Chapter 1 : To the Saadias Alliance
Ada petunjuk mengenai ritual pemanggilan Hero di Aliansi Saadias. Suimei menemukan informasi ini di buku yang dibawakan Felmenia dari Astel. Maka, bersama Felmenia, Lefille, dan Liliana di belakangnya, Suimei meninggalkan Ibukota Kekaisaran Nelferian, Filas Philia, dan sekarang sedang dalam perjalanan ke barat laut benua tempat Aliansi Saadias berada. Saat ini, mereka sedang berdesak-desakan di dalam gerbong kereta kuda yang secara teknis bukan kereta kuda menuju Aliansi dari Kekaisaran. Binatang yang menariknya adalah makhluk bertanduk besar dan berbulu panjang. Makhluk itu hampir seukuran gajah. Makhluk itu dikenal sebagai Cowhorn.
Magician modern Yakagi Suimei sedang duduk di sudut kendaraan yang ditarik Cowhorn itu dan mengajari Felmenia dan Liliana tentang sihir. Suimei menyebarkan kertas yang telah dirinya siapkan di lantai kayu gerbong sementara Felmenia dan Liliana dalam diam mendengarkan Suimei berbicara. Pembicaraan seperti itu benar-benar di luar jangkauan pikiran Lefille karena Lefille benar-benar amatir dalam hal ini. Karena itu, Lefille duduk di belakang Suimei, menyenandungkan sebuah lagu sambil memoles pedangnya.
".....Dan itu saja untuk topik itu. Apa kita bisa lanjut ke yang berikutnya?"
"Ya."
".....Tentu"
Menerima persetujuan dari Felmenia dan Liliana, Suimei beralih ke topik berikutnya.
"Kalau begitu, yang akan aku bicarakan dari sini adalah reduksi liturgi magicka dan kegunaan praktisnya. Liturgi adalah teknik yang mengambil proses rumit yang diperlukan untuk menggunakan magicka dan menyederhanakannya menjadi tindakan sederhana dan rapalan singkat. Selain itu, Liturgi ini mengoptimalkan proses itu dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan magicka. Liturgi itu memendekkan rapalan yang panjang menjadi rapalan yang disingkat, mengambil rapalan yang sulit diucapkan dan mengubahnya menjadi isyarat, menggantikan kebutuhan akan isyarat yang rumit dengan rapalan, dan seterusnya." Setelah berhenti sejenak untuk menarik napasnya, Suimei melanjutkan.
"Magicka yang paling sering aku gunakan adalah magicka yang mudah dipahami dan menggunakan liturgi : Strike Magicka. Aku dapat memanifestasikan efeknya hanya dengan menjentikkan jari."
"Yang seperti ini?"
Sebagai demonstrasi, Felmenia menjentikkan jarinya. Mengikutinya, Suimei dengan ringan menjentikkan jarinya dan membuat kertas di tangannya terbang dengan sedikit kejutan.
"Setiap kali aku menggunakannya di dunia ini, orang-orang akan sangat terkejut."
"Di dunia kami, sihir pada dasarnya adalah sesuatu yang dilakukan dengan merapalkan mantra atau kata kunci dan bagaimanapun juga memerlukan bantuan dari elemen."
"Tanpa itu..... menggunakan sihir dengan begitu sederhana dan bebas..... benar-benar bertentangan dengan logika sihir di dunia ini..... siapapun pasti akan terkejut."
Karena hanya menyentuh magicka yang menentang kebijaksanaan konvensional, Liliana masih belum terbiasa dengan teori baru Suimei. Liliana merajut alisnya dan memiringkan kepalanya ke samping. Gadis ini hidup dengan keyakinan kalau rapalan mutlak diperlukan. Marena diajari kalau hal itu adalah pengetahuan umum yang tidak dapat diubah, tentunya orang-orang dunia ini tidak pernah menemukan sesuatu seperti liturgi.
"Strike Magicka. Awalnya, efeknya muncul setelah merapalkan mantra, tapi pengucapannya digantikan dengan tindakan menjentikkan jari. Jadi ketika aku menjentikkan jari sekarang, magicka itu menghasilkan efek yang sama seperti versi rapalannya. Hal itu mantra yang sama."
Kedua gadis itu buru-buru menuliskan apa yang Suimei katakan. Setelah melihat mereka selesai menulis, Suimei melanjutkan penjelasannya tentang liturgi.
"Dengan meringkas, mengurangi informasi yang terlibat, dan menyederhanakan tindakan yang diperlukan, magicka menjadi lebih mudah digunakan. Bahkan dalam situasi di mana seseorang tidak dapat berbicara atau gerakannya dibatasi, mereka masih dapat menggunakan magicka. Dan bagian ini cukup penting, tapi magicka dengan banyak proses juga dapat mengurangi waktu aktivasinya."
"Bagaimana..... caramu melakukan itu, Suimei?"
"Misalnya, kamu memiliki rapalan lima bait untuk menggunakan mantra. Waktu yang diperlukan untuk merapalkan kelima bait itu adalah waktu yang diperlukan untuk melafalkan mantra. Tapi katakanlah kita mengganti dua bait itu dengan isyarat. Dengan begitu, saat kita melafalkan mantranya....."
"Jadi begitu. Waktu untuk melemparkannya dikurangi menjadi dua bait, benar?"
"Ya. Itulah manfaat yang diberikan liturgi."
Mendengar ini, Felmenia dan Liliana keduanya Ooh dan Aah pada saat bersamaan.
"Tapi Suimei-dono, meskipun kamu mempersingkat waktu rapalannya dengan liturgi, hal itu tidak mengubah entropinya, benar?"
"Ya, tepat sekali."
"Apa itu.... Felmenia?"
"Mempersingkat waktu yang diperlukan untuk merapal mantra menggunakan liturgi berbeda dengan teori magicka modern di mana waktu merapal dipersingkat dengan mencampurkan sistem magicka yang berbeda. Tindakan merapalkan mantra hanya diganti dengan sesuatu yang lain, yang artinya, pada dasarnya, tidak ada yang benar-benar berubah pada mantranya."
"Aku.... mengerti....."
Suimei sebelumnya telah menjelaskan hal ini kepada Felmenia, dan sepertinya Liliana memahaminya dengan benar. Belum lama semenjak Suimei mulai mengajari Liliana magicka. Kemampuan Liliana untuk memahami sesuatu dengan begitu cepat membuat Suimei mengerti mengapa Liliana dikenal sebagai penyihir jenius.
"Yah, itulah dasar-dasarnya, tapi mari kita kembali ke dua ribu tahun yang lalu di duniaku. Pada saat itu, di Barat, menyampaikan pidato untuk memikat penonton dan membujuk orang lain merupakan hal yang populer. Pada dasarnya begitulah cara politik ditangani. Ini menjadi teknik yang sangat diperlukan bagi mereka yang memberikan pidato untuk mengontrol intonasi mereka dengan terampil dan seterusnya untuk meyakinkan orang lain kalau mereka mengatakan kebenaran selama pidato mereka. Ada teknik lain yang juga penting—tahukah kalian apa itu?"
"Jika itu menyangkut berbicara, maka itu adalah kemampuan menghafal isi pidatonya?"
"Ya, kamu tepat sasaran. Lebih spesifiknya, itu adalah kemampuan untuk mengeluarkan dengan benar isi hafalan dari kepala seseorang, atau mnemonik."
Magicka dan hafalan. Kedua gadis itu tidak dapat melihat hubungannya dan memasang ekspresi yang seolah-olah mereka tidak benar-benar memahaminya. Melihat hal ini, Suimei melanjutkan penjelasannya.
"Misalnya, ketika kalian mencoba menghafal sesuatu, melakukan beberapa gerakan lain sambil melakukannya dapat mempermudah mengingatnya. Ketika kalian kemudian melakukan tindakan serupa nanti, kalian mengingat apapun itu karena asosiasi. Kalian sudah familiar dengan ini, kan?"
"Ya, aku telah mendengar hal ini."
"Tidak bisa menghafal sesuatu biasanya disebabkan karena daya ingatnya buruk, tapi bukan berarti otak tidak mengingatnya. Seseorang bisa mempelajari sesuatu bahkan ketika mereka berada dalam keadaan tidak sadar, benar? Sederhananya, tidak mampu mengingat sesuatu hanya berarti seseorang tidak mampu menarik informasi itu pada waktu yang tepat. Singkatnya, tindakan yang aku bicarakan sebelumnya dimaksudkan untuk mendukung otak dan mempermudah akses terhadap informasi tersebut."
Setelah berhenti sejenak, Suimei kembali ke topik semula.
"Jadi, mnemonik akhirnya berkembang sebagai teknik untuk mengingat kenangan dan informasi dalam bentuk yang bahkan dapat dimasukkan ke dalam magicka. Sederhananya, tindakan ini membantu kalian bisa mengingat."
Felmenia melanjutkan apa yang Suimei tinggalkan.
"Jika kita berhipotesis kalau informasi yang disimpan di kepala seseorang seperti magicka, maka tidak hanya dengan rapalan, tapi dengan gerakan atau gerak tubuh, seseorang akan bisa mengeluarkan informasi dari kepalanya, benar?"
"Ya, begitulah cara berpikirnya."
Suimei mengangguk sangat puas dengan perbandingan Felmenia. Dan hal yang sama juga berlaku pada magicka. Dengan melakukan gerakan yang sama seperti yang dipraktikkan saat menghafal suatu mantra, seseorang akan dapat langsung mengucapkannya nanti. Namun mendengar semua ini, Liliana memasang ekspresi seperti sedang kesakitan.
"Semua itu terdengar..... agak tidak masuk akal bagiku."
"Aku yakin itu benar. Tapi, dalam penjelasanku tadi, aku langsung beralih dari teori ke hasil yang sudah pasti. Ada cukup banyak penelitian yang dilakukan untuk menghubungkan titik-titik tersebut."
"Hnngh......"
Saat Suimei menjelaskan lebih lanjut, Liliana mengerang seolah dirinya masih belum sepenuhnya yakin. Bagaimanapun, apa yang Sumei katakan kepada mereka berdua, secara ekstrim, yang artinya kalau magicka dapat digunakan hanya dengan menghafalnya. Liliana terjebak dalam hal itu. Dia tahu tidak ada peluang untuk memanifestasikan sesuatu hanya dengan mengingatnya.
"Sepertinya kamu masih berpegang teguh pada bagian fisiknya. Hal itu terwujud karena fenomena yang menggunakan energi mistik yang tidak dapat dipahami, vektor mistik, dan hukum mistik. Itu adalah 'Misteri' yang ingin kita hilangkan..... jangan khawatir. Begitu kamu mulai menyentuhnya, kamu akan mulai memahaminya secara bertahap." Membujuk Liliana dengan kata-kata itu, Suimei mengakhiri pelajarannya.
"Jadi begitulah adanya. Penataan dan penggantian tindakan mistik, manifestasi lingkaran magicka, Notarikon, Temurah, dan Gematria antara lain merupakan teknik untuk menghasilkan ritual itu sendiri dan kemudian menganalogikannya. Ini disebut reduksi liturgi, atau singkatnya, liturgi."
Karena itu, Suimei bertanya apa keduanya masih membutuhkan detail lebih lanjut.
"Apa ada pertanyaan?"
Liliana mengangkat tangannya.
"Lingkaran Magicka..... yang kamu gunakan.... Di mana lingkaran itu tiba-tiba muncul.... aku ingin mendengar tentang itu."
"Maaf, aku akan menyimpannya untuk lain waktu. Lebih baik memiliki pemahaman yang kuat tentang liturgi sebelum beralih ke manifestasi lingkaran magicka."
"Itu..... sangat disayangkan."
Tanggapan Suimei membuat Liliana merajuk. Liliana nampaknya cukup tertarik dengan topik itu.
"Selanjutnya, aku sudah menyiapkan tes isian. Di dalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai poin-poin utama dari semua yang aku bicarakan hari ini kecuali tentang liturgi."
Ketika Suimei menyerahkan kertas-kertas itu kepada mereka berdua, Felmenia memandangnya dengan ekspresi ragu.
"Suimei-dono, menurutku lebih baik mempelajarinya secara praktik, tapi..... dalam hal itu, yang artinya benar-benar menerapkan liturgi....."
"Mungkin memang benar, tapi kita tidak bisa melakukan banyak hal dalam gerbong ini, kan? Untuk melakukan hal semacam itu, kita memerlukan lokasi yang dipersiapkan dengan baik. Aku menyiapkan ini karena itu cukup mudah dilakukan di sini."
"Itu memang benar....."
Felmenia setuju, namun sepertinya dia belum sepenuhnya puas. Seperti yang Felmenia katakan, tes ini tidak akan memberi mereka berdua pemahaman yang tepat tentang apa yang mereka pelajari.
"Kupikir kalian akan mengerti lebih cepat jika kalian benar-benar mengingat detail teorinya, tapi.... mengajar itu tidak mudah, ya?"
Seolah-olah ada sesuatu yang berat berada di atas kepalanya, Suimei menundukkan kepalanya dengan sikap gelisah. Karena dia belum pernah menerima murid secara resmi sebelumnya, dia tidak terbiasa dengan bimbingan belajar. Ada lebih atau kurang satu pengecualian untuk ini, namun seseorang mampu menggunakan magicka jauh sebelumnya dan lebih dari seorang asisten yang menggunakan magicka yang aneh. Ini adalah pertama kalinya Suimei mengajari seseorang sesuatu yang dimulai dari dasar. Seperti yang diharapkan, Suimei tidak bisa menghindari kesulitan itu. Karena itu, Suimei terus-menerus mendapatkan masukan dari murid-muridnya selama ini.
"Baiklah, aku akan memikirkan sesuatu yang lebih praktis, jadi kalian harus menjawab tes itu sekarang."
"Baik."
"Aku merasa.... menggunakan kertas putih murni ini..... akan sia-sia....."
Selama beberapa waktu, Suimei telah menggunakan kertas putih dengan cukup banyak. Liliana mengangkat satu dan mengerutkan keningnya. Di dunia ini, kertas semacam itu cukup berharga. Berbeda dengan dunianya, dunia ini belum pernah mengalami satu atau dua revolusi industri. Mesin untuk membuat kertas belum ditemukan, dan belum ada jalur produksi massal.
Apa itu juga karena sihir yang melemparkan bebannya....?
Di dunia Suimei, jika menyangkut bahan untuk menulis lingkaran magicka, daripada kertas putih biasa, perkamen yang dibuat secara khusus dinilai lebih baik dan lebih berharga. Namun di dunia yang didominasi oleh budaya sihir, yang terjadi justru sebaliknya.
Felmenia dan Liliana memulai tes mereka dalam waktu singkat. Suimei kemudian berbalik dan menghadap Lefille.
"Istirahat sejenak?"
"Kita sampai di pos pemeriksaan. Menurutmu berapa lama lagi kita akan bepergian dengan kereta ini?"
"Benteng di perbatasan negara akan segera terlihat, jadi itu tidak akan lama lagi."
"Ini sudah terlalu lama. Pantatku sakit setelah duduk di lantai kayu selama tiga hari."
"Suimei-kun, itu tidak sopan."
Saat Suimei memasang ekspresi masam, Lefille tersenyum dan menyentilnya dengan ringan di dahinya.
"Oww, itu sakit.... Lagian, meskipun kita dekat dengan perbatasan, kenapa kita tidak melihat sesuatu yang menyerupai gunung?"
Sambil menggosok keningnya, Suimei menjulurkan kepalanya keluar dari gerbong kereta dan melihat ke arah tujuan mereka. Seperti yang Suimei katakan, tidak ada pegunungan di arah yang mereka tuju. Bahkan bukan bukit kecil. Secara umum, sebagian besar perbatasan negara menggunakan barisan pegunungan atau penanda alam lainnya sebagai pembatas. Merupakan hal yang biasa untuk menempatkan benteng perbatasan di lembah yang memisahkan barisan tersebut. Itu adalah suatu keharusan untuk mempersulit negara-negara tetangga untuk menyerang, namun anehnya, Suimei tidak melihat hal semacam itu di sekitarnya. Sementara Suimei berjemur di bawah angin dan memandang pemandangan dengan ragu, Lefille melontarkan senyuman menyegarkan seolah mengatakan kepadanya kalau dia tidak perlu khawatir.
"Di luar sini, ada celah besar di daratan yang disebut 'The Valley Which Peeks Into Evil'. Celah itu berfungsi sebagai perbatasan antara Kekaisaran, Aliansi, dan negara dengan pemerintahan sendiri."
"Sebuah celah?"
"Singkatnya, ini adalah lembah dalam yang terukir di dalam tanah. Dikatakan kalau lembah itu tercipta ketika roh yang membentuk rekan dari pelayan Dewi Ishaktney kehilangan kesabaran dan merobek permukaan tanah."
"Begitu ya...."
Telinga Suimei meninggi. Cerita-cerita seperti ini cenderung meningkatkan rasa ingin tahunya. Bayangan tentang sesuatu sebesar sabuk besar yang diukir di Afrika muncul di benaknya.
"Pada bagian terdalamnya, seseorang tidak bisa melihat dasarnya sama sekali, jadi benteng jembatan dibangun di bagian paling dangkal, yang berfungsi sebagai benteng di perbatasan negara."
".....Hmm? Apa itu berarti hanya ada satu benteng?"
"Benteng jembatan itu milik Aliansi. Benteng Kekaisaran pada dasarnya tertutup di dalamnya. Itulah yang akan kita lihat."
Lefille menunjuk kertas dan pena dari Suimei dan kemudian mulai menggambar untuk diperagakan. Di seberang garis hitam yang melambangkan celah di daratan itu, Lefille menggambar tiga jembatan yang menghubungkan ke satu benteng. Dan seolah menutup jalan keluar, benteng itu berbentuk setengah lingkaran di sekeliling mereka. Setelah mereka berdua membicarakannya sebentar, Lefille teringat sesuatu dan mengubah topik.
"Kalau dipikir-pikir, sebelum kita berangkat, kita mendengar rumor tentang korban insiden koma itu sudah sadar, benar?"
"Oh, yang itu? Akan lebih bagus jika mereka tertidur lebih lama, sejujurnya....."
Suimei memasang wajah pahit karena hasil ini tidak menyenangkannya. Dia lebih suka para korban insiden itu tetap tidak sadarkan diri sampai ingatan tentang kejadian itu memudar di seluruh kota dan orang-orang melupakannya. Akan lebih baik jika para korban tidak terlihat oleh orang lain untuk sementara waktu.
Meskipun, berkat orang-orang di kota yang berubah pikiran tentang Liliana, hal ini akhirnya tidak menjadi suatu keharusan. Namun tetap saja, Suimei berpikir akan lebih baik jika mereka masih pingsan—supaya mereka tidak bisa melakukan hal-hal lucu. Sementara itu, Lefille memandang Suimei seolah Suimei adalah karakter yang licik karena berbicara tentang para korban dengan cara yang agak tercela.
"Semakin aku melihatmu dari waktu ke waktu, tapi.... rasanya kamu memang tidak kenal ampun, atau lebih tepatnya kejam, benar?"
"Hmm? Aku ini seorang Magician. Aku bukanlah manusia terhormat."
"Meski begitu, menurutku itu bukan sesuatu yang seharusnya kamu katakan."
"Yah, mungkin memang begitu. Tapi bukan berarti aku tidak egois, apalagi setelah semua ini. Kamu bisa tahu sejak kapan aku mendapat pengampunan Liliana, bukan? Pada akhirnya, aku adalah tipe orang yang tidak peduli bagaimana seseorang yang tidak ada hubungannya, akhirnya mengeluh atas tindakanku."
"Bukankah itu hanya akan membuat seseorang marah jika kamu menyakiti mereka secara tidak wajar?"
"Aku tahu kalau aku ini tidak konsisten. Dan aku kurang lebih menyesuaikan hal itu sebelum datang ke dunia ini. Aku yakin kalau aku sangat menyadari apa yang lahir dari ketidakkonsistenan itu."
"Aku mengerti."
Suimei menatap Lefille seolah dirinya pasrah. Mungkin setelah memahami perasaannya, Lefille tidak mempertanyakannya lebih jauh.
"Saat itulah aku menghadapi kemunduran besar. Hal yang kusinggung ringan setelah kita mengalahkan Rajas....."
"Memang, aku cukup tertarik dengan hal itu. Aku ingin kamu memberitahuku tentang itu lain kali tanpa gagal."
"Aku harus menolaknya. Aku sendiri bahkan tidak mau memikirkannya."
"Hehehe."
Suimei cukup bingung melihat Lefille tertawa ringan sambil tersenyum. Suimei kemudian mengalihkan pembicaraan kembali ke topik awal dan menjauh dari pembicaraan tentang kelemahannya yang tidak mungkin dia lanjutkan demi harga dirinya.
"Orang-orang di Ibukota Kekaisaran sadar akan kebenarannya, jadi Liliana seharusnya baik-baik saja."
"Omong-omong tentang baik-baik saja, aku ingin tahu apa Reiji-kun dan yang lainnya baik-baik saja....."
Lefille dengan mudah mengalihkan pembicaraan ke arah teman-teman mereka yang tidak hadir. Mereka saat ini berencana untuk tinggal di Kekaisaran dan berpisah dengan Suimei ketika mereka pergi, namun....
"Apa ada yang salah?"
"Tidak, hanya saja mereka akhirnya menimbulkan keributan di Ibukota Kekaisaran. Aku hanya merasa khawatir kalau mereka mungkin akan dirugikan karenanya."
Kekhawatiran Lefille adalah hal yang wajar. Suimei meminta Reiji dan yang lainnya mengambil peran dalam menyelesaikan insiden koma itu—khususnya peran yang tidak masuk akal dalam menghentikan Graziella dan rekan-rekannya. Segalanya berjalan baik pada akhirnya, namun mengingat kalau mereka menghalangi penyelidikan polisi militer dan berakhir dengan pertarungan dengan seorang Putri Kekaisaran, wajar saja jika Lefille khawatir kalau Renji dan teman-temannya sekarang akan berada dalam situasi genting di Kekaisaran. Namun, Suimei, yang bertanggung jawab atas hal itu, secara mengejutkan tampak tidak peduli.
"Suimei-kun?"
"Ya, semua itu akan berhasil. Sebelum kita pergi, aku melakukan sesuatu."
"Kamu melakukan sesuatu?"
"Yah, begitulah. Sesuatu yang sangat sederhana."
Suimei menekan dan memisahkan ibu jari dan jari telunjuknya di satu tangan sambil tersenyum kecil dan licik seperti anak nakal yang sedang mengerjai.
"Aku mengerti. Jika kamu telah melakukan sesuatu, maka tidak ada masalah."
Mendengar kalau Suimei telah mengatasinya, kekhawatiran Lefille hilang dan Lefille kembali mengangguk lega pada senyum nakal Suimei itu. Dengan pecakapan itu, mereka berdua menghibur diri mereka sendiri sambil terus mengobrol sebentar sebelum Felmenia mengangkat tangannya dengan sangat mendesak.
"Suimei-dono! Aku sudah selesai menulis jawabanku!"
"Oh, kamu sudah selesai, Menia?"
Melihat senyum bersemangat Felmenia, Suimei mendekat dan melihat hasil ujiannya.
"Hmm, hmm..... Yah, isinya bagus. Liliana, bagaimana denganmu?"
"Hanya.... sedikit lagi."
Seperti yang diduga, hal ini masih cukup sulit bagi Liliana yang baru mulai mempelajari magicka. Sambil mengerutkan alisnya dan mengerang, Lilianna dengan susah payah mencoret-coretnya. Pemandangan Liliana yang sedang berusaha keras sungguh menawan. Sementara itu, setelah menerima nilai kelulusan lebih dari Suimei, Felmenia tersenyum lebar ketika Felmenia mulai memohon sesuatu padanya.
"Suimei-dono! Suimei-dono!"
"Apa itu?"
"Jika menurutmu aku telah melakukannya dengan baik, tolong pujilah aku!"
"Hah? Apa?"
Suimei benar-benar bingung, namun Felmenia tampak agak berharap. Jika Felmenia punya telinga dan ekor anjing, telinganya pasti akan mengarah lurus ke atas dan ekornya pasti akan bergoyang-goyang dengan kencang. Saat Suimei berjalan mendekatinya seolah hendak menggodanya, sesuatu tiba-tiba menarik bagian belakang kerah Suimei dengan kuat.
"—Gueh!"
Suara tidak menyenangkan keluar dari mulut Suimei. Sebelum Suimei menyadari apa yang terjadi, Lefille telah meraih bagian belakang kerah bajunya dan mencengkeramnya erat-erat. Meskipun Suimei belum benar-benar melakukan apapun.... saat Suimei memandang Lefille untuk menyiratkan hal itu, Lefille memfokuskan pandangannya ke arah Felmenia.
"A-Apa yang sedang kamu lakukan, Lefille-dono?! Apa kamu mencoba menghalangiku?!"
"Ya, itu benar. Felmenia-san, kamu terlalu bergantung pada Suimei-kun."
"I-Itu tidak benar...."
Felmenia kehilangan kata-kata. Lefille kemudian melanjutkan seolah-olah meminta sebuah jawaban.
"Kamu tidak bisa mengatakan kalau itu tidak benar. Kamu selalu mengikuti Suimei-kun di setiap ada kesempatan, bukan?"
"I-Itu tidak seperti aku punya motif tersembunyi!"
"Meski begitu, itu tetap tidak boleh. Aku tidak bisa mengabaikannya."
Saat kedua gadis itu berbicara, tatapan mereka bertabrakan. Suimei meringis ketika dirinya menyaksikan semua ini. Felmenia tiba-tiba mulai melambaikan tangannya dengan panik.
"Apa yang salah dengan itu?! Saat kamu bertubuh kecil, bukankah kamu juga menghabiskan banyak waktu bersama Suimei-dono?! Bagaimanpun, kamu baru saja bersenang-senang dengannya sendirian!"
"A-Aku hanya mengobrol biasa dengan Suimei-kun tentang rencana kita mulai saat ini! Tidak lebih atau kurang dari itu!"
"Sama halnya denganku!"
"Aku masih keberatan! Saat ini, pikiran jahatmu sepenuhnya terlihat! Pergilah sana!"
"TIDAK!"
Di tengah amukannya, Felmenia melompat ke depan. Tentunya, Felmenia melompat ke Suimei daripada Lefille.
"Menia, apa yang kamu—?!"
"Apa yang kamu—?!"
Suimei benar-benar bingung ketika Felmenia menempel padanya seperti catok yang tak henti-hentinya.
"Suimei-dono! Tolong pujilah aku!"
"Felmenia-san! Kamu bisa menerima pujian tanpa harus melakukan hal semacam ini, bukan?! Berhentilah berperilaku tercela ini sekarang juga!"
Lefille menarik kerah yang masih dipegangnya dan mencoba melepaskan Suimei darinya. Di sisi lain, Suimei, yang kini ditarik dan dipeluk Felmenia seperti sedang dipanjat, mencoba menengahi mereka berdua, namun.....
"T-Tenanglah! Kalian berdua, lepaska..... Bwuh?!"
Dengan Felmenia yang menempel pada Suimei, dadanya yang besar menekannya. Tak disangka, dadanya itu terasa lembut dan menyenangkan, dan benar-benar melumpuhkan. Begitu Suimei menyadarinya, doa benar-benar bingung.
"Tunggu, ini tidak bagus! Hei, Menia! Ini sangat tidak bagus! Astaga, ini sangat tidak bagus, jadi cepat lepaskan!"
Situasi ini berdampak buruk bagi Suimei yang masih remaja. Namun, karena sama sekali tidak mengetahui hal ini, Felmenia menatapnya dengan mata berkaca-kaca dan mulai menangis.
"Suimei-donoooo! Bahkan kamu juga mau aku pergi?"
"Jangan berkata hal aneh-aneh karena itu! Sebenarnya ada apa sih denganmu, Menia?! L-Lefi, tolong bantu aku di sini...."
"Jika Felmenia-san sudah bertindak seperti ini, maka aku juga bisa melakukannya....."
"Apa?! Lefille-san?! Bagaimana bisa semua ini seperti ini?!"
Lefille menempelkan dirinya ke punggung Suimei dengan tangan di pundaknya. Lefille benar-benar menempel seperti lem padanya. Diserang dari depan dan belakang, mereka bertiga kini menempel bersama.
"Tunggu—?! Ini menyakitkan! Ini menyakitkan, tahu!"
Suimei tidak lagi mampu menahannya dan berteriak, namun kedua gadis itu tidak mendengarkannya sama sekali saat keduanya berpegangan pada tubuhnya seolah hidup mereka bergantung padanya. Menyadari kalau tidak ada gunanya mencoba membujuk kedua gadis itu, Suimei segera beralih ke pihak ketiga untuk menghindari krisis ini.
"Liliana! Tolong selamatkan aku!"
Suimei dengan sungguh-sungguh memohon padanya, namun....
"Suimei, inilah yang orang-orang maksud.... ketika mereka berkata... 'Jika kamu melukai seseorang, kamu akan membasahi tubuhmu sendiri dengan darah.'"
"Apa maksudnya itu?!"
"Itu adalah pepatah..... dari dunia ini."
Suimei menduga maksudnya kira-kira sama dengan mendapatkan balasan yang adil. Namun hanya itu yang Liliana katakan karena gadis itu mengabaikan permintaannya. Liliana masih fokus pada ujiannya dan bahkan tidak memandangnya.
"Liliana, tunggu, kamu tidak mau menyelamatkanku?!"
"Aku masih..... sibuk."
"Tidak mungkin! Membantuku sedikit saja tidak akan membuatmu kesusahan, kan?!"
Saat Suimei terus memintanya, Liliana sengaja mengeluarkan helaan napas jengkel yang keras. Kemudian......
"Suimei..... saat Lefille kembali ke wujud aslinya.... hal itu tidak bisa dihindari. Itu.... seharusnya sudah jelas. Meskipun begitu, tidak mampu mengatasinya..... adalah kesalahanmu."
"Dalam hal apa itu terlihat jelas?!"
"Bagian dirimu itu..... sama seperti Kolonel....."
Pada akhirnya, Liliana mengkritik Suimei sambil menatapnya dengan mata setengah tertutup. Sementara itu, pertarungan Felmenia dan Lefille masih berlanjut.
"Suimei-dono!"
"Suimei-kun!"
"Baiklah, baiklah! Aku mengerti, kalian berdua harus sedikit tenang! Jika kalian terus membuat keributan, itu akan mengganggu penumpang lain!"
Pada akhirnya, Felmenia dan Lefille terus melakukannya hingga mereka tiba di benteng di perbatasan negara.
★★★
Di wilayah barat laut benua ini, meskipun suhunya cukup dingin untuk dikatakan sebagai musim dingin, tidak ada kelembapan atau kekeringan yang diharapkan pada musim tersebut. Iklim relatif seimbang dan cuaca cukup tenang. Namun, bisa dibilang naga hidup di pegunungan terjal dan hutan yang dipenuhi pepohonan hitam. Sebagian besar medan di sini terlalu keras untuk ditinggali manusia, jadi dibandingkan dengan negara lain, jumlah lahan yang tidak tersentuh tangan manusia jauh lebih besar.
Setelah turun dari kendaraan yang ditarik Cowhorn di perbatasan negara, Suimei dan kelompoknya menyeberangi jembatan, dan tanpa masalah, diizinkan melewati benteng di sisi Aliansi. Mereka sekarang mengunjungi kota pertama mereka di negara pertama yang mereka datangi dari Aliansi Saadias. Awan bertebaran di atas kepala mereka. Langitnya tidak terlalu cerah, namun enak dipandang dan nyaman untuk bepergian di bawahnya. Angin yang bertiup terasa dingin, meskipun ini adalah musim dalam kalender dunia yang seharusnya cukup panas, jadi rasanya agak menenangkan.
Kota tempat mereka berada sangat berbeda dengan Ibukota Kekaisaran dan kota-kota lain di Kekaisaran di mana rumah-rumah diwarnai berdasarkan distrik mereka. Jadi tanpa sistem pewarnaan apapun, bangunan di sini tampak hidup. Bahkan bentuknya pun bervariasi dengan atapnya yang berbentuk segitiga, datar, bahkan runcing. Secara keseluruhan, hal ini memberikan suasana kota yang menyenangkan dan nyaman. Jarak antar rumah juga cukup lebar, dan banyak tumbuh-tumbuhan yang ditanam di antara rumah-rumah tersebut. Batu serut datar yang membentuk trotoar sesekali terlihat, namun tampaknya lebih banyak tanaman hijau daripada batu ke mana pun mereka pergi. Itu mungkin karena mereka hanya berada di kota terpencil yang jauh dari pusat kota negara itu, namun kesan Suimei terhadap Aliansi sejauh ini adalah kalau mereka lebih memberikan perasaan pastoral daripada fantasi.
"Jadi ini adalah kota Aliansi......"
Melihat ornamen yang menghiasi bangunan di seluruh kota serta orang-orang yang menjalani kehidupan sehari-hari, Suimei agak terpesona. Aliansi tampak berbeda dari Astel dan Nelferia dalam beberapa hal. Seolah ingin menegaskan kesannya, Liliana menimpali.
"Tepatnya...... kota ini berada di negara Aliansi Grafille. Aliansi ini tidak seperti Astel, Nelferia, dan negara dengan pemerintahan sendiri..... karena Aliansi ini terdiri dari lima negara berbeda."
"Jadi kota ini hanya bagian dari Aliansi, ya?"
Sambil membicarakan berbagai hal seperti itu dengan Liliana, Suimei melirik ke sampingnya dan melihat Felmenia melihat sekeliling dengan penuh semangat seperti dirinya. Suimei mau tidak mau memanggil temannya itu yang terpesona oleh penampilan rumah-rumah dan lampu mana yang tergantung di sepanjang jalan.
"Terasa berbeda juga bagimu ya, Menia?"
"Ah, benar. Ini pertama kalinya aku berada di Aliansi, jadi aku hanya sedikit penasaran..... bagaimanapun juga, Aliansi sangat berbeda dari Astel dan Nelferia, bukan begitu?"
Felmenia menjadi agak malu ketika menyadari kegembiraannya yang kekanak-kanakan telah terungkap. Liliana kemudian turun tangan menjelaskan hakikat negara itu.
"Sejak dahulu kala.... masyarakat Aliansi telah berupaya untuk hidup harmonis dengan alam serta flora dan fauna setempat. Jadi tidak seperti Kekaisaran..... mereka tidak berspesialisasi dalam konstruksi atau manufaktur. Tapi Aliansi terasa agak menyegarkan.... aku menyukainya."
Tentunya, kota ini tampak seperti tempat di mana masyarakatnya memiliki apresiasi terhadap alam. Hal yang sama berlaku untuk Liliana, yang merentangkan tangannya lebar-lebar ke kedua sisi dan menarik napas dalam-dalam. Faktanya, semua orang di sini—bahkan penduduk setempat—tampaknya menerima semuanya dan bersantai. Suimei lalu menatap Lefille. Lefille memiliki penampilan tenang yang tidak jauh berbeda dari biasanya.
"Tapi sepertinya ini bukan pertama kalinya kamu ke sini ya, Lefi?"
"Tidak, tidak. Aku ingat mengunjungi Aliansi saat masih kecil."
"Jadi, sejak saat itu, keadaannya tidak berubah?"
"Tidak terlalu. Aku yakin waktu mengalir sesuka hati di tempat-tempat seperti Aliansi, jadi menurutku tidak banyak yang berubah."
Lefille sedikit mengangkat pinggiran topi lebarnya saat dirinya berbicara. Mungkin dia merasa nostalgia dengan kunjungan pertamanya ke Aliansi. Sekarang setelah dia kembali ke wujud dewasanya, Suimei dapat sekali lagi menghargai keanggunan dalam sikap dan semua gerak tubuhnya. Lefille kemudian menurunkan pandangannya dan menatap Liliana.
"Tapi selain itu, tampaknya Lily cukup berpengetahuan tentang Aliansi."
"Mendapat informasi tentang keadaan di negara-negara tetangga..... adalah tugas divisi intelijen. Terlebih lagi..... aku menyusup ke dalamnya sebelumnya dengan kolonel."
"Artinya itu.... kamu melakukan semacam pengintaian?"
Liliana mengangguk pada pertanyaan Felmenia. Tampaknya, berkat masa wajib militernya, Liliana memiliki cukup banyak pengetahuan dan pengalaman duniawi. Dengan kemampuan sihir Liliana, hanya sedikit yang tidak mampu dirinya lakukan. Meski masih muda, dia bahkan selamat dari pertarungan hidup dan mati.
Suimei dan yang lainnya terus berbicara tentang Aliansi saat mereka berjalan di jalan. Di tikungan, mereka bisa mendengar semacam pidato yang disampaikan dengan suara keras di trotoar batu. Ketika mereka melihatnya, mereka dapat melihat dua orang berpakaian keagamaan berwarna putih mengeluh kepada penonton tentang Sang Dewi.
"Wahai anak-anak manusia yang lahir di dunia ini! Sekarang adalah waktunya untuk mengesampingkan kepercayaan kalian pada Alshuna!"
"Ya! Sekarang para iblis sudah mendekat, kita tidak hanya harus bersatu menghadapi ancaman yang ada di depan mata kita, tapi kita juga harus melepaskan diri dari belenggu yang mengikat kita!"
Kedua orang berpakaian berwarna putih itu sama-sama berbicara kepada pendengarnya, dengan secara bergantian di antara mereka berdua. Mereka membuat gerakan besar dan memiliki kehadiran yang cukup besar. Namun sepertinya tidak banyak orang yang berhenti untuk mendengarkan; Kerumunan yang berkumpul di pinggir jalan agak jarang. Hal itu diduga karena kurangnya antusias tersebut karena isi pidato mereka. Mereka menghina Dewi Alshuna, dewi dengan pengikut terbesar di dunia ini. Sebagian besar orang yang lewat mungkin mengira semua kejadian ini adalah hal yang mencurigakan, dan mereka tidak akan melirik sekilas saat mereka menjalankan urusannya.
".....Ada apa dengan itu?"
Suimei berhenti dan memasang ekspresi aneh sambil memiringkan kepalanya ke samping. Menindaklanjuti hal itu, Felmenia dan Lefille juga menatap kedua orang berpakaian berwarna putih itu dengan ekspresi bingung.
"Aku yakin..... ini pertama kalinya aku melihat hal seperti itu."
"Sama untukku. Ya ampun, memikirkan kalau mereka akan mengkritik Sang Dewi di tempat umum seperti ini.... mengatakan hal seperti itu di tanah yang diberkati oleh Sang Dewi sungguh keterlaluan."
Lefille menjadi mendidih. Sebagai orang yang sangat religius, dia tampaknya sangat tersinggung dengan apa yang terjadi, meskipun hal itu mungkin berlaku bagi sebagian besar orang yang menyaksikannya. Keyakinan pada Dewi Alshuna dan ajaran Church of Salvation berfungsi sebagai landasan spiritual dan moral bagi orang-orang di dunia ini. Namun memikirkannya seperti itu, Suimei merasa aneh kalau orang-orang itu datang untuk memberikan pidato semacam ini.
Liliana kemudian menyempitkan mata kirinya yang mengantuk lebih jauh lagi saat dirinya menatap mereka.
"Mereka itu..... Kultus Anti-Dewi."
"Kultus Anti-Dewi?"
"Kultus itu adalah kelompok agama yang telah mendapatkan pengikut di lima negara Aliansi serta negara dengan pemerintahan sendiri..... ajaran fundamental mereka sebagian besar meniru ajaran Church of Salvation..... tapi mereka menganut keyakinan kalau membebaskan diri mereka dari Divine Protection Sang Dewi akan memungkinkan benih yang dikenal sebagai kemanusiaan untuk berkembang.... dan karena itu mereka mendesak orang-orang untuk meninggalkan kepercayaan mereka pada Alshuna..... mereka juga mengkritik meluasnya penggunaan sihir dan ramalan."
"Di dunia di mana sihir sudah menjadi hal yang umum, kamu pasti mengira hal semacam itu akan segera disingkirkan....."
"Sepertinya..... hal ini tidak akan terjadi tanpa tantangan. Aku mendengar kalau sesekali..... mereka berakhir dalam pertempuran kecil dengan para pengikut Church of Salvation..... namun gereja masih tidak dapat memutuskan pendaftaran anggota baru."
"Hmm....."
Tampaknya hanya dengan menentang sistem, aliran sesat tersebut mempunyai daya tarik tertentu terhadap sistem tersebut. Para ikonoklas yang memiliki tujuan untuk bersatu melawan ajaran yang tampaknya muncul di mana-mana. Ada juga negara yang menciptakan organisasi semacam itu untuk melecehkan negara musuh, jadi Suimei tidak terlalu bingung pada tingkat itu. Namun mengingat ajaran dunia ini berkisar pada Sang Dewi, satu langkah yang salah mungkin akan membuat seluruh dunia menentang mereka. Organisasi seperti ini mungkin menjadi pusat perhatian dalam kekacauan invasi iblis.
{ TLN : Ikonoklas itu seseorang yang menyerang keyakinan atau institusi yang dianut. }
"Sang Dewi tidak melindungi kita! Demi keuntungannya sendiri, untuk menjamin kepentingannya sendiri, dia hanya berpura-pura melindungi dunia!"
"Kata-kata Sang Dewi adalah racun yang merusak umat manusia! Jika kaliam mendengarkan kata-katanya secara membabi buta seperti sekarang, umat manusia tidak akan pernah berkembang! Kita hanya akan tetap menjadi budak Sang Dewi selamanya! Oleh karena itu, sekaranglah waktunya untuk bertindak! Kita harus melepaskan diri di atas telapak tangan Sang Dewi!"
Suimei masih memperhatikan kedua orang itu menyampaikan pidatonya yang penuh semangat sambil mengamati mereka dengan cermat.
"Mereka tidak menyangkal keberadaan Dewi, hanya mengatakan orang-orang tidak boleh mengikutinya. Karena keberadaan sihir membuktikan keberadaan Dewi itu di dunia ini, kurasa itu menjelaskan pendirian mereka...."
Namun, taktik semacam ini kadang-kadang digunakan untuk menopang keberadaan dewa lain dengan menyebarkan ajaran apapun yang terdengar bagus. Untuk memisahkan pengikutnya dari satu agama, cara tercepat dan termudah adalah dengan membuat agama lain agar bisa dianut oleh masyarakat. Namun dari apa yang Suimei dengar, orang-orang ini sebenarnya tidak mendorong orang-orang untuk mengubah keyakinan mereka, jadi dia tidak tahu manfaat apa yang mereka coba dapatkan dari hal ini. Yang dia tahu hanyalah kata-kata itu— "Kita tidak bisa percaya pada Sang Dewi." dan "Kita harus melepaskan diri." —terasa sangat berbobot baginya.
"Suimei-dono? Apa ada masalah?"
"Tidak, bukan apa-apa. Jadi, apa yang harus kita lakukan dari sini..... Yah, ada satu hal yang harus diperhatikan sebelum itu. Bagaimana kalau kita melakukan sesuatu tentang makan siang dulu?"
Liliana, Felmenia, dan Lefille setuju dengan usulan Suimei.
"Aku juga.... merasa lapar."
"Lalu ke mana kita akan pergi?"
"Saat ini tepat di tengah jam makan siang, jadi di berbagai tempat kemungkinan besar sudah ramai. Bagaimana kalau kita melihat-lihat dan memilih tempat secara acak?"
Tiga orang lainnya mengangguk setuju dengan saran Lefille. Setelah berpisah untuk mengunjungi restoran lokal, untungnya mereka menemukan tempat dengan tempat duduk kosong. Yang lain mengikuti Lefille ke dalam. Seperti yang mereka lihat dari jendela, ada tempat yang tersedia untuk mereka, dan mereka dipandu ke sebuah meja yang agak besar untuk mereka berempat.
Sekilas, restoran dengan interior sebagian besar kayu ini tampak seperti tempat yang bisa seseorang temukan di mana saja. Namun jika dilihat lebih dekat, ada tong-tong kosong dan berbagai benda di mana-mana. Meja dan kursi terbuat dari tong bekas, dan bahkan lampu mana pun terbuat dari botol kosong. Tempat itu memiliki desain yang cukup rumit dan bijaksana yang menyaingi apa yang diharapkan Suimei dari dunia modern. Mereka meminta apa pun yang direkomendasikan pelayan ketika pelayan itu datang untuk mengambil pesanan mereka, dan makanan mereka siap dalam waktu singkat.
Tidak lama kemudian, Suimei dan yang lainnya menikmati makanan mereka dan beristirahat sejenak setelah makan sambil menikmati minuman mereka sambil dengan santai melihat-lihat tempat itu. Karena saat itu sedang jam makan siang, restoran itu dipenuhi dengan banyak keributan ketika orang-orang terus berdatangan. Dan Suimei memperhatikan kalau semua pelanggan yang energik tampaknya memiliki kesamaan.
"Seperti yang diharapkan dari tempat yang disebut sebagai negara berpedang, tidak banyak penyihir di sini, ya?"
Dari apa yang Suimei lihat, bahkan mereka yang tidak tampak seperti petarung juga membawa pedang di pinggang mereka. Sebagai perbandingan, rasio penyihir dan pengguna pedang di Kekaisaran jauh lebih tinggi. Di sana, penyihir berjumlah sekitar lima atau enam dari setiap sepuluh orang, sedangkan di sini, mungkin hanya dua atau tiga dari sepuluh orang. Setelah Suimei mengomentari hal ini, Lefille dan Felmenia sama-sama ingin mengatakan sesuatu.
"Dibandingkan negara lain, Aliansi memiliki budaya yang sangat menghormati pedang. Meskipun mereka bukan Hero yang dipanggil, ada sejarah pengguna pedang heroik yang membebaskan tanah di daerah ini dari para iblis demi rakyat."
"Selain itu, Aliansi dan negara dengan pemerintahan mandiri memperlakukan status sosial sedikit berbeda dibandingkan Astel dan Kekaisaran. Daripada pejabat kota dan apapun yang negara lain miliki, yang lebih puja dan dihormati adalah pengguna pedang."
"Ah, jadi selama seseorang membawa pedang, mereka menerima perlakuan yang baik?"
"Tidak, bukan itu masalahnya. Untuk menyatakan diri mereka sebagai pengguna pedang di Aliansi, mereka memerlukan izin yang tepat untuk melakukannya, yang memerlukan izin dari pemerintah salah satu dari lima negara Aliansi atau dari Twilight Pavilion."
"Jadi singkatnya, kamu tidak bisa menyebut dirimu sebagai pengguna pedang di sini?"
"Begitulah adanya. Jika aku melakukannya, itu menjadi sesuatu yang tidak resmi."
Suimei tidak mengerti apa bedanya menjadi resmi atau tidak resmi jika seseorang membawa pedang, namun Lefille memberinya senyuman yang agak mencela diri sendiri ketika dirinya menyebutkannya. Setelah itu, Liliana menggigit kue manis yang lebih besar dari wajahnya sendiri, menempelkannya ke pipinya, dan mulai menjelaskan sambil mengunyahnya perlahan.
"Meski begitu.... di Aliansi..... hanya dengan membawa pedang..... seseorang akan diberikan perlakuan istimewa."
"Seperti apa spesifiknya?"
"Hom...... mereka mendapat prioritas..... karena cukup banyak layanan.... yang tersedia di negeri ini, secara ringkasnya..... badan publik memandang mereka dengan baik.... tanpa bertanya."
"Hmm, itu cukup bagus, bukan?"
"Hom..... itu tidak berarti hal itu berlaku.... untuk semua orang, tapi.... Hom, nom...."
Meski begitu, hal itu benar-benar sesuatu yang diprioritaskan hanya karena membawa pedang. Setelah Liliana menyelesaikan penjelasannya dan mulai memakan kuenya dengan hati-hati lagi, Lefille memotong pembicaraan.
"Jadi dengan mempertimbangkan bagaimana kita melanjutkan, haruskah kita pergi ke negara berdaulat Aliansi, Miazen dulu?"
"Negara berdaulat?"
"Master Guild Twilight Pavilion di Ibukota adalah kenalan ayahku. Jika kita mengandalkan mereka sebagai perantara, kita seharusnya bisa mengatur segala hal, termasuk mendapatkan izin untuk disebut sebagai pengguna pedang."
"Hom..... itu.... kedengarannya bagus...."
"Aku telah mendengar kalau jika seseorang tidak memiliki pengguna pedang sebagai rekan saat berada di Aliansi, mereka harus mempekerjakannya. Jadi menurutku ide dari Lefille juga terdengar bagus."
"Kalau begitu, penyelidikannya harus menunggu sampai setelah itu....." Jawab Suimei sambil kembali menikmati makan siangnya.
Memang benar kalau Suimei sangat ingin kembali ke dunianya, namun dia tidak terburu-buru sehingga dirinya mengabaikan hal-hal lain demi hal itu. Jika dia benar-benar ingin membuat kemajuan, lebih baik memiliki pijakan yang kokoh di dunia ini. Saat kelompok itu terus berbicara dan menikmati makanan mereka, seorang pelayan mendekati meja mereka dengan ekspresi yang bermasalah. Pelayan itu sedikit lebih tua dari pelayan lainnya dan memiliki fisik yang luar biasa. Jika pelayan itu mengenakan celemek, pelayan itu akan terlihat persis seperti wanita tua yang diharapkan Suimei untuk menjalankan restoran lokal di kampung halamannya. Pelayan itu mungkin adalah pemilik tempat tersebut.
"Bisakah aku mengganggu waktu kalian sebentar?"
"Ada apa?"
Ketika Suimei bertanya tentang apa yang pelayan itu butuhkan, pelayan wanita itu tertawa lemah dan menunjuk ke arah pintu masuk.
"Maaf, tapi maukah kalian berbagi meja dengan orang yang ada di sana itu?"
Orang yang berdiri di tempat yang ditunjuk oleh pemilik itu adalah seorang laki-laki tinggi dan berkulit gelap. Laki-laki itu mengenakan mantel untuk melindungi dirinya dari hembusan pasir, yang menyembunyikan detail sosoknya, namun lengannya yang keluar dari balik mantel itu berotot dan tebal. Suimei hanya bisa menebak seberapa terlatih dan kuatnya orang itu. Orang itu memiliki rambut hitam panjang dan bandana bersulam aneh di dahinya. Orang itu memiliki bekas luka di wajahnya, namun bukannya terlihat berbahaya, orang itu memiliki wajah ramping dan maskulin yang memberikan kesan ramah. Orang itu tampak sedikit malu, namun memberi Suimei senyuman yang menyenangkan. Untuk mencegah hal menjadi canggung, Lefille menjawab sebagai perwakilan kelompok Suimei.
"Tentu. Kami tidak keberatan."
"Maaf untuk itu...."
Pemilik tempat itu meminta maaf dengan lemah lembut dan kemudian, dengan cepat berteriak ke dapur untuk memberitahu mereka kalau ada pelanggan lain. Seorang pramusaji yang lebih muda kemudian dengan cepat membawakan tempat duduk tambahan dan air. Suimei memberi ruang bagi orang itu, yang dengan cepat duduk di sana.
"Aaah, maaf karena sudah mengganggu saat kalian semua sedang menikmati makan siang kalian. Tapi biar kuberitahu, setelah datang ke kota ini, aku tahu aku harus mendapatkan beberapa masakan spesial dari koki di sini, apapun yang terjadi!"
Menampar bagian belakang kepalanya sendiri, orang itu tertawa terbahak-bahak. Dia memberikan kesan ramah meskipun fisiknya mengesankan, dan seperti perkiraan Suimei, orang itu tampaknya cukup berkarakter. Orang itu sama sekali tidak terlihat malu-malu, dan senyum cerianya cukup menyenangkan. Namun kemudian, tanpa diduga, orang itu tertawa malu.
"Mungkin akulah yang paling mengganggumu di sini, nak."
".....Hmm? Aku?"
Suimei tidak mengerti apa yang orang itu bicarakan dan memiringkan kepalanya ke samping. Orang itu kemudian tiba-tiba melingkarkan lengannya yang tebal di belakang leher Suimei dan membungkuk seolah dirinya bermaksud berbicara secara rahasia.
"Yah, begini, ada laki-laki lain yang baru saja mengganggu makanmu dengan para gadis cantik ini, bukan? Salah satunya hanyalah hal kecil, tapi ini berbicara tentang orang yang tidak di inginkan di sini, benar?"
"Hah? T-Tidak, bukan itu yang kupikirkan sama sekali. Lagian, mereka hanyalah temanku...."
Orang itu duduk kembali dan menatap dengan takjub kepada Suimei, yang melontarkan alasan dengan bingung. Tidak yakin mengapa Suimei dipandang seperti itu, dia mengangkat suara bingung.
"Ada apa?"
"......Bukan apa-apa. Aku mengerti. Jadi kau ini masih perjaka, bukan?"
"APA?!"
"Aku bilang, kau ini masih perjaka, bukan?"
"A-Apa-apaan yang baru saja kau tanyakan itu pada orang yang baru saja kau temui?!"
Suimei bangkit dari tempat duduknya sambil berteriak, dan orang itu sedikit terkejut dengan reaksinya.
"Aah, maaf, maaf. Kejujuranku adalah salah satu ciri khasku, tahu. Aku punya kebiasaan mengatakan dengan tepat apa yang aku pikirkan."
"Kejujuran itu lebih seperti gangguan daripada ciri khas— Oh....."
Suimei kemudian menyadari kalau dia secara tidak langsung telah mengkonfirmasi kalau dirinya sebenarnya masih perjaka.
"Aah, aku mengerti. Jadi memang begitu."
"Itu omong kosong....."
Suimei menggeliat kesakitan mendengar suara simpatik orang itu. Setelah mengeluarkan seluruh energinya untuk berteriak, Suimei menghela napas panjang dan melihat sekeliling dengan gugup. Liliana adalah orang yang duduk di sampingnya, namun Suimei tidak tahu apa Liliana mendengarkan itu, karena gadis itu sepertinya sibuk dengan kuenya. Di sisi lain, ketika Suimei melihat ke arah Lefille, gadis itu menghindari kontak mata. Adapun dengan Felmenia, gadis itu lekat-lekat menatap Suimei.
"......Suimei-dono masih perjaka?"
"A-Apa itu hal yang buruk?!"
"Ah, tidak, tidak sama sekali! Tidak sama sekali! Tidak, sama sekali...... hehehehe....."
Suimei mengira Felmenia berusaha bersikap baik karena gadis itu tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Wajahnya memerah, Suimei dengan cepat mengalihkan pandangannya ke tempat lain, namun dia bertemu dengan mata Lefille ketika dia melakukannya.
"Uh....."
"Um....."
Yang bisa mereka lakukan hanyalah mengeluarkan satu suara. Mereka berdua menjadi kaku ketika suasana di meja itu semakin aneh. Akhirnya, seolah ingin mengakhirinya, Lefille—yang pipinya masih merah padam—berdeham.
"Tidak, um, menurutku bagus kalau Suimei-kun masih perjaka."
"Apa bagusnya dari itu, sialan?"
Masih berdiri, Suimei menundukkan kepalanya karena kekalahan dan keterkejutannya. Rahasianya (?) telah terungkap kepada semua orang, dan dia diliputi keputusasaan karena rasa malu. Merasakan penurunan cepat dalam suasana hati Suimei, Felmenia, berniat memberinya bantuan namun pada akhirnya hanya menambah minyak ke dalam api, memanggil Liliana.
"H-Hei, Lily, kamu juga seharusnya mengatakan sesuatu pada Suimei-dono."
Jelas kalau memperpanjang percakapan ini hanya akan membuat Suimei semakin putus asa. Suimei seharusnya menghentikan semuanya saat itu juga. Liliana kemudian memandang ke arah Suimei dan menarik lengan bajunya dengan ringan.
"Suimei..... bahkan jika kamu masih perjaka.... itu tidak terlalu memalukan, tahu?"
"Hrk...."
Mendengar kata-kata Liliana itu, Suimei berlutut. Mendengar seorang gadis lugu menyemangatinya dengan cara yang begitu polos berdampak buruk pada dirinya. Namun, orang yang memberikan pukulan terakhir pada Suimei, kembali memakan kue besarnya. Yang tersisa bagi Suimei hanyalah perasaan simpatik yang berputar-putar di kepalanya.
".....Aku masih perjaka, sialan. Aku tidak punya pengalaman dengan perempuan, sial. Tidak ada sama sekali, sial. Apa yang kau inginkan dariku, sialan? Apa yang salah dengan itu, sialan? Semua orang akan berkata 'Ooh, Ahh, dia itu masih perjaka' seolah-olah perjaka adalah spesies yang aneh. Maksudku, tidak banyak laki-laki seusiaku yang memiliki pengalaman, jadi apa salahnya itu?! Aku menjalani hidupku sebaik mungkin, jadi jangan main-main dengankuuuuuuuuu!"
Suimei telah jatuh ke dalam jurang pikirannya ketika dirinya mulai berbicara pada dirinya sendiri. Tidak bisa begitu saja menyaksikan pemandangan menyedihkan itu terungkap, penghasut semua ini—orang berkulit gelap—tanpa malu-malu mencoba menghibur Suimei.
"Yah, um.... bersemangatlah, nak. Kau masih muda. Segalanya baru saja dimulai bagimu."
"Diamlah, dasar biang kerok semua ini...."
Orang itu sedikit tersentak ketika dirinya mendengar Suimei menyuarakan kebenciannya. Namun kemudian, seolah orang itu tiba-tiba menyadari sesuatu, dia bertepuk tangan.
"Ups, aku belum memperkenalkan diriku ya? Namaku Gaius Forvan. Aku seorang instruktur teknik bela diri di Larsheem."
Setelah Gaius memperkenalkan dirinya, Suimei dan yang lainnya mengikuti. Felmenia dan Liliana memberikan nama palsu, sedangkan Lefille dan Suimei menggunakan identitas asli mereka. Meski ada satu di antara mereka yang tidak menunjukkan semangat dalam melakukannya, namun tidak perlu disebutkan siapa orangnya. Untuk mengatasi kecanggungan ini, Felmenia melanjutkan pembicaraan.
"Larsheem adalah negara di bagian utara Aliansi, bukan? Apa yang membawamu ke kota ini?"
"Aku punya pekerjaan di tempat itu. Saat ini, aku sedang kembali ke Miazen."
"Miazen?"
"Di sanalah aku sedang bekerja."
"Jadi begitu? Tujuan kami saat ini juga adalah Miazen."
"Oh, astaga! Itu kebetulan sekali."
Gaius tertawa terbahak-bahak, namun dengan cepat berhenti tersenyum dan membuat ekspresi bermasalah saat dirinya mencengkeram rahangnya.
"Tapi kalian sungguh kelompok yang tidak biasa, ya?"
"Kami bukan.... mata-mata asing.... atau semacamnya."
Beristirahat sejenak dari kuenya, Liliana cemberut dan dengan sadar membela diri. Gaius menertawakannya seolah hal itu tidak terlintas dalam pikirannya.
"Aku tahu banyak hal hanya dengan melihat kalian. Maksudku, kelompok kalian punya seorang laki-laki perjaka yang ditemani oleh para gadis, benar?"
"Kau masih membicarakan itu....."
Mendengar Gaius kembali membahas topik keperjakaannya, Suimei menggerutu pelan seolah dirinya sedang mengutuknya. Untungnya, Gaius sama sekali tidak menyadari kalau salah satu di antara mereka memang mantan mata-mata.
"Lalu, jika aku boleh bertanya, apa yang membuatmu mengatakan kalau kami ini tidak biasa?" Lefille bertanya.
"Yah, itu karena pakaian kalian ada di berbagai tempat. Ada dua dari kalian yang mengenakan pakaian dari Astel, dan seorang gadis kecil mengenakan pakaian berenda yang sedang populer saat ini di Kekaisaran. Dan.... namaku Lefille, benar? Kau dari Noshias, bukan? Kelompok kalian adalah kombinasi yang aneh. Yah, mungkin saja kalian semua berteman, tapi aneh juga kalau kalian semua datang jauh-jauh ke sini ke Aliansi seperti ini."
Tampaknya orang bernama Gaius ini bukan sekadar orang sederhana dan mudah bergaul. Suimei tidak melewatkan tatapan tajam di matanya yang menyipit saat Gaius menjelaskan rasa penasarannya. Begitu Gaius selesai menyampaikan maksudnya, Lefille menanyakan pertanyaan lain.
"Menurutmu mengapa aneh bagi kami untuk datang ke Aliansi?"
"Yah, itu karena bagian utara Aliansi telah menjadi tempat pertempuran berdarah melawan para iblis. Tempat ini bukanlah tempat yang sering seseorang datangi untuk jalan-jalan akhir-akhir ini, tahu."
Gaius tentu saja ada benarnya. Tidak banyak orang yang akan memilih tempat yang berbahaya karena ancaman iblis yang berbaris di Ibukota untuk liburan mereka. Lefille menjawab keraguan Gaius dengan ekspresi yang agak lemah lembut.
"Aku..... punya kenalan di Aliansi. Kami akan pergi menemui mereka."
"Ah, begitu? Jika karena itu, menurutku itu masuk akal."
Suimei akhirnya tampak pulih ketika dirinya bangkit kembali. Dia bersandar di kursinya dan melipat tangannya sambil merenung dengan suara keras.
"Tapi tetap saja.... medan pertempuran, ya?"
"Aku yakin kalau aku mendengar pasukan iblis dipaksa mundur, benar?" Felmenia bertanya.
"Itu benar sekali! Berkat Hero dari Aliansi, kalian tahu?! Dia menebas jenderal iblis! Sungguh pemandangan yang luar biasa, ingatlah kata-kataku ini!"
Gaius menepuk dadanya saat dirinya menjawab Felmenia dengan penuh semangat. Seolah-olah Gaius sedang membual tentang pencapaiannya sendiri. Melihatnya bertingkah seperti itu, Suimei mengangkat alisnya dan mengajukan pertanyaan tajam.
"Pemandangan yang luar biasa.....? Apa kau melihatnya sendiri?"
"Hahaha, apa yang perlu disembunyikan? Diriku yang hebat ini baru saja melawan para iblis bersama Sang Hero, kalian dengar?"
Saat Gaius dengan bangga mengungkapkan dirinya, Suimei memandangnya dengan agak ragu.
"Itu saja, bung? Apa kau ini seorang pemimpi? Itu terdengar cukup mengecewakan."
"Tidak! Itu kebenarannya, tahu!"
"Oh, ya?"
Suimei mengangkat bahunya dengan berlebihan seolah dirinya sedang mengolok-olok Gaius, yang terlihat cukup serius meski tertawa.
"Hahaha.... Apa? Kau berkata kalau kau pikir aku ini hanya seorang pembual?"
"Aku hanya bercanda, aku hanya bercanda! Itu hanya lelucon. Aku tahu dari otot-ototmu kalau kau bisa membunuhku jika kau menyentuhku dengan cara yang salah."
"Itu benar sekali! Mereka sungguh cantik, bukan? Otot adalah yang terbaik!"
Mengesampingkan betapa hebatnya otot-otot Gaius itu, Suimei tahu kalau seniman bela diri di depannya cukup terampil. Meskipun rincian kekuatannya luput dari perhatian Suimei, cukup jelas kalau Gaius itu kuat. Namun laki-laki kuat itu tiba-tiba beralih dari kisah-kisah heroiknya yang penuh semangat menjadi helaan napas.
"Yah, berkat itu, sebagian besar pasukan bergerak ke utara."
"Apa ada yang salah dengan itu?"
"Yah, begitulah. Semua kekuatan kami di atas sana menghadapi para iblis, tahu?"
Suimei memiringkan kepalanya ke samping, masih tidak mengerti apa yang salah. Liliana kemudian dengan santai mulai menjelaskan.
"Pertahanan melawan Kekaisaran.... menjadi tipis. Kekhawatirannya..... mungkin berkaitan dengan hal itu."
"Seperti yang dikatakan gadis kecil di sana. Kau gadis yang baik, kan? Mau usapan di kepala?"
"Tolong jangan.... aku akan melaporkanmu untuk itu."
Liliana sepertinya tidak suka diperlakukan seperti anak kecil oleh Gaius. Dia menutup matanya dan menjulurkan lidahnya, lalu berbalik darinya.
"Apa hubungan antara Aliansi dan Kekaisaran sedang kacau?"
"Kau tidak mengetahuinya? Kau benar-benar tidak tahu apa-apa tentang dunia, bukan? Kekaisaran secara terbuka bekerja sama dengan Astel dan negara dengan pemerintahan sendiri, tapi jika menyangkut Aliansi, kami hanyalah tetangga, kau tahu. Dari apa yang kudengar, Kekaisaran baru-baru ini bahkan telah menyerang negara-negara sekutu."
"Hah....."
Gaius berbicara dengan nada heran tentang masalah ini, namun hal itu tidak terlalu cocok dengan Suimei. Sebenarnya, Suimei tidak tertarik pada masalah yang ada dunia ini. Dia tidak punya alasan untuk berinvestasi secara serius di dalamnya. Liliana, bagaimanapun, mencondongkan tubuhnya untuk mendekat ke tubub Suimei dan berbisik ke telinganya.
"Itu..... manuver yang menipu. Akhir-akhir ini...... Kekaisaran telah menyebarkan desas-desus tentang tidak adanya ekspansi militer..... untuk mengendalikan negara-negara tetangga."
"Jadi begitu....."
Itu mungkin sesuatu yang Liliana dapatkan selama berada di divisi intelijen tentara Kekaisaran. Namun Suimei tidak begitu yakin mengapa Kekaisaran menyebarkan informasi yang menyesatkan. Sengaja menjadikan diri mereka tampak lebih militeristik daripada sebelumnya hanya akan menambah ketegangan internasional, yang berpotensi mengisolasi Kekaisaran itu sendiri dan menyebabkan depresi. Dan hal ini hanya akan membuat masyarakat tidak puas dengan pemerintah. Selain itu, hal ini tidak hanya membuat musuh-musuh mereka khawatir—hal ini juga akan menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara tetangga dan sekutu mereka. Dan semua ini terjadi pada saat para iblis juga menyerang.....
Tiba-tiba Gaius kembali ceria.
"Yah, ada banyak urusan serius, tapi orang-orangku punya aku dan Sang Hero. Kami tidak perlu khawatir."
Gaius mungkin membuat pernyataan seperti itu untuk meredakan ketegangan gelap yang dirinya ciptakan dengan mengungkit politik dan perang.
"Hero, ya....?"
"Dan itulah yang sebenarnya."
"Jadi, orang seperti apa Sang Hero ini?"
"Jangan abaikan aku begitu saja, sialan..... dan Hero yang dipanggil oleh Aliansi, percaya atau tidak, adalah seorang ahli pedang yang luar biasa cantik."
Kata Gaius, membual.
"Artinya Hero dari Aliansi adalah seorang perempuan, benar?" Lefille bertanya.
"Ya. Kau juga cukup cantik, tapi dia adalah perempuan yang kecantikannya bisa dibandingkan denganmu.... tapi dia masih sedikit belum dewasa, jadi dia tidak termasuk dalam tipeku, menurutku."
"Tidak ada yang bertanya tentang tipemu."
Saat Suimei menyindirnya, Gaius kembali menatapnya dengan heran.
"Jika kau terus menghindari percakapan semacam ini, kau hanya akan menjadi perjaka seumur hidup, tahu?"
"Kau masih saja membicarakan itu, sialan?!"
Suimei menjerit frustrasi saat dirinya sekali lagi berdiri dari tempat duduknya. Dia berhasil mendapat banyak hal, namun semua itu berakhir dengan waktu makan siang yang sulit dipercaya.
★★★
Beberapa hari setelah berpisah dengan Suimei dan gadis-gadis lainnya, Reiji, Mizuki, dan Titania mengadakan audiensi dengan Kaisar Kekaisaran Nelferian di Kastil Groschler, yang berada di ujung selatan Ibukota Kekaisaran Filas Philia. Mereka baru saja keluar dari pertemuan mereka.
"Ah, aku sangat lelah!"
Saat mereka duduk di ruang tamu bangsawan, Mizuki adalah orang pertama yang angkat bicara. Memanjakan diri dalam pelariannya dari formalitas pertemuan mereka yang membosankan, Mizuki menghempaskan dirinya ke sofa kulit dan mengeluarkan erangan panjang yang telah dirinya tahan. Mizuki disampirkan di sofa seperti cucian yang akan dicuci untuk nanti. Dia merasa sulit untuk menahan suasana di ruang audiensi, dan masih berkeringat karena sensasi aura Kaisar yang kuat. Hanya sekarang setelah mereka jauh dari itu, dia bisa sedikit bersantai dan bersantai. Reiji juga cukup lelah, dan dia duduk di kursi antik berwarna merah di kamar sambil tersenyum canggung pada Mizuki.
"Mizuki, kerja bagus untuk hari ini."
"Uhuh....."
Mizuki yang kelelahan menjawab seolah-olah dirinya ada di sana secara fisik namun tidak dengan rohnya. Reiji tidak yakin apakah Mizuki benar-benar mendengar apa yang dirinya katakan. Mizuki masih hanya bermalas-malasan di sofa tanpa bergerak sama sekali. Bahkan Titania yang merupakan seorang veteran dalam hal semacam ini menghela napas lega.
"Sepertinya kamu kelelahan ya, Tia?"
"Ya. Meskipun aku agak terbiasa dengan hal itu, aku juga mengalami kesulitan dalam berurusan dengan Yang Mulia Kaisar."
"Aku kira statusnya...... sungguh luar biasa."
"Dibandingkan dengan bangsawan lainnya, Yang Mulia Kaisar memang unik. Dia seperti predator."
"Hahaha....."
Reiji tertawa terbahak-bahak mendengar penilaian Titania saat dirinya mengingat kembali Sang Kaisar itu. Berdiri di hadapannya di singgasananya, Reiji sejujurnya merasakan bahaya yang sama seperti saat dirinya berdiri di hadapan binatang karnivora. Tekanan Kaisar itu sedemikian rupa sehingga Reiji merasa jika dirinya lengah meski hanya sedikit, dia akan segera dilahap. Itu pasti aura sebenarnya dari seorang pemimpin yang telah lama menjadi pemimpin negara militer. Namun.....
"Pada akhirnya, mereka tidak mengatakan apapun tentang apa yang terjadi terakhir kali, ya?"
Reiji sedang berbicara tentang konflik mereka dengan Graziella mengenai penangkapan pelaku sebenarnya di balik insiden koma tersebut. Lefille juga merasa gugup dengan apa yang akan terjadi, namun bertentangan dengan ekspektasi mereka, Kekaisaran tidak mempermasalahkannya. Faktanya, hal itu bahkan tidak muncul selama audiensi mereka dengan Sang Kaisar.