itu merentangkan tangannya. Dia tidak salah untuk hal itu.
"K-Kau benar. Tidak ada alasan untuk bersikap seperti ratu lagi. Kita tidak akan melawan siapapun sekarang. Tidak... tidak ada seorang pun..."
"Ya! Kita damai!"
"Ya, kita damai...."
"Ya! Dan itu semua berkatmu! Dan jika terjadi sesuatu, kamu akan mengurusnya!"
"Y-Ya.... tentu saja...."
Gadis itu mengingatkanku bahwa aku adalah ratu, meskipun aku tidak terlihat seperti ratu. Bahkan boneka-boneka itu tetap mengharapkan aku menjadi ratu mereka. Itu terlalu menakutkan.
"Tidak! Tidak ada lagi yang mengatakan 'tentu saja'!"
"U-Um.... oke?"
"Ya! Seperti itu!"
Aku tidak keberatan jika aku mengubah cara bicaraku. Lagipula, aku tidak terikat dengan cara bicaraku.
Apa aku benar-benar tidak terikat dengan cara bicaraku? Aku juga tidak dapat mengingatnya. Mungkin karena aku telah menghabiskan begitu banyak waktu di tempat ini, aku tidak dapat mengingat seperti apa keadaanku saat aku masih hidup. Seratus tahun telah berlalu. Keterikatan dari masa kecilku... kini sudah terlalu jauh.
"Yang Mulia, maukah kamu bermain denganku?"
Tanya gadis itu.
"Bermain? Baiklah.... itu bukan ide yang buruk...."
Tidak, aku tidak akan berpikir lagi. Aku telah memutuskan untuk menikmati kedamaian. Kemungkinan besar ini juga merupakan bagian dari keterikatanku yang masih ada. Aku selalu berpegang teguh pada gagasan tentang dunia yang damai. Jadi, selama aku dapat bermain dengan gadis ini di dunia yang damai ini, aku akan merasa damai.
Kemudian, aku akan dapat menghilang seperti orang lain. Aku dapat menghilang. Akan aneh jika aku tidak dapat menghilang. Karena pada titik ini, aku tidak memiliki keterikatan lain yang masih ada. Jadi, ini adalah satu-satunya cara yang tersisa bagiku untuk menghilang. Ini pasti akan membuatku menghilang. Aku harus percaya itu.
Dua ratus tahun hidupku berlalu di tempat itu. Pemahamanku tentang waktu tidak hanya lumpuh, namun juga hancur total. Kemarin terasa seperti sepuluh tahun yang lalu, dan sepuluh tahun terasa seperti kemarin. Namun, tiba-tiba, aku teringat sesuatu yang telah terjadi seratus tahun yang lalu, namun, karena semuanya tetap tidak berubah, rasanya seperti baru terjadi kemarin. Kebingunganku mencapai puncaknya. Waktu semakin cepat. Sekali lagi, seperti kerikil yang menggelinding menuruni bukit, aku hidup sendiri selama seratus tahun lagi. Aku merasa seperti sedang jatuh.
Mengulang dan mengulang dan mengulang dan mengulang dan mengulang dan mengulang dan mengulang dan semakin cepat.
"Yang Mulia? Apa kamu baik-baik saja?"
Teman bermainku itu tampaknya mengkhawatirkanku hampir setiap hari.
"Y-Ya, aku baik-baik saja. Karena aku bahagia! Tempat ini, kedamaian ini... itulah dunia yang telah lama kucari!" Jawabku sambil tertawa.
Masih?
Pikirku. Mungkin karena pikiranku terus menerus memikirkan hal yang sama berulang-ulang sehingga aku terlihat tidak sehat.
Benar, setiap hari. Hari demi hari, selama dua ratus tahun... setiap hari! Setiap hari aku merasa gelisah. Aku bertanya-tanya apa aku akan benar-benar menderita selamanya, tidak dapat menghilang. Namun, aku segera menggelengkan kepala. Itu tidak mungkin benar. Semuanya baik-baik saja. Jika keadaan memaksa, aku bisa pergi ke atas permukaan. Aku punya terlalu banyak waktu luang, jadi aku mencari pintu menuju Dungeon dan langsung menemukannya. Jika aku melewatinya dan mencapai bagian atasnya, aku akan sampai ke atas permukaan.
Apa yang akan kulakukan jika aku meninggalkan tempat ini dan pergi ke sana? Tidak seperti di sini, atas permukaan tidak dibuat hanya untukku. Itu adalah dunia yang sama sekali tidak masuk akal. Semua orang berseteru satu sama lain, dikelilingi oleh musuh, dan pertempuran tanpa akhir terus berlanjut. Itulah dunia sebagaimana mestinya.
Berjalan di dunia itu, aku tidak akan bisa menahan diri untuk tidak membantu orang lain. Dan jika kekuatanku sebagai Thief of Essence diketahui, tidak ada keraguan dalam benakku bahwa aku harus bertarung lagi. Begitu seseorang diketahui sebagai yang terkuat dalam suatu kelompok, hal itu tidak dapat dihindari.
Pada akhirnya, ada kemungkinan besar aku akan menjadi ratu lagi. Kekuatanku akan memastikan hal itu. Kupikir aku tidak bisa menolak. Jika aku memiliki tipe kepribadian untuk melakukannya, aku tidak akan berada dalam situasi ini. Selain itu, mungkin saja ada seseorang di atas sana yang mengenalku. Jika aku bertemu seseorang yang kukenal, tidak ada keraguan bahwa aku akan kembali menjadi Ratu Berdaulat Lorde.
Itu akan sama saja. Jika aku pergi ke sana, aku akan berada dalam situasi yang sama seperti di bawah sini. Aku tidak menginginkan itu. Bukannya aku menganggap orang-orang yang memiliki ekspektasi itu jahat. Orang-orang adalah makhluk yang memiliki ekspektasi, jadi itu tidak dapat dihindari. Namun aku tidak menyukai hal-hal yang tidak kusukai.
Jadi aku tidak punya pilihan selain melakukan sesuatu tentang hal itu, bukan di atas permukaan, namun di sini. Aku harus entah bagaimana mencapai suatu pemahaman di tempat ini dan menyingkirkan keterikatanku yang masih ada. Aku terus mengulang-ulang pikiran itu lagi dan lagi.
Mengulang dan mengulang dan mengulang dan mempercepat dan mengulang dan mengulang dan mempercepat dan mempercepat dan mengulang dan mempercepat dan mempercepat dan mengulang dan mempercepat...
Tiga ratus tahun berlalu. Hari ini aku terbangun di kastilku dan berjalan-jalan di Viaysia yang damai. Itu sudah menjadi rutinitas harian. Tidak, itu adalah tindakan yang sepenuhnya otomatis saat ini. Beberapa waktu lalu, aku berpikir ingin melakukan sesuatu untuk mengatasi kondisiku. Namun, aku tidak lagi peduli untuk memikirkannya. Karena memikirkannya terasa menyakitkan. Jadi, aku tidak punya pilihan selain menghabiskan waktuku untuk bermain. Hari ini, sekali lagi, aku akan bermain seperti anak-anak bermain. Sungguh, sangat menyenangkan untuk melakukan itu.
"Seperti yang diharapkan darimu, Ratu!"
Kata teman bermainku sambil tertawa.
"Benar, kan? Aku bisa melakukan hal-hal yang lebih menakjubkan!"
Sungguh menyenangkan melakukan hal-hal yang tidak bisa kulakukan sebagai ratu. Bermain, bermain, dan bermain, semuanya sedikit menyelamatkanku.
"Nee, Ratu, mari menggambar bersama!"
"Oke! Aku pandai menggambar!"
Kataku. Hidup sebagai anak-anak di sini tidaklah buruk. Itu tidak bagus, namun juga tidak buruk. Jadi, tidak masalah.
"Aku sudah selesai! Aku duluan!"
Kata gadis itu sambil menunjukkan gambarnya.
"Wah! Bagus sekali! Apa itu gambar ibu dan ayahmu, Beth?"
"Ya! Mama dan papaku yang paling penting! Dan ini...."
"Oh, Kakek Vohlz!" Kataku.
"Ya! Kakek kesayanganku! Bagaimana denganmu?"
"Aku juga menggambar keluargaku!"
"Oh, jadi ini keluargamu?"
"Ya, keluargaku tercintaku. Kakekku, nenekku, dan adikku juga...."
"Wow! Tempat yang cantik sekali! Menakjubkan!"
Cantik?
Mungkin karena penglihatanku kabur, namun aku bahkan tidak bisa melihat apa yang kugambar. Bukan hanya dunianya hitam-putih, namun bahkan garis-garisnya pun tidak jelas. Apa yang baru saja kugambar? Hal indah apa yang bisa kugambar dalam keadaan seperti itu? Jika ada sesuatu yang hilang dari tempat ini, aku ingin tahu. Namun karena kecepatan dunia yang semakin cepat, aku bahkan tidak bisa melihatnya.
"Oh! Kita bingkai saja! Kurasa aku pernah melihatnya di rumah kakekku!"
"Bingkai?! Kalau begitu, aku akan bawa satu dari istana. Rumahku lebih indah dari rumahmu, jadi harganya pasti lebih mahal!"
"Apa itu tidak apa-apa?!"
"Yups!"
Tidak, aku juga sudah selesai dengan itu. Aku tidak ingin memikirkan apapun sekarang. Aku lelah. Aku ingin tidur.
Tempat ini indah. Bisa disebut surga. Aku tidak ragu bahwa suatu hari aku telah mencapai tempat yang mirip dengan apa yang kucari. Itu seharusnya tempat yang seindah kerikil yang kujatuhkan hari itu.
Tidak, sebaliknya, itu lebih unggul dari itu. Itu adalah surga yang sempurna. Kalau begitu... semuanya baik-baik saja seperti ini. Aku seharusnya tidak perlu melakukan apapun lagi...
Tidak lebih... Itu sudah cukup.
Aku tidak bisa melakukannya lagi. Saat itulah aku menyerah menjadi diriku sendiri.
Dengan itu, percepatan rasa waktuku semakin cepat. Semakin cepat, dunia jatuh semakin cepat. Terus Berakselerasi.
Dan empat ratus, lima ratus tahun berlalu. Hari-hari yang tidak berubah terus berulang. Aku tidak bisa lagi merasakan waktu sama sekali. Di dunia di mana waktu telah runtuh, yang kulakukan hanyalah tertawa polos. Itu telah menjadi urusanku sendiri, bahkan melampaui kebiasaan dan etiket. Boneka tanpa jiwa Lorde tertawa lagi hari ini.
"Hari ini damai lagi, bukan, Ratu?"
Tanya Beth.
"Ya. Negaraku juga damai hari ini. Sangat mudah bekerja sebagai tukang kebun di negara yang damai seperti ini." Jawabku sambil tertawa.
"Mudah? Apa kamu kebetulan membolos hari ini?"
"Tidak! Apa reputasiku seburuk itu?!"
"Tapi kamu selalu mempermainkanku! Meskipun kamu sudah dewasa...."
"Karena semua orang mengatakan itu! Beginilah caraku menjaga jalanan tetap bersih! Aku ahli dalam perawatan seperti ini! Aku seorang profesional!"
"Hehe, kurasa kamu benar. Berkatmu, Ratu, Viaysia jadi indah!"
"Benar, kan? Tempat ini indah!"
Aku lelah. Aku tidak ingin berpikir lagi.
Aku berakselerasi dan berakselerasi dan berakselerasi lebih banyak lagi, dan pada akhirnya, aku harus menerima bahwa keabadian mungkin tidak seburuk itu jika itu ada di sini. Aku benar-benar tampak menikmati diriku sendiri saat bermain tanpa berpikir. Jika aku menjadi boneka yang sepenuhnya otomatis, aku bisa hidup damai dengan semua orang selamanya di sini. Jika aku tidak bisa menghilang bahkan dalam keabadian itu, itu berarti apapun yang kulakukan sia-sia. Jadi sekarang, semua keterikatanku yang masih ada telah terselesaikan. Dengan kata lain, semuanya sudah berakhir.
Ini adalah akhirku. Aku merasa lega bahwa semua itu akhirnya berakhir. Itu benar-benar bukan kehidupan yang memuaskan. Sebagai ratu, aku menjalani hidup penuh perjuangan dan mati tanpa berhasil dalam apapun. Bahkan setelah mati, aku terus berlari sebagai ratu dan menyendiri tanpa berhasil dalam apapun.
Seratus tahun pertama tidak dapat dipahami. Dalam dua ratus tahun berikutnya, aku hancur. Setelah tiga ratus tahun, aku kembali menjadi anak-anak karena telah melampaui batas kehidupan manusia yang dapat diterima. Setelah empat ratus tahun, akhirnya aku tidak dapat mengenali dunia. Ketika aku mencapai lima ratus tahun, aku bukan lagi makhluk hidup. Dari enam ratus tahun berikutnya, bahkan tidak ada kenangan yang tersisa.
Tentu saja, tidak ada apapun dalam hidupku lagi. Meskipun aku memiliki jiwa, jiwa itu telah lapuk dan sama sekali tidak bergerak. Tidak dapat memahami dunia, waktu berlalu begitu cepat seolah-olah aku sedang tidur. Waktu seolah menghilang saat waktu itu berakselerasi, berakselerasi, berakselerasi.
Akhirnya, aku mencapai dasar. Kedalaman jurang itu teratur dan indah. Jadi aku terus percaya bahwa suatu hari tempat ini akan menghapusku dengan lembut. Aku hidup enam, tujuh, delapan ratus tahun lagi. Aku terus hidup, tertawa dan bermain, di tempat ini.
Sesekali, aku akan kembali ke kewarasan dengan sangat menyakitkan. Aku ingin terus-menerus hancur, namun kemudian, seolah mengingat, kesadaranku kembali. Aku dikejutkan oleh tahun-tahun yang telah berlalu. Itu membuatku takut, aku gemetar, dan aku ingin menangis seperti anak kecil. Jadi aku akan menangis di balik singgasana di istana yang kosong. Sebenarnya, aku tidak ingin menangis lagi. Aku tidak ingin bersedih. Aku hanya ingin tertawa terus-menerus. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa masuk ke dalam kekacauan ini.
Apa begitu penting sehingga aku menginginkan ini? Apa ini sepenting itu bagiku? Yang kuinginkan itu....
Hari itu, aku menemukan sebuah batu yang indah di padang rumput.
Seharusnya itu hanya batu biasa, namun...
Harta karunku telah hilang.
Aku tidak akan pernah bisa memilikinya lagi.
◆◆◆◆◆
Seribu tahun berlalu.
Aku terbangun dari mimpiku untuk sementara dan kembali ke kenyataan, berteriak.
Kanami berhasil melarikan diri berkat mantra mengerikan Dimension : Calculash—Recall-nya. Kekuatannya luar biasa. Ingatanku hingga aku bertemu Kanami dipadatkan dan diinjak-injak dalam diriku.
Benar sekali. Itulah hidupku. Aku ingin mati, menghilang, menjadi bukan apa-apa, namun aku bahkan tidak bisa mencapai itu! Itu adalah kehidupan yang sama sekali tidak berguna! Dan titik akhirnya adalah tempat ini! Viaysia yang damai yang telah dibangun selama seribu tahun dihancurkan oleh tanganku sendiri, direduksi menjadi ketiadaan! Tapi aku masih di sini, melaju kencang dan bergegas menuju jurang.
"Kanamiiiiiiiiiiiii!!!"
Orang itu memaksaku untuk mengingat semuanya. Aku meneriakkan namanya seperti kutukan. Aku melotot ke arah laki-laki berambut hitam dan bermata hitam di depanku yang meraih dadaku. Kenapa?! Kenapa dia memaksaku untuk mengingat hal-hal mengerikan seperti itu?! Itu mencabik-cabik tubuhku—tidak, hatiku—tidak, jiwaku! Kerusakan itu menyebabkan jiwaku melayang.
"Aku tidak ingin melihat apapun lagi, Kanami! Aku tahu aku sudah gila! Aku tahu semua itu! Itulah mengapa kau dan Liner dibutuhkan saat ini! Aku perlu melengkapi hal-hal yang tidak dimiliki tempat ini agar aku bisa menghilang! Agar aku bisa mencapai pemahaman sekarang, di tempat ini!"
Aku berteriak, mencoba memahami kesadaranku yang memudar. Namun, aku tidak bisa mengabaikan kerusakan yang terjadi pada jiwaku. Bagiku, kenangan hidupku sebagai ratu adalah luka. Itu adalah luka lama yang tidak ingin kusentuh. Tergoresnya luka lama ini menyebabkan jiwaku menjerit. Itu sangat terluka sehingga tubuhku mulai bermutasi, menilai dirinya sendiri berada di ambang kematian.
Inilah yang terjadi ketika seorang Thief of Essence meninggal.
Aku berteriak.
Akibat kerusakan dari sihir Kanami, aku terbungkus dalam kepompong angin, menjadi setengah monster. Pertama, kamuflase sihirku rusak. Sayap hijau yang kubuat dengan mengembunkan angin terkikis, memperlihatkan sayap asliku yang lusuh. Sayapku sudah terlalu sering digunakan dan rusak sehingga tidak bisa lagi digunakan untuk terbang.
Berikutnya muncul fitur-fitur mengerikan. Fitur-fitur itu tumbuh dari telinga dan anggota tubuhku dan menjadi sayap baru. Aku hampir bisa disangka sebagai ras mitos orang bersayap. Namun tidak, ini bukan sesuatu yang mengesankan. Aku tampak seperti monster yang disebut Harpia. Jika aku akurat dan memberinya nama penyihir, itu akan menjadi versi mutan dari harpy.
Itu benar. Aku hanyalah jenis monster setengah manusia, setengah burung yang dapat ditemukan di mana saja. Setengah sihir, setengah monster. Tidak ada yang legendaris tentangku. Namun meski begitu, aku tetaplah Ratu Berdaulat Lorde! Aku adalah orang bersayap mitos! Aku adalah utusan surga! Aku adalah reinkarnasi sang legenda! Itulah yang telah terjadi padaku!
"KAAANAAAMIIIIIII!!!"
Kekuatan mengalir dari tubuhku saat transformasiku selesai. Aku menggunakannya untuk menyerang balik musuh yang mencengkeram jiwaku. Gerakan sekecil apapun menyebabkan rasa sakit yang luar biasa karena tangannya berada di dalam diriku. Namun, kemarahan dan kebencianku terhadap orang di depanku mengalahkan rasa sakit itu. Oh, betapa mengerikan, mengerikannya sihir yang telah dia berikan padaku! Dia benar-benar pengecut! Dia menggunakan taktik pengecut dalam pertempuran seperti biasa! Aku tidak akan pernah menyetujui caranya!
Aku perlahan mulai meraih lehernya. Pada saat itu, Kanami, yang telah mengatupkan rahangnya untuk waktu yang lama, berteriak sekeras yang kulakukan.
"Jangan bergerak! Belum! Mantraku belum berakhir! Ini baru saja dimulai! Di sinilah semuanya dimulai! Aku akan mundur lebih jauh dan lebih jauh, Lorde!"
"Mundur?! Lebih jauh?! Kau pikir kau akan mundur ke mana?! Persis seperti yang kau lihat! Tempat ini adalah akhir! Ini segalanya bagiku!"
"Tidak! Itu salah! Kau punya masa lalu yang membuatmu bertahan selama ini! Kau melupakannya begitu saja! Kau lupa karena kau menjadi Thief of Essence! Melupakan adalah harga dari kutukan itu!" Kanami berteriak padaku.
"A-Apa yang kau....?!"
Kalimatku yang tersisa terpotong oleh ekspresi wajahnya. Musuhku menunjukkan ekspresi yang sama sepertiku. Dia tersiksa dan menderita, dan jiwanya menjerit. Aku tahu alasan di balik kepahitan dan kesedihan itu. Aku bisa merasakan kerja batin Kanami, meskipun dia adalah musuhku, seperti ada Koneksi di antara kami.
Kenangan hidupku juga membuatnya sakit, karena dia adalah orang yang telah menggunakan mantra itu. Pada saat itu, aku teringat sebuah kenangan dari saat aku masih hidup, tentang Kanami yang menjadi orang yang paling memahamiku. Ketika dia, tanpa ingatannya sendiri tentang masa lalu, jatuh ke tempat ini, dia merasa seperti tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa memahaminya. Dia mencoba melarikan diri, berpura-pura tidak melihat apapun. Sejujurnya, aku tidak bisa memaafkannya. Namun sekarang, dia menghadapi masa lalu dan mencoba memahamiku. Dia mencoba memulihkan ingatanku, dan mempertaruhkan nyawanya untuk mencegahku melarikan diri dari masa lalu lebih lama lagi. Aku bisa merasakan tekadnya melalui Koneksi itu.
Bukan hanya itu. Kekuatan mantra Dimension : Calculash—Recall yang telah dia gunakan mentransmisikan segalanya. Jika dia mau, dia bisa membunuhku seketika. Namun, dia malah memilih untuk menghidupkan kembali masa laluku bersamaku. Dia rela mengorbankan tubuh adik perempuannya, hal yang paling berharga di dunia baginya, dan masa depannya yang berharga, untuk menjangkau orang yang hancur di depannya ini.
Itulah sebabnya tanganku, yang telah meraih lehernya, berhenti.
"Kanami.... lalu apa.... apa keterikatanku yang masih ada?"
Tanyaku, melemah karena rasa sakit.
Aku ingin tahu apa yang dimaksud dengan "mundur lebih jauh dan lebih jauh" ini. Apa itu berarti ada sesuatu yang bahkan lebih tua dari kenangan yang baru saja kami lihat? Apa itu berarti ada cerita lain yang mendahului cerita Ratu Berdaulat Lorde? Sesuatu yang tidak terjadi di Viaysia namun di tempat lain? Di mana aku belum menjadi ratu atau tukang kebun? Jauh, jauh sebelum itu? Bahkan lebih jauh lagi?
Ketika aku masih kecil?
Saat aku memikirkan itu, pandanganku menjadi semakin kabur.
Cahaya kenangan sihir mulai menyelimutiku. Dunia yang terbentang di depan terlalu menyilaukan bagi mataku yang sudah tua, namun sama sekali tidak menyakitkan. Sebaliknya, itu menyenangkan. Itu adalah cahaya yang sangat hangat. Itu adalah masa yang tidak tercatat dalam kisah heroik Ratu Berdaulat Lorde. Itu adalah masa yang bahkan lebih tua dari masa di panti asuhan. Itu adalah kenangan dari masa lalu yang sangat, sangat lama, begitu lama sehingga mustahil untuk menghitung hari-harinya. Itu sangat jauh sehingga aku tidak dapat menangkap bayangan atau bentuknya, dan hanya pemandangan samar dan sekilas yang bergema di udara, seperti fatamorgana. Namun itu pasti ada di dalam diriku.
Aku mulai mengingatnya. Aku yakin ada padang rumput. Dan di sebelah padang rumput itu pasti ada rumah dengan atap pelana. Dan aku... tidak, dua anak kecil tinggal di sana.
Aku berteriak. Saat ingatan itu kembali padaku, indraku terhadap waktu, yang tadinya hanya bergerak cepat, mulai terhenti. Di dunia yang melambat di mana-mana, aku teringat betapa waktu dulu berjalan sangat lambat saat aku masih kecil. Kemudian, penglihatanku, yang tadinya kabur dan tak bisa dikenali selama ini, menjadi jelas. Aku melihat apa yang terbentang di balik cahaya yang memenuhi mataku.
Itu bukan hijau mencolok, namun hijau lembut dan dalam yang menyebar di sekelilingku. Padang rumput yang terhampar di bawah langit biru, rumputnya bergoyang lembut tertiup angin.
Aku berteriak lagi. Aku ingin melihat lebih banyak.
Kanami, mundur lebih jauh dan lebih jauh lagi. Perlahan! Biarkan aku melihatnya.
Dalam sihirnya, aku melihat surga yang sesungguhnya. Aku melihat kerikil indah yang telah kujatuhkan hari itu. Aku ingin kembali ke masa kecil yang indah itu.
Merangkul sihirnya dengan seluruh keberadaanku, aku mulai mendengar suara yang datang dari sangat jauh. Itu suara serak. Kedengarannya tua. Setengah tertidur dalam cahaya, aku menangkap suara itu. Itu refleks, seperti bayi yang baru lahir secara refleks meraih jari ibunya.
"Hei, nek! Anak itu sudah bangun!"
Itu suara keluarga. Aku sudah lama melupakan suara itu, namun aku ingat cara bicaranya yang khas. Aku menyimpannya bersamaku untuk waktu yang lama agar aku tidak melupakannya. Aku tahu pemilik—bukan, orang-orang pemilik—suara-suara ini.