Bonus Short Story: The Terror of the Marionette Spell
Pada suatu hari, Magician Society — Yakagi Suimei — mengunjungi kamar Hydemary Alzbayne di kantor pusat Society.
Berdiri di depan pintu kayu kaya kuno, Suimei menggunakan pengetuk pintu yang meniru model Ouroboros. Suara datar Hydemary memanggilnya kembali tak lama kemudian, dan Suimei membuka pintu dan melangkah masuk. Aroma lembut rosewood memenuhi ruangan, yang didekorasi secara seragam dengan perabotan antik berwarna putih. Itu memberikan kesan ketenangan kepada Suimei, namun pada saat yang sama, itu memberikan suasana yang aneh pada tempat itu.
Sama seperti biasanya, seorang gadis dengan rambut hitam panjang dan mengenakan pakaian mirip magician duduk di meja. Gadis itu tampaknya sedang melakukan beberapa pekerjaan menjahit.
"Selamat datang, Suimei-kun. Ada masalah apa?"
Tanpa menghentikan apa yang dirinya lakukan, Hydemary bahkan tidak menatap Suimei saat dirinya berbicara. Sepertinya dia sedang menjahit beberapa potong kain, namun Suimei tidak memedulikannya dan langsung melanjutkan ke pokok permasalahan.
"Tidak ada hal besar. Aku datang untuk membicarakan tentang besok."
"Tentang besok? Itu sama seperti biasanya, bukan? Atas permintaan Thousand Nights Association, kita harus pergi dan menahan seorang magician karena alasan tertentu."
Hydemary berbicara dengan sinisme seperti seseorang yang tahu apa tujuan mereka.
"......Memang benar ini berjalan seperti biasa, tapi aku ingin mendiskusikan bagaimana kita akan melakukannya."
"Sungguh menyusahkan. Itu mustahil. Aku sibuk."
"Oi....."
"Maksudku, kita hanya perlu menangkapnya seperti biasa, dan menyerahkannya kepada orang yang terlihat mencurigakan seperti biasanya, kan?"
"Yah, memang sih."
"Lalu apa yang perlu dibicarakan? Kita bisa melakukan persiapan selagi kita berangkat besok."
Dengan kata lain, Hydemary sama sekali tidak tertarik membicarakan pekerjaan. Bukannya Suimei tidak mengerti perasaannya, namun.....
"Jadi, apa yang sedang kamu lakukan di sana?"
"Ini? Ini, kamu tahu, ini boneka Suimei-kun."
"Hmm, bonekaku? Bonekaku, ya...."
Suimei selalu berpikir kalau gadis itu cukup terpuji. Tidak disangka gadis itu membuat boneka untuknya...
"Tunggu, bonekaku?!"
"Itu benar. Mengapa kamu begitu terkejut?"
"Mengapa tidak?! Itu boneka! Sebuah boneka! Apa yang akan kau lakukan dengan itu?!"
Suimei berteriak dengan suara melengking.
Sebuah boneka. Jika ada peringkat resmi dari item yang magician tidak ingin dimiliki oleh siapa pun, itu akan menempati posisi teratas dengan selisih yang besar.
"Hehehe, lihat. Ini dia."
Apa yang Hydemary dengan bangga tunjukkan pada Suimei adalah boneka yang agak menggemaskan dengan kepala besar.
"Ada apa dengan boneka itu? Tidak, mungkinkah itu.... mungkinkah monster di ruang bawah tanah memberimu itu atau semacamnya?"
"Profesor? Oh, tidak. Aku membuatnya sendiri."
"Ayolah! Kenapa kamu membuat omong kosong itu?!"
"Bukankah jawabannya jelas-jelas hanya untuk hiburan? Apa alasan lain yang mungkin ada?"
"Betapa konyolnya itu?! Itu bonekaku, tahu?!"
"Begini.....Gimana aku bilangnya ya? Bisa bermain-main dengan Suimei-kun yang selalu sombong di telapak tanganku pasti akan menyenangkan."
"Berhenti di sana! Tidak ada sama sekali satu pun hiburan di dalamnya!"
"Selain itu, boneka ini memiliki fungsi luar biasa yang ditambahkan ke dalamnya."
Mendengar itu, Suimei memandang Hydemary dengan campuran kecurigaan dan ketakutan.
"Hei..... Apa yang kau maksud dengan 'fungsi'? Seriusan, apa fungsinya itu? Aku punya firasat buruk tentang ini."
"Mungkin firasatmu itu tepat sasaran."
"Bakar benda itu sekarang juga! Saat ini juga!"
"Ga mau. Aku akhirnya membuatnya beberapa ratus.... tidak, beberapa ribu kali lebih manis dari aslinya. Selain itu, ada fungsi yang aku sebutkan."
"Dengarkan seseorang saat mereka— Ugh!"
Saat Hydemary mengangkat kedua lengan boneka itu, Suimei menirukan tindakannya. Seolah lengannya ditarik paksa ke atas oleh tangan raksasa yang tak terlihat.
"'Ugh'? Hmph, mendengus seperti itu..... Suimei-kun, sebagai seorang magician, kamu harus lebih anggun."
"K-Kau sialan.... membuat omong kosong dengan kekuatan memaksa seperti itu...."
"Jika aku akan melakukan sesuatu, maka aku akan melakukannya dengan benar. Jadi gimana? Apa ini sekali lagi mengesankan kejeniusanku padamu?"
Suimei harus mengakui hal itu.
"....Ya."
"Hehe, jadi sepertinya kamu akhirnya bisa mengerti."
"Dengan peringatan kalau tidak seorang pun, baik teman maupun musuh, tidak boleh lengah di sekitarmu sial."
Ketika Suimei yang agak tidak senang mengutuknya, Hydemary hanya bertindak seolah-olah itu tidak ada hubungannya dengan dirinya.
"Ya, Ya. Kecerobohan adalah musuh terbesar seseorang. Jangan lupa kalau gadis secantik bunga pun tetap memiliki duri, sama seperti bunga mawar. Semua kesenangan datang dengan sedikit rasa sakit, tahu."
"Dan letaknya di mana kesenangannya itu?"
"Aku, tentunya. Bisa ngobrol dengan gadis cantik sepertiku tidak lain adalah suatu kesenangan, bukan? Khususnya untukmu."
"Jangan membuatku menjadi pecundang menyedihkan yang tidak beruntung dengan perempuan."
"Apa aku salah?"
"Tolong hentikan....."
Hydemary memiringkan kepalanya ke samping dan menunggu, namun Suimei tidak bisa memberikan argumen. Itu benar. Suimei tidak cukup beruntung dengan perempuan untuk secara pasti mengatakan kalau dirinya bukanlah pecundang. Dia iri dengan teman-temannya di jepang. Memikirkan semua ini, Suimei menyadari kalau ada hal lain yang harus dirinya tanyakan padanya.
"Sebenarnya, bagaimana kau bisa membuat benda itu?"
"Aku baru saja mengumpulkan komponen standar seperti rambut, darah, guntingan kuku, dan sebagainya. Itu saja."
"Jangan kumpulkan hal semacam itu sial!"
"Ara.... saat kamu bilang aku yang mengumpulkannya, bukankah itu membuatku terdengar seperti orang mesum? Itu untuk penelitian sihir. Lihat, pose macan kumbang betina."
Menempatkan boneka itu dengan posisi merangkak, Hydemary merentangkan punggungnya.
"Brengsek! Hentikan! Aaaaah!"
Tubuh Suimei tanpa ampun menurutinya, meniru pose yang bertentangan dengan keinginannya. Tidak peduli seberapa keras dia berjuang, dia tidak bisa lepas dari kekuatan magicka boneka itu dan hukum resonansi yang digunakan magicka resonansi sensoriknya. Melihat Suimei memerah karena dirinya terpaksa melakukan pose yang memalukan, Hydemary berkomentar dengan ekspresi acuh tak acuh yang khas.
"Arara, ini bahkan lebih menyenangkan dari yang kukira."
"Aku tidak senang sama sekali sialan!"
Suimei membalas, namun tindakan Hydemary masih jauh dari selesai.
"Poke, Poke....."
"A-Apa yang kau pikir sedang sedang sentuh itu sial?!"
"Di suatu tempat.... intim? Poke, poke."
Hydemary menyentuh suatu tempat pada boneka itu dengan jari telunjuknya. Suimei mencoba menolak dengan panik, namun sudah terlambat.
"Hrk!"
Wajah Suimei berubah dari merah cerah menjadi pucat pasi saat Hydemary meraih selangkangannya dan merosot ke lantai dengan ujung kaki menghadap ke dalam.
"Ah, kamu jadi kesakitan."
"Hrgh..... brengsek. Itu benar-benar melewati batas...."
"Maaf, maaf. Menurutku itu adalah kelemahan seorang laki-laki, ya?"
"Dasar brengs.... aku akan mengingat ini....."
Suimei menatap Hydemary dengan dengki saat gadis itu meminta maaf. Kemudian, berdiri di depan Suimei yang masih kesakitan, Hydemary membungkuk seolah melihat lebih dekat. Dan kemudian, dengan nada seram...
"Hmm, apa itu benar-benar sesuatu yang harus kamu katakan kepadaku mengingat posisimu saat ini?"
"A-Apa....? Apa yang akan kau lakukan?"
"Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, aku adalah jenius. Aku dapat dengan mudah memikirkan sejumlah cara untuk melakukan sesuatu yang sepele seperti menjerumuskanmu ke dalam teror yang paling dalam."
"Tunggu, kau..... Apa yang kau rencanakan sialan?!"
"Sekarang, inilah dia. Ayo kita coba pose elang, Suimei-kun."
"HENTIKAN ITUUUUU!"
Suimei berteriak, namun tidak ada seorang pun di sana yang bisa menghentikan tirani tersebut.