Chapter 4 : The Twentieth Floor Sought You, Ere I Should Vanish Within the Dark
Di dunia ini, aku relatif kuat. Aku tidak bisa memberitahu kalian alasannya, namun dunia ini memperlakukanku seperti itu. Dalam hal bakatku, statistikku, dan sihirku, aku kuat. Itulah mengapa aku bisa membuat party Arken menuruti apa yang aku mau kepada mereka.
Selama beberapa hari terakhir, aku mulai memahami bahwa aku cukup kuat untuk melakukannya. Dan aku akhirnya menunjukkan kekuatan itu di tempat terbuka.
Sederhananya, aku telah menjadi sombong.
Karena aku telah memperoleh kekuatan yang sebanding dengan beberapa orang terampil di dunia ini dalam waktu beberapa hari, aku menjadi cukup angkuh untuk bekerja dengan anggapan bahwa tidak ada yang dapat menimbulkan ancaman nyata bagiku di Dungeon ini. Tapi itu adalah kesalahan. Dungeon berisi Guardian, dan aku baru diberitahu dua hari sebelumnya.
Dan monster yang disebut dengan Guardian ini bisa merenggut nyawaku, makhluk itu adalah humanoid yang berbentuk cairan hitam yang menyebut dirinya "Tida," sedang berbicara dengan gembira, jatuh ke tanah saat berbicara.
"Aku merasakan manusia memburu Hangshades dengan kecepatan sangat tinggi, jadi aku datang untuk melihat dan memeriksanya. Aku pikir hal itu mungkin dilakukan oleh kelompok yang beranggotakan enam orang, tapi sepertinya aku salah."
Sebelum permintaan anehnya terdengar, kami terdiam. Suara lonceng alarm berbunyi di kepalaku : Hal ini adalah berita buruk. Hal itu tepat di depanku. Begitulah cara berbicara makhluk yang berada di rantai makanan teratas. Lalu ada kengerian energi sihir yang merembes keluar dari tubuhnya. Segala sesuatu tentang makhluk itu meneriakkan bahaya.
"Namun apa yang kita miliki di sini adalah sepasang anak yang menarik.... Aku bertanya-tanya, bagaimana kalian bisa menjalani ujianku di sini dan sekarang? Meskipun umat manusia telah mencapai lantai dua puluh tiga, kalian semua menghindari tantangan yang ada di lantai dua puluh. Jika kalian mengalahkanku, kalian akan dianggap penting untuk itu."
Lanjut makhluk itu sambil terkekeh.
Undangannya itu seperti kesepakatan dengan iblis. Saat aku berdiri di sana memeras otakku tentang apa yang harus dilakukan terhadap iblis di depan mataku, Dia berbicara menggantikanku.
"K-Kau adalah Bos lantai dua puluh? Yang tidak ada yang dikalahkan itu?"
"Itu hampir tepat."
"Kau memang terlihat seperti yang dikatakan rumor. Semua orang tahu bahwa bahkan Glenn sekali pun yang merupakan petualang terkuat umat manusia, tidak dapat menghadapi ujian di lantai sepuluh dan dua puluh. Kau merupakan legenda itu?"
"Itu membawa kenanganku kembali. Aku bertarung dengan Glenn dengan baik beberapa tahun yang lalu. Dia juga berada di jalur yang benar, namun dia tampil dengan tidak cukup baik."
Hal itu adalah legenda. Bos monster yang bahkan penjelajah veteran sekali pun hanya bisa melarikan diri. Dan dengan pengetahuan itu, hanya ada satu pilihan yang harus kami buat.
"Lari, Dia!" Teriakku, bergegas kembali ke permukaan.
Tidak perlu mengambil risiko apapun di sini. Jika memang benar makhluk itu adalah Bos lantai 20, masuk akal untuk melawannya setelah mempunyai MP dan kondisi fisik yang sempurna saat naik level.
Tempat ini adalah lantai lima, dan kami level 6. Paling tidak, makhluk itu bukanlah musuh yang harus kami lawan di sini dan saat ini juga.
"Aku belum selesai berbicara. Kalian tidak pergi ke mana pun. Alty, jika kau berkenan."
Aku menghentikan langkahku saat melihatnya. Seorang gadis berdiri di arah yang aku tuju. Gadis bernama "Alty" ini mengeluarkan aura luar biasa yang tidak kalah meresahkan dari Tida. Wujudnya adalah seorang gadis pendek dengan rambut berwarna merah, dan dia memiliki sejumlah besar perban bertuliskan bahasa kuno yang melilit tubuhnya. Yang paling aneh adalah kakinya, yang tidak terbuat dari darah dan daging, melainkan api murni. Api hijau menyembur dari bawah perbannya, dan dia melayang di udara.
"Jalannya ditutup." Kata iblis kedua ini dengan aura intimidasi yang mencolok.
Aku tidak mencoba memaksakan langkahku. Sebaliknya, aku mencoba mengumpulkan beberapa informasi.
【DECIMAL GUARDIAN】Thief of Fire’s Essence
Aku tidak bisa berkata-kata. Biasanya, dia akan menjadi Guardian lantai sepuluh.
Astaga, ini lantai 5! Apa yang dilakukan kedua makhluk mengerikan ini dari sekian banyak lantai di depan sini?!
"Sieg, kita harus bertarung."
Terdengar suara Dia dari belakang.
"Aku percaya, kalau kita bekerja sama, kita bisa mengalahkan apapun!"
Di hadapan jepitan kedua Bos itu, Dia menguatkan dirinya dan menghunus pedangnya.
Tunggu, kamu pasti tidak serius dengan ini!
Bahkan jika Dia melawan mereka, aku tidak mau. Hal itu adalah sebuah kesalahan. Jika mereka ini benar-benar Bos dari lantai 10 dan 20, hal itu aneh bagi mereka untuk berada di lantai 5. Hal ini adalah anomali.
"Tunggu dulu, Dia!"
Aku harus menghentikannya, memutuskan tidak ada pilihan selain berbicara dengan monster bernama Tida itu. Karena kami bisa berbicara dengan makhluk itu, kupikir pasti ada jalan keluar dari pertempuran ini.
"Erm.... Tida, kalau boleh.... Ah, uh, haruskah aku menambahkan dengan (-san)?"
Tida menggelengkan kepalanya, geli.
"Tolong jangan panggil aku dengan tambahan '-san.' Kau adalah manusia dan aku adalah monster. Kita tidak bisa memberikan contoh yang buruk."
"Maaf soal itu, Tida. Kami tidak mencari 'Ujian' itu. Faktanya, kami lebih suka segera keluar dari Dungeon."
"Begitukah. Tidak ada keinginan untuk bertarung, huh? Namun.... Kita adalah manusia dan monster. Dan saat kita berpapasan, kita seharusnya bertarung! Hal itu aturan tidak tertulis di dunia, bukan?"
Bajingan ini!
Tida telah menjebaknya sebagai undangan, tapi sepertinya dia tidak berniat memberi kami suara dalam masalah ini. Makhluk kegelapan bertinta itu berdenyut dengan penuh kehidupan, memamerkan nafsu bertarungnya.
"Jadi maksudmu mau apapun yang aku katakan, kita akan tetap bertarung. Maka tidak ada gunanya berdebat lagi untuk hal itu." Kataku sambil mendekat ke Dia.
Aku perlu bekerja sama dengannya, baik itu untuk berlari atau bertarung.
"Ujian dari Dungeon ada untuk yang layak. Dan kalian berdua layak. Itulah insting yang aku dapatkan."
Tida merasa seperti pemangsa yang tidak bisa menahan diri untuk menerkam. Dia memberikan pujian kepada kami dan berbicara bahwa dialah yang akan menghancurkan kami.
"Sieg, mari kita berdiri tegak, apa un yang terjadi! Tempat ini adalah Dungeon! Hal seperti ini bisa terjadi!"
Dia sama seperti Tida—dia, juga, tersenyum di hadapan ancaman yang kuat ini, tidak menyembunyikan keinginannya untuk bertarung, seolah mengatakan bahwa dialah yang akan menghancurkannya. Sikap impulsifnya terwujud dalam cara terburuk.
"Oh! Kau anak muda yang baik, kau bisa paham itu!"
Kata Tida, bersukacita atas semangat bertarung Dia.
"Aku tahu itu! Kalian berdua luar biasa. Kalian memiliki bakat, tapi yang lebih penting, kalian memiliki penampilan yang sama seperti mereka. Kalian sangat mirip dengan para pahlawan saat itu!"
"Kau benar." Kata Alty dari belakang.
"Ada kemiripan."
"Nah, mari kita kalahkan mereka, oke?" Kata Tida.
Aku langsung berdiri membelakangi Dia dan mengambil sikap bertarungku melawan Alty.
"Drat." Kata Tida saat melihat itu.
"Dua lawan dua bukanlah yang aku mau. Untuk pertarungan Bos, itu satu lawan satu atau keroyokan."
Dengan kecerobohan seseorang yang berbicara tentang tren terbaru, kekuatan tempurnya sendiri berkurang setengahnya. Sepertinya iblis itu mengikuti beberapa aturan atau lainnya, dan aku bertanya-tanya apa aku bisa menemukan jalan keluar melalui itu.
"Siapa di antara kita yang mau duluan, Alty kau mau coba duluan? Berdasarkan urutan lantainya, kau akan menjadi yang pertama, karena kau bertanggung jawab atas lantai 1 hingga 10."
"Aku tidak akan bertarung. Aku masih punya banyak hal untuk dilakukan di dunia ini. Ditambah, tidak akan butuh waktu lama sekarang untuk menghilangkan semua keraguan itu."
"Begitukah. Maka aku yang akan bertarung. Kau bisa menyegel ruangannya. Bolehkah aku memintamu untuk menggunakan apimu untuk itu?"
"Tentu, baiklah."
Aku dipenuhi dengan rasa gentar ketika aku menyaksikan kedua makhluk mengerikan itu dengan riang mendiskusikan pengaturan mereka. Aku akan lari jika ada kesempatan, namun hal itu tidak terjadi.
Tapi, dari apa yang mereka katakan, sepertinya jika kita menunggu saja, kita bisa menghindari pertarungan dua lawan dua. Api menyembur keluar dari tubuh Alty, membentuk penghalang api hitam yang menghalangi pintu masuk dan keluar.
"Itu tepat di atas Ley Line, jadi tidak akan bertahan lama. Sampai jumpa lagi, Tida."
"Terima kasih."
Dan dengan itu, Alty menghilang di tengah kobaran api. Aku mungkin akan kehilangan nyawaku dengan cepat jika kami harus bertarung sambil diapit oleh dua Bos itu, jadi ini lebih baik, tapi hasil dari perpisahannya telah menutup jalan untuk melarikan diri.
"Bagus sekali; tempatnya sudah siap. Mulai sekarang, tempat ini, ruangan ini adalah lantai dua puluh. Lantai Tida, Thief of Darkness’s Essence. Maafkan konstruksi yang tergesa-gesa ini dan keberadaanku dalam perjalanan kerja, bisa dikatakan begitu, namun pikirkan ruang yang disegel api ini sebagai lantai dua puluh. Nah, kalian berdua — saatnya untuk menghadapi Ujian dari Vigesimal!"
Wajahnya yang tidak berkerut. Inilah maksudnya. Tida sedang bersiap untuk bertarung sekarang. Sihir menggeliat melalui tubuh cairan hitamnya yang berdenyut, dan udara mengejang. Kemanusiaan yang dimilikinya terkikis, dan berubah. "Lengannya" menjadi bilah, "kakinya" menjadi kaki hewan digitigrade. Bentuk manusianya dikesampingkan, bentuknya itu mengambil bentuk yang lebih cocok untuk monster — yaitu binatang buas yang brutal.
Aku merapalkan sihir dimensiku sekaligus.
"Dimension : Calculash!"
Pada saat yang sama, cairan hitam Tida berombak, dan bergerak maju seperti macan kumbang. Dalam sekejap mata, gelombang itu menekan Dia dan mengayunkan lengan pedangnya.
"Dia!" Aku mendorongnya pergi, menyelamatkannya dari serangan pembunuhan itu.
"Oh! Aku tahu itu! Kau bisa melihatnya datang, bukan?!"
Maaf aku tidak dapat memenuhi harapanmu yang tinggi, tapi dapat melihatmu datang tidak berarti tubuhku bisa bereaksi tepat waktu. Aku tersentak menyadari bahwa aku hanya bisa gemetar bahkan dengan gerakannya terasa olehku, dan itu karena Dimension, inti dari kekuatan bertarungku. Jika itu gagal, aku tidak bisa melakukan apapun. Sekali lagi, aku menerima pilihan untuk melarikan diri, namun aku langsung membuang pemikiran itu. Selama kecepatan musuh melebihi kami, hal itu tidak realistis, dan api hitam yang bertindak sebagai penghalang itu tidak mungkin cuma api biasa.
Berharap melawan harapan itu, aku mengayunkan pedang satu tanganku dengan seluruh kekuatanku pada wujud bertinta milik Tida.
Clank. Tebasan sampingku tersangkut di bilah tajam makhluk itu. Kemudian makhluk itu mengirim bilah-bilah itu ke bawah pedangku. Aku melepaskan senjataku untuk menghindari serangan Tida. Untuk sesaat, pedangku berdiri di udara. Aku mencengkeramnya lagi dan menyodorkannya ke kepala Tida, gerakan blink dan kamu akan meleset yang merupakan serangan dan pertahanan sekaligus. Prestasi brilian yang dimungkinkan oleh Calculash.
Namun musuhku mengamati manuver itu dan menghindari dorongannya.
"Heh heh heh! DEX dan AGI-mu adalah kelas atas! Statmu itu sudah seperti seorang berlevel 20! Aku tahu itu! Kau memang layak!"
"Flame Arrow!"
Laser menembus tubuhnya, membuat lubang menembusnya. Dia telah merapal mantra meskipun dia telah terdorong ke samping. Tida membeku. Memanfaatkan kesempatan itu, aku mendekat dan menebas musuh kami dari ujung bahu secara diagonal ke bawah.
"Ya!" Dia berteriak, sangat gembira bahwa kami telah sepenuhnya mendaratkan setiap pukulan dalam serangan kombo kami.
Tidak hanya ada lubang di Tida, makhluk itu juga telah terbelah dua. Seseorang tidak dapat disalahkan jika menganggapnya sebagai kemenangan, tapi aku tidak bisa lengah, tetap membuat jarak di antara kami. Keringat dinginku tak henti-hentinya, rasa menggigil yang aneh muncul di punggungku tak henti-hentinya.
"Oh itu tidak benar, aku khawatir kalau serangan itu tidak akan berhasil. Aku seorang monster, kalian tahu."
Wajah bukan Tida terdistorsi agar terlihat seperti wajah manusia. Lubang di badannya menutup, dan lengan pedangnya berubah lebih panjang, bergabung menjadi palu besar yang diayunkannya ke arahku dengan kekuatan yang sangat besar.
Aku menganggap diriku cekatan dalam menghindari serangan tusukan atau tebasan dengan margin sempit, namun ini adalah serangan kekuatan tumpul pertama bagiku. Terkejut dengan perubahan mendadak pada senjata pilihan musuh, palu itu menyerempetku.
"Khh! Augh!"
Dampak pukulan itu sulit dipercaya meskipun faktanya hanya menyerempetku. Beratku sekitar enam puluh kilogram, namun aku terpental seperti berat tubuhku tidak berarti apapun. Aku bahkan tidak bisa melunakkan pendaratanku, dan aku jatuh ke lantai Dungeon. Untuk pertama kalinya dalam beberapa saat, aku merasakan sakit tumpul menyerang seluruh tubuhku.
Saat itulah aku menyadari bahwa ini adalah pertama kalinya aku menerima kerusakan sejak aku mulai menggunakan Dimension. Retakan mulai terbentuk dalam keyakinan mutlakku padanya.
"Heh heh, aku terkesan. Kau, anak cantik di sana, sihirmu membuatku terdorong cukup jauh. Dan kau, anak yang lincah, tebasanmu berhasil. Kurasa aku telag mati dua kali barusan."
Kata Tida dengan riang, melepas berpalu dua dan mengayunkan lengannya yang cair.
Saat aku memeriksa untuk melihat kerusakan apa yang telah kuterima, aku mempertimbangkan karakteristik spesial musuh. Aku harus berpikir tentang Bos yang ada video game. Mungkin tubuh aslinya ada di tempat lain.
Mungkin kelemahannya adalah "Core" di dalamnya. Mungkin hanya jenis serangan tertentu yang bekerja padanya. Atau mungkin, menilai dari apa yang baru saja dikatakannya, dia perlu "dibunuh" lagi dan lagi. Ada banyak sekali pilihan yang harus diambil.
Ini bodoh. Jika makhluk itu adalah Bos dari video game yang dirancang untuk aku kalahkan, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk bertarung dan menang. Tapi sejujurnya, tidak mungkin aku percaya makhluk ini memiliki cara yang berani untuk mengalahkannya.
Harus ada saat-saat tidak ada kartu as di tanganku yang bisa aku gunakan untuk mengalahkan lawanku. Jika aku serius melakukannya dengan Tida, aku tidak akan bisa bertahan lama.
"Heh heh heh! Aku kira kau memeras otakmu tentang bagaimana cara mengalahkanku. Sungguh, aku ingin sekali memberitahunya, tapi jika aku memberitahunya, hal ini tidak akan menjadi ujian yang berat, kan?"
Bajingan itu pandai menghasut seseorang dengan cara yang salah. Jika kau mau memberitahunya, katakan saja padaku!
"Sieg, apa yang harus kita lakukan?!"
"Tetap di posisimu! Saat kamu melihat sebuah celah, serang itu dengan sihirmu!"
Aku melompat ke Tida dengan sekuat tenaga. Pada akhirnya, kami masih kekurangan informasi. Hanya ada satu hal yang bisa aku lakukan saat itu.
"Kita menyerang dengan kecepatan penuh! Dimension : Calculash!"
Kami akan mencabik-cabik seringai bodoh itu berkeping-keping!
"Bahkan lebih cepat sekarang, huh?!"
Kata makhluk itu dengan kagum, mencegat kecepatanku yang putus asa.
Jika aku melakukannya seperti biasa, pedangku tidak akan pernah mencapainya. Selain itu, mengingat berapa banyak MP yang tersisa, aku ingin pertarungan itu berlangsung singkat. Satu-satunya harapanku adalah mendapat sebuah kesempatan. Saat aku menutup jarak, aku turun ke posisi yang lebih rendah.
Lalu aku mencabut pedang yang kupegang di tangan kananku dari sarung di sebelah kiriku. Itu dia. Ini adalah rencanaku. Tapi aku memfokuskan semua kekuatan dan kecepatanku ke dalam satu serangan itu. Kilatan baja berkecepatan penuh dan berkekuatan penuh tanpa memedulikan kekuatan sihir atau vitalitasku.
Tida melihat serangan itu datang dan berusaha menjatuhkannya dengan lengan kanannya yang berwujud pedangnya. Menggunakan Calculash dengan kepadatan super tinggi, aku dapat memahami situasi hingga sepersepuluh detik dan pergerakan objek di dalam ruang ini dalam satuan kurang dari satu milimeter. Waktu berjalan lebih lambat dan lebih lambat.
Rasanya seperti reaksi kimia yang menggabungkan kekuatan sihir yang mengalir melaluiku dan obat-obatan di otakku. Dalam rentang waktu yang padat namun longgar ini, aku berpikir, merenung, dan berunding. Dan aku menemukan manuver optimal untuk mengalahkan lawanku dalam pertarungan sepersekian detik ini.
Aku memukul sisi Tida dengan sarung tangan di tanganku yang bebas. Langkah itu tidak akan berhasil jika hanya meleset satu milimeter, namun tepat sasaran, menggeser ujung ayunan Tida secara sempit. Akibatnya, serangan pedangku menang, mengiris perut monster itu. Tapi aku belum bisa santai; Aku menebas ke atas untuk menargetkan wajah Tida.
Meski terbelah dua, Guardian itu masih mencoba mengayunkan lengan pedangnya ke arahku. Keadaan pikiranku yang sangat sadar memungkinkanku untuk mengelaknya sejauh rambutku. Serangannya meleset, Tida kehilangan keseimbangan. Aku menebas dan menebas kepalanya dari setiap sudut.
"Matiii!"
Aku mengiris, menebas, meretas dan mencincang sampai Tida jatuh berkeping-keping dan compang-camping di tanah, cairan hitamnya berserakan seperti gel. Hal itu tidak dapat mempertahankan bentuk dasarnya. Tida jatuh. Aku telah menjatuhkannya. Jika tidak jatuh, lalu apa yang harus aku lakukan?
Namun, aku punya firasat buruk. Es yang menutupi hatiku tidak akan mencair. Cairan hitam menggeliat dan menggeliat, membuat bentuk mulut. Dan cairan itu berbicara :
"Kah, Ha, ha hA, aku TidAk bisa kAlah semuDah iTu. KaU mengAlahkaNku dalam DEX dan AGI-mu. KalAu beGitu, aKu mengGunAkan siHir untuk berTaRung."
Aku berteriak di depan tontonan yang mengerikan itu.
"Dia, tembak!"
"Aku akan meledakkanmu sampai berkeping-keping!"
Dia berteriak kepada makhluk itu.
"Flame Arrow!"
Mantra Dia memiliki lebih banyak kekuatan. Flame Arrow ini berbeda dari biasanya. Bukan seperti laser yang langsung menembus udara; sebaliknya, jangkauannya lebih luas, durasi tembakan lebih lama.
Panas yang luar biasa membakar tubuh monster yang tergeletak berserakan di tanah, tapi Tida tidak terbakar sampai berkeping-keping seperti yang dikatakan. Ada beberapa serpihan yang tersisa, yang merayap dan merangkak seperti cacing, berkumpul bersama.
Kemudian mantra Tida selesai.
"Heh. Heh heh! Spellcast: Wailing Lamb’s Gloom."
Begitu makhluk itu selesai merapal mantra, tirai hitam jatuh menutupi pandanganku.
"Ap—?! Apa-apaan ini?!"
Kabut kegelapan yang tiba-tiba membuatku linglung dan bingung. Dimension memberitahuku bahwa cahaya di ruangan itu tidak berubah, itulah mengapa aku sangat bingung. Perubahan itu ada pada diriku. Pengalaman sensorikku tentang kegelapan sekarang diperkuat.
Rasanya seolah-olah sesuatu tentang persepsiku tentang terang dan gelap telah dicuri dariku. Selimut hitam tipis tergantung di atas informasi yang aku ambil melalui Dimension juga, tapi hal itu bukan kabut hitam dalam arti fisik. Hal itu tidak hilang padaku. Itu adalah kegelapan mental. Kegelapan emosional dan spiritual.
"Aku mengambil kebebasan untuk mencuri habituasimu ke dalam kegelapan." Kata Tida dari kegelapan.
"Dengan nama lain, aku adalah Thief of Darkness’s Essence. Hanya saja, aku tidak disebut demikian karena aku mengendalikan unsur kegelapan. Aku memiliki bakat untuk memanipulasi pikiran dan hati manusia. Kau bisa menganggapku sebagai monster yang berspesialisasi dalam serangan pada pikiran. Aku menimbulkan efek serangan pikiran pada semua orang yang menyentuh kegelapanku tanpa kecuali."
Hal tersebut dilakukan dengan bangga tentang sihirnya. Meskipun tidak menyebutkan kelemahan apapun, aku masih harus berterima kasih kepada Tida atas lidahnya yang longgar itu. Ada kemungkinan berbeda aku bisa mendapatkan jalan menuju kemenangan melalui musuh kita yang sombong itu. "Unsur kegelapan." "Serangan pikiran." "Dampak buruk."
Istilah-istilah itu membangkitkan kembali cara berpikirku dalam video game dalam diriku.
"Kau terlalu sering menyentuhku."
Kata Tida, menegur kecerobohanku.
Aku bisa merasakan cairan hitam yang menempel di tubuhku menggeliat. Aku tidak membuang waktu membersihkan apa yang aku bisa dalam jangkauan tanganku. Tampaknya pada saat itu, tubuh Tida selesai memperbaiki dirinya sendiri. Aku bisa melihat siluet di kedalaman kegelapan yang sekarang semakin pekat.
Penglihatanku sekarang hampir sama sekali tidak berguna, tapi samar-samar aku bisa merasakan melalui Dimension bahwa sosok bayangan itu masih jauh. Memikirkan berbagai hal itu dari sudut pandang seorang gamer, aku memutuskan apa yang harus dilakukan dan tidak berfokus pada sosok kegelapan, namun pada diriku sendiri.
【STATUS】
CONDITION: Confusion 5.29, Mind Taint 1.00, Darkness 1.00
Aku mendapatkan dua efek status baru.
"Baiklah." Kata Tida.
"Saatnya Babak Dua!"
Sebelum aku sempat menarik nafas, bayangan dan suaranya semakin mendekat. Aku ingin membaca menuku lagi, namun sepertinya aku tidak punya waktu sebanyak itu.
"Urgh! Aku masih bisa melihat bayangannya!" Aku tidak punya pilihan selain menebas ke arah bayangan itu.
"Ayunanmu kurang jelas."
Aku merasakan panas di pundakku. Aku tidak merasakan sentuhan bahwa aku telah memotong sosok bayangan itu. Sebaliknya, bahu kiriku yang disayat.
"Guh!"
"Kau telah memenuhi kondisi pemicu lagi. Aku telah memasuki keberadaanmu. Aku kira akan mengambil kakimu selanjutnya. Spellcast: Black Knights' Palsy."
Tida menjentikkan jarinya dan lututku lemas. Perasaan di kakiku menghilang, dan rasanya seperti bukan lagi milikku. Aku tidak bisa tetap berdiri.
"Ap? Hah?!"
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kakiku lemas, dan aku pingsan begitu Tida menyatakan mantranya telah dirapalkan. Aku mencoba mengumpulkan kekuatan untuk berdiri lagi, namun ternyata aku tidak lagi tahu bagaimana melakukan hal itu—bagaimana untuk berdiri kembali. Tubuhku sendiri baik-baik saja; sarafku tidak menerima perintahku.
【STATUS】
CONDITION: Confusion 5.30, Mind Taint 2.00, Darkness 1.00, Partial Paralysis 1.00, Blood Loss 0.31
Sekarang aku terkena Paralysis juga?!
"Bisa dikatakan, sihir sekuat ini sulit dilakukan kecuali lumpurku ada padamu. Meski begitu, aku kira dengan ini, sudah menjadi akhir bagimu."
Bayangan Tida perlahan mendekat. Aku tidak bisa mengumpulkan kekuatan apapun, dan serangan bertubi-tubi berkecepatan tinggi itu membuat simpanan MP-ku tinggal sedikit. Aku tidak punya cara untuk melawan balik.
Aku takut. Mati ketakutan. Ketakutan yang aneh menguasai seluruh tubuhku, dipercepat oleh kegelapan yang menempel. Tida berkata kalau itu telah merampas kenyamananku dengan kegelapan. Sensasinya terasa seperti saat bayi menangis di malam hari tanpa alasan yang jelas, ketakutan oleh kegelapan, semakin gelisah memikirkan kematian. Hal itu semacam kegelapan yang tidak dapat diidentifikasi namun tetap besar yang memenuhi hatiku.
"Aaagggh! M-Menjauhlah! Menyikirlah, kau bisa mendengarnya?!" Aku meratap seperti anak kecil.
"Hmph. Jadi kau juga dilanda rasa takut, ya? Aku melihatmu sebagai pemilik hati yang rapuh." Katanya dengan dingin, kegembiraan dalam suaranya hilang.
"Hati yang bisa diliputi kegelapan. Aku memiliki harapan tinggi untuk bakatmu, tapi semangatmu lemah."
Suaranya seperti sesuatu yang tidak akan menolak memotong kepala ternak di depannya.
"Flame Arrow!"
Seberkas cahaya menerobos kegelapan, menyela monolog kecil Tida.
"Kamu baik-baik saja, Sieg?!" Dia berlari, mengkhawatirkanku dan semangatku yang lesu.
Bagaimana bisa aku baik-baik saja? Aku tidak bisa bertarung dalam kondisi ini, dan Dia tidak bisa bertarung sendirian; Dia akan dibantai. Aku harus menghilangkan sihir Tida entah bagaimana caranya. Pada tingkat intelektual, aku mengerti itu. Tapi tubuhku tidak berhenti gemetar. Getarannya tidak mau berhenti!
"Ahh, anak yang cantik. Aku lupa kau ada di sana. Kau adalah kuda poni yang hanya punya satu trik, yang bergantung pada orang lain dan menggunakan sihir. Oh, aku tahu — jika kau hanya tahu mantra saja, aku akan mencuri mantra itu darimu. Aku bahkan tidak akan repot mengambilnya."
"Apa yang kau bicarakan itu?! Menjauhlah dari Sieg! Fla—!"
Kecemasan Dia terlihat jelas; Aku tahu bahkan melampaui kegelapan. Jika Tida bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya, Dia telah dibuat "Tidak bisa berkata-kata".
Melawan Bos dengan pola dasar yang berpusat pada efek status, Dia yang berpusat pada sihir hanya memiliki sedikit peluang. Tanpaku sebagai penjaga garis depan, kemenangan Dia hampir tidak mungkin. Aku harus bergegas. Untuk melakukan sesuatu tentang efek buruk pada pikiran ini. Aku harus menjadi orang yang bertarung. Jadi aku perlu menenangkan hatiku.
Tunggu.... hatiku?
Saat itulah aku sadar. Jika efek status ini mengganggu pikiranku, hal itu layak untuk dicoba.
"Fla—! Fla—! Ugh! Aku bisa merapalkan kata-kata itu dengan baik beberapa saat yang lalu! Kenapa menjadi tidak mungkin sekarang?!"
"Seorang penyihir yang bahkan tidak bisa merapalkan mantranya bukanlah tandinganku."
Ini sangat gelap, pikirku dalam hati.
Ini sangat gelap, sangat gelap dan aku takut, aku takut untuk mati, aku tidak ingin mati, inilah akhirnya, aku tidak ingin hidupku berakhir, tidak di tempat terpencil ini, apa yang akan terjadi pada saudara perempuanku, aku akan mati dan dia tidak akan miliki apapun dan tidak punya seorang pun. Ini adalah lelucon yang tidak masuk akal, jadi HENTIKAN SEMUA OMONG KOSONG INI.
Skill berikut telah diaktifkan: ???
Menstabilkan kondisi mental anda dengan ganti sebagian emosi anda.
+1.00 ke dalam Confusion.
Aku hanya harus dengan sengaja mempercepat spiral ketakutan dan kecemasanku sendiri, sehingga menyebabkan skill itu terpicu. Tirai kegelapan surut saat kondisi mentalku stabil. Aku tidak akan mengatakan kalau aku benar-benar kembali normal, namun aku memaksakan diri untuk meletakkan satu kaki di depan yang lain. Jika aku memulihkan keinginanku untuk bertarung, aku masih memiliki jalan ke depan.
Aku menekan kakiku yang gemetar dengan kuat ke tanah dan membawa Tida ke bawah.
"Menyingkirlah dari Dia!"
Tida tidak bisa mengelak dari serangan kejutanku, lengah dengan kemampuanku yang tiba-tiba untuk bergerak lagi. Pedangku menembus punggungnya.
"Ice! Freeze!"
Aku mengeluarkan sihir es yang membekukan dari ujung pedangku, melepaskan setiap mantra es yang aku punya. Aku membayangkan es terbentuk di dalam tubuh Tida dan membekukan seluruh bagian dirinya, dan menuangkan sisa MP-ku ke dalamnya.
Secara alami, MP-ku mencapai 0 dalam waktu singkat, namun mantranya tidak terhenti. Bukan berarti aku pernah memverifikasi asumsi bahwa aku tidak akan dapat menggunakan sihir jika MP-ku mencapai 0.
Lalu aku tersadar. Di bar MP-ku, hal itu memakan daya hidupku— HP maksimum yang aku punya.
【STATUS】
HP: 152/197
MP: 0/262
HP: 140/190
MP: 0/262
HP: 128/183
MP: 0/262
Daya hidupku terus menurun.
"Freeze! Freeze, freeze, FREEZE!"
Aku mempertaruhkan semuanya pada satu mantra itu, memeras setiap ons kekuatanku dan memvisualisasikan Tida membeku. Aku meledakkan sihirku. Aku bertujuan untuk menghadirkan gelombang dingin yang menyaingi seluruh antartika. Aku bertujuan untuk menekan setiap getaran hingga ke tingkat molekuler. Aku bertujuan untuk membekukan iblis yang menakutkan bernama Tida itu dan diriku sendiri dalam prosesnya.
Es itu terbentuk di dalam monster itu. Suhu di dalam ruangan anjlok, dan cairan hitam berangsur-angsur berubah menjadi benda padat. Gelombang sisa membekukan lukaku juga. Mataku berkunang-kunang, dan rasa logam memenuhi tenggorokanku.
Aku tidak berdaya, dan lengan Tida terlepas dari es dan mengenai pipiku. Kemudian makhluk itu memujiku karena menjauhkan dirinya dariku.
"Ghh, urgghh! Lumayan!"
Aku mendapatkan kembali pijakanku dan memelototi musuhku. Mungkin karena skill "???", penglihatan dan pikiranku dalam kondisi baik. Kakiku telah sembuh dari waktu ke waktu juga. Tida tertawa keras dari jauh saat tubuhnya berderit dan es itu mulai pecah.
"Heh heh, bwah ha ha ha! Katakan padaku, bagaimana caranya kau bisa tetap berdiri? Bagaimana kau bisa terus bertarung? Bagus sekali! Kau luar biasa!"
Mengikuti sikap kaku Tida, aku menduga mantra es itu bekerja, namun sepertinya aku akan kesulitan untuk menyebutnya sebagai permainan yang memenangkan permainan. Betapa pun mengerikannya itu bergerak, mimpi buruk itu masih menuju ke arahku. Merasakan bahwa aku telah membuatnya lengah, aku memutuskan untuk melakukan beberapa pembicaraan.
"Sepertinya sihir yang kau sebut spesialisasimu tidak bekerja untukku."
Aku berpura-pura tidak terpengaruh, padahal kenyataannya, aku sangat lelah sehingga aku pikir pembuluh darah di otakku mungkin akan pecah. Namun aku tetap menunjukkan penampilan terbaikku yang berani.
"Tidak bekerja?" Kata Tida.
"Kau menyerah pada kepanikanmu beberapa saat yang lalu. Butuh waktu bagimu untuk melepaskannya sepenuhnya, bukan?"
"Mungkin. Mari kita cari tahu, oke?"
Tida begitu terpukul karena merasakan kalau aku sebagai seseorang tidak mempan dengan hal itu sehingga aku tidak akan terkejut jika itu terjadi. Makhluk itu mendekat, "senyuman" yang mengerikan itu masih menempel di wajahnya.
Aku selesai memeriksa statusku saat kami berbicara.
【STATUS】
NAMA: Aikawa Kanami
HP: 101/171
MP: 0/262
CLASS:
LEVEL 6
STR 4.12
VIT 4.21
DEX 5.11
AGI 7.24
INT 7.23
MAG 11.43
APT 7.00
CONDITION: Confusion 6.61, Mind Taint 0.34, Blood Loss 0.31
MP-ku kosong, dan HP-ku turun hampir setengahnya meskipun tidak pernah terkena serangan langsung. Ledakan dingin yang gegabah itu telah memberikan kerusakan yang cukup besar padaku. Namun aku meneriakkan sihirku lagi.
"Dimension!"
Aku kehabisan MP, memanfaatkan HP maksimumku, dan menggunakan sedikit sihir yang bisa kukeluarkan untuk membantu pertarungan. Pedang maut Tida mendatangiku, tapi aku berhasil menangkisnya dengan ujung pedangku. Dimension tidak sekuat sebelumnya, tapi Tida juga terhambat oleh mantra es itu.
"Jika kau menyentuhku, kau tidak bisa menghindari sihir mentalku! Selanjutnya, aku akan mengambil tanganmu!"
Makhluk itu mencairkan tangannya yang bebas dan meluncurkan lumpurnya ke arahku. Saat aku terlalu sibuk menangkis pedangnya, beberapa cairan menempel di kulitku. Kemudian, perasaan di tangan pedangku hilang, dan pedangku jatuh dari......
Jika pedangku jatuh, aku mati. Aku akan mati tanpa ada yang bisa kulakukan untuk menghentikannya. Setidaknya lepaskan aku dari takdir itu. Aku tidak ingin mati. Aku tidak tahan dengan ini! Ini menyebalkan, aku benci ini, aku tidak ingin mati, ini yang terburuk, aku tidak bisa mati di sini, hentikan ini, tolong, aku tidak ingin mati, AKU TIDAK INGIN MATI.
Skill berikut telah diaktifkan: ???
Menstabilkan kondisi mental anda dengan ganti sebagian emosi anda.
+1.00 ke dalam Confusion.
Aku mengambil kembali pedang itu, mencengkeramnya erat-erat.
"AHHHHHHH!" Aku mengayunkannya dengan panik, mencoba mengiris leher beku Tida.
Musuhku menggerutu, mengeraskan tangannya untuk menahan pedangku, tapi itu terlalu lambat. Itu tidak bisa menghapus celah yang tersisa saat merapalkan mantranya dan melemparkan cairannya ke arahku.
Aku memotong lengannya sebelum mengeras. Ujung siku Tida yang mulai membeku langsung diamputasi. Lengan lumpur hitam terbang di udara.
Sebagai tanggapan, Tida mundur, melompat jauh ke belakang dan menangkap anggota tubuhnya yang terpotong-potong.
"Begitu yah! Jadi sihirku benar-benar tidak bekerja padamu! Ha ha ha! Lihat, inilah mengapa aku tidak pernah merasa cukup denganmu!"
Tida mencoba untuk mencairkan kembali lengannya dan memasukkannya kembali ke dalam tubuhnya, namun bagian yang membeku tidak akan berubah menjadi cair, yang berarti hanya setengah dari bagian itu yang dapat menyatu kembali. Makhluk itu membuang bagian yang membeku, yang terbanting ke lantai dan pecah menjadi pecahan.
"Sepertinya sebagian dari dirimu tidak kembali kepadamu jika dibekukan."
"Heh heh heh. Kau hanya perlu memastikan itu sendiri melalui pertempuran."
"Aku akan memastikan itu!"
Merasakan dari perilaku Tida bahwa jika aku menyerang sekarang, aku akan memiliki peluang untuk menang, aku melemparkan diriku ke sana.
"Namun, aku sudah terbiasa dengan orang yang punya resistansi sihir, sama sepertimu. Sering kali, penyihir semacam itu hanya bisa menolak berbagai tertentu."
Tida menyiapkan lengan pedangnya dan melemparkan cairan tinta lengan lawannya ke arahku. Aku memperhitungkan itu karena aku dipersenjatai dengan skill "???", hal itu tidak akan menjadi masalah, jadi aku menerima pukulan saat aku menutup jarak.
"Kekuatanmu tidak terlalu menjengkelkan. Terlebih lagi ketenangan, tipuan, ketajaman, dan keterampilan observasimu itu." Tida menjauhkan diri, tersenyum.
Kemudian, efek status menghantam tubuhku. Pusingku hilang, dan kepalaku mulai lebih jernih. Aku akan memicu skill "???" tapi berhenti.
Hal ini bukanlah keadaan pikiran yang akan membuatku terbunuh, dan jika aku melakukannya, setidaknya itu akan membuatku terbuka untuk menyerang. Karena itu, aku menyimpulkan bahwa tidak ada gunanya berlebihan dan memicu skill itu.
Doronganku untuk bertindak mulai mendidih.
"Aku akan membuat daging cincang lagi darimu!"
Aku melepaskan serangkaian serangan pedang terhadap Tida, menebas monster itu lagi dan lagi, tapi iblis berlengan satu itu memblokir setiap serangan.
"Gerakanmu monoton!"
Tida menemukan celah dan mengirimku terbang dengan tendangan. Seranganku sudah sangat dekat, namun aku gagal. Darah naik ke kepalaku dan, dibutakan oleh emosi, aku menyerang Tida, mengayunkan senjataku dengan liar.
"S-Sieg, tenanglah!" Teriak Dia, yang mundur.
Ucapannya membuatku kesal. Aku hanya tahu bahwa aku akan memotong Bos bodoh itu menjadi berkeping-keping dalam waktu singkat, dan aku tidak ingin dia menggangguku.
"Aku sudah tenang!"
"Jelas kalau dia membacamu seperti buku!" Jawab Dia.
"Hal itu jelas ada di wajahmu!"
Di wajahku? Aku berhasil menekan kekesalanku dan memeriksa menuku.
【STATUS】
HP: 92/169
MP: 0/262
CONDITION: Confusion 7.61, Mind Taint 2.35, Blood Loss 0.32, Uplift 2.01
Aku melihat status "Mind Taint" dan "Uplift" di sana. Aku mendecakkan lidahku, lalu mengisi hatiku dengan rasa takut akan kematian sekali lagi untuk memicu "???".
Skill berikut telah diaktifkan: ???
Menstabilkan kondisi mental anda dengan ganti sebagian emosi anda.
+1.00 ke dalam Confusion.
Tapi hal itu juga tidak menghentikan peningkatan emosiku. Emosi di kepalaku tidak akan mereda. Agresi murni terus mendidihkan otakku seperti nyala api terbuka.
【STATUS】
HP: 92/169
MP: 0/262
Condition: Confusion 8.61, Mind Taint 0.08, Blood Loss 0.32, Uplift 2.01
"Uplift 2.01" tidak akan hilang. Skill "???" tidak melakukan apapun untuk menghilangkannya. Kemudian lagi, mungkin status itu tidak dikenali sebagai efek status yang buruk. Selain itu, seluruh gagasan bahwa hal itu akan membatalkan efek status buruk hanyalah dugaan dan angan-angan. Ada terlalu banyak elemen yang tidak pasti untuk dilawan menggunakan skill yang kurang dipelajari seperti pasak.
"Aku tahu itu—Kau tidak bisa menghilangkannya! Aku tidak akan memberimu waktu yang kau butuhkan untuk bisa tenang!"
Tida menukik ke arah mangsanya yang kebingungan. Lumpurnya berputar-putar di satu tangan saat pedang yang berada di tangan lawannya menyerbu untuk menyerang. Jika aku menghindari lumpur yang datang ke arahku, aku akan kesulitan untuk benar-benar bertarung, jadi aku mengabaikannya dan hanya fokus pada lengan pedang Tida.
"Apa kau yakin tidak perlu menghindar? Spellcast : Rebel’s Grumbling!"
Mantra itu merasuki tubuhku. Mantra itu memperbesar emosiku, meniadakan setiap dan semua pengendalian diriku. Darahku mendidih, aku menyerah pada dorongan untuk terus bersilang pedang dengan lawan tangguhku. Aku menggertakkan gigiku.
"Aku melihat semangat di matamu! Aku suka manusia dengan semangat di dalam dirinya!"
Tubuhku menyerbu ke depan atas kemauannya sendiri. Kondisi fisikku terlalu bagus; Aku tidak bisa berhenti. Otakku yang mendidih berteriak, menuntutku untuk mengalahkan musuh. Ya, kecepatan dan kekuatan pedangku telah meningkat, tapi sekarang aku tidak mampu berpikir tentang taktik atau pun teknik. Bilah kami bertabrakan berulang kali, percikan api beterbangan. Dan selama ini, tinta Tida terus menggerogotiku.
"Katakan padaku, bukankah ini luar biasa?!"
Tida menangis dengan nada bernyanyi.
"Bentrokan pedang melawan pedang! Bertarung sampai kelelahan! Inilah artinya hidup!"
Aku tidak bisa menyangkalnya. Pada saat itu, aku tidak merasa cukup. Berjuang itu sangat menyenangkan. Bahkan seandainya aku hanya menari di tangan Tida, tidak ada yang bisa menghentikan diriku sendiri. Aku sekarang terlalu terikat pada bentrokan langsung ini, tidak peduli betapa menyiksanya itu. HP-ku juga hampir habis saat itu, namun pemikiran untuk mundur tidak pernah terlintas di pikiranku.
"Heh heh heh! Bwah ha ha ha!"
Gelak tawa Tida, cairan hitam, keduanya mengeluarkan semua akal sehat dari kepala kecilku yang kosong. Meredam pikiranku bukanlah sensasi yang tidak menyenangkan. Nyatanya, itu menyegarkan. Sekam di hatiku terkelupas—rencana, skema, konsekuensi, dan semua omong kosong vulgar lainnya hilang. Aku tidak perlu terbelenggu oleh fiksi konyol atau oleh apa yang akan menjadi anugerah atau kutukan bagiku.
Aku mendengar suara partnerku dari belakang.
"Berhentilah, Sieg! Jika kamu tetap melanju—"
"Mundurlah di belakangku, Diaaaaa!"
Aku berseru secara refleks. Pada saat itu, siapapun yang menghalangi momen bahagia ini adalah musuhku.
"Sieg!" Suaranya semakin dekat.
Aku tidak menyerah, mengayunkan pedangku dalam kesibukan yang tak henti-hentinya. Aku tidak melihat ke belakang. Hidupku terus berdetak. Semakin ini berlarut-larut, pedangku semakin tidak tajam dan semakin tidak keras, memperburuk prospekku dan kehilangan pijakanku. Aku tahu bahwa pada tingkat ini aku akan dikalahkan, namun aku tidak dapat menghubungkan bahwa aku harus mengubah strategiku.
Bilah Tida terus menangkis seranganku, dan perlahan tapi pasti, pedang itu mendekati dagingku. Situasi menjadi semakin mengerikan. Kemudian, akhirnya, dia mengayunkan pedangnya ke leherku—langkah kemenangan.
Sepertinya akhirku sudah dekat. Ini adalah batasku setelah melakukan apapun selain bertindak dengan sembarangan. Aku ditinggalkan tanpa sedikit pun kekuatan—Harga dari seranganku yang membabi buta. Aku terbuka lebar, dan Tida memanfaatkan itu, menusukkan bilahnya ke tenggorokanku—
Sebelum bisa mencapaiku, Dia melompat di antara kami. Dia melakukannya untuk melindungiku. Darah menyembur menembus kegelapan. Tebasan pedang Tida menebas Dia secara diagonal dari bahu, namun Dia mengayunkan pedangnya ke arah Tida, tanpa hasil. Serangan kedua Tida memotong lengan pedang Dia.
Berlumuran darah, Dia pingsan.
"Ah..... Augh....."
Aku melihat lengannya yang terputus terbang di udara. Perasaan euforia yang telah menguasaiku padam dalam sekejap, digantikan oleh hawa dingin yang ganas seperti es di punggungku.
"Aughhhhhhhhh!"
Aku melihat kehancuran seseorang yang membuat hatiku hancur dalam gerakan lambat. Kenangan pertama kali aku bertemu Dia melintas di depan mataku.
Ketika semua yang kami bicarakan dan kami lakukan, Dia adalah orang asing bagiku. Sebuah alat yang aku gunakan untuk mengeksploitasi keuntunganku. Jika dorongan datang untuk mendorong, menggunakannya sebagai tameng manusia adalah permainan yang cerdas. Hal itu wajar untuk menggunakan dan membuangnya. Bahwa Dia menerima serangan itu untukku lebih beruntung daripada untuk—
Tidak. Dia adalah seseorang yang tidak aku inginkan untuk menghilang, orang yang aku hargai, akan hancur berkeping-keping. Itu bukan keberuntungan. Aku tidak akan membiarkan Tida lolos setelah menebasnya. Terlebih lagi, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri karena membuatnya menerima serangan itu untukku. Kemarahanku memiliki dua objek—Tida dan Siegfried. Emosi yang tidak berbeda dengan kilat. Suaraku bergetar.
"DIAAAAA!"
Peristiwa itu berlangsung sepersekian detik. Untuk sesaat, mataku terkunci dengan matanya. Dan pada saat itu, aku tidak tahu apa itu matanya yang memohon bantuan atau bukan. Namun entah bagaimana, aku yakin akan satu hal—orang yang secara tidak sadar telah mencari keselamatan selama ini adalah aku.
Siapa saja akan cukup. Aku hanya tidak ingin menangani Dungeon sendirian. Tidak peduli seberapa berani garis depan yang aku pakai, aku benci gagasan sendirian di dunia seperti ini. Hanya saja Diablo Sith adalah orang yang menarik perhatianku. Aku mengira akan mati kapan saja, jadi aku mengulurkan tangan, berpikir kalau aku bisa memenangkannya ke sisiku dan memiliki ketenangan pikiran. Dan kemudian, baik atau buruk, kami menjadi kawan. Jika aku tidak salah, kami bahkan bisa menjadi teman. Tapi jika partnerku mati di sini, aku akan sendirian lagi di Dungeon ini.
Dengan "Dungeon", yang aku maksud bukan bongkahan batu yang gelap dan suram ini. Maksudku Dungeon yang merupakan dunia fantasi yang luas tanpa akhir ini. Begitu aku merasakan persahabatan, teror kesendirian hanya membengkak berkali-kali lipat. Aku dipenuhi dengan perasaan murni (Ingin menyelamatkan Dia karena dia adalah temanku) dan mementingkan diri sendiri (Ingin melakukannya untuk melindungiku sendiri), dan luapan emosi ini tidak lagi memiliki tujuan. Jadi aku bergerak.
"LEPASKAN DIA!"
Aku menangkis pedang Tida saat serangan ketiganya bertujuan untuk memotong kepala Dia, dan aku memaksa monster itu mundur dengan membantingnya menggunakan tubuhku. Aku bergegas ke Dia yang jatuh, dan jantungku berdetak kencang saat aku melihat matanya. Matanya kosong dan tanpa kehidupan. Dia melihat lengan kanannya sendiri, yang secara tragis tergeletak di lantai, masih mencengkeram pedangnya. Dia terus menatapnya dalam keadaan pingsan.
Ada begitu banyak darah yang keluar dari dirinya; kematian jelas semakin mendekat. Tida terhuyung-huyung kembali ke posisi bertarungnya.
"Itu mengejutkanku. Sangat indah bagaimana manusia membantu satu sama lain..... dan fakta bahwa itu sia-sia membuat semuanya menjadi lebih dari itu."
Tampaknya bagi monster ini, perbuatan Dia sangat mengagumkan. Jika aku tidak tahu lebih baik, aku pikir itu mungkin akan menjadi tepuk tangan saat semakin dekat. Tapi rasa haus darahnya yang jelas itu memperjelas bahwa monster itu tidak akan menarik serangannya. Aku menyiapkan pedangku dan memeras otakku, hanya memikirkan cara membunuh makhluk sialan itu. Untuk menyelamatkan Dia yang terluka parah, aku tidak punya pilihan selain mencoba membunuhnya secepat mungkin. Syukurlah, euforia pertempuran yang telah merampas pemikiran rasionalku telah digantikan oleh rasa takut. Bukan takut akan kematian sendiri, tapi temanku yang sedang sekarat. Aku mungkin menjadi liar karena marah, tapi sama sekali tidak mungkin tubuhku akan membeku.
Ingin menghancurkan tubuh beku Tida, aku menerjang. Peluangku untuk berhasil tidak menjanjikan, tapi ada satu elemen yang dapat aku gunakan untuk mengecohnya.
"Mengubah ketakutanmu menjadi kemarahan, bukan? Kalau begitu, aku akan melemparkan sihirku sekali lagi— Huh?!"
Tida hanya perlu sekali menatap wajahku untuk langsung memahami situasinya. Tapi saat dia hendak mendekatiku, matanya terbuka lebar karena terkejut.
Tatapan Tida tertuju pada sesuatu di belakangku.
"Blestspell of Sion."