Chapter 1 : Entering the City, and the Girl  

 

Sepuluh hari telah berlalu sejak pertarungan dengan Jendral Iblis Rajas. Suimei dan Lefille telah melintasi perbatasan negara dan mencapai pinggiran Ibukota Kekaisaran Nelferian, Filas Philia.

Sambil berjalan di sepanjang jalan raya berbatu, Suimei mengalihkan perhatiannya ke tujuan mereka. Mereka akan segera tiba. Ketika dia mengangkat pandangannya, sebuah gerbang kastil besar dengan detail hiasan yang menghiasinya—sangat megah hingga gerbang di Astel hampir tidak bisa dibandingkan—menarik perhatiannya. Gerbang itu menjulang tinggi di sekelilingnya seolah mencoba menembus langit.

 

Gerbang kastil itu jauh lebih tinggi daripada yang ada di Metel dan Kota Kurant. Jika tembok luar Ibukota juga lebih kokoh, arsitektur di sini saja memberikan gambaran sekilas tentang kekuatan nasional Kekaisaran Nelferian. Kota ini kira-kira dua kali ukuran Metel, Kerajaan Astel, dan bahkan ada penginapan murah dan pasar yang membanjiri luar tembok kota.

Seperti yang dikatakan Sun Tzu, tempat ini adalah negeri persimpangan antar negara. Seperti yang diharapkan dari sebuah negara yang berbatasan dengan tiga negara lainnya, Nelferia adalah persimpangan penting dan mengalami banyak lalu lintas. Dengan demikian, jalan raya yang membentang ke timur, barat, dan selatan semuanya terpelihara dengan baik. Hal ini tak lepas dari ramainya perputaran barang di kawasan tersebut, yang pada gilirannya membuat negara ini jauh lebih sejahtera dibandingkan negara lain.

 

Awalnya, Suimei berencana tinggal di Kota Kurant untuk sementara waktu, namun rencana telah berubah dan dia segera berangkat ke Nelferia. Alasannya tidak lain adalah gadis yang berjalan di sampingnya—Lefille Grakis.

Mereka bertarung dengan Rajas, yang membawa sejumlah besar pasukan untuk maju ke wilayah Astelian dengan motif tersembunyi. Namun setelah mengalahkannya, karena Lefille terlalu sering menggunakan kekuatan roh, tubuh Lefille tiba-tiba menyusut dan Lefille sekarang tampak seperti gadis sekolah dasar.

 

Berkat itu, Lefille benar-benar kehilangan kekuatan bertarungnya dan tidak mampu membawa senjata pilihannya : pedang yang berukuran sekitar 180 sentimeter. Maka, sudah jelas kalau gadis itu tidak bisa lagi melakukan perjalanannya sampai ke Kekaisaran Nelferian sendirian. Jadi Suimei meninggalkan Kota Kurant demi menemani Lefille melintasi perbatasan.

Memang salah satunya karena itu, tapi ada juga masalah kutukan Lefille. Dalam perjalanan ke sini, hal kutukan itu telah muncul beberapa kali. Setiap kali kutukan itu terjadi, Suimei akan menerapkan sihir penekan untuk mengurangi efeknya, namun tidak peduli apa yang Suimei lakukan, dia tidak dapat sepenuhnya membersihkan parasit tidak bermoral di dalam diri gadis itu.

 

"..........."

Memikirkan hal itu, perutnya tidak enak dan wajahnya terasa panas. Suimei tidak melakukan kesalahan apapun, namun hal itu tidak menghentikannya untuk merasa seperti itu.

 

Jika ada yang melihat mereka, meskipun Suimei hanya menggunakan sihir, dia pasti akan dicap sebagai pedofil. Bukan hanya itu—bukan hanya saat Suimei berusaha membantunya, Lefille sebenarnya lebih tua darinya—tapi itu tidak akan menghentikan siapa pun untuk memikirkan hal terburuk. Tapi meski begitu....

Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian....

 

Suimei bahkan tidak menganggap itu sebagai pilihan. Tidak mungkin dia mengizinkan gadis itu bepergian sendirian dalam kondisi yang membahayakan ini. Dan jika tidak ditangani, kutukannya hanya akan semakin memakan diri gadis itu. Berdasarkan perkataan Lefille, Suimei-lah satu-satunya yang memiliki kekuatan untuk menekannya. Bahkan setelah Lefille kembali ke wujud aslinya, Suimei merasa dirinya harus tetap bersamanya sampai dirinya mampu menghilangkan kutukan atau menemukan cara untuk meniadakannya.

 

Iblis atau apapun yang melontarkan kutukan ini.... pada akhirnya, kurasa kami harus mengalahkan mereka, huh?

Sambil menatap Lefille, pemikiran itu perlahan-lahan terbentuk di benak Suimei. Iblis perempuan yang Lefille temui dengan Rajas, jika dia ingat dengan benar, kata Lefille itu adalah Lilin. Di dunia Suimei, Lilins adalah sejenis iblis yang diklasifikasikan sebagai succubus. Dalam cerita rakyat, mereka digambarkan sebagai roh jahat yang bersetubuh dengan manusia saat mereka sedang tidur dan mencuri energinya hingga benar-benar kering. Sebagai perwujudan nafsu manusia, mereka memperoleh substansi, kekuasaan, dan bentuk fisik. Namun di dunia ini, tampaknya mereka hanyalah sekelompok iblis.

 

Untuk mematahkan kutukan, biasanya sesuatu harus dilakukan terhadap perantara yang terikat pada korban yang biasa melemparkannya. Namun mengingat Lilin itu mungkin membawanya dan menyimpannya di dekat targetnya, Suimei menyimpulkan kalau akan lebih mudah dan efektif untuk mengejar Lilin itu sendiri. Akan menjadi tragis, misalnya, jika mereka bersusah payah menghancurkan perantara hanya agar iblis itu berbalik dan membuat perantara lagi. Lebih baik memotong kepalanya daripada memotong ekornya.

Dan itulah rencananya untuk saat ini. Bahkan jika Suimei harus menunda kembali ke dunianya sendiri, dia ingin membantu Lefille mengakhiri ini.

 

"Ada apa, Suimei-kun?"

 

"Hmm? Bukan apa-apa...."

 

"Hehe, mungkinkah kamu terpesona dengan penampilan baruku?"

Dengan ekspresi yang sangat tenang saat Lefille berbicara, dia berbalik di tempat seolah ingin memamerkan dirinya. Ornamen yang ditata pada pakaian anak-anaknya yang bagus berkibar ringan, dan Suimei bisa melihat ekspresi puas di wajahnya. Lefille yang selalu anggun bersikap sangat menggoda. Artinya, dengan kata lain.....

 

"Bagaimanapun, kamu tampak cukup senang. Maksudku, dengan pakaiannya."

 

"Bukan, itu bukan karena..... Yup."

Saat Suimei membalas dengan senyum lebar,  wajah Lefille menjadi merah padam dan menundukkan kepalanya. Gadis itu merasa seperti anak kecil yang dipanggil karena berpura-pura menjadi dewasa, namun yang terjadi justru sebaliknya. Sebagai orang dewasa yang senang memakai pakaian anak-anak, gadis itu tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Gadis itu tidak mengenakan pakaian Ksatrianya—yang terlalu besar untuknya—namun pakaian baru yang mereka beli di Kota Kurant.

 

Gadis itu berharap menemukan sesuatu yang mudah untuk dibawa selama sisa perjalanannya ke Nelferia, namun asisten toko di toko pakaian tidak mau menyerah. Hasilnya, Lefille kini mengenakan pakaian menggemaskan dengan sentuhan ekstra feminin. Lefille  dengan keras kepala memohon, mengatakan hal-hal seperti "Jangan perlakukan aku seperti anak kecil!" dan "Aku seorang wanita dewasa!" atau bahkan "Sesuatu yang imut seperti ini..... I-Itu bukan gayaku." Namun pada akhirnya, tanpa alasan kuat untuk menolak saran penjaga toko, Lefille akhirnya menyerah dan membeli apa yang dia pakai sekarang.