Chapter 3 : The Second Hero, Elliot
Lebih dari yang diharapkan Suimei, Felmenia dan Lefille tampak akrab. Terbukti dari pertemuan pertama mereka, keduanya adalah gadis yang sopan, rajin, dan memiliki rasa keadilan yang kuat. Cara berpikir dan watak mereka secara umum cukup mirip, sehingga mereka memiliki banyak kesamaan dan tidak membutuhkan banyak waktu bagi mereka berdua untuk membuka hati satu sama lain.
Dan karena tidak ada satu pun percikan api yang beterbangan di antara mereka, Suimei sama sekali tidak khawatir jika mereka tinggal bersama dan berada di dekat satu sama lain. Dan untungnya bagi Lefille, teman barunya adalah seseorang yang sangat ahli dalam sihir dunia ini. Lefille agak kesal karena dirinya tidak bisa belajar di Institut Sihir seperti yang dia mau, jadi mendapatkan pelajaran dari Felmenia adalah pengganti yang bagus untuk saat ini.
Hanya saja, terkadang, sepertinya Lefille menahan Felmenia untuk tidak bertindak akan sesuatu. Suimei yakin itu hanya imajinasinya, jadi dia tidak memedulikannya. Dua hari setelah Felmenia datang ke kota, mereka bertiga mengunjungi cabang lokal dari Guild Petualang yang dikenal sebagai Twilight Pavilion.
Suimei dan Lefille belum pernah ke kantor Guild sejak mereka melawan Rajas, jadi mereka berencana untuk melapor dan meninjau aktivitas di dalam Kekaisaran. Dan setelah memberikan kepada resepsionis perempuan versi yang sudah disterilkan tentang apa yang terjadi dengan Rajas dan para iblis, mereka baru saja selesai membereskan semua formalitas.
"......Aku mengerti. Terima kasih atas kerjamu. Bahkan cabang kami telah mendengar masalah tersebut di Astel. Sangat disesalkan tentang korps perdagangan dan anggota yang menemani mereka......"
"Ya. Aku juga ingin meminta maaf karena terlambat memberikan laporan."
Dengan itu, Suimei menundukkan kepalanya ke resepsionis. Masalah dengan Rajas cukup membebani dirinya. Dia telah keluar diri dari komisi korps perdagangan di tengah jalan, namun karena semua anggota lainnya telah kehilangan nyawa mereka, dia merasa yang bisa dirinya lakukan hanyalah membuat laporan yang tepat mengenai insiden tersebut. Namun, dengan situasi yang dia hadapi, dia benar-benar terhambat dalam melakukan check-in sampai sekarang. Namun dengan ini, beban akhirnya terangkat dari pundaknya.
"Itu tidak perlu. Sepertinya tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. Kami senang melihatmu tiba di sini dengan selamat. Dan mengenai hal itu, Yakagi-san, bayaran kami kepadamu cukup sedikit, jadi beri tahu kami jika kamu membutuhkan sesuatu."
"Terima kasih banyak."
Setelah berterima kasih kepada resepsionis Twilight Pavilion yang telah menawarkan bantuan apapun yang mungkin dirinya perlukan setelahnya, Suimei kembali ke meja tempat Felmenia dan Lefille menunggu. Lefille sedang meneguk jus anggur dari cangkir porselen yang dia pegang dengan kedua tangannya, dan Felmenia melihat-lihat bagian dalam gedung dengan gayanya yang biasa dan tenang. Salut dengan mereka dan memberitahu mereka kalau semua formalitas telah diurus, Suimei duduk di meja bersama mereka. Felmenia segera menatapnya dengan sebuah pertanyaan.
"Apa itu akan baik-baik saja?"
"Hmm? Apa maksudmu?"
Suimei menegangkan wajahnya seolah hidungnya tersumbat dan meminta klarifikasi. Lefille menjelaskan menggantikan Felmenia.
"Mengenai laporan yang kamu buat barusan..... kami bisa mendengarmu dari sini, dan kamu memberitahu kejadian tersebut dengan lebih detail dari yang kami kira. Dengan informasi sebanyak itu, kamu tahu itu akan sampai ke Hadorious ini atau siapapun itu, kan? Bukankah itu merugikan kita?"
"Hmm.... dari apa yang kudengar, alasan dia menggunakanku sebagai umpan adalah karena itu adalah bagian dari rencana besar, benar? Tidak seperti dia bermaksud membunuhku atau semacamnya, meskipun dia mungkin tidak memikirkan keselamatanku sama sekali." Kata Suimei.
"Itu memang benar. Jika bukan karena masalah Rajas, aku rasa Duke Hadorious tidak akan menggunakan cara seperti itu. Dia mungkin hanya melihatmu sebagai teman baik dari pahlawan yang sama sekali tidak memiliki kekuatan." Kata Felmenia, menyetujui.
"Begitu ya. Tapi tetap saja.... menyembunyikannya hanya akan menguntungkan kita. Jika lawan kita tidak mengetahui kita dan keberadaan kita, maka dia tidak bisa bergerak ke arah kita. Singkatnya, tindakan kita yang terlalu terbuka mungkin merupakan sebuah kesalahan." Kata Lefille menjelaskan sambil meletakkan cangkirnya.
Memang benar posisi mereka saat ini menguntungkan. Berbeda dengan Kekaisaran di sini, mereka menggunakan nama palsu saat mengunjungi Kota Kurant, jadi kemungkinan besar Hadorious bahkan tidak menyadari kalau Suimei masih hidup. Dan jika mereka tetap seperti itu, Hadorious tidak bisa menggunakan mereka lagi. Apa yang Lefille maksudkan adalah bahwa Suimei pada dasarnya telah menggorok lehernya dengan lidahnya sendiri karena terlalu banyak bicara. Namun, Suimei mengetahui risikonya dan hanya bertindak setelah mempertimbangkan potensi hasilnya dalam skala besar.
"Jika hal ini akan berjalan ke satu arah atau apapun, aku lebih suka orang itu terus maju dan mengambil tindakan. Jika orang itu melakukannya, maka itu adalah undangan terbuka bagi kita untuk membalasnya. Jadi jika orang itu mau macam-macam denganku, maka aku akan dengan baik hati mengundangnya untuk mendatangiku."
Setelah membuat pernyataan tanpa rasa takut itu, Suimei menegaskan kalau mereka akan bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Hadorious jika dia mengejar mereka, dan dengan itu, Suimei menyimpulkan maksudnya. Lefille kemudian menambahkan pendapat miliknya sendiri.
"Sungguh tidak terduga. Tidak kusangka kamu begitu rentan terhadap konflik....."
"Orang bernama Hadorious ini adalah seorang bangsawan yang bersedia menyeret orang-orang yang tidak bersalah dan menggunakan mereka sebagai umpan meriam. Jika orang itu tidak tahu malu bahkan dengan acuh tak acuh menggunakan 'teman baik sang pahlawan', maka jika keadaan menjadi serius, orang itu mungkin akan menggunakan Reiji dan yang lainnya juga. Tidak peduli apa motif sebenarnya, orang itu bukanlah seseorang yang bisa kita biarkan begitu saja dalam waktu lama."
"Tidak apa-apa jika kita bisa mengendalikannya dari sini, tapi Duke Hadorious adalah lawan yang sulit untuk dilihat tindakan bahkan untuk Yang Mulia Raja....."
"Yah, itu feodalisme bagimu. Apa yang akan kalian lakukan? Lagi pula, aku juga tidak tertarik untuk tetap berhutang budi pada Raja."
Menyadari betapa sulitnya masalah ini, Suimei menghela napas panjang dan mengakhiri pembicaraan itu. Dia kemudian mulai berkonsultasi dengan kedua gadis itu tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Saat mereka berbicara, sebuah suara yang jelas dan indah memanggil mereka.
{ TLN : Feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan di kalangan bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. }
"Permisi, kalian bertiga.... bolehkah aku mengganggu kalian sebentar?"
"Apa maksudmu itu, kami?"
"Ya."
Suimei berbalik ketika dirinya menjawab, dan dia bertemu dengan definisi seorang anak laki-laki cantik. Rambut pirang, mata biru, kulit halus. Laki-laki itu tampak seperti berasal dari Eropa Utara, namun kulitnya tidak cukup pucat. Meski begitu, dia sangat menawan. Dia memiliki daya tarik yang berbeda dari Reiji, seorang laki-laki yang digambarkan dengan tepat oleh kata "cantik". Anak laki-laki ini tampaknya seusia dengan Suimei, dan pakaiannya terlihat asing bagi mereka. Pakaiannya sedikit berbeda dari apa yang dikenakan kebanyakan orang di Kekaisaran.
Mengumpulkan pemikirannya tentang kesan pertamanya terhadap laki-laki cantik ini, Suimei tiba-tiba menyadari kalau semua orang di dalam gedung itu menjadi ramai. Jika Suimei harus menebak, dia pasti bertaruh itu karena pemuda itu sedang berbicara dengan mereka.
"Maaf atas gangguan yang tiba-tiba. Namaku Elliot Austin. Adapun tentang identitasku.... meskipun agak aneh bagiku untuk mengatakannya sendiri, jika aku mengatakan aku adalah seorang pahlawan, apa kalian bisa mengerti?"
Ketika anak laki-laki cantik itu memperkenalkan dirinya, kedua gadis di meja Suimei bergabung dalam keributan yang terjadi di Aula Guild.....
"Dan di sini adalah Priest dari Church of Salvation yang menemaniku."
"Aku dipanggil Christa."
Ketika Elliot memperkenalkannya, gadis muda yang berdiri tepat di belakangnya dan di samping melepas tudung kepalanya, dengan anggun mengangkat sisi roknya, dan membungkuk dengan sopan. Dia memiliki kepang hijau yang tergantung di bahunya, dan ekspresi wajahnya yang tidak berubah, dan kaku. Dia adalah seorang gadis muda yang tampaknya sangat tegang. Elliot kemudian mengalihkan pandangannya ke Lefille. Dan setelah menyadari Lefille mendapatkan perhatiannya, dia terlihat cukup terkejut.
"Dari raut wajahmu, sepertinya kamu sudah tahu apa yang sedang terjadi."
"Tidak mungkin..... apa kamu juga menerima ramalan itu?"
Gemetar karena terkejut, suara Lefille tersendat saat dia mengeluarkan kata-kata itu. Elliot tersenyum kepadanya dan menjawab dengan nada menyegarkan.
"Itu benar. Aku menerima ramalan dari Dewi Alshuna, jadi aku datang untuk menjemputmu."
★★★
Elliot datang menjemput Lefille. Itulah yang dikatakannya. Apa itu berarti anak laki-laki cantik ini adalah pahlawan yang dipanggil di El Meide, orang yang melakukan perjalanan bersama Lefille?
"Seperti yang diharapkan, kamu cocok dengan cara ramalan yang mendeskripsikanmu sesuai dengan isi pesannya. Bisakah kamu memberitahuku namamu?"
"A-Aku.... Lefille Grakis....."
"Lefille Grakis. Hmm..... Lefille-chan, kalau begitu. Senang bertemu denganmu."
Setelah itu, Elliot melontarkan senyuman dan tangan porselennya kepada Lefille. Apa itu merupakan ekspresi menggodanya? Atau mungkin.....
"Sekarang, sesuai dengan ramalan Dewi Alshuna, ikutlah dengan kami."
"I-Itu....."
Lefille bingung. Elliot berbicara dan bertindak seolah-olah Lefille akan ikut langsung dengannya. Dan karena percakapan itu berjalan dengan sendirinya tanpa dirinya, Suimei memanfaatkannya untuk melakukannya.
"Boleh aku berkata sesuatu?"
"Dan kamu ini?"
"Aku temannya, Suimei Yakagi. Kamu tiba-tiba memperkenalkan dirimu dan berlari bersamanya, tapi.... apa kamu ini benar-benar pahlawan itu?"
Christa tampak kesal dengan apa yang Suimei maksudkan. Gadis itu melangkah maju seolah siap memarahi Suimei karena mencurigai mereka, namun Elliot dengan cepat mengangkat tangannya untuk menahannya dan berbicara menggantikannya.
"Aku kira, kecurigaan semacam itu wajar saja. Tentunya, orang-orang di luar sana mungkin saja menganggapnya omong kosong. Namun, apa yang aku katakan adalah kebenarannya. Mari kita lihat.... dalam kasusku, Christa dan orang-orang di Twilight Pavilion dapat menjamin diriku sebagai pahlawan."
"Bahkan orang-orang yang ada di sini sekarang?"
"Belum lama ini, aku pergi bersama anggota Guild untuk menaklukkan beberapa monster. Aku yakin mereka sangat menyadari kemampuanku."
Ketika Elliot membuat pernyataan itu untuk melihat sekilas identitasnya, Suimei memandang berkeliling ke orang-orang di aula. Beberapa dari mereka mengangguk untuk membenarkan apa yang dikatakan Elliot. Jadi alasan kerumunan itu heboh tadi adalah karena mereka mengetahui identitas anak laki-laki cantik ini... melihat sang pahlawan mendekati orang asing tanpa ragu pasti merupakan pemandangan yang menarik.
Namun, apa maksudnya Suimei bisa memahami bahasa yang diucapkan anak laki-laki ini dengan perasaan yang sangat berbeda? Suimei memiliki pendengaran yang baik terhadap bahasa di dunianya sendiri, jadi meskipun yang dia dengar adalah terjemahan, dia seharusnya bisa mendengar detail bahasa itu sendiri ketika dia fokus. Fakta kalau dia tidak bisa melakukan itu sekarang menunjukkan kalau anak laki-laki cantik ini tidak dipanggil dari dunianya.
Lefille kemudian membuat ekspresi tegas dan menoleh ke arah Suimei.
"Suimei-kun, pemuda ini juga cocok dengan deskripsi yang kudapat dari ramalan itu. Tampaknya cukup yakin dia memang pahlawan yang dipanggil di El Meide."
"Ya, tidak salah lagi kalau Elliot-sama adalah pahlawan yang dipanggil El Meide."
Christa dengan tegas juga menjaminnya. Elliot kemudian meletakkan satu tangan ke dadanya dan menoleh ke arah Suimei sambil mengedipkan mata.
"Jadi bagaimana? Dengan ini, aku yakin kamu dapat mempercayai siapa aku ini sekarang."
"Lagi pula, kamulah pahlawannya."
"Kalau begitu—"
"Aku sudah mendengar apa yang terjadi darinya, dan aku bisa menerimanya, tapi harus menyetujuinya adalah cerita yang sama sekali berbeda."
"Maaf?"
"Pemikiran kalau Lefi harus ikut serta dalam hal ini, apapun yang terjadi.... apa ramalan Dewi kesayanganmu itu mutlak?"
Suimei menyampaikan keraguannya dengan jelas. Dia menanyakan sesuatu yang mungkin dianggap cukup jelas bagi orang-orang di dunia ini, namun dia harus mengatakannya. Dan yang membalas adalah Christa.
"Itu tentu saja. Itu adalah kehendak Dewi kami yang terhormat. Sebagai orang yang telah menerima berkahnya, kami mempunyai kewajiban untuk menaati perkataannya."
Orang-orang di dunia ini secara langsung menerima ramalan, atau, seperti yang Lefille katakan, berkah dari Elemen dan Dewi. Dan karena Lefille sendiri adalah keturunan tangan kanan Dewi, dia merasa terdorong untuk menghormati Dewi. Namun meski begitu.....
"Apa yang terjadi jika orang tersebut tidak mau melakukan apa yang diperintahkan?"
"Dia harus tetap melakukannya." Kata Elliot terus terang.
Meskipun berasal dari dunia yang berbeda, fakta kalau Elliot sangat yakin pada Alshuna dan keinginan Lefille.... saat ini masih belum jelas, namun sepertinya ada alasan mengapa Elliot tidak meragukan ramalan tersebut. Namun meski begitu, rasanya aneh baginya untuk bertanya bagaimana keadaan Lefille saat ini. Merenungkan semua ini, Suimei mengajukan pertanyaan padanya.
"Kamu akan pergi untuk mengalahkan Raja Iblis atau apalah itu, bukan? Dan kamu akan membawa serta seseorang yang tidak bisa bertarung?"
"Harus kuakui, aku juga merasa tidak enak dalam hal itu."
Disajikan dengan keberatan yang masuk akal, jawaban seperti itu wajar saja.
"Jadi—"
"Namun, fakta kalau aku menerima ramalan berarti ada alasan mengapa dia harus ikut denganku, benar?"
"Itu terlalu berlebihan, kan?"
"Namun ramalan yang diturunkan kepada kami ini adalah sesuatu yang begitu indah dan luar biasa sehingga pikiran kami tidak mungkin memahami makna sebenarnya di baliknya. Ramalan itu seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang ilahi."
"Bahkan jika kamu mengatakannya seperti itu sambil memberi isyarat seolah-olah kamu sedang berada dalam sebuah drama, itu tidak ada hubungannya dengan kepercayaan pada Dewi itu sendiri, tahu?"
Suimei menolak cara bicara dan gerak tangan Elliot yang berlebihan itu. Christa-lah yang mendatanginya selanjutnya.
"Dari apa yang kudengar....."
"Hmm?"
"Dari apa yang aku dengar, kau sepertinya hanya membuat pernyataan yang menyangkal ramalan itu. Apa kau mengatakan kalau kau tidak hanya menentang pahlawan Elliot-sama, tapi juga kehendak Dewi Alshuna yang agung?"
"I-Itu...."
Christa menekan kelompok Suimei dengan tatapan tajam. Dan setelah hal itu menimpanya, Lefille menjadi goyah. Biasanya, tatapan mengancam dari seorang gadis tidak akan menyebabkan sedikitpun kegelisahan dalam diri Lefille, namun dengan tambahan Alshuna di dalamnya, wajar saja jika Lefille goyah. Di sanalah, untuk menyelamatkan Lefille, Felmenia menantang Christa dengan sikap tegang yang tidak biasa baginya.
"Memang benar perkataan Alshuna itu penting, tapi bukankah kamu terlalu mengabaikan keadaannya? Aku yakin kalian terlalu terburu-buru untuk membawa Lefille bersama kalian dari sini, saat ini juga."
"Dan aku yakin semua orang sadar betul kalau kami tidak berada dalam situasi di mana kami punya waktu luang. Kerajaan Noshias dihancurkan oleh para iblis, dan beberapa hari yang lalu, tangan-tangan jahat memasukkan jari-jari mereka ke dalam Kerajaan Astel, seperti yang mungkin kalian ketahui."
"Dan hal itu dapat dicegah."
"Apa maksudmu? Masalah yang dihadapi itu, adanya para iblis yang menyerang wilayah bahkan saat kita sedang bicara di sini."
"Tapi, meskipun Lefille pergi bersama sang pahlawan, itu tidak berarti situasi saat ini akan berubah. Sebaliknya, ada kemungkinan besar kalau kalian hanya akan menyeret orang yang tidak bersalah ke dalam masalah. Bukankah itu hanya akan merusak reputasi sang pahlawan?"
Felmenia dan Christa saling menatap, percikan api beterbangan. Untuk sesaat, nampaknya argumen tersebut bertentangan dengan keinginan Felmenia, namun dia berhasil melakukan serangan balik dan mendapatkan kembali posisinya. Christa kemudian menutup mulutnya rapat-rapat dalam garis lurus sempurna, dan Felmenia memperhatikan kalau Elliot memperhatikannya dengan penuh perhatian.
".....Apa ada masalah?"
"Aku ingin tahu namamu."
"Aku dipanggil Fem Ray."
Ketika Elliot menanyakan namanya, Felmenia langsung membuat nama samaran. Elliot kemudian mendekat padanya, memandangnya seolah-olah Felmenia telah menarik minatnya.
"Fem-san, sepertinya kamu juga punya mana yang cukup banyak."
"A-Apa?!"
"Saat ini, kami sedang memperbanyak kekuatan kami untuk menghadapi Raja Iblis. Dengan kata lain, kami mencari orang-orang seperti dirimu yang memiliki keterampilan luar biasa. Fem-san, maukah kamu mempertimbangkan untuk ikut bersama kami bersama Lefille-chan?"
"Apa?!"
"A-APAAAAA?!"
"Tidak, daripada bertanya apa dia mau ikut, lebih baik putuskan saja kalau dia pasti ikut. Kalau tidak salah, wewenang untuk merekrut sekutu juga merupakan bagian dari menjadi pahlawan."
Mengatakan itu, Elliot menoleh ke Christa untuk meminta konfirmasi.
"....Ya. Seperti yang kamu katakan."
Meskipun Christa menegaskan apa yang Elliot katakan, dia ragu-ragu sejenak sebelum melakukannya. Kemungkinan besar karena dia memendam perasaan tidak enak terhadap Felmenia. Meskipun ada perselisihan kecil yang baru saja mereka alami, Felmenia diundang untuk bergabung dengan party mereka, jadi dapat dimengerti jika Christa tidak menerima gagasan itu dengan baik. Namun Elliot tampaknya tidak memedulikannya.
"Lalu.... apa kamu mengerti?"
"M-Meski begitu...."
Sebelum kebingungan Felmenia semakin mengejutkan, Suimei menyela.
"Tidak peduli bagaimana kamu mengatakannya, bukankah itu sudah terlalu berlebihan?"
"Mungkin saja."
Elliot tidak berusaha mengelak dari pertanyaan itu. Namun dia mengalihkan pandangannya ke Suimei, seolah sedang mengevaluasinya.
"Apa?"
"Fem-san tampak kuat, tapi kau tampaknya tidak memiliki keterampilan untuk mampu menanggung perjalanan kita."
"Oh ya?"
"Dengan kata lain, kau tidak bisa ikut dengan kami. Meski disesalkan, menyerah saja di sini. Bagimu, ini mungkin tampak seperti dua teman gadismu yang diambil darimu, namun bagi orang-orang di dunia ini, penaklukan Raja Iblis adalah prioritas di atas segalanya. Demi orang-orang di dunia ini, aku ingin kau menelan air matamu."
Wajah Suimei sedikit berkedut. Karena penghinaan seperti itu dicurahkan padanya, Suimei bahkan tidak bisa berpura-pura tenang. Terlepas dari kenyataan kalau mereka baru saja bertemu, dia tidak bisa menahan diri dan mengatakan apapun yang dia inginkan.
"Jadi bagaimana?"
"Demi orang-orang di dunia ini.... apa kau mengatakan kalau kau benar-benar dapat membenarkan hal ini dengan alasan itu?"
"Membenarkan.....? Apa kau bermaksud memfitnahku dengan mengatakan kalau aku mencoba melarikan diri dengan membawa serta gadis-gadis ini?"
"Kau memang terlihat seperti itu."
Saat Suimei mengatakan itu, Felmenia dengan lemas menempel padanya dan mulai merengek, hampir menangis.
"Suimei-donoooo! Apa yang harus kita lakukaaan?!"
Felmenia sangat bingung. Ke mana perginya sosok gagah berani yang berhadapan dengan Christa itu? Menatap Elliot, Suimei membalasnya.
"Dalam kasusmu, kamu harusnya bisa mengabaikannya saja, bukan?"
"I-Itu tidak akan bisa! Seperti yang dia nyatakan sebelumnya, jika pahlawan penyelamat yang terhormat meminta pendampingan seseorang, mereka wajib untuk ikut dengannya."
Mencondongkan tubuh lebih dekat ke telinga Felmenia, Suimei berbisik padanya.
"Bagaimana dengan misi Raja itu?"
"Tidak! Jika aku memberikan nama asliku, Negara Suci kemungkinan akan mengirimkan pemberitahuan resmi ke kongres Kerajaan Astel. Jika itu terjadi, bahkan jika Yang Mulia Raja akan memerintahkan sebaliknya...."
Itu tidak akan ada gunanya bagi Felmenia, bukan? Memikirkan hal itu, Suimei teringat pernah mendengar tentang bagaimana sang Raja menentang pemanggilan pahlawan di konferensi dunia. Dan mengingat bagaimana hal itu terjadi, tidak mungkin niat yang tidak pasti dari Raja suatu negara akan diprioritaskan di atas kebaikan dunia. Meski begitu, Suimei tidak mau mundur.
"Aku menolak."
"Ini tak ada hubungannya denganmu. Aku tidak punya alasan untuk menanggapi penolakanmu."
"Terserah saja. Mereka berdua adalah rekanku. Masuk akal jika aku berhak menyampaikan pendapat mengenai masalah ini."
"Seperti yang aku katakan sebelumnya, ini demi dunia."
Ketika Elliot sekali lagi menggunakan dunia ini sebagai tameng, Suimei menjadi kesal.
"Memangnya aku peduli dengan itu."
"Suimei-kun!"
"Suimei-dono!"
Meskipun itu adalah sesuatu yang tidak seharusnya Suimei katakan di depan umum, dia tetap mengatakannya. Dan mendengarnya, Felmenia dan Lefille sama-sama mengangkat suara mereka karena terkejut. Pahlawan Elliot juga berbicara dengan nada yang sangat terkejut.
"Apa kau sendiri bukan warga dari dunia ini?"
"Mungkin begitu. Tapi, itu tidak penting bagiku."
"Kau....."
Elliot menatapnya dengan bingung, dan Suimei membalas tatapannya dengan tatapan yang menunjukkan kemauan kerasnya. Adu pandang mereka berlangsung sebentar, namun seorang gadis dengan cepat mengakhirinya. Dia adalah Christa.
"Apa kalian semua baru saja mendengar yang dikatakan orang ini?! Lihatlah! Orang ini menentang perkataan Dewi kita yang menakjubkan dan menentang keinginannya!"
Felmenia dan Lefille hampir melompat dari kursi mereka. Memunggungi Suimei dan yang lainnya. Christa bertindak seolah-olah dirinya sedang memberikan pidato dramatis kepada orang-orang di dalam Twilight Pavilion dari sudut aula. Jadi ini adalah kecaman yang dibuat-buat dan berlebihan untuk menyeret orang lain ke dalamnya dan mencoba mengintimidasi mereka dengan jumlah?
Menanggapi suara keras yang tiba-tiba Christa keluarkan, berbagai orang angkat bicara. Para anggota Twilight Pavilion, yang hanya berbisik ketika mereka melihat Suimei dan yang lainnya, sekarang berada dalam volume penuh. Bahkan orang-orang yang antri untuk menyerahkan komisi yang tampaknya adalah pengikut Church of Salvation pun melontarkan pandangan menghakimi.
Tak lama kemudian, suasana di Aula Guild menjadi begitu panas hingga rasanya seperti akan meledak. Kata-kata yang meremehkan seperti "bajingan" dan "tak tahu malu" diarahkan ke Suimei. Dia tidak bisa mengatakan dengan pasti kalau mereka salah, namun membuat orang-orang yang tidak memiliki hubungannya untuk menentang mereka dengan mengipasi api pengabdian agama mereka membuat Suimei kesal tanpa henti.
"Dewi ini, Dewi itu.... apapun yang Dewi katakan kalian hanya akan mematuhinya, hah? Apa keinginan dari seseorang hanyalah sampah bagi kalian?"
"Bukan itu masalahnya. Tapi, permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masalah perspektif di mana emosi seperti itu tidak bisa menjadi satu-satunya dasar tindakan seseorang."
Walaupun demikian.....
"Sungguh idiot sekali."
"Apa.....?"
Mendengar kecaman Suimei atas kata-katanya, Elliot dilanda kebingungan sesaat. Setelah meliriknya sekilas, Suimei menoleh ke Felmenia dan Lefille. Mereka sendiri kemungkinan besar sedang berada dalam kebingungan. Keinginan sang Dewi dan keinginan mereka sendiri berada dalam pertentangan langsung saat ini, dan mereka berdua gemetar ketakutan karena dilema tersebut.
"Lihat saja mereka. Dewi ini atau siapapun itu yang membuat orang-orang yang menjalani kehidupan layak gemetar ketakutan seperti itu sama sekali tidak berguna. Apa aku salah?"
"Kau masih saja berbicara seperti itu....?"
"Ya, aku baru saja melakukannya. Ada apa dengan itu? Jika kau mengatakan kalau kau akan tetap melakukannya.... Hmph, silakan dan coba saja."
Mendengar pernyataan Suimei yang memprovokasi, kerumunan di aula kembali ramai. Bisikan "Bagaimana bisa dia mengatakan hal semacam itu pada Hero-sama?" dan "Apa dia pikir berpikir kalau dia bisa menang melawan sang pahlawan?" terdengar di sekitar ruangan. Tidak mengherankan, Elliot dan Christa sepertinya merasakan hal yang sama.
"Kau menentangku, yang seorang pahlawan ini?"
"Itu benar."
Suimei dengan tegas menegaskan kembali kalau dirinya tidak akan menyerah. Namun meski merasakan sikap gigih Suimei, Elliot tampak tidak terpengaruh. Dia kemudian menoleh ke Lefille dan mencoba membujuknya.
"Lefille-chan juga memahami pentingnya ramalan dari Dewi Alshuna, benar?"
"A-Aku, um...."
Lefille terdiam dan akhirnya mengangguk. Selama dirinya menerima berkah Dewi, dia tidak punya cara lain untuk menjawabnya.
"Bahkan Lefille-chan sepertinya mengerti sepenuhnya."
"Itu memang. Walau begitu."
Suimei telah membuat janji. Apapun keadaannya, dia tidak akan membiarkan Lefille mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan. Dia tidak membuat janji yang sama kepada Felmenia, namun dia merasakan hal yang sama terhadapnya. Ketika Suimei berulang kali menyangkalnya, Elliot menghela napas kesal dan mengalihkan perhatiannya kembali ke Suimei yang tak henti-henti keras kepala itu.
".....Baiklah. Meski aku kasihan padamu, aku akan membawanya dengan paksa."
Jadi sudah diputuskan. Dan setelah itu, Christa kembali membuat keributan, memuji kebenaran mereka di hadapan orang banyak.
"Apa kalian semua mendengar itu?! Orang-orang ini dengan berani menyatakan penolakan mereka terhadap Dewi tercinta kita!"
Menanggapi suara keras Christa, orang-orang di aula sekali lagi melontarkan hinaan ke arah Suimei. Kali ini mereka bahkan lebih keras dan berapi-api. Felmenia tetap seperti itu dengan ekspresi pahit, namun Lefille lemah terhadap teguran mereka. Wajahnya menjadi pucat seolah dirinya sedang berdiri di atas paku.
"......Persetan dengan mereka semua....."
Menjawab suara kasar yang menimpanya, Suimei melontarkan kritiknya sendiri. Orang-orang ini sama sekali tidak peduli dengan apa yang dialami orang lain. Mereka tidak punya empati, dan hanya mengungkapkan pengabdian buta mereka kepada sosok yang belum pernah mereka lihat atau temui. Mereka menjadi korban mentalitas massa, masing-masing berusaha menjadi yang paling setia. Sepertinya mereka telah meninggalkan kemampuan berpikir mereka sendiri, dan itu adalah pernyataan karakter mereka yang buruk.
"Suimei-kun.... lebih baik, kalau aku menyerah saja...."
Lefille berbicara dengan takut-takut, dan Suimei dengan lembut membelai kepalanya.
"Suimei-dono....."
Tatapan Felmenia memohon padanya, menanyakan apa yang harus mereka lakukan, apa yang bisa mereka lakukan. Suimei menoleh ke belakang, memberi isyarat agar gadis itu tidak khawatir. Dia kemudian mengalihkan pandangannya tanpa kompromi pada sang pahlawan dan pendampingnya itu.
Bahkan jika mereka menerima ramalan, ini tidak lain adalah tirani yang sewenang-wenang. Apa yang mereka ketahui tentang Lefille dan keadaannya, rasa sakitnya? Apa mereka berapa lama Felmenia menunggu untuk bersama Suimei? Apa mengabaikan perasaan itu merupakan tindakan heroik?
Christa masih memicu keributan. Bersiap untuk bertarung dengan pahlawan Elliot, Suimei mengambil jarak. Orang-orang lain dalam kerumunan itu berbaris dan mengelilingi mereka seolah-olah membentuk sebuah arena.
Alasan Suimei memperoleh kekuatan..... mengingat hal itu sekali lagi saat ini, segala sesuatu yang menahannya telah hancur lebur.
"Baiklah. Majulah sini. Aku tidak peduli mau kau itu seorang pahlawan atau apapun itu, jika kau menghalangiku, aku akan melewatimu."
"Aku yakin kalau aku sudah mengatakannya. Kalau kau tidak memiliki bakat untuk berdiri bersama kami. Aku khawatir, tidak mungkin kau bisa menjadi tandinganku."
"........"
"Terlepas dari apa yang mungkin kau pikirkan ketika melihatku, bahkan di duniaku sendiri, aku adalah seorang ahli pedang dan sihir yang cukup terkenal. Dan setelah datang ke dunia ini, aku menerima Divine Protection dari pemanggilan pahlawan. Kau harus memahami sepenuhnya arti penting apa yang dimilikinya."
"Siapa peduli? Aku tidak peduli tentang semua itu."
"Sepertinya kau memant bukan tipe orang yang bisa diajak bicara. Aku—"
Sebelum Elliot menyelesaikan pernyataannya, Suimei melepaskan mana dan kebenciannya pada orang ini. Bukannya panas membara, malah dingin sekali. Antara tekanan itu dan tekanan yang dikeluarkannya, suhu atmosfer langsung turun di bawah titik beku. Mungkin karena suhu ruangan turun begitu tiba-tiba, semua kelembapan di ruangan mengembun dalam sekejap, dan bahkan dinding Aula Guild pun mengeluarkan keringat dingin.
Tentunya, warna wajah siapapun yang melihat Suimei hilang dalam sekejap. Napas mereka keluar seperti kabut putih di ruangan yang sekarang membeku. Di bawah rasa dingin psikis yang kuat yang dilepaskan Suimei, bahkan waktu sendiri sepertinya telah membeku. Hampir tidak ada orang yang bisa bergerak. Dari ujung jari hingga ujung jari kaki, mereka terasa membeku.
"Apa kau bilang tadi tentang kekuatanku?"
"Kau....."
Bahkan ketika keringat dingin membasahi alisnya, Elliot tetap bertahan. Tampaknya klaimnya sebagai master terkenal di dunianya sendiri bukan sekadar gertakan. Dia masih bisa bergerak. Biasanya ini adalah titik di mana Suimei setidaknya akan memberikan kata-kata pujian untuk lawannya, namun kali ini dia tidak berniat melakukannya. Sebaliknya, dia dengan dingin mendekati musuhnya dengan langkah tenang. Tidak ada lagi selain itu.
Elliot menghunus pedang yang tergantung di pinggangnya dan mengacungkannya. Berbeda dengan pedang lebar yang dibawa Reiji, pedang Elliot memiliki bilah yang panjang dan tipis. Mana menyebar ke seluruh pedang hitam itu, membuatnya bersinar seperti merah menyala. Kemungkinan besar terbuat dari Orichalcos yang bersinar. Sekilas, sepertinya tidak salah lagi. Seharusnya bahan itu adalah bahan yang tidak cocok untuk senjata, namun sepertinya bahan itu diperlakukan berbeda di dunia ini. Namun detail seperti itu bukanlah hal yang penting saat ini. Yang disebut pahlawan itu melangkah maju dengan maksud mengambil inisiatif. Namun, karena suhu dingin psikis itu, dia tidak dapat bergerak secepat biasanya, dan itu mengurangi sebagian kekuatan yang dia terima dari pemanggilan pahlawan.
"Elliot-sama.... Wahai petir, engkau adalah inkarnasi dari kekuatan yang bersinar itu! Tirulah keinginanku yang tajam ini, dan tembuslah dalam sekejap! Blitz Shot!"
Apa Christa mencoba mendapatkan dukungan terlebih dahulu? Didorong oleh atmosfer di udara, dia merapal mantra petir. Dengan seruan listrik, cahaya ungu pucat muncul di udara. Namun.....
"Menghilang."
Hanya dengan satu kata dari Suimei, kekuatan misteri yang terwujud lenyap. Christa menyadari kalau sihir yang dia keluarkan sendiri telah hilang sama sekali menjadi ketiadaan. Sekarang merasakan betapa besarnya kesenjangan kekuatan di antara mereka, dia berlutut tepat di tempatnya berdiri.
Dan di tengah-tengah itu, Elliot datang memotong. Lebih tepatnya, menyodorkan dirinya ke dalam. Apa itu karena berkat dari pemanggilan pahlawan, atau apa dia pandai menggunakan pedang sejak awal? Satu tusukan dengan satu tangan datang seperti angin kencang. Dalam sekejap, dia mencapai kecepatan maksimumnya. Namun dalam hal kelincahan, Kuchiba Hatsumi selangkah lebih maju. Sesaat sebelum ujung pedang mencapainya, Suimei memutar tubuhnya di sekitar tangan dominan Elliot, dan ketika melewatinya, Suimei mulai melantunkan mantranya. Memutar kepalanya, sang pahlawan menatap Suimei dengan tajam. Berusaha setengah-setengah saja tidak akan cukup.
Energi rapalan itu adalah Mudra. Mantra of Light adalah replikasi dengan lambang lima cahaya beraneka ragam. Tangan kirinya menjadi kepalan seperti Vajra yang dipegang di pinggangnya, dan Suimei membawa tangan kanannya dengan kelima jarinya sedikit terbuka ke sisi kirinya. Lingkaran itu adalah pikiran yang tercerahkan. Dan magicka yang dilafalkannya adalah suara manis Kalavinka, yang dengan paksa melepaskan mana lawan.
Dan kemudian, Suimei merapalkan dengan sekuat tenaga. Dengan kata lain, rapalannya yang sebenarnya.
"Buddhi brahma. Buddhi vidya. Asat nada mahayama om karuma. Kalpa devana gara. Kalpa—"
[Bangkitkan kekuatan. Ditambah dengan ilmu yang luar biasa. Suara yang menjangkau jauh dan luas itu jauh di atas langit, dan dengan gema yang merdu itu, engkau akan melepaskan dosa asal. Engkau harus mendengarkan suara abadi bunga teratai. Engkau harus mendengarkan—]
"Tolong berhenti di sana!"
"—?!"
Tiba-tiba, sebuah suara yang mendesak untuk menahan diri memanggil Suimei. Suimei menghentikan rapalannya sejenak dan berbalik ke arah itu. Dan dia bukan satu-satunya. Mengingat waktunya, semua orang memperhatikan pemilik suara itu. Dan menilai dari nadanya yang tinggi, Suimei dapat menebak kalau suara itu milik seorang perempuan. Ketika dia melihat, dia melihat biarawati Therianthrope yang dia dan Lefille temui di gereja yang mereka kunjungi. Masih berlutut di lantai, Christa memintanya menyebutkan namanya.
"S-Siapa kamu....?"
"Aku Sister Clarissa dari Church of Salvation! Aku datang membawa ramalan baru yang diturunkan dari Dewi kita tercinta!"
★★★
"Kalian berdua, tolong akhiri ini."
Saat Clarissa naik ke panggung pertarungan antara Elliot dan Suimei, dia memandang mereka berdua dan memohon agar mereka berhenti. Akhirnya berdiri kembali, Christa menyatakan keberatannya atas perkembangan mendadak ini.
"Ramalan baru? Apa maksudmu dengan itu? Lebih penting lagi, apa ramalan ini ada hubungannya dengan kami?"
"Ya. Ini menyangkut pahlawan dan pemuda di sana, dan itu diturunkan kepadaku langsung dari Dewi tercinta kita barusan."
"Aku..... dan orang ini?"
"Ya. Kalian berdua tidak boleh langsung berkonflik karena gadis berambut merah itu. Selesaikan masalah ini dengan menangkap bayangan yang menyebabkan gangguan di Ibukota Kekaisaran, kata ramalannya."
Dengan arbitrase yang paling tak terduga ini, penonton kembali heboh. Memikirkan kalau ada ramalan akan menumpuk di atas ramalan seperti ini..... Itu di luar dugaan siapapun. Suimei selanjutnya berbicara kepada biarawati itu.
"Sister, apa maksudmu dengan bayangan yang menyebabkan gangguan di Ibukota Kekaisaran itu?"
"Aku yakin ini mungkin merujuk pada pelaku di balik insiden yang membuat orang-orang koma. Ramalan ini mengatakan untuk menangkap pelakunya untuk menyelesaikan ini....."
"Dengan kata lain, menggunakan hal ini sebagai pertarungan di antara kami."
"Ya. Oleh karena itu, harap sudahi ini. Percuma bertarung di tempat seperti ini, benar?"
Ketika Sister itu menyatakan kalau pertarungan mereka tidak akan ada gunanya, Elliot dengan patuh menyarungkan pedangnya.
"Dipahami. Jika ramalan itu mengatakan demikian, maka aku akan menarik pedangku."
Melihat itu, Suimei juga diam-diam menghilangkan mana miliknya. Jika dia bertarung sembarangan dalam situasi seperti ini, tidak akan ada keuntungan apapun darinya. Setelah menyimpan pedangnya, Elliot memandang ke arah Suimei.
"Sepertinya begitulah situasinya, jadi apa yang akan kau lakukan?"
"Hmph. Aku tidak memiliki kewajiban untuk mendengarkan perkataan dari Alshuna atau siapapun itu. Tapi jika kalian mengatakan kalau kita dapat menyelesaikan masalah ini tanpa masalah di masa depan dengan cara ini, maka aku tidak masalah untuk ikut serta ke dalamnya."
"Aku tidak tahan dengan cara bicaramu, tapi.... kalau begitu, ini sudah selesai."
Dengan itu, Elliot menyatakan persetujuannya dan menuju ke arah Christa.
"Elliot-sama....."
Christa memandangnya dengan ekspresi cemas, namun Elliot kembali menatap Suimei.
"Jika aku tidak salah.... namamu itu adalah Suimei Yakagi, kan?"
"Ya."
"Aku akan mengingatnya. Sekarang, ayo pergi, Christa."
Elliot kemudian membawa Christa dan melewati kerumunan penonton, meninggalkan Guild. Saat Suimei melihatnya berjalan pergi, Clarissa mendekat padanya.
"Lama tidak bertemu."
"Aku tidak pernah berpikir kalau kamu akan memaksakan dirimu seperti itu, Sister."
"Aku sama terkejutnya. Aku datang ke Twilight Pavilion ini karena aku punya urusan di sini, dan aku melihat, pemuda yang aku temui kemarin disudutkan karena membuat masalah dengan sang pahlawan."
Hal ini pasti sangat tidak terduga bagi Clarissa. Kalau dipikir-pikir, mengetahui kalau lawannya adalah pahlawan yang akan menyelamatkan dunia, Suimei masih tetap akan bertarung.... merenungkan hal itu, Suimei menyadari tindakan Sister itu agak aneh. Berdasarkan apa yang Sister itu katakan, sepertinya dia tidak datang untuk membawakan mereka ramalan.
"Sister, ramalan yang sebelumnya itu...."
"Ramalan itu? Sebenarnya itu...." Clarissa mendekatkan wajahnya ke wajah Suimei untuk berbisik padanya. Lalu, dengan senyuman nakal, dia berkata, "Bohong."
"Ap.... Apa?!"
"Jika aku tidak mengatakan hal seperti itu, pahlawan itu bisa kala—Ahem! Lagi pula, kemungkinan besar kamu akan melakukan tindakan kasar."
Mengatakan itu, Sister itu mulai terkikik. Sepertinya tujuannya adalah untuk melindungi sang pahlawan.