"I-Iblis.... apa itu? Dia jauh lebih besar dari yang lain...."
"K-Kekuatan yang mengerikan! Dia tidak seperti iblis lainnya....."
Mereka semua siap untuk melarikan diri di tempat. Reaksi mereka wajar saja. Aura penindas yang dipancarkan iblis itu seperti racun bagi manusia.
Tch, seriusan.... makhluk ini benar-benar berada di level yang berbeda dari keroco-keroco itu.....
Dengan kehadiran iblis ini, bahkan Suimei mulai berkeringat dengan gugup. Dia belum memahami kekuatan iblis secara umum, dan sekarang yang sangat kuat telah muncul dengan sendirinya tanpa peringatan. Iblis itu berdiri di sana seperti harimau yang mengukur mangsanya.
"Ini berbeda dari apa yang aku dengar. Mungkinkah intelnya buruk....?"
Iblis itu tampak gelisah tentang sesuatu. Ada nada kebingungan dalam suaranya. Setelah berpikir sejenak, iblis itu meludah ke tanah dengan kesal, menyatukan dirinya, dan menarik napas dalam-dalam.
"Terserahlah. Iru tidak mengubah apapun. Dengarkan aku, manusia! Aku adalah Rajas, salah satu dari tujuh iblis yang dipercayakan oleh pemimpin agung kami Nakshatra dengan pasukannya! Bertemu denganku di sini berarti malapetaka bagi kalian tak akan terelakkan! Kalian sebaiknya menerima takdir kalian di tanganku!"
Udara terasa bergetar karena dentuman suaranya yang nyaring. Suaranya itu seperti gelombang kejut, dan suara itu membuat para pengawal yang gemetar semakin jauh ke kedalaman ketakutan.
"Eek...."
Seseorang tersentak ketakutan, namun semua orang yang hadir pucat. Secara internal, mereka mungkin juga terengah-engah. Situasi ini menjadi tidak ada harapan.
"........"
Lefille, yang berdiri paling dekat dengan Rajas, tidak bergerak sedikit pun. Dia hanya menundukkan kepalanya seolah sedang menahan sesuatu, dan mencengkeram pedang besarnya dengan kuat di kedua tangannya. Ada yang salah dengannya. Mungkinkah tekanan iblis itu juga memengaruhinya? Dia sepertinya mencapai batasnya. Tatapan cemas dari semua pendamping jatuh pada gadis yang telah memimpin pertarungan sampai sekarang. Dan ketika dia akhirnya bangkit, emosinya meledak dengan hebat.
"Rajas.... KAU BANGSAAAAAAAAD!"
Lefille mengeluarkan raungan yang menyaingi Rajas. Raungan itu adalah teriakan yang dipenuhi amarah. Lefille menerbangkan tekanan tegang yang mencekik atmosfer, dan menebas iblis di depannya dengan cahaya merahnya.
"Oh?"
Saat badai merah itu mendekatinya, Rajas melontarkan senyum tak kenal takut dan menjulurkan lengannya. Tebasan pedang merah bertemu dengan lengannya, tapi tidak memotongnya. Aura hitam melilit kulitnya dan berbenturan dengan kekuatan Lefille, menyebabkan kilatan cahaya putih seperti ledakan. Serangannya telah sepenuhnya dihentikan oleh kekuatan yang mengelilingi lengannya. Rajas tidak terluka. Lefille telah melakukan serangan yang solid dan mencurahkan seluruh kekuatannya ke dalamnya, namun iblis itu dengan mudah menangkisnya. Rajas kemudian menyeringai kagum dan tertawa.
"Kau cukup bagus, gadis kecil."
"Tentu saja! Apa kau melupakan pedang ini?!"
"Hm, apa itu? Pedangmu, katamu?"
"B-Bajingan! Apa.... Apa kamu mengatakan kalau kau tidak ingat aku?!"
Lefille memancarkan kemarahan yang hebat. Dari apa yang Lefille katakan, Suimei dapat menyimpulkan kalau Lefille memiliki hubungan dengan Rajas. Saat iblis itu mulai bergerak, Lefille melompat mundur. Lefille dengan aman mendarat jauh dan memperbaiki posisinya. Sementara Lefille melakukannya, iblis itu memicingkan mata ke arahnya dan mengamati setiap detail tentang dirinya. Seperti yang disarankan Lefille, sepertinya iblis itu sekarang mengingat hubungan di antara mereka dan tertawa keras.
"Ah, FUHAHAHA! Begitu ya! Aku ingat sekarang, gadis kecil! Kau orang yang selamat dari masa itu di Noshias itu, kan?!"
"Itu benar! Kau akhirnya ingat itu, bajingan!"
"HA HA HA! Aku yakin kau akan mati di pinggir jalan, tapi untuk berpikir kalau kau bisa selamat! Bahkan setelah semua orang di sana menemui akhir yang menyedihkan!"
"BANGSAAAAAAD!"
Rajas menyeringai lagi, dan Lefille melakukan serangan lagi. Lefille tenggelam dalam amarahnya dan melupakan dirinya sepenuhnya. Mungkin karena itu tepatnya, tapi serangan pedangnya memiliki kekuatan di belakang mereka sekarang yang hampir tidak bisa dibandingkan dengan pukulan yang Lefille berikan sebelumnya.
Namun, iblis itu juga cukup mampu. Lengannya terbungkus aura hitam yang mencegat rentetan tebasan Lefille yang ganas. Dalam kemarahannya yang membabi buta, Lefille membiarkan dirinya terbuka di tengah serangan gencarnya. Melihat itu, Rajas bergerak. Di jendela kecil kesempatan setelah membelokkan pedangnya, Rajas menyerang. Tinju meluncur ke arah Lefille.
"Gerakanmu terlalu monoton!"
"Ah–"
Terhanyut oleh tinju yang datang untuknya, Lefille tanpa sadar mengeluarkan napas kecil dan berhenti bergerak. Itu buruk. Dia telah melihat aura yang keluar dari lengan itu menangkis serangannya. Jika dia terkena itu, bahkan sebagai roh, dia akan berada dalam bahaya serius.
"Tch!"
Semua orang sepertinya membeku di tempat juga. Itu berarti satu-satunya yang bisa mengeluarkan Lefille dari situasi ini adalah Suimei. Mendecakkan lidahnya dan mengeluarkan kepahitan yang dia tahan, dia menggunakan sihirnya untuk menarik tubuh Lefille dengan paksa, yang terkunci saat melihat kepalan tangan Rajas yang masuk.
"Ap?!"
"Oh?"
Dua suara terengah-engah terkejut terdengar. Satu dari gadis yang baru saja diselamatkan, dan yang lainnya dari iblis yang mangsanya direnggut. Ada momen kelegaan antara Suimei dan Lefille saat bencana langsung dihindari, tapi itu tidak berlangsung lama. Suimei telah cukup menggerakkan Lefille untuk menghindari serangan Rajas, tapi Lefille masih dalam genggamannya. Suimei tidak punya pilihan selain menyisipkan dirinya di antara mereka berdua untuk melindunginya dari serangan lain.
"Suimei-kun, hentikan! Menjauhlah!"
"Kau lalat kecil sialan! Kau berani berdiri di hadapanku ini?!"
Jeritan peringatan Lefille ditenggelamkan oleh teriakan keras Rajas yang menghantam tubuh Suimei seperti gelombang kejut. Dengan menahannya, Suimei menerjang Rajas dengan kecepatan tercepat yang bisa dikerahkannya. Saat dia mendekat, dia fokus pada gerakan Rajas. Bahunya bergerak lebih dulu. Dia berniat untuk menepis Suimei dengan satu serangan tinjunya.
Melihat serangan itu datang, Suimei membatalkan rencananya untuk menangkap dan melempar Rajas. Bahkan jika dia menghindari dan menangkap serangan itu, itu pasti akan menjadi buruk baginya. Jadi sebagai gantinya, dia melompat. Tinju iblis itu turun secara diagonal ke tanah, dan Suimei menggunakannya sebagai jalan untuk menaiki lengan Rajas. Setelah berakselerasi sepanjang waktu, Suimei sudah berada di bahu Rajas saat lengannya terulur penuh.
"Hmph–"
Berdiri di bahu Rajas, Suimei melepaskan hentakan. Menggunakan semua mana yang bisa dia kumpulkan dalam waktu yang dia miliki, dia menghembuskan napas dan menyerang dengan satu kaki. Pukulan itu cukup membuat Suimei mundur sedikit, namun Rajas tampak tidak terluka.
Sial, bahkan serangan langsung tidak berguna.....
Hentakan itu bergema dengan suara menggelegar dan tanah di bawah iblis itu ambruk secara spektakuler, namun serangan itu tampaknya tidak berpengaruh. Iblis yang lebih kecil dengan mudah terluka oleh pedang para petualang dan senjata lainnya, jadi perbedaan kekuatan pertahanan ini benar-benar menjengkelkan bagi Suimei. Dia bertanya-tanya apa itu semacam trik aneh. Biasanya, serangan seperti itu akan membelah korbannya menjadi dua dari bahu ke bawah. Dia merasa tercurangi karena tidak terjadi apa-apa. Saat Suimei berkibar di udara sambil mengumpat secara internal, tatapan gelisah menguncinya.
"Kau, hama penganggu!"
Rajas mengayunkan lengannya dengan liar. Ayunan itu bukan serangan terfokus, tapi masih memiliki kekuatan yang cukup untuk menghancurkan tubuh Suimei lima kali lipat. Dia sekali lagi kagum kalau Lefille bertukar pukulan dengan serangan seperti itu dengan pedangnya. Seperti yang diharapkan dari roh, mereka sangat menakjubkan.
"Via gravitas, fingito."
[Jalan gravitasi, ambil bentuk.]
Saat serangan itu mengarah ke Suimei, dia membacakan rapalannya cepat. Menggunakan magicka, dia mengirim tubuhnya — yang masih tergantung di udara — langsung menabrak tanah. Rajas berhasil mengikuti gerakan dengan matanya dan menendang Suimei.
"—?!"
Detik berikutnya, Suimei berada di belakang Rajas. Dia meluncur di bawah kakinya saat dia menendang, dan berkat kepulan debu yang mengepul, sepertinya Rajas tidak menyadarinya. Suimei tidak keberatan melihat ekspresi bodoh di wajahnya ketika iblis itu menyadari kalau dia telah menghilang. Tapi hal berikutnya yang diketahui Suimei, suara benturan keras bergema di udara saat pohon-pohon di depan iblis itu tumbang dari tendangannya.
Hampir semua yang bisa dilihat Suimei diterbangkan. Dia benar-benar berharap iblis itu berhenti menyerahkan segalanya pada kekuatan belaka. Dan dalam sekejap di mana Rajas belum berbalik, Suimei mundur. Dia dengan hati-hati, menjaga jarak untuk mengamati iblis yang seperti badai kekerasan ini.
Suimei memfokuskan pandangannya pada punggung iblis di depannya. Tubuh iblis itu sangat besar. Fisiknya jauh melampaui apa yang bisa dicapai oleh manusia paling berbakat dengan gen ideal sekalipun. Iblis itu memancarkan kekuatan, dan mana miliknya mengalahkan apapun yang ada dari iblis lain. Dan menutupi semua itu adalah aura hitam pekatnya. Aura itu keluar dari tubuh Rajas, tapi jelas aura itu sesuatu yang istimewa. Rajas akhirnya berbalik dan bertemu dengan tatapan Suimei. Mengibaskan seolah itu bukan apa-apa, Suimei terus mondar-mandir di samping.
"Tch...."
Rajas mendengus kesal saat melihat Suimei mempermainkannya. Dia menindaklanjuti dengan serangan, dan Suimei menanggapinya dengan baik.
"Contra caelum et terram."
[Membalik langit dan permukaan.]
"Ap?!"
Menggunakan magicka, Suimei bolak-balik di ruang yang mengelilinginya. Magicka itu membalikkan Rajas, mendorong kepalanya ke tanah. Tentu saja, magicka itu tidak cukup untuk menyakitinya. Tidak, mantra itu hanya dimaksudkan untuk mengulur waktu bagi Suimei. Dan dengan beberapa detik yang berharga itu, Suimei melompat mundur dan mulai menyatukan magicka yang menurutnya akan efektif.
"Abreq—Tch!"
Namun, Suimei terpaksa menghentikan rapalannya di tengah jalan. Seolah-olah permukaan tanah itu sendiri menyerangnya, longsoran batu meledak dari tanah.
"Hah, hanya gumpalan tanah...."
Suimei mendengus dengan suara dingin yang bahkan membuat dirinya bergidik, dan mengayunkan tangannya dengan liar ke bebatuan yang masuk. Berhubungan dengan magician yang memegang misteri Kabbalah, mereka terbelah menjadi dua, satu demi satu. Saat permukaan tanah itu tenang, aura yang menindas memenuhi udara lagi.
Iblis ini jahat sampai ke intinya, hah?
Suimei menyimpulkan kalau Rajas hanyalah makhluk semacam itu. Kekuatan yang dia miliki hanya bisa digambarkan sebagai kejahatan. Kehadirannya cukup membuat orang mual—kekuatan yang tidak akan pernah bisa dimiliki manusia. Itu adalah kekuatan dari alam lain, dari suatu tempat dan yang lain. Saat Suimei menyadari hal ini, dia sekali lagi berdiri di hadapan Rajas. Suimei meletakkan tangannya di sakunya. Meskipun Rajas baru saja marah karena dianggap enteng, dia sekarang memiliki ekspresi tenang. Sepertinya gelar jenderal iblis itu bukan hanya sebuah gelar saja; Dia setidaknya memiliki ketenangan untuk tetap tenang bila diperlukan. Menyingkirkan kotoran yang dia kumpulkan saat bertemu dengan tanah, Rajas tertawa mencemooh.
"Kau cukup baik, nak. Untuk seorang penyihir, kau memiliki kekuatan nyata di sana."
"Yah, terima kasih."
"Tapi jika kau hanya mampu melakukan perlawanan sebanyak ini, itu tidak akan menjadi masalah besar."
"Perlawanan, ya? Dari tempatku berdiri, sepertinya kau bahkan belum bisa memukulku. Apa yang akan kau katakan tentang itu?"
"Hmph, tutup mulutmu. Kau tidak memiliki ruang untuk berbicara ketika kau tidak dapat mengumpulkan cukup kekuatan yang bahkan tidak bisa mengoresku."
Rajas menembak jatuh provokasi Suimei sambil tertawa. Tampaknya Rajas tidak akan terpancing oleh ejekan yang begitu sederhana. Lefille akhirnya menenangkan diri dan mengambil tempat di sebelah Suimei.
"Suimei-kun, berhati-hatilah! Itu hanya sebagian kecil dari kekuatan sebenarnya!"
"Aah, maksudmu dia masih belum serius? Geez, tolong beri aku waktu istirahat...."
Suimei menghela napas panjang yang sepertinya sangat tidak pantas untuk situasi ini. Sungguh, dia membiarkan pikiran batinnya keluar. Melihat kalau Rajas masih dalam keadaan sempurna, jika apa yang dikatakan Lefille itu benar, Suimei memperkirakan kemungkinan Rajas bahkan tidak menggunakan setengah dari kekuatan aslinya.
"Jika dia mau, seluruh area ini akan rata dengan mudah...!"
"Heeh, apa? Dia seberbahaya itu?"
"Itu benar. Pertukaran serangan kalian barusan kalau fia hanyalah sedang bermain-main. Tolong jangan lengah."
Suimei bisa melihat tangan Lefille gemetar saat dia mencengkeram pedangnya. Gadis itu sepertinya mengingat sesuatu yang tidak menyenangkan.
"Heh, begitulah adanya. Penyihir manusia biasa seharusnya tidak boleh terlalu sombong....."
"Tch!"
Aura mengerikan Rajas tiba-tiba membengkak dan menimbulkan ketegangan gelap di area tersebut. Lefille menguatkan dirinya, dan kecemasan terlihat di wajahnya. Jika kekuatan Rajas benar-benar lebih dari ini, pasti akan buruk jika hal-hal berlanjut seperti ini. Suimei harus mengalahkannya sebelum terlambat. Dan sebagai hasilnya....
"Archiatius over—"
Ketika Suimei memulai rapalannya, situasinya berbalik. Saat dia mengira Rajas akan menyerang mereka, dia tiba-tiba mulai menertawakan Lefille.
"Ha ha ha...."
"Apa yang lucu?!"
"Aku baru saja memikirkan sesuatu yang cukup menyenangkan."
"Menyenangkan, katamu?"
Daripada menjawab, Rajas terbang ke langit.
"Aku akan mengambil pergi untuk saat ini."
"Ap–?!"
"Tapi ingatlah, gadis kecil dari Noshias, kekuatan terkutuk yang kau miliki bukanlah sesuatu yang akan kami abaikan begitu saja. Aku akan mengumpulkan bawahanku di sini, ke tempat ini, dan aku akan kembali untukmu."
"Bawahanmu? Kembali...."
"Mereka hanyalah satu bagian dari pasukanku. Dibandingkan dengan seluruh pasukanku, mereka bukanlah apa-apa. Seharusnya kau sudah tahu itu."
Lefille terdiam saat Rajas melanjutkan.
"Dan kau harus melepaskan harapan untuk bisa keluar hidup-hidup lagi. Tentaraku tersebar di seluruh area ini, dan setiap manusia yang kami temui akan dibantai tanpa ampun. Untuk mengirim pesan, kau tahu."
Dengan kata-kata terakhir itu, Rajas memunggungi mereka berdua dan mundur bersama iblis yang tersisa. Lefille mengejar mereka, namun.....
"T-Tunggu!"
"Lefille."
"—?!"
Suimei meraih bahunya. Mengejar iblis itu, tidak ada gunanya. Tatapan gadis itu memohon padanya seolah bertanya mengapa Suimei menghentikannya, namun Suimei hanya menggelengkan kepalanya. Ketika gadis itu menyadari kegagalan itu semua untuk dirinya sendiri, ketegangan terkuras dari tubuhnya.
"Kamu baik-baik saja?"
"Ya. Maaf.... aku sedikit kehilangan ketenanganku di sana."
Lefille menundukkan kepalanya karena malu saat dia menjawab.
★★★
Segalanya sedikit tenang setelah para iblis itu pergi, tapi tugas Suimei selanjutnya sudah menunggunya. Dia menggunakan magicka untuk menyembuhkan mereka yang terluka dalam pertempuran. Setidaknya di komisinya, itulah alasan dirinya menjadi bagian dari korps perdagangan ini. Kebetulan ada penyihir lain yang bisa menggunakan magicka tipe penyembuh, sehingga pekerjaan selesai dengan cepat tanpa diduga.
"Phew. Ini seharusnya yang terakhir ini."
Suimei menghela napas kecil saat dirinya selesai merawat orang terakhir. Karena dia bukan spesialis dalam hal penyembuhan, dia sedikit khawatir pengobatannya agak kurang, namun melihat tidak ada komplikasi yang muncul, evaluasi dirinya sedikit sederhana. Melihat orang-orang yang telah dia rawat, sepertinya tidak ada dari mereka yang menjadi lebih buruk karena perawatannya.
Menjadi sangat berisik di sana.
Tapi agak jauh, Suimei bisa mendengar suara keras. Sumbernya jelas adalah pengawal dan pedagang lain, tapi dia tidak tahu apa yang mereka teriakkan. Mungkin itu tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Menurut Rajas, bawahannya sudah merangkak di area itu dan akan segera berkumpul. Korps perdagangan tidak punya waktu untuk istirahat jika mereka ingin keluar dari sini dengan selamat. Tentunya mereka ingin pergi secepat mungkin.
Jika mereka meributkan persiapan, mungkin ada semacam masalah yang mencegah keberangkatan mereka. Suimei memutuskan untuk melihat sendiri apa yang sedang terjadi, dan menuju ke arah semua teriakan itu. Apa yang menyambutnya ketika dia tiba adalah suasana yang sangat tegang. Hanya apa yang terjadi yang menyebabkan hal-hal itu meningkat begitu banyak? Bertanya-tanya ketika dia semakin dekat, dia bisa melihat pengawal dan pedagang mengelilingi seseorang.
Orang yang berada di tengah lingkaran itu tidak lain adalah gadis yang bertarung dengan gagah berani demi keselamatan mereka, Lefille. Biasanya, semua orang-orang in seharusnya berterima kasih kepada gadis itu karena pada dasarnya mengalahkan para iblis itu sendirian. Namun, menilai dari ketegangan di udara, mereka tidak mengelilinginya untuk menghujaninya dengan pujian. Dan kemudian, seolah gadis itu sudah bosan dengan itu semua, Lefille angkat bicara.
"Untuk apa kalian semua memanggilku ke sini? Apa ada yang salah? Aku percaya ada hal-hal yang lebih penting untuk dilakukan pada saat seperti ini, tidakkah kalian setuju?"
Saat Leffile berusaha mendorong semua orang menjauh darinya dengan kata-kata itu dan dari ekspresinya, salah satu petualang melangkah maju.
"Hal yang harus dilakukan, katamu? Menurutmu apa yang harus kita lakukan?"
"Jelas kita harus segera menuju ke lokasi yang aman. Jiia kita tidak cepat, iblis akan menyerang kita lagi."
"Menyarang kita, hah?"
Kata-kata petualang itu dipenuhi dengan sarkasme, dan Lefille membalasnya dengan nada yang kuat.
"Apa? Apa kau memiliki sesuatu yang ingin kau katakan? Jika ya, keluarkan–"
"Ya, ya tentu saja. Alasan kita diserang adalah karena kau ada di sini, bukan, nona yang selamat dari Noshias?"
"—!"
"Tch, dan kau menyuruh kami untuk bergegas.... dasar tidak tahu malu. Ini semua salahmu! Bahwa kami baru saja diserang, dan kami bisa diserang lagi kapan saja!"
Petualang itu berteriak, menyerang Lefille dengan kejam dengan kata-katanya. Dibandingkan sebelumnya, perilaku Lefille menjadi jauh lebih tertekan.
"I-Itu memang benar kalau iblis itu bermaksud membunuhku, tapi faktanya kita diserang itu....."
"Bukankah itu karena salamu? Bisakah kau benar-benar mengatakan itu?"
"........"
Lefille tidak dapat menanggapi tuduhan petualang itu. Rajas iblis telah menargetkan Lefille, hanya setelah dia mendatanginya. Itu artinya alasan munculnya iblis di sini masih belum jelas. Dalam hal itu, apa yang dituduhkan oleh petualang itu sepertinya tidak benar. Namun pada saat yang sama, Lefille tidak dapat mengatakan dengan pasti kalau itu sepenuhnya salah. Jadi pada akhirnya, dia tidak membantahnya.
"Iblis itu mengejarmu, kan? Iblis itu membawa pasukannya hanya untuk membawamu keluar."
"I-Itu...."
"Apa? Itu apa, maksudmu? Jika kau memiliki sesuatu untuk dikatakan, coba saja. Itu pun jika kau bisa."
Lefille tidak lagi bisa mengatakan apapun kepada petualang yang mendorongnya ke sudut, dan menundukkan kepalanya dalam diam.
"Bisakah aku berkata sesuatu?"
"Apa?"
"Sebelumnya ketika iblis itu melawan Lefille, dia berkata, 'Aku ingat sekarang,' kan? Itu artinya iblis itu tidak mengenalinya sampai dia tiba di sini. Jika iblis itu memburunya, pasti dia tidak akan mengatakan hal seperti itu, bukan?"
"I-Itu tidak berhubungan!"
"Apa? Tidak mungkin itu tidak berhubungan....!"
"Iblis itu bisa saja mendapatkan informasi yang tidak jelas. Jika begitu, mereka belum tentu tahu seperti apa perempuan ini, kan? Bukankah begitu?"
Mungkin saja seseorang yang sesuai dengan deskripsinya telah dilaporkan di daerah tersebut dan para iblis datang untuk menyelidikinya. Mungkin saja mereka baru menyadari kalau itu adalah Lefille setelah dia tiba. Suimei tidak bisa berdebat sebanyak itu.
"Dan juga, sebelum kita diserang, ingat apa yang dikatakan perempuan ini? Dia yakin kalau mereka itu adalah iblis! Bagaimana dia bisa tahu sesuatu seperti itu? Bisa saja mereka itu monster. Kau bisa mengerti itu sekarang, bukan? Perempuan ini pasti sudah tahu kalau para iblis itu sedang mengejarnya!"
Suimei menyadari kalau dia itu adalah petualang yang datang kepada mereka untuk memberitahu mereka tentang serangan itu. Petualang itu juga meragukan klaim Lefille pada saat itu.
"Kesimpulan itu cukup miring. Tidak bisakah kalau itu karena dia memiliki Indera khusus untuk mendeteksi iblis?"
"Mungkin saja. Tapi bisakah kau membuktikannya?"
"........."
Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sangat egois yang sepenuhnya dimaksudkan untuk membuat Suimei menyerah. Suimei tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan kepada siapapun yang menggunakan cara menyesatkan seperti itu. Kemampuan seseorang untuk merasakan kehadiran bukanlah sesuatu yang bisa dibuktikan kepada orang lain. Bahkan jika ada cara untuk melakukan itu, orang itu sudah melewati batas akal.
"Kau tidak bisa, kan? Jadi jangan ikut campur di tempat yang bukan milikmu."
"Ugh....."
Segala sesuatu yang keluar dari mulut orang itu membuat Suimei gelisah. Suimei bisa kehilangannya ketenangannya sendiri, nanun sebelum itu bisa terjadi, seorang laki-laki berpisah dari kerumunan dan maju ke depan.
"Tolong tenanglah, kalian berdua."
"Gallio-san...."
Ketika Suimei menoleh ke arah suara itu, dia melihat Gallio, orang yang bertanggung jawab atas korps perdagangan itu.
"Kalian berdua di sini untuk melindungi korps perdagangan ini, akan jadi merepotkan jika ada perselisihan di antara kalian. Aku ingin kalian berdua segera mengakhiri pertengkaran kalian."
"Kamu bilang ingin mengakhiri pertengkaran ini, Gallio-san? Lalu apa kamu punya cara yang tepat untuk mengakhirinya?"
"Ya. Sebagai orang yang bertanggung jawab untuk mengelola korps perdagangan ini, aku ingin kalian menyerahkan masalah ini kepadaku."
"Y-Ya...."
Saat Gallio dengan tegas menyatakan niatnya untuk menangani situasi tersebut, petualang itu mengangguk dengan patuh dan menutup mulutnya. Sebelum otoritas Gallio, petualang itu kehilangan semua kekuatannya. Hal itu menunjukkan bahwa dia setidaknya memiliki beberapa pengalaman dan tahu tempatnya, terlepas dari bagaimana suaranya. Setelah mendapat persetujuan dari petualang itu, Gallio melirik sekilas ke semua yang lain untuk memastikannya juga. Tidak ada yang berniat ikut campur, dan balas mengangguk padanya. Semua suara yang meneriaki Lefille kini telah dibungkam. Dan dengan begitu Gallio menguasai berbagai hal, dia berbalik ke arah Lefille.
"Grakis-san, akulah yang bertanggung jawab atas korps perdagangan ini. Dengan kata lain, aku berada dalam posisi di mana aku harus menempatkan keselamatan korps perdagangan ini pada prioritas tertinggi."
Semua orang yang hadir sudah mengetahui hal ini, namun Gallio berusaha keras untuk memperjelas posisinya.
"Saat ini, para iblis itu sedang mengincar kita. Penyebabnya tampaknya jatuh di pundakmu. Sebagai orang yang bertanggung jawab atas keamanan korps perdagangan ini, aku tidak dapat menerimanya. Apa kau bisa mengerti itu?"
"Ya, aku mengerti itu. Kamu mengatakan kalau aku harus menjauhkan diri dari korps perdagangan ini, benar?"
"—?!"
"Ya, itu benar. Memang fakta kalau berpisah dengan kekuatanmu dalam situasi ini sangat disesalkan, tapi juga benar kalau kehadiranmu akan menjamin kami menjadi target ketika para iblis itu. Aku tidak perlu mengatakan apa-apa lagi untuk itu, bukan?"
Gallio sangat tidak langsung dengan pendekatannya, namun Lefille memahami niatnya dan mengangguk dengan tegas sebagai jawaban. Saat Lefille melakukannya, kerumunan di sekitarnya mulai berteriak setuju. "Cepat dan pergilah dari sini!" dan "Dasar pembawa sial!" hanya beberapa dari ejekan tidak sopan yang dilontarkan padanya. Tidak seperti Lefille sengaja menempatkan mereka pada posisi ini. Kebencian dari korps perdagangan itu sama sekali tidak pantas. Jika ada, Lefille sendirilah yang paling berbahaya. Dia seharusnya menjadi orang yang tertekan. Suimei berpikir itu salah baginya untuk mendapatkan perlakuan seperti ini di tangan mereka. Tidak mungkin Suimei bisa tetap diam tentang hal itu.
"Apa kalian semua berencana meninggalkan seorang gadis sepertinya sendirian di tempat seperti ini?!"
"Tentu saja! Iblis itu berkata dia akan kembali untuk perempuan itu! Jika kami bepergian dengannya, kami semua akan dibunuh oleh jenderal iblis itu dan bawahannya juga, tahu?!"
"Jadi? Apa yang harus dia lakukan untuk air dan perbekalan sendiri!"
"Memangnya aku peduli! Perempuan itu lebih bagus mati kelaparan saja!"
Setelah mendengar kata-kata itu, Suimei dalam diam melihat sekeliling pada yang lainnya.
".....Apa kalian semua sependapat dengan itu?"
Suimei sudah tahu jawaban mereka, tapi tetap merasa harus bertanya. Namun, semua yang dia terima sebagai jawaban adalah tatapan dingin. Suimei mengatupkan rahangnya, lalu petualang dari sebelumnya memalingkan mulutnya yang penuh kebencian padanya.
"Lalu? Berapa lama kau akan bertingkah sok suci kaya gitu? Jauh di lubuk hati, kau juga berpikir kaya perempuan itu juga harus keluar dari sini, bukan?"
"Apa?! Aku tidak–"
"Jika kau terus berpura-pura dekat dengannya, kau hanya akan kehilangan kesempatan untuk pergi, tahu? Atau karena itu? Kau terpesona oleh daya tarik seksnya? Aah, benar.... dia cantik sekali, bukan?"
"Ap–"
"Wah, wah, sungguh perempuan yang nakal. Bisa menarik iblis atau pun manusia, hah?"
Kata-katanya diarahkan kepada Suimei seperti ejekan terbuka. Suimei sudah berada di titik didihnya, dan ketegangan di udara cukup untuk mendorongnya ke tepi. Orang itu terlalu vulgar, dan Suimei tidak lagi memiliki kesabaran untuk itu. Dia hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat tangannya, siap untuk menjentikkan jarinya pada petualang jahat itu.
"Wah, wah apa itu? Ada apa dengan tanganmu itu?"
Petualang itu terlalu bodoh untuk memahami kalau, dalam beberapa saat saja, senyum busuknya akan langsung hilang dari wajahnya. Menggunakan magicka serangannya, Suimei tanpa ampun akan mengakhiri seringai menyebalkan itu. Namun, sebelum kemarahan yang benar dari amarah Suimei terbentuk, Lefille menghentikannya.
"Berhenti, Suimei-kun! Apa yang akan kamu capai dengan melakukan itu?! Pada akhirnya, tidak akan ada yang berubah, kan?!"
"Tch...."
Suimei kembali sadar dengan kata-kata pengekangan Lefille. Tentu tidak ada yang akan berubah tidak peduli apa yang Suimei lakukan saat ini. Tidak ada cara untuk membatalkan fakta kalau Lefille harus pergi. Jika Suimei memikirkannya dengan tenang, dia sudah tahu sebanyak itu. Mempertimbangkan risikonya dan mempertimbangkan keamanan korps perdagangan, meninggalkan Lefille adalah satu-satunya pilihan nyata. Suimei mendecakkan lidahnya karena frustrasi dengan situasi saat ini, dan Gallio kembali berbicara.
"Grakis-san, aku ulangi sekali lagi. Aku yakin kamu sudah memahami ini, tapi...."
"Ya, aku mengerti. Aku akan menuju ke arah yang berbeda dari konvoi."
Tidak ada lagi yang bisa Lefille lakukan. Hal itu sudah jelas. Itulah yang harus dilakukan untuk melindungi korps perdagangan. Saat Lefille dan Gallio melakukan pertukaran ini, Suimei melirik kelompok petualang yang berhubungan baik dengan Lefille. Gadis penyihir yang pernah dia ajak mengobrol dengan ramah. Prajurit berarmor yang dengan bangga membanggakan prestasinya. Mereka semua yang memujinya secara serempak selama pertempuran, namun sekarang mereka memalingkan wajah mereka dan menolak untuk membelanya.
Suimei tidak bisa menyalahkan mereka. Mereka berhak untuk takut pada pasukan iblis itu. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka membela Lefille dan memilih berpura-pura menjadi orang asing. Mungkin mereka juga mengira Lefille yang bertanggung jawab atas munculnya para iblis itu. Mereka hanya melindungi diri mereka sendiri, tapi Suimei tidak bisa menyebut itu pengecut setelah apa yang dia lakukan untuk melindungi dirinya sendiri di masa lalu.
Tak lama kemudian, setelah negosiasi perbekalan selesai, Suimei memanggil Lefille.
"Lefille...."
"Meski kita hanya mengenal satu sama lain sebentar, Suimei-kun, tapi aku berdoa agar kamu bisa mencapai Nelferia dengan selamat."
Bahkan dalam situasi ini, Lefille masih bisa tersenyum. Melihat senyum kesepian itu, Suimei bahkan tidak repot-repot menanyakan apakah gadis itu benar-benar baik-baik saja dengan ini. Gadis itu pasti akan mengatakan kalau dia baik-baik saja tanpa mengedipkan matanya. Dan dengan itu, gadis itu berbalik untuk pergi. Sosoknya saat gadis itu berjalan pergi dengan pedang besar yang mencolok di punggungnya tidak memiliki sedikit pun kepercayaan yang dirinya berikan sebelumnya. Saat ini, gadis itu terlihat seperti gadis normal bagi Suimei. Itu sebabnya....
"Hei, tunggu."
Ya, itu sebabnya....
"Hei, apa kau dengar?"
Hal itu berbeda dengan yang terjadi pada Reiji dan Mizuki. Dalam situasi ini, jika Suimei menutup matanya, dia hanya akan melihat kalau gadis itu akan menyerah pada takdirnya. Hal terakhir yang dia lihat dari gadis itu adalah siluet kesepiannya saat dirinya berjalan pergi. Itu sebabnya, bahkan sebelum Suimei tahu apa yang dia lakukan, dia sudah mengambil keputusan.
"Beri aku beberapa perbekalan juga."
"Apa?"
"Aku akan pergi dengannya. Terima kasih telah diizinkan untuk ikut dengan kalian dalam perjalanan ke sini."
Petualang itu menatap Suimei dengan tercengang dari samping, dan Gallio menghela napasnya dengan putus asa.
"Apa ini yang benar-benar kau inginkan, Yakagi-dono? Jika kau mengabaikan komisimu di tengah jalan, tentu saja kau tidak akan menerima pembayaran untuk menyelesaikan pekerjaan itu."
"Aku tidak membutuhkannya. Aku hanya butuh air dan makanan. Aku ingin kamu memberiku persediaan yang sebanding dengan pekerjaan yang telah aku lakukan hingga sekarang."
".....Aku mengerti. Berhati-hatilah, Yakagi-dono."
Gallio menjawab dengan mata terpejam dan dengan ringan menggelengkan kepalanya. Dia tahu kalau dirinya tidak akan bisa menghentikan Suimei dan hanya menerima perpisahan mereka di sana. Tanpa kemampuan untuk meramalkan dan dengan tenang menerima berbagi hal seperti itu, Suimei sudah pasti sejak lama memikirkan untuk keluar dari pekerjaan ini.
"Hmmm? Jadi setelah semua itu–"
Tepat ketika petualang jahat itu hendak mencoba dan memasukkan kata terakhir, Suimei menutup mulutnya dengan jentikan jarinya. Suimei tidak berniat mendengarkan gonggongannya yang vulgar lagi. Dia kemudian berbalik ke arah para petualang yang bergaul dengan Lefille dengan wajah khawatir.
"Hei, kalian, apa kalian baik-baik saja dengan ini....?"
"Maaf. Kalian berdua, tolong berhati-hatilah."
Dan dengan itu, Suimei mulai menjejalkan perbekalan ke dalam tasnya.
★★★
"Suimei digunakan sebagai umpan?!"
Untuk memastikan apakah ada iblis lagi yang mengikuti mereka atau tidak, Roffrey pergi berpatroli. Segera setelah itu, apa yang terdengar di lingkungan yang sunyi adalah suara Reiji yang tertekan dan marah.
"Tidak ada alasan untuk khawatir."
Yang terjadi selanjutnya adalah penjelasan fasih dari Gregory yang sulit dipercaya Reiji. Saat Reiji mendekati orang yang ingin dia tarik kerahnya, semua sopan santun dan kesopanan terbang keluar dari jendela. Mendekati badai dahsyat dari seorang yang dikenal sebagai pahlawan menyebabkan Gregory tersingkir.
"Benarkah semua itu?!"
"Y-Ya! Semuanya seperti yang telah aku beritahukan kepadamu."
"Apa.....?!"
Reiji kehilangan kata-katanya atas apa yang baru saja dikatakan Gregory kepadanya. Hal itu terdengad seperti lelucon — yang terlalu berlebihan. Reiji dengan marah menggigit bibirnya, dan saat dia hendak meraih kerah Gregory, Titania, yang telah mendengarkan dengan bingung sampai sekarang seolah-olah dia terganggu, menghentikannya.
"T-Tolong tenanglah, Reiji-sama!"
"T-Tapi!"
"Gregory masih dalam proses penjelasannya. Mari kita dengarkan sampai akhir....."
".....Ya."
Titania pasti ada benarnya. Yang dikatakan Gregory hanyalah : "Suimei-dono digunakan sebagai umpan, jadi tidak ada bahaya besar di sini." Tidak sepatah kata pun.
Melihat Reiji menerima sarannya, Titania menghela napasnya dengan lega. Dan kemudian, dengan tatapan tajam yang tidak pernah diharapkan siapa pun dari Putri yang begitu lembut, dia memberikan perintah kepada Gregory.
"Gregory, kau harus berbicara tanpa kebohongan atau rekayasa. Apa itu bis dimengerti?"
"Ya, Titania-sama....."
Gregory berlutut saat dia memberikan jawabannya. Dia tampak gemetar di bawah tatapan sengit Titania, dan keringat mulai terbentuk di alisnya.
"Aku mendengar hal ini saat aku mengambil peran untuk berkomunikasi dengan ibukota Kerajaan. Menurut orang-orang di sana, para iblis telah memimpin pasukan besar menuju Astel dengan maksud untuk menjatuhkan sang pahlawan. Jadi, demi memastikan kalau Hero-dono dapat melarikan diri dengan aman, mereka mengatakan kalau Suimei-dono akan digunakan sebagai umpan."
Dengan ekspresi agak panik, Mizuki lalu memanggil Gregory.
"Um, kamu mengatakan kalau Suimei-kun digunakan sebagai umpan, tapi apa artinya itu? Bukannya mereka bisa meminta Suimei-kun untuk melakukannya dan dia akan mengikutinya begitu saja....."
"Tidak. Aku mendengar kalau Suimei-dono tidak mengetahui masalah ini."
Mereka mungkin bisa menebak sebanyak itu, tapi meski begitu, mendengarnya dikatakan begitu terang-terangan cukup sulit untuk ditelan. Suimei tanpa sadar digunakan sebagai umpan. Wajar jika mereka memiliki beberapa pertanyaan.
".....Lalu bagaimana semuanya berakhir seperti ini? Dengan Suimei sebagai umpan. Tidak mungkin Metel diserang, kan?"
"Tidak, Hero-dono. Mengenai itu, sepertinya mereka menunggu kepergian Suimei-dono dari Metel...."
"Menunggu kepergiannya?"
"Hah? A-Apa? Suimei-kun tidak mengatakan apapun tentang meninggalkan kota, kan?"
Saat mereka berpisah, Suimei hanya mengatakan kalau dia akan tinggal di luar Kastil. Itulah sebabnya Mizuki khawatir. Tampaknya ada ketidakkonsistenan dengan apa yang dikatakan Gregory dan yang terakhir dari apa yang dia dengar dari Suimei.
"S-Setelah kita berangkat dari Metel, sepertinya ada informasi kalau Suimei-dono sedang mencari komisi di Guild Petualang untuk mengawal korps perdagangan."
"Suimei pergi ke Guild Petualang, katamu?"
"Ya. Menurut informasi itu, hanya beberapa hari setelah Suimei-dono meninggalkan Kastil, sepertinya dia sudah menjadi anggota Guild Twilight Paviliun. Berdasarkan hal itu, mereka berasumsi kemungkinan niat awalnya adalah selalu meninggalkan Metel.... dan kemudian, setelah para bangsawan yang terlibat dalam penaklukan Raja Iblis mengetahui tentang itu....."
Mereka memanfaatkan Suimei. Namun bahkan dengan jawaban itu, apa yang dikatakan Gregory hanya menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Apa yang terjadi dengan Suimei? Suimei menolak untuk menemani Reiji karena dia ingin tetap aman. Namun terlepas dari itu, Suimei berbalik dan bergabung dengan Guild. Dia bahkan mengambil komisi pengawalan dengan korps perdagangan. Tentunya dia tidak akan melakukan semua itu tanpa alasan.
"Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Suimei-kun.... tidak mungkin dia tidak tahu kalau akan berbahaya jika dia meninggalkan kota."
"Aku tidak tahu. Tapi mengingat kalau itu Suimei, dia pasti merencanakan sesuatu."
Melihat mata Mizuki bergetar karena khawatir, Reiji terus menanyai Gregory.
"Hah... baiklah, aku mengerti bagaimana nama Suimei bisa muncul sebagai umpan. Tapi mengapa para bangsawan melakukan hal seperti itu? Seharusnya tidak ada alasan bagi mereka untuk keluar dari jalan mereka untuk menargetkan Suimei, apalagi tanpa sepengetahuannya."
Jika para bangsawan itu tahu pasukan iblis besar sedang menuju ke arah Suimei, tanpa kekuatan untuk melawan, yang bisa mereka lakukan hanyalah lari atau bersembunyi. Atau, dengan adanya korban yang berjatuhan dari mereka. Tidak ada arti khusus mengorbankan Suimei sebagai umpan.
"Hero-dono, apa yang datang ke arah kita adalah kekuatan militer setan yang besar. Kamu akan berpikir kalau memobilisasi kekuatan sebesar itu akan lambat, tapi musuh kita adalah iblis. Kecepatan berbaris mereka saja tidak bisa dibandingkan dengan kemajuan pasukan manusia. Untuk mencegah skenario terburuk di mana dirimu tertangkap oleh mereka, perintah dari Duke Hadorious...."
"Apa kau baru saja menyebut Duke Hadorious?!"
"Ya, Yang Mulia....."
Mendengar suara terkejut Titania, Gregory menundukkan kepalanya seolah dia agak malu. Duke Hadorious bukanlah seseorang yang Reiji kenal. Jika dia mengingatnya dengan benar, nama itu adalah nama yang dia dengar di suatu tempat di istana, namun bahkan saat dia menggali ingatannya, tidak ada hal konkret yang muncul.
"Maaf, Tia, tapi siapa Duke Hadorious ini?"
"Duke Hadorious adalah salah satu bangsawan agung paling terkemuka di Astel. Dia ditunjuk oleh ayahku untuk mengambil tanggung jawab atas semua kebijakan domestik mengenai penaklukan Raja Iblis. Tapi...."
"Lalu dia yang menggunakan Suimei sebagai umpan?"
Titania memberikan anggukan pelan dan berat meskipun dia tidak memiliki bukti pasti saat ini. Mereka kemudian melihat ke Gregory, yang tampaknya tahu lebih banyak.
"Seperti yang kamu katakan, Yang Mulia. Keputusan itu adalah keputusan Hadorious-sama dan segelintir bangsawan lainnya. Tentu saja, mereka tidak meragukan kekuatan Reiji-sama sebagai pahlawan. Aku telah menyampaikan pesan ini, tapi sepertinya sudah diputuskan bahwa masih terlalu dini untuk membuat Hero-dono berdiri di depan pasukan iblis, bahkan dengan tentara yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapat dukungan. Jadi mereka malah mengadopsi rencana ini."
".....Meski begitu, sepertinya itu bukan alasan yang bagus untuk membuat Suimei-kun sebagai umpan."
"Mengenai itu, intinya adalah tidak diketahui bagaimana para iblis mengetahui keberadaan Hero-dono. Iblis yang ditangkap oleh bawahan Hadorious-sama hanya mengatakan bahwa mereka datang untuk membunuh sang pahlawan, tidak peduli seberapa banyak mereka di siks.... maaf, diinterogarasi. Pada akhirnya, mereka tidak dapat mengeluarkan hal lebih dari itu. Jadi dengan menggunakan Suimei-dono, yang dipanggil bersama pada saat yang sama dengan sang pahlawan, para bangsawan pikir mereka memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengecoh para iblis itu.... dan informasi palsu bocor ke iblis, mengarahkan mereka ke korps perdagangan dan Suimei-dono."
Tentu saja strategi itu efektif. Fakta bahwa mereka sendiri belum melakukan kontak dengan kekuatan utama iblis berarti pasukan iblis tidak mengetahui lokasi persis mereka. Namun, setidaknya mereka mengetahui keberadaan Reiji.
Tegasnya secara hipotetis, jika iblis memiliki cara untuk merasakan pemanggilan pahlawan, terlepas dari apakah itu benar atau tidak, ada nilai dalam mengambil tindakan. Seperti tindakan para iblis itu sekarang, jika mereka memindahkan pasukan mereka di area yang luas, bukan tidak mungkin mereka bisa mengalahkan sang pahlawan. Namun, sebelum semua itu, ada informasi yang harus mereka ketahui apapun yang terjadi : waktu pemanggilan.
"Satu-satunya saat kita menunjukkan diri kita di depan umum di luar Kastil adalah saat kita ikut serta dalam parade itu. Bahkan jika itu bocor ke iblis, bagi mereka untuk menginvasi sejauh ini.... apa itu mungkin?"
"Ya, Mizuki benar. Sulit untuk dibayangkan. Sepertinya terlalu cepat, bukan?"
Seperti yang Reiji duga, ada kemungkinan di antara para iblis yang memiliki kekuatan untuk merasakan hal-hal seperti itu.
"Lagi pula, bagaimana Duke Hadorious ini membocorkan informasi palsu kepada para iblis itu? Itu tidak seperti dia mengenal salah satu iblis atau semacamnya, kan? Jadi bagaimana dia bisa melakukannya?"
"M-Menurut orang-orang yang berhubungan denganku, seorang pembawa pesan dikirim ke prajurit di Shaddock. Para prajurit yang tidak tahu tentang iblis yang mendekat menyampaikan pesan palsu kalau pahlawan yang dipanggil saat ini sedang menuju ke Kota Kurant dengan korps perdagangan."
"Apa?!"
"K-Kamu tidak bisa bermaksud kalau itu....."
Suara Mizuki tampak bergetar saat bayangan menjijikkan muncul di benaknya. Dan sepertinya dia menyimpulkan dengan benar apa yang ingin dikatakan Gregory. Wajah cemasnya menjadi pucat. Gregory juga membuat ekspresi campuran antara kepahitan dan penyesalan saat dirinya menjawab.
"Ketika para prajurit itu ditangkap oleh pasukan iblis, mereka pasti akan dipaksa untuk memuntahkan apa yang mereka ketahui. Tapi karena mereka hanya diberi informasi palsu sejak awal, satu-satunya informasi yang bisa mereka sampaikan hanyalah kebohongan. Dan jika iblis mempercayai mereka, maka rencananya akan sukses, itulah sebabnya proposal itu didorong ke depan....."
"Taktik yang tidak berperasaan....."
"Sangat kejam....."
Itu adalah kejutan yang sangat kuat bagi para gadis itu. Menutup mulutnya dengan tangannya, Titania tidak dapat berbicara lebih jauh, dan Mizuki terlihat seperti akan menangis. Melihat mereka berdua seperti itu, Reiji melontarkan kekesalannya ke hadapan Gregory.
"Menggunakan orang seperti itu.... bukankah itu keterlaluan?! Untuk apa kau mengambil hidup orang begitu saja?!"
"Kehidupan pahlawan kami dan kehidupan prajurit bukanlah sesuatu yang bisa dibandingkan. Jika kami menyelamatkan beberapa tentara dan kehilanganmu, satu-satunya yang bisa menyelamatkan dunia ini, maka.... melihat gambaran yang lebih besar, mudah untuk melihat perbedaannya."
"Dan bahkan Suimei juga....!"
"Bahkan orang-orang dari korps perdagangan tidak ada hubungannya dengan itu. Tapi meskipun begitu...."
Reiji membiarkan emosinya yang keras menjadi liar saat dia berteriak dengan marah, dan mendengar suara sedih Mizuki, sepertinya Gregory tidak lagi bisa mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya terdiam. Dia mungkin memiliki pemikirannya sendiri tentang kehilangan rekan prajuritnya. Setelah melampiaskan amarahnya dengan berteriak, Reiji menanyai Gregory dengan nada putus asa.
"Apa.... tidak ada cara lain untuk mencegah ini?"
"Saat ini pasukan iblis sudah melewati pusat wilayah kekuasaan Shaddock dan kemungkinan berada di dekat pegunungan di perbatasan negara. Tidak ada yang bisa dilakukan....."
"Jika mereka sudah merencanakan ini selama ini, kenapa kau tidak mengatakan apapun sampai sekarang?!"
"A-Aku tidak punya pilihan! Aku diperintahkan untuk tidak mengatakan apapun sampai saatnya tiba. Sebagai seorang Ksatria tunggal, aku tidak memiliki hak untuk tidak mematuhi perintah seperti itu..... selain itu, pada saat aku mendengarnya sendiri, itu sudah...."
"T-Tidak mungkin.... kalau begitu Suimei-kun sudah...."
"Sepertinya dia sudah melakukan kontak dengan iblis. Menurut informasi, mereka mengetahui kalau Suimei-dono tidak memiliki ciri khas, mengenakan pakaian yang tidak biasa, dan bepergian dengan korps perdagangan menuju perbatasan. Tidak ada yang pasti, tapi meskipun mereka mencari hanya dengan itu...."
"T-Tapi.... jika dia melarikan diri dan bersembunyi di suatu tempat, maka....."
"Hal itu mungkin akan sulit. Entah bagaimana, para iblis bahkan telah menyebarkan jaring mereka sampai ke sini di Kekaisaran Nelferian. Berpikir seperti itu, skala dan jangkauan pasukan iblis pasti cukup besar. Selama mereka memiliki lokasi umum, aku yakin mereka akan menyapu setiap sudut dan celah suatu area untuk menemukan target mereka. Dan dalam hal itu, sebuah korps perdagangan yang tidak tahu apa-apa tentang situasinya akan....."
Mendengar dugaan Gregory, semua orang yang hadir meringis dalam keheningan di bawah beban emosi pahit seperti keputusasaan dan kesedihan. Menghadapi kabar buruk ini, perasaan Mizuki dan Titania pergi ke Suimei. Mengetahui Suimei tidak memiliki kekuatan untuk melindungi dirinya sendiri, mereka berdua takut akan nyawanya. Reiji memiliki kekhawatiran yang sama. Tapi akhirnya, Titania yang angkat bicara.
"Bagaimana dengan negara—Tidak, bagaimana dengan pertahanan di Metel dan Kota Kurant?"
"Begitu ya...... aku mengerti!"
Saat Titania menanyakan itu, Reiji tiba-tiba menyadari sesuatu. Reiji begitu terhanyut dengan semua pembicaraan tentang Suimei ini sehingga dia benar-benar mengabaikannya. Jika para iblis itu menargetkan Suimei, itu berarti mereka akan berada di dalam batas negara, dan ketika mereka bersentuhan dengan korps perdagangan, tidak mungkin mereka tidak mengamuk. Dan ketika itu terjadi, tidak dapat dihindari kalau kota-kota terdekat akan merasa terancam.
"Mengenai pertahanan Kota Kurant itu, Yang Mulia, mereka telah merekrut bantuan tentara bayaran dan mereka yang mampu bertarung dari Mage’s Guild di wilayah tersebut. Selain itu, mereka juga merekrut para elite dari Guild Petualang. Mengenai pertahanan Metel, para Ksatria dan divisi sihir terbaik telah dikumpulkan. Mereka saat ini sedang membentuk formasi."
"Jika mereka bisa melakukan itu dengan terampil, lalu mengapa menggunakan Suimei sebagai umpan?"
"Tidak ada cukup waktu untuk mengatur pasukan. Untuk mengulur waktu mengirim utusan dan mentransfer pasukan ke Kota Kurant, tidak ada cara lain selain mengorbankan Suimei-dono dan korps perdagangan...."
Tidak ada jalan lain. Untuk menyelamatkan banyak nyawa, beberapa nyawa harus dikorbankan. Reiji mengerti prinsipnya, tapi tidak terpikirkan untuk memperlakukan seseorang yang mereka panggil secara paksa ke dunia ini seperti itu. Saat pikirannya beralih ke Suimei yang tidak curiga, dia semakin frustrasi karena keengganan orang-orang ini untuk berdiri dan melindungi diri mereka sendiri. Mizuki di sebelahnya juga meneteskan air matanya di sudut matanya karena ketidakmanusiawian itu semua.
"Itu kejam. Itu sangat kejam...."
Air mata dan kesedihannya adalah perasaannya yang sebenarnya. Bahkan jika dia memiliki kekuatan untuk mengambil bagian dalam penaklukan iblis, dia masih seorang gadis normal di dalamnya. Mereka semua dipanggil dan diminta untuk membantu, dan beginilah cara orang-orang ini memperlakukan orang yang tidak mau bekerja sama? Hati siapa pun akan sakit seperti hatinya berada dalam situasi yang begitu menyakitkan.
Hal yang sama berlaku untuk Titania. Ekspresinya saat dia mengalihkan pandangannya ke bawah adalah campuran dari kejengkelan, penderitaan, dan kekecewaan. Dia sangat senang akhirnya berteman dengan Suimei ketika mereka berpisah, dan sekarang setelah mendengar semua ini.....
Di bawah beban moral yang berat, Gregory sekali lagi berlutut.
"Tolong terima permintaan maafku yang terdalam."
Apa gunanya meminta maaf lagi kepada mereka sekarang? Tidak ada yang bisa mereka lakukan tentang fakta kalau Suimei telah jatuh ke dalam bahaya. Reiji, Mizuki, maupun Titania tidak memiliki hal lain untuk dikatakan kepada Gregory. Kebencian mereka sudah habis. Tidak dapat menjernihkan perasaan mereka, yang tersisa hanyalah suasana suram yang menyelimuti mereka. Meski begitu, ada seorang Ksatria di puncak hidupnya menundukkan kepalanya tepat di depan mata mereka sampai-sampai alisnya ditekan ke tanah. Apa yang Ksatria itu harapkan dari meminta maaf sedemikian rupa? Apa hanya itu yang menurutnya wajib dia lakukan? Tampilan perasaan bersalahnya yang tulus? Selubung belaka untuk menyembunyikan gelak tawa rahasia di dalam hatinya? Sepertinya Ksatria itu memeras otaknya saat dia berspekulasi apa yang akan terjadi dari sini dengan sikap membenci diri sendiri.
Ah!
Sesuatu menghantam Reiji seperti sambaran petir. Begitu dia bisa memikirkannya dengan tenang, hal itu menjadi masuk akal.
"Reiji-kun?"
Mizuki bingung saat melihat mata Reiji tiba-tiba menyala.
"Cukup, Gregory-san."
"H-Hero-dono?"
Meraih kedua bahu Gregory, Reiji membawanya berdiri dan mengakhiri permintaan maafnya yang panjang dan dalam. Tidak perlu untuk itu. Sebaliknya, Reiji merasa dia harus berterima kasih padanya sekarang. Lagi pula.....
"Gregory-san. Sebenarnya, ketika mendengar cerita ini, kau juga disuruh diam, bukan? Aku membayangkan kalau kau diberitahu dengan tegas untuk memberitahu kami kalau ada iblis yang mendekat, dan untuk membimbing kami ke tempat lain."
Titania dan Gregory sama-sama membuka mata lebar-lebar. Mizuki berbicara untuk mencoba dan lebih memahami apa yang dimaksud Reiji.
"Reiji, apa maksudmu?"
"Jika Gregory-san hanya melakukan apa yang dikatakan bangsawan Hadorious ini, maka tidak perlu memberitahu kita tentang Suimei. Itu sudah cukup baginya untuk membuat kita berhasil melarikan diri. Tidak perlu berusaha keras untuk membangun kecurigaan kita terhadapnya."
"Ah....."
Nafas kesadaran Mizuki yang tenang lebih keras dari apapun di lingkungan mereka yang sunyi. Gregory sengaja memprovokasi ketidakpercayaan mereka. Itulah yang disarankan Reiji. Memikirkan kembali, hal itu tentu pengakuan yang aneh. Kesimpulan itu adalah kesimpulan sebelumnya kalau mengungkapkan apa yang terjadi pada Suimei akan menghasut Reiji, dan mengetahui itu, Gregory tidak punya alasan untuk bersikap curiga dan menyerahkan dirinya. Sebagai bawahan seseorang yang telah membuat rencana tercela sejak awal, dia punya banyak alasan untuk mencoba dan menyembunyikan kebenaran dari Reiji dan yang lainnya. Yaitu, kecuali dia secara halus mencoba mengungkapkan dirinya. Pada akhirnya, Gregory memberitahu mereka semua tentang hal itu dengan sukarela. Mungkin dia tidak tahan membawa rahasia kelam itu lagi. Mungkin dia juga tidak bisa menerima kebenaran yang mengerikan.
"Maaf, aku sudah kehilangan diriki. Aku minta maaf karena meneriakimu tanpa memikirkan situasimu."
"Hero-dono...."
Reiji menundukkan kepalanya dan dengan jujur meminta maaf kepada Gregory, yang terlihat penuh dengan emosi. Titania angkat bicara selanjutnya.
"Gregory, aku juga berhutang maaf padamu. Sampai aku mendengar penjelasan Reiji-sama barusan, aku menganggapmu tidak dapat dipercaya."
Mendengar Titania mengatakan itu, Gregory sekali lagi menundukkan kepalanya. Dan kemudian, seolah bertobat, dia mulai berbicara tanpa ragu.
"......Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa menipu kalian yang tidak memiliki ikatan dengan dunia ini dan dipanggil ke sini hanya demi mengalahkan Raja Iblis. Kalian menerima permintaan itu dengan sangat berani.... dan sekarang teman kalian dalam bahaya, bagiku untuk berpura-pura tidak tahu.... itu akan membuatku tidak lebih dari seorang penjahat."
Setelah memamerkan ketulusannya kepada mereka, Gregory sekali lagi menundukkan kepalanya.
"Tolong terima permintaan maafku yang tulus. Aku tidak berdaya untuk melakukan apapun."
"Tidak apa-apa. Maksudku....."
Bagi Reiji, bahkan jika orang lain yang harus disalahkan, tanggung jawab akhirnya berada di pundaknya. Dia seharusnya menjadi satu-satunya yang dipanggil ke dunia ini. Kedua temannya baru saja diseret. Lebih buruk lagi, dia menolak untuk mendengarkan nasihat sahabatnya sendiri. Itu sebabnya.....
".....Reiji-sama?"
Saat Reiji berdiri dan mulai lari, suara Titania mengejarnya. Ketika Reiji tidak terlalu menoleh ke belakang, Titania sekali lagi memanggilnya dengan suara panik.
"K-Ke mana kamu berniat pergi, Reiji-sama?!"
"Bukankah itu sudah jelas? Aku akan pergi menyelamatkan Suimei."
"Kamu pasti bercanda! Apa yang bisa kamu lakukan bahkan jika kamu pergi sekarang?!"
"H-Hero-dono! Aku mengerti bagaimana perasaanmu, tapi kamu tidak akan pernah sampai tepat waktu! Kita bahkan tidak punya kuda sekarang!"
"Kita masih punya satu—kuda milik Roffrey-san."
"I-Itu mungkin benar, Reiji-sama, tapi apa yang akan kamu capai dengan pergi? Bahkan jika kamu datang tepat waktu, kamu akan menghadapi seluruh pasukan iblis! Kamu hanya akan mati sia-sia!"
Titania memprotes Reiji untuk mencoba dan mencegahnya pergi. Hatinya berada di tempat yang tepat, namun Reiji tidak mundur, jadi dia terus menekannya untuk mempertimbangkan kembali.
"Reiji-sama, tolong pikirkan baik-baik. Jika sesuatu terjadi padamu, siapa yang akan mengalahkan Nakshatra?"
".......!"
Persis seperti yang dikatakan Titania. Reiji adalah seorang pahlawan. Dia adalah satu-satunya pahlawan mereka dan satu-satunya harapan mereka. Dia setuju untuk menyelamatkan mereka. Mengesampingkan semua itu dan bergegas ke kematian dini, dalam arti tertentu, merupakan pengkhianatan. Meski demikian, dia memiliki moral sendiri untuk dijunjung tinggi.
"Aku tidak akan...."
"R-Reiji-sama?"
"Aku tidak akan meninggalkan Suimei. Dia adalah temanku. Itu sebabnya...."
Bahkan saat Renji mengertakkan giginya dan mengepalkan tinjunya karena kesal, dia tidak mau menyerah. Dia ingin pergi dan membantu. Suimei adalah teman baiknya dan Mizuki. Reiji tidak ingin kehilangan Suimei. Jadi jika takdir kajam itu hendak datang dan membawanya, Reiji tidak bisa hanya duduk diam dan menonton itu terjadi.
Titania memohon kepada Reiji. Tatapan memohonnya terombang-ambing antara kepedulian terhadap Reiji dan kepedulian terhadap dunia pada umumnya. Dia ingin mendukung Reiji, tapi dia tahu apa yang akan terjadi jika Raja Iblis tidak terkalahkan. Dia bimbang. Mengalihkan pandangannya darinya, Reiji melihat ke arah Mizuki.
"Mizuki...."
"Aku.... aku...."
"Mizuki, ayo selamatkan Suimei!"
Meraih bahu Mizuki, Reiji menatap matanya dengan sungguh-sungguh. Dia memohon padanya untuk pergi menyelamatkan teman mereka dengan sepenuh hati. Dia pikir Mizuki akan setuju.
"Aku, uh...."
Tapi yang dilakukan Mizuki hanyalah gemetar.
"Aku....."
Ada tatapan jauh di mata hitam pekat Mizuki. Melihatnya, Reiji diingatkan kalau dia baru saja menyelesaikan pertempuran pertamanya beberapa saat yang lalu. Pertempuran itu adalah pertarungan nyata pertamanya. Pertama kalinya gadis itu berdiri melawan iblis. Gadis itu diliputi ketakutan yang belum pernah dia ketahui sebelumnya, dan jelas tidak mengatasinya dengan baik. Dalam perspektif, memintanya untuk menghadapi seluruh pasukan iblis adalah hal yang tidak masuk akal.
Tidak mungkin Reiji bisa memaksanya untuk melakukannya. Pasti ada yang salah dengannya bahkan karena meminta gadis yang ketakutan ini untuk mempertimbangkan hal seperti itu. Reiji menjadi pemarah dan terbawa emosi yang memuncak saat itu, namun sekarang dia memiliki waktu untuk menenangkan diri, segalanya tampak sedikit berbeda.
"Maaf, Mizuki....."
"R-Reiji-kun?"
Reiji berbalik saat dia meminta maaf, tapi permintaan maaf itu bukanlah konsesi. Dia masih tidak mau menyerah.
"Tidak apa-apa jika aku satu-satunya yang pergi. Semuanya, harap tunggu di tempat yang aman. Roffrey-san!"
Roffrey baru saja kembali dari patrolinya, dan Reiji memanggilnya dari jauh. Roffrey, yang tidak tahu apa yang baru saja terjadi, memiringkan kepalanya ke samping dan bergegas menghampirinya dengan menunggang kudanya.
"Ada apa, Reiji-sama?"
"Pinjamkan aku kudamu."
"Reiji-sama? Yah, aku tidak keberatan, tapi apa yang kamu...."
Roffrey turun dari kudanya, dan seolah mencoba mencegatnya, dua suara perempuan memanggil mereka.
"Tolong tunggu sebentar Reiji-sama!"
"Reiji-kun, tunggu!"
Mereka sangat panik, tapi kali ini, Reiji.....
★★★
Setelah berpisah dengan korps perdagangan untuk mengejar Lefille, Suimei melacak kehadiran mananya melalui hutan. Suimei telah mengikutinya untuk beberapa waktu sekarang, namun masih belum menyusulnya. Sepertinya Lefille terburu-buru untuk pergi sejauh mungkin dari korps perdagangan untuk mencegah masalah lebih lanjut. Itu adalah hal yang diharapkan Suimei dari seorang gadis yang telah melihat maksud dari Gallio dan menerimanya dengan mudah. Saat Suimei berjalan berkeliling mencarinya dan berpikir, dia menatap petak-petak langit mendung yang sulit dilihat melalui payung pepohonan di atas kepala.
Kami benar-benar kesulitan, ya? Tempat ini mungkin tempat yang disukai binatang buas atau monster fantasi untuk berkumpul....
Suimei berhenti sejenak untuk istirahat. Bersandar ke pohon terdekat, dia meminum air dari perbekalannya dan menghela napasnya dengan puas. Sepertinya dia bertemu monster di sekitar sini. Dalam pengertian itu, hutan di dunia ini jauh lebih berbahaya daripada yang biasa dia alami.
Bagiku untuk berjalan ke tempat seperti ini atas kehendakku sendiri itu....
Apa itu hal yang patut dipuji? Atau mungkin munafik? Suimei bertanya-tanya, tapi itu hanya menambah keraguannya. Sebelum dirinya bisa meneguk air lagi untuk menghilangkan dahaganya, Suimei dengan santai berbicara.
"Maaf menyela saat kamu sedang menguatkan dirimu, tapi bisakah kamu menghindari agar aku tidak terpotong menjadi dua?"
"—?!"
Suara Suimei diarahkan ke belakangnya pada orang yang mendekat, siap untuk menjatuhkan dirinya. Permintaan datar Suimei menggema melalui hutan yang sunyi, dan setelah beberapa saat, suara seseorang melangkah maju dan suara yang membingungkan namun akrab terdengar di telinganya.
".....Suimei-kun? Mengapa kamu ada di sini?"
"Yah, seperti yang kamu lihat, aku mengejarmu."
Saat Suimei berbalik, dia disambut dengan pemandangan Lefille menurunkan ujung pedang besarnya ke tanah. Karena Suimei menekan kehadirannya, Lefille mungkin salah mengira Suimei sebagai binatang buas dan berencana membelahnya menjadi dua bersama dengan pohon tempat dirinya bersandar. Setelah Suimei dengan tenang dan terus terang menjawab pertanyaannya, wajah Lefille berubah menjadi ekspresi muram.
"Kamu mengejarku....? Itu konyol. Sangat berbahaya jika bersamaku, tahu? Mengapa kamu mengejarku?"
"Yah, itu karena berbagai hal akan menyusahkanmu sendiri. Jadi aku khawatir denganmu."
"R-Rasa khawatirmu itu tidak perlu. Aku dapat mengaturnya entah bagaimana atau hal lainnya sendiri. Tindakanmu hanyalah campur tangan yang tidak diinginkan."
"Kamu kalau kamu bisa menghadapi bahaya di depanmu sendirian?"
"Itu benar."
Suimei menganggap bagian dari gadis ini agak keras kepala. Dan melihat gadis itu mengambil sikap seperti itu, dia memasang senyum sinis dan mengajukan pertanyaan tajam.
"Kalau begitu izinkan aku bertanya satu hal : apa kamu punya cukup persediaan air dan makanan?"
"Uh.... kalau itu, um...."
"Uh-huh."
Kehilangan kata-katanya, Lefille dengan canggung mengalihkan pandangannya ke samping. Sama seperti Suimei mengira dirinya bisa memberikan pukulan terakhir dan membuat gadis itu setuju, gadis itu sekali lagi mendapatkan kembali ketenangannya dan menyatakan sanggahan.
"Terlepas dari kritikmu itu, kamu tampaknya juga tidak membawa banyak persediaan. Seseorang yang tidak memiliki cukup makanan untuk dirinya sendiri tidak punya—"
"Bagaimana dengan ini?"
Menghancurkan ekspresi Lefille yang serius dan penuh kemenangan sebelum dirinya selesai berbicara, Suimei mengeluarkan banyak barang dari tasnya — jauh lebih banyak daripada yang bisa ditampung tas itu — dan menunjukkannya ke Lefille.
"......Hak untuk...."
"Tidak punya hak untuk apa? Apa kamu mengatakan kalau makanan yang aku bawa tidak cukup?"
Suimei berbicara dengan nada yang agak sombong, dan Lefille dibiarkan berdiri di sana berulang kali berkedip karena terkejut dan tidak percaya pada apa yang baru saja Suimei lakukan. Tidak ada orang waras yang akan mengatakan kalau persediaannya tidak mencukupi. Tas sekolah Suimei adalah benda yang spesial; tas itu menggunakan magicka untuk meningkatkan kapasitas internalnya secara substansial. Meski hanya terlihat seperti tas dokter, ukurannya seluas koper 150 liter. Dan ternyata sebagian besar penuh dengan perbekalan.
".....Apa-apaan dengan alat sihir yang mencurigakan itu?"
"Menyebutnya mencurigakan itu sedikit kejam.... tapi, dengan ini, kamu tidak bisa benar-benar mengatakan kalau campur tanganku tidak diinginkan, sekarang kan?"
"Itu benar, tapi..... Suimei-kun, apa kamu baik-baik saja dengan itu?"
"Apa kamu pikir aku akan mengatakan kalau aku sangat menyesalinya setelah aku sampai sejauh ini?"
"Itu..... maaf."
"Tidak mungkin, kan? Jika aku akan mendapatkan penyesalan karenanya, aku tidak akan datang sejak awal. Jadi jangan khawatir tentang itu."
Melihat Lefille terlihat sedih saat dirinya menundukkan kepalanya, Suimei mencoba membuat lelucon, tapi apa yang Suimei katakan itu benar. Suimei tidak akan pernah datang jika dirinya pikir dia akan menyesalinya. Fakta kalau dirinya berdiri di sini sekarang adalah bukti tekadnya. Tapi berpegang teguh pada harapan kalau Lefille bisa membuatnya mundur, dia terus memberinya alasan untuk mempertimbangkan kembali.
"Tapi kamu tahu kalau aku menjadi sasaran mereka."
"Ya."
"Lalu...."
Lalu.... apa? Apa Lefille berharap Suimei mengatakan kalau dirinya pantas ditinggalkan sendirian? Suimei merengut pada tuduhan yang menimpa gadis itu dan menyiksa gadis itu, dan berbicara terus terang pada gadis itu.
"Apa kamu mengatakan kalau akan lebih baik bagiku untuk pergi bersama korps perdagangan dan meninggalkanmu sendirian?"
"Itu...."
Setelah kehilangan rute pelariannya, Lefille ragu untuk berbicara lebih jauh sementara Suimei memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan. Melihat ke atas melalui celah-celah pepohonan, dia berbicara dengan pelan seolah-olah sedang berbicara dengan langit yang suram di atas.
"Hei, Lefille, sejujurnya, mana yang kamu pilih?"
"Aku pilih.....?"
"Antara aku tinggal bersamamu atau ikut pergi bersama mereka, mana yang kamu pilih?"
"B-Bukankah itu sudah jelas?! Akan lebih baik bagimu untuk mengikuti korps perdagangan! Itulah yang harus kamu lakukan!"
"Sungguh?"
"Y-Ya."
Lefille tidak terlihat senang saat menjawab pertanyaan berulang Suimei. Apa gadis itu dalam suasana hati yang buruk karena Suimei tidak akan mempercayainya, atau apa gadis itu hanya mencoba untuk bersikap berani? Suimei mengacungkan jari telunjuknya ke arahnya dan menghancurkan perlawanan terakhirnya dengan satu kalimat.
"Kalau begitu, bisakah kamu bersumpah kepada Alshuna atau siapapun itu kalai kamu tidak berbohong?"
"Apa?! Itu...."
"Itu?"
"Kamu..... cukup keras kepala juga, bukan?"
Setelah Lefille menghela napas karena mengalah, Suimei menanyainya sekali lagi.
"Jadi, bagaimana?"
"Itu..... akan sangat membantu jika kamu ikut. Tapi–"
"Kamu tahu, tidak ada alasan nyata untuk mengurung diri kita sendiri dengan mengatakan apakah yang aku lakukan itu benar atau tidak. Jika kamu baik-baik saja dengan itu, kita akan membiarkannya begitu saja. Itu akan membuat segalanya menjadi baik dan sederhana, bukan?"
"Ah...."
Lefille benar-benar kehilangan kata-katanya. Jika mereka terus membicarakannya dan mendorong masalah itu terus menerus, apa yang akan terjadi? Bukannya mereka harus menemukan solusi yang sempurna. Suimei memberi jawaban, dan Lefille mendengarkan. Hanya itu saja. Hanya itu yang diperlukan untuk menghilangkan simpul rasa sakit dan kesedihan di dalam hati gadis itu. Itu sebabnya Suimei tidak ingin gadis itu mengatakannya lagi. Ke mana pun percakapan berlanjut dari sana, percakapan itu tidak akan ada artinya. Tidak perlu menyeretnya lebih jauh, jadi Suimei menghentikannya untuk mencoba lagi.
"Apa yang salah? Kamu masih punya keluhan?"
"Tidak, kamu benar.... seperti yang kamu katakan."
Berbeda dengan sebelumnya, Lefille terdengar sedikit lega. Seperti ada bagian dari hatinya yang tidak terbebani. Gadis itu tidak sepenuhnya jujur pada dirinya sendiri, namun saat ini, gadis itu merasa nyaman. Sambil menggaruk kepalanya, Suimei menghela napasnya. Melihatnya dari sudut pandang orang luar, Suimei pasti tidak membuat pilihan yang tepat. Tapi terkadang benar dan salah ada di mata yang melihatnya. Suimei percaya kalau apapun hasilnya, pilihan terbaik adalah yang dirinya buat untuk dirinya sendiri.
Dan juga, sejujurnya, agak memalukan untuk digerakkan oleh perasaan sederhana.
"Maaf, Suimei-kun."
"Mengapa kamu meminta maaf sekarang?"
"Alasan iblis muncul kemungkinan adalah salahku. Itu sebabnya....."
"Ah, perkataan tidak jelas dari iblis berotot itu, ya? Tapi sepertinya iblis itu tidak mengenalimu sampai dia bertemu denganmu. Dan sepertinya dia tidak menargetkanmu sejak awal, tidak peduli bagaimana aku melihatnya."
Suimei mengajukan keberatan atas permintaan maaf Lefille. Gadis itu terlalu cemas setelah tuduhan yang dilontarkan padanya. Hal-hal yang dikatakan Rajas agak terfragmentasi, dan ada bagian yang tidak masuk akal untuk disematkan pada Lefille. Para petualang sudah terlalu siap untuk menyalahkannya, namun memikirkannya secara rasional, jauh lebih masuk akal kalau iblis itu sedang mencari sesuatu yang lain dan baru saja terjadi padanya dalam prosesnya.
Apa yang terjadi sebenarnya adalah kesalahan dari sebuah kepanikan. Mereka tidak dapat bersatu menghadapi kekuatan iblis, dan lebih mudah untuk menyalahkan seseorang menjadi sasaran dengan mudah. Dalam hal itu, Lefille hanya kurang beruntung. Tidak ada seorang pun di sana yang tenang atau waras setelah diserang seperti itu, dan dunia ini penuh dengan orang-orang yang kurang murah hati. Orang sering dijadikan kambing hitam dalam situasi mengerikan seperti itu. Hanya karena itu, namun Lefille tampaknya tidak sepenuhnya yakin.
"Tidak, mereka seharusnya masih bertempur dengan Thoria dan berbagai negara di barat. Tapi mereka melewati wilayah itu dan mengirim pasukan ke Astel. Aku tidak bisa memikirkan kemungkinan lain....."
"Apa maksudnya itu? Kamu pikir mereka datang ke sini hanya untukmu? Kamu benar-benar berpikir kalau dirimu seistimewa itu, ya?"
"A-Aku serius di sini, tahu! Jangan mengolok-olokku!"
"Hahaha, salahku, maaf. Maksudku, kamu memang sangat spesial."
Setelah meminta maaf karena bercanda, Suimei mengubahnya menjadi pujian. Tapi untuk beberapa alasan, yang Suimei terima sebagai balasannya adalah seringai tidak puas dan suara tegas.
"Saat kamu mengatakannya seperti itu, aku merasa kalau kamu sedang mengolok-olokku."
"Tidak sama sekali. Pikirkan saja seberapa kuat dirimu itu. Pikirkan tentang berapa banyak dari mereka yang kamu habisi dalam waktu yang aku perlukan untuk menangani salah satu dari mereka."
Sejujurnya itulah yang dipikirkan Suimei setelah pertempuran mereka. Namun Lefille masih terlihat tidak puas dengan sesuatu. Gadis itu membuat cukup ekspresi cemberut seperti dirinya masih punya satu atau dua hal untuk dikatakan. Mengesampingkan itu, Suimei melanjutkan pembicaraan.
"Jadi, mari kita pikirkan.... Iblis berotot itu mengatakan kamu adalah orang yang selamat dari Noshias. Jika aku ingat benar, Noshias itu...."
"Meski begitu asing dengan negara ini, kamu tahu tentangnya, ya?"
"Ah, um, ya...."
Suimei memberikan jawaban yang tidak jelas, merasa seperti orang bodoh saat mengingat situasinya. Dia tidak terbiasa dengan pengetahuan umum dunia ini, jadi mengetahui detail kejadian terkini dan hal-hal seperti itu terlihat sedikit aneh. Suimei mengerang pada dirinya sendiri, dan Lefille mulai mengomentari detailnya.
"Ya, itu memang benar. Seperti yang iblis itu katakan, aku adalah orang selamat dari Noshias."
Lefille mengaku dengan suara pelan. Mungkin itu identitas yang dia coba tutupi. Dia adalah orang yang selamat dari negara yang dimusnahkan oleh iblis. Hal itu adalah posisi yang menyedihkan.
"Jika ingatanku benar, tempat itu adalah negara yang terletak di perbatasan antara wilayah manusia dan wilayah iblis. Yang pertama diserang, kan?"
"Aku heran kamu tahu itu."
"Itu adalah berita besar.”
Kejatuhan Noshias adalah salah satu pemicu yang membawa Suimei ke dunia ini. Tidak mungkin dia akan melupakannya. Kembali ke topik yang sedang dibahas, Lefille membenarkan apa yang Suimei katakan dengan suara kesepian.
"Ya. Noshias adalah negara yang menahan iblis selama beberapa waktu. Tapi meski begitu, negara itu benar-benar hancur dalam satu bulan."
"Tapi aku mendengar tentara iblis yang menyerangnya berjumlah lebih dari satu juta."
"Satu juta? Aku tidak tahu dari mana asalnya, tapi aku bertanya-tanya tentang itu. Aku belum pernah melihat sebanyak itu sebelumnya, jadi aku tidak bisa memastikannya."
Kata-kata Lefille dingin dan blak-blakan, tapi gadis itu hampir terdengar seperti sedang mengeluh. Tidak dapat membaca apa yang gadis itu katakan, Suimei menurunkan alisnya. Lefille menyipitkan matanya dan melihat ke kejauhan, matanya mendung seperti cahaya di dalamnya telah redup.
"Mereka seperti lautan. Mereka menutupi daratan sejauh mata memandang. Mereka tak terhitung jumlahnya, dan mereka membanjiri perbatasan negara seperti gelombang saat mereka menyerang."
Lefille mengingat semua itu. Dan saat Suimei samar-samar membayangkan adegan itu, Suimei mendengar dirinya menelan ludah. Bayangan mental tentang tsunami makhluk hidup yang menimpa gadis itu bukanlah gambaran yang menyenangkan. Mereka menyerbu daratan dan mengaburkan cakrawala dalam pendekatan mereka yang menyapu dan mematikan.
"Jadi.... saat itulah kamu bertemu iblis berotot itu?"
"Maksudmu Rajas? Aku akhirnya harus melawannya saat itu. Seperti yang kamu dengar sebelumnya, iblis itu tampaknya adalah salah satu dari tujuh jenderal iblis."
"Setelah kamu menyebutkannya kembali, iblis itu memang mengatakan sesuatu seperti itu."
Suimei mengingat pengenalan diri Rajas. Dia adalah salah satu dari sedikit orang terpilih yang dipercayakan dengan pasukan oleh Raja Iblis Nakshatra, atau begitulah yang dia nyatakan dengan berani.
"Ada tujuh dari mereka?"
"Ya, aku ingat pernah mendengarnya saat itu juga. Aku tidak tahu detail lengkapnya, tapi iblis itu membual tentang memimpin tiga dari tujuh pasukan."
"Tiga dari itu? Dan kamu mengatakan ada kemungkinan lebih dari satu juta... maka itu berarti, secara total...."
Kenyataannya tampaknya semakin suram dan semakin suram semakin banyak mereka membicarakannya. Hal itu tidak seperti Suimei pernah meringankan situasi, tapi hal itu meninggalkan perasaan tidak enak. Jika tiga pasukan merupakan satu juta atau lebih iblis, maka seluruh kekuatan mereka setidaknya dua kali lipat. Dan berdasarkan apa yang dirinya dengar dari Lefille barusan, jumlahnya bahkan tidak cukup untuk bertarung dengan adil. Lawan mereka bukan manusia. Pikiran kalau melawan mereka semua iblis itu akan ditempatkan di pundak hanya beberapa pahlawan yang dipanggil sama sekali tidak masuk akal. Hal itu berlaku untuk Suimei yang juga dipanggil ke sini, tapi lebih dari dirinya sendiri, dia mengkhawatirkan Reiji dan Mizuki yang benar-benar menerima tugas itu.
"Ketika aku bertarung melawan Rajas saat itu, aku tidak dapat melakukan apapun dari kekuatannya. Unit kami dialihkan, dan setelah itu, iblis perempuan itu...."
"Iblis.... perempuan? Apa sesuatu terjadi?"
"Tidak.... bukan apa-apa. Tapi.... kemungkinan Noshias yang menjadi sasaran pertama lebih dari sekadar lokasinya di perbatasan."
Hal itu mungkin alasannya untuk mengatakan kalau iblis telah menembus wilayah manusia untuk mengejarnya. Dan Suimei tahu apa yang mereka cari.
"Telesma?"
"'Telesma?'"
"Ah, maaf, maksudku kekuatanmu itu. Kembali ke tempat asalku, begitulah kami menyebutnya sebagai 'Telesma'."
"Ada orang lain yang memegang kekuasaan sepertiku bahkan di timur?"
"Tidak, tidak ada yang memiliki kekuatan seperti milikmu, tapi, yah.... kami memiliki sesuatu yang cukup dekat untuk memiliki nama untuk itu."
Suimei memiringkan kepalanya ke samping seolah dirinya sendiri tidak yakin dengan apa yang dirinya katakan. Hal itu tampaknya semakin membingungkan Lefille, dan gadis itu juga memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung. Itu wajar saja. Kemungkinan di dunia ini, definisi Telesma berbeda dengan dunia Suimei. Di sini mereka tidak memiliki pengaruh alam dan sains yang melawan mistis, dan mereka bahkan tidak memiliki pengetahuan yang diperoleh dari berbagai studi di magicka. Mereka tidak mungkin memiliki banyak informasi tentang Telesma, dan mereka pasti tidak mengetahui detailnya.
Lefille menghabiskan waktu sebentar untuk mencoba memahami maksud Suimei, namun tidak menghasilkan apapun.
"Aku tidak tahu maksud dari kata itu, tapi seperti yang kamu katakan. Kami menyebutnya kekuatan roh. Di negara kami, kekuatan itu dikatakan sebagai kekuatan yang digunakan untuk melawan iblis di masa lalu."
"Setelah kamu menyebutkan itu, kamu mengatakan kalau teknik pedangmu adalah sesuatu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Apa itu sama?"
"Ya. Nenek moyangku lahir dari campuran manusia dan roh. Agar manusia memiliki cara untuk melawan iblis, hal sepertinya itulah adalah sesuatu yang diatur oleh Dewi Alshuna. Teknik pedangku juga lahir sekitar waktu itu, dan sepertinya dulu sekali, pedang dan kekuatan ini juga membantu pahlawan yang dipanggil."
"Seorang pahlawan? Seriusan?"
Mendengar kata tak terduga dari Lefille itu, Suimei dalam diam berbicara pada dirinya sendiri. Dia tidak mengira nenek moyang Lefille akan membantu pahlawan yang dipanggil di masa lalu. Sekarang keturunan mereka bepergian bersama dengan seseorang yang menolak untuk menemani sang pahlawan. Hal itu adalah karma yang sangat ironis. Lefille kemudian membuat ekspresi sedih dan kesepian sambil terus berbicara.
"Aku juga ingin menggunakan kekuatan ini untuk melindungi orang. Untuk menyelamatkan mereka, itulah yang aku pikirkan, tapi pada akhirnya, itu hanya mimpi yang tidak dapat diraih. Dan sekarang.... di sinilah aku."
Saat Lefille berbicara, dia dengan sedih mengarahkan pandangannya ke bawah. Dia melarikan diri dari tanah airnya, menjadi seorang petualang, dicemooh oleh fitnah tak berdasar, dan akhirnya dipaksa ke pengasingan dan isolasi. Tentunya itu hanya membuatnya merasa semakin tidak berdaya.
Lefille memiliki wajah dari seorang gadis yang mimpinya hancur di bawah beban kejam dari kenyataan. Suimei bisa melihat itu. Gadis itu memiliki keinginan untuk melindungi orang-orang. Itu adalah keinginannya yang murni dan sungguh-sungguh. Keinginannya yang murni dan sungguh-sungguh yang ditolak secara tidak adil oleh kebencian orang lain. Wajahnya mengatakan itu semua. Bahwa dia telah menderita melalui segalanya dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Dia merasa seperti sedang dihukum.
"Hei, Lefille, apa sebenarnya para iblis itu?"
"Mereka? Sejujurnya, aku tidak terlalu mengetahuinya. Tapi sepertinya tidak ada seorang pun di seluruh dunia yang tahu dengan sangat detail. Ada cerita dan berbagai hal yang telah diwariskan, tapi tidak seperti ada sesuatu hal untuk mengetahui tentang para iblis itu."
"Dan bagaimana dengan sedikit hal yang diwariskan?"
"Dahulu kala, ada Dewa Jahat yang bertengkar dengan Alshuna..... yang kita bicarakan sebelumnya.... Dewa Jahat itu tampaknya membanggakan kekuatan yang sangat besar, dan pada akhirnya, dikalahkan di hadapan Alshuna, Elemen, dan roh, dan Dewa Jahat itu diusir ke lembah di antara dunia."
Suimei mengangguk sambil berpikir. Kembali pada bagian awal perjalanan mereka, Lefille telah membicarakan hal-hal ini. Suimei kebanyakan ingat apa yang gadis itu katakan. Dan ketika gadis itu berbicara tentang lembah di antara dunia, Suimei berasumsi kalau yang gadis itu maksud mungkin adalah ruang antara dunia ini dan dunia di luarnya, atau singkatnya, ruang kecil di langit yang disebut alam astral.
"Para iblis sepertinya adalah pelayan dari Dewa Jahat. Mereka menerima Divine Protection darinya, dan ingin mengisi dunia dengan kekacauan dan kematian."
Kekacauan adalah cara yang bagus untuk menggambarkannya. Namun hanya berdasarkan fakta kalau mereka dipengaruhi oleh Dewa Jahat, tampaknya jelas kalau skala urusan mereka cukup besar. Mungkin mereka tidak jauh berbeda dengan pemuja iblis. Dalam hal itu....
"Kamu mengatakan tentang Divine Protection, jadi apa sumber kekuatan mereka adalah Dewa Jahat ini?"
"Ya, setelah kamu menyebutkan itu, kupikir ada teori tentang hal seperti itu. Tapi aku tidak terlalu mengingatnya...."
"Hmm...."
"Apa ada yang salah, Suimei-kun?"
"Hmm? Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang membuat teoriku sendiri tentang apa sebenarnya para iblis itu."
"Oh? Sebuah teori? Kedengarannya menarik."
"Apa kamu ingin mendengarnya?"
"Kamu membuatku menjadi penasaran."
Saat Lefille berkata itu, namun terkikik memikirkan betapa seriusnya Suimei menanggapi ini. Namun pada saat yang sama, gadis itu pikir itu wajar saja. Gadis itu memang berharap untuk mendengar sesuatu yang menarik, namun gadis itu tampaknya tidak benar-benar berharap Suimei bisa mengetahui apapun.
"Baiklah. Yah, untuk memulainya, aku harus menindaklanjuti berbagai hal tentang Dewa Jahat ini...."
Suimei memikirkan iblis dan malaikat di dunianya ketika dia memikirkan roh, namun pada dasarnya, roh hanyalah isapan jempol dari alam astral yang mentransmisikan kekuatan, mirip dengan dewa. Mereka diberi nama saat dipanggil, dan baru setelah itu mereka benar-benar bermanifestasi sebagai iblis dan sejenisnya.
Di dunia lain, roh pada umumnya adalah semacam eksistensi samar dengan kekuatan, tapi tidak ada bentuk atau sosok nyata. Tapi para dewa, termasuk para dewa di dunia ini, kemungkinan besar memiliki tatanan yang lebih tinggi daripada roh. Mereka bukanlah keberadaan yang kabur atau abstrak seperti roh, namun makhluk asli dengan arah yang jelas dalam kehendak dan kekuatan mereka yang luar biasa. Dengan kata lain, keberadaan yang dikenal sebagai Dewa Jahat itu—
"Dewa Jahat di lembah di antara dunia — dengan kata lain, alam astral — ingin mengisi dunia ini dengan kekacauan. Bahkan sekarang, Dewa Jahat itu mengawasi dengan waspada untuk kesempatan melakukannya dari alam astral. Namun, karena keberadaannya yang ada di sana, tidak seperti dulu ketika bertengkar dengan Dewi itu dulu, Dewa itu tidak dapat mengganggu dunia ini secara langsung. Itu sebabnya, sebagai gantinya, iblis yang bertindak sebagai pelayannya digerakkan oleh keinginannya. Mereka dipinjamkan kekuatan untuk keyakinan mereka dan sekarang mencoba untuk mendorong dunia ke dalam kekacauan."
"Hah...."
"Yah, ini sedikit klise, tapi dari apa yang aku dengar, mungkin seperti itu Berdasarkan cerita itu, sepertinya mereka mencoba menghancurkan dunia daripada mengambilnya kembali, tapi—Ups."
Suimei tidak yakin apa itu berlaku untuk semua iblis, jadi saat dia menyebutkannya, dia menyadari kalau dia mulai tergelincir dan kembali ke jalur semula.
"Yah, cukup untuk detail di baliknya. Para iblis yang bertindak sebagai boneka itu.... mari kita lihat. Mari kita mulai dengan spesifikasi mereka.... kekuatan fisik tubuh mereka adalah manusia super, jadi mereka adalah makhluk yang mengikuti jalur evolusi yang berbeda, atau mungkin Dewa Jahat itu atau apapun itu yang merancang mereka untuk menjadi seperti itu. Aku tidak punya cukup banyak hal untuk mengatakan yang lainnya, tapi itulah kesan yang aku dapatkan."
"Itu memang teori yang menarik."
"Terima kasih. Bagaimanapun, karena kamu menyebutkan Divine Protection, aku menduga sebagian besar kekuatan yang mereka gunakan berasal dari Dewa Jahat ini. Kekuatan itu adalah aura hitam pekat yang keluar dari mereka."
"....Bukankah itu hanya kekuatan karakteristik dari para iblis itu?"
"Seperti itulah kelihatannya, tapi itu bukanlah jenis kekuatan yang biasanya dimiliki makhluk hidup. Ada semacam hukum yang menetapkan kekuatan yang secara inheren menentang dunia tidak secara alami terjadi di dalam dunia. Memikirkannya secara praktis, tidak ada yang secara sadar menciptakan sesuatu yang akan menghancurkan diri mereka sendiri, bukan? Dunia bekerja dengan cara yang sama. Begitulah caramu mengetahui kekuatan seperti itu tidak wajar. Itu berarti mereka tidak dapat memilikinya kecuali mereka mendapatkannya dari tempat lain, dan tempat lain itu..."
"Dewa Jahat?"
"Singkatnya. Fakta kalau para iblis menggunakan kekuatan itu membuktikan keberadaan Dewa Jahat. Tapi itu cerita yang cukup melelahkan."
Pada akhirnya, para iblis adalah konsekuensi dari Dewa Jahat. Itu adalah bagian yang paling merepotkan.
"Jadi Alshuna atau apapun itu adalah eksistensi yang melawan Dewa Jahat, jadi sepertinya dia berakar pada kepercayaan manusia dan demi-manusia di dunia ini, yang menandainya sebagai musuh iblis."
Saat Suimei mengakhiri penjelasannya, Lefille menyipitkan matanya seolah dirinya sedang mengamati detail dari apa yang Suimei katakan. Gadis itu sepertinya sedang mengumpulkan pikirannya. Akhirnya, Suimei dengan tenang meminta pendapatnya.
"Jadi bagaimana? Apa kamu pikir teori ini, masuk akal?"
"Tentu. Tampaknya masuk akal. Ini adalah pertama kalinya saya mendengar sesuatu yang menyentuh sumber kekuatan iblis. Berdasarkan apa yang kamu katakan dan memikirkan kembali apa yang telah aku dengar, tampaknya agak masuk akal."
"Cukup benar, ya?"
"Yup, tentu. Ada banyak hal yang perlu dipikirkan. Kami luar biasa, Suimei-kun."
Saat Lefille memberikan anggukan yang terlalu serius seolah dirinya mengagumi hasil karya otak pemuda itu, Suimei menambahkan penjelasan tambahan.
"Kebetulan, aku pikir alasan manusia bisa melawan iblis adalah karena Divine Protection dari Alshuna itu, kecuali kamu. Itulah alasan mengapa orang normal pun memiliki kekuatan untuk melawan mereka. Elemen juga termasuk dalam kategori hal-hal yang menentang Dewa Jahat, jadi sihir dari penyihir juga efektif."
Itu sebabnya bahkan serangan fisik biasa bisa melukai mereka. Karena orang-orang di dunia ini memiliki cara hidup yang terikat pada keyakinan, kekuatan itu secara alami ada di dalam diri mereka. Dan di atas semua itu, para penyihir di dunia ini memanggil kekuatan Elemen yang terhubung kuat dengan Alshuna dan para roh, yang memberi mereka kekuatan efektif tambahan melawan para iblis itu.
Bagaimanapun, itu adalah teori Suimei. Karena iblis memiliki Divine Protection dari Dewa Jahat mereka, pada dasarnya, hanya sihir dari dunia ini yang menentang hal seperti itu yang akan benar-benar berhasil melawannya. Namun, selama Dewa Jahat itu sendiri berada di alam astral, itu akan berakhir dalam kategori yang sama dengan dewa dan iblis dari alam astral. Akibatnya, iblis adalah garis keturunan dari keberadaan jahat, dan magicka akan efektif melawan mereka juga. Dan saat Suimei sedang memikirkan ini untuk dirinya sendiri....
"Suimei-kun."
"Hmm? Ada apa?"
"Hanya saja, siapa sebenarnya kamu?"
Itu adalah pertanyaan yang jujur. Daripada curiga dengan identitasnya, Lefille tampaknya benar-benar ingin tahu siapa Suimei sebenarnya. Dan menanggapi itu, Suimei menjawab terus terang.
"Aku juga ingin tahu itu. Lebih baik lagi, bukankah sudah saatnya kita mencari tempat untuk beristirahat?"
".....Kamu benar. Ayo pergi."
Saat hutan mulai gelap, Lefille menatap langit mendung yang mulai membiru dan setuju dengan itu. Suimei berpikir sejenak, dia melihat gadis itu mengangkat bahu karena kecewa dari sudut matanya. Jadi, sekarang dengan Lefille bersamanya, Suimei sekali lagi mulai berjalan melewati hutan.
★★★
Sore itu setelah bertemu dengan Lefille, sambil menyerahkan dirinya dengan riang ke udara malam yang sejuk, Suimei menatap langit berbintang di dunia aneh ini sendirian dari permukaan batu dengan pemandangan yang bagus.
"Hmm...."
Tersebar di depan latar belakang ungu tua bercampur kegelapan adalah langit berbintang yang indah. Langit itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dia lihat di dunianya yang modern dan tercemar. Dan sambil mengagumi pemandangan itu, Suimei mengukur arah yang akurat menggunakan ramalan bintang.
Suimei tidak tahu apapun tentang konstelasi di dunia ini, namun setelah menghabiskan beberapa hari di dunia ini dan menatap langit malam beberapa kali, dia setidaknya memiliki pemahaman umum tentang posisi bulan dan bintang. Dia telah mencapai titik di mana dia bisa menghitung arah dasar mereka tanpa masalah. Namun.....
Bahkan jika aku bisa menggunakannya, hanya sebatas ini, ya?
Semakin lama Suimei tinggal di dunia ini, semakin banyak rasa sakit kepala yang dia rasakan. Terlepas dari apa yang berhasil dia kumpulkan sendiri, ramalan bintang yang bisa dilakukan Suimei saat ini di sini terbatas. Dia pasti bisa mengidentifikasi spektrum bintang, dengan kata lain, cahaya yang diproyeksikan oleh bintang. Dari sana, dia kurang lebih bisa menyimpulkan kategori magickal yang termasuk dalam bintang-bintang dan atribut apa yang mereka miliki, dan hal itu memungkinkan untuk menggunakan magicka. Namun ketika datang ke ramalan bintang klasik, meramal, dan aplikasi magicka yang paling efektif menggunakan kekuatan bintang, karena dia tidak dapat menggunakan nama bintang atau artinya terkait itu, dan karena dia tidak bisa membuktikan pengaruh konstelasi itu, dia tidak dapat mewujudkan potensi penuh mereka di dunia ini.
Sebagai contoh, Enth Astrarle akan menjadi contoh yang bagus. Kembali ke dunianya sendiri, selama waktu dan kondisi selaras, itu adalah magicka yang dibanggakannya memiliki kekuatan penghancur yang jahat. Namun di dunia ini, dia bahkan tidak bisa menggunakannya setengah dari potensi maksimalnya. Dan mengetahui salah satu mantra paling kuat yang dia banggakan dalam pertempuran direduksi menjadi keadaan yang begitu sederhana, Suimei tidak dapat menahan helaan putus asa yang keluar dari bibirnya.
Setelah berbicara tentang iblis dengan Lefille, hari mulai gelap saat mereka bergerak lebih jauh ke dalam hutan untuk mencari tempat berkemah. Mereka kebetulan bertemu sekelompok serigala namun menghindari menemui monster mana pun, dan berhasil menemukan lubang air dan gua yang tampaknya cukup cocok untuk menghindari angin malam.
Saat itu, matahari sore sudah setengah tenggelam, dan jubah senja perlahan merayap melintasi langit di atas bahu kanan mereka. Jadi saat malam tiba, mereka segera menyelesaikan kemah dan menyiapkan makanan. Setelah makan, Lefille beristirahat sendirian dan Suimei pergi melihat bintang, yang membawa kita ke masa kini.
Menatap langit berbintang, Suimei merenungkan apa yang ada di depannya. Mengikuti kata hatinya dan melompat ke sini baik-baik saja, namun dia bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dengan berbagai hal sebagaimana adanya, sepertinya dia berada dalam pertempuran lain dengan iblis yang disebut Rajas.
"Iblis itu bilang dia akan membawa pasukannya lain kali..."
Suimei mengukur pikirannya saat dirinya mengingat jenderal iblis yang dia hadapi sore itu. Rajas telah memberitahu Lefille kalau iblis itu akan membawa bawahannya. Suimei tidak mengira iblis itu akan muncul dengan pasukan yang setara dengan apa yang dibicarakan Lefille, tapi sepertinya mereka sedang merencanakan semacam gerakan militer. Suimei harus siap menghadapi sesuatu dalam skala itu.
Itulah mengapa Suimei sangat menyesalkan fakta kalau dia tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan Enth Astrarle. Memang benar kalau hanya magicka tertentu yang efektif melawan iblis, namun seperti yang dia pelajari sebelumnya dari menggunakan api Ashurbanipal, mantra akan bekerja selama kekuatan penghancurnya melampaui aura gelap yang dimiliki iblis. Dia bisa kurang lebih membanjiri para iblis itu dengan kekuatan magis yang kasar. Jadi tidak dapat menggunakan kekuatan penghancur maksimum dari magicka-nya yang dimaksudkan untuk memusnahkan musuh yang dikerahkan di area yang luas adalah kecacaran yang tidak menguntungkan. Dan saat Suimei menghela napas panjang atas masalah yang akan datang....
"Hmm? Lefille?"
Gadis itu keluar dari gua tanpa Suimei sadari, tapi Suimei melihat sekilas sosok mungilnya saat gadis itu berjalan pergi. Gadis itu tampak hanya mengenakan pakaian Ksatria-nya dan bukan armor-nya. Apa yang gadis itu lakukan? Langkah kakinya terlihat goyah dan tidak seimbang. Seolah-olah gadis itu ditarik oleh seutas benang, gadis itu pergi lebih dalam ke hutan.
Ke mana gadis itu pergi larut malam tanpa membawa senjatanya? Setelah makan malam, gadis itu mengatakan kalau dirinya sedikit lelah dan pergi dari Suimei untuk beristirahat. Di antara pertempuran dengan iblis, insiden dengan korps perdagangan, dan pertemuan mereka dengan serigala, kelelahannya sepertinya telah menyusulnya. Jadi apa yang gadis itu lakukan sekarang?
"Jika aku ingat, arah itu...."
Lefille menuju ke arah lubang berair : air terjun kecil dan sungai kecil. Tapi mereka sudah membawa semua air yang mereka butuhkan ke gua, jadi seharusnya tidak ada alasan baginya untuk kembali ke sana.
"........."
Sebuah firasat buruk mengalir di punggung Suimei dalam bentuk rasa dingin, dan dia mencoba untuk menghilangkan sensasi tidak menyenangkan dari belakang lehernya saat dirinya merenungkan apa yang akan terjadi. Ada sesuatu yang aneh dari cara Lefille berjalan. Gadis itu terlihat goyah; Dan itu tidak normal. Selain itu, gadis itu pergi ke hutan tanpa senjata. Pasti ada sesuatu yang terjadi.
Dan dalam hal ini, pilihan terbaik adalah mengejarnya.
Dengan pemikiran itu, Suimei melompat dari permukaan batu dan mengikuti Lefille, yang semakin masuk ke dalam hutan. Memotong semak-semak dan melewati antara pepohonan, dia tiba di lubang air tak lama kemudian. Ketika dia melangkah keluar dari barisan pohon, kakinya menginjak sesuatu yang terbuat dari kain, dan langsung terpeleset.
"Whoops..... apa ini?"
Tanpa peringatan, dia akan jatuh dengan pantatnya tepat ke tanah sama seperti saat dia pertama kali dipanggil ke dunia ini. Untungnya, bagaimanapun, dia berhasil menangkap dirinya tepat pada waktunya. Setelah meluruskan posturnya, dia melihat ke bawah untuk melihat apa yang dia membuatnya terpeleset. Dia membungkuk dan mengambilnya dengan kedua tangan dan memperhatikannya baik-baik.
"Heeh–?!"
Suimei tanpa sadar mengeluarkan napas kaget, dan pikirannya yang bingung menjadi sedikit kosong. Dengan apa yang hanya bisa digambarkan sebagai ekspresi bodoh di wajahnya, dia menatap benda yang dia pegang dengan bingung. Tidak diragukan lagi benda itu adalah pakaian. Tidak hanya itu, pakaian itu adalah salah satu yang sering dilihat Suimei akhir-akhir ini. Memang, pakaian itu adalah pakaian Ksatria yang sama yang Suimei lihat Lefille kenakan dari atas permukaan batu.
"T-T-Tunggu dulu, sebentar.... ini....."
Alasan Suimei bahkan tidak bisa berbicara dengan benar adalah pemandangan yang terbentang di hadapannya. Kebingungan dan kepanikannya dipercepat oleh pikirannya yang bingung, dan hanya itu yang bisa dia lakukan untuk berbicara terbata-bata pada dirinya sendiri. Dia menemukan pakaian yang dilepaskan dari seorang perempuan yang dekat dengannya. Hal itu saja sudah cukup untuk membingungkan hampir semua laki-laki, namun ketika Suimei melihat sekeliling, celana dalamnya juga ada di tanah di dekatnya. Hal itu hanya bisa berarti satu hal.
"Dia tidak mengenakan pakaian apapun. Itu artinya....."
Suimei yang tercengang perlahan menyatukannya semua itu. Pakaian seorang gadis di tanah + celana dalamnya = tidak digunakan. Dan saat Suimei mengerjakan matematika iblis itu di kepalanya, pandangannya mengembara ke arah tepi air seolah ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat. Di sana, matanya tertuju pada tubuh telanjang Lefille.
A-AAAAAAAAAAAH!
Sebuah bom yang disebut rasa malu meledak di hati Suimei saat dia berteriak di dalam dirinya. Tapi bagaimana dengan firasat buruk yang dia alami sebelumnya? Apa itu hanya sensasi aneh di belakang lehernya? Mengapa dia berpikir ini adalah sesuatu yang mengerikan? Menyesal mengikuti firasatnya itu, pemikiran Suimei penuh dengan banyak pertanyaan.
Bahkan jika ini adalah kesalahpahaman sederhana, itu benar-benar terlihat seperti Suimei adalah seorang pengintip yang sedang mengintip seorang gadis yang sedang mandi. Jika ada yang melihatnya di sini, dia tidak akan bisa melarikan diri atau bahkan berdebat kalau dirinya dicap mesum. Dan yang lebih penting....
"Tidak, tunggu, jangan lihat, Suimei! Kamu tidak boleh! Sebenarnya, aku ingin kamu meli.... tidak! Lupakan dorongan itu! Lupakan! Lupakan saja semua yang kamu lihat dan palingkan wajahmu—"
Dengan wajah memerah, Suimei melakukan semua yang dia bisa untuk menyangkal sesuatu di dalam dirinya. Pikirannya berada dalam kekacauan sedemikian rupa sehingga setiap dan semua kemampuan yang dia miliki untuk berpikir dengan tenang sudah lama hilang. Dia bahkan tidak bisa berpikir untuk mendapatkan tampilan yang bagus atau untuk membakar pemandangan itu ke dalam pikirannya. Otaknya benar-benar dikhususkan untuk magicka dan tidak tahu bagaimana menangani situasi seperti ini. Kepribadiannya yang pada dasarnya serius mulai muncul, menyatakan perang terhadap pemikiran seperti "mereka besar", atau "ketat", atau "cantik", atau "sosok yang cantik". Semua itu adalah musuhnya, dan saat dia memukul mereka satu per satu, dia mendengar sesuatu yang aneh.
"Ah, ah.... Mmm, ah...."
"Heeh....?"
Suara napas yang terengah-engah dan samar-samar menggantung di udara. Tanpa memikirkan konsekuensinya, Suimei mengeluarkan seruan bingung.
Suara tanpa kata yang baru saja Suimei dengar.... bukankah itu terdengar seperti sedang berteriak dalam kesusahan? Kedengarannya seperti terengah-engah atau mengerang. Suara itu adalah suara serak seorang gadis yang sedang kesulitan. Gadis itu terdengar seperti sedang mengalami demam yang tak tertahankan. Apa itu berarti ini bukan hanya mandi sederhana?
Terpikat oleh suaranya, Suimei sekali lagi melihat ke arah Lefille. Dia dibaringkan di atas batu di tepi air. Melihat dari dekat, cahaya hilang dari mata gadis itu. Daripada mandi, sepertinya gadis itu menderita. Dan bagaimana dengan erangannya? Kesedihan apa yang menyebabkan gadis itu mengeluarkan suara menderita seperti itu? Mata Suimei tertuju pada satu penyebab : crest jahat telah terukir di perutnya seolah-olah merusak tubuhnya.
"Ah....."
Suimei secara tidak sengaja tersentak sedikit saat menyadari apa yang sedang terjadi. Suaranya, tangannya terangkat di depannya, matanya, dan hatinya yang merasa malu sebelumnya semuanya jatuh.
Sebuah kutukan. Begitu kata itu terlintas di benak Suimei, kebingungan yang menimpanya hilang dalam sekejap.
Tapi kenapa.....? Kenapa ada orang yang menderita kutukan di dunia ini juga?
Saat pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya, hatinya bergetar di hadapan emosi tak berdaya seperti keputusasaan dan belas kasihan.
Hal itu memang pekerjaan kutukan. Itu adalah pertama kalinya dia melihat yang seperti ini, tapi tidak salah lagi. Crest di perut Lefille, lekukan merah tua yang diukir di atas satu sama lain yang merusak kulit putihnya yang cantik, adalah buktinya. Crest itu adalah kutukan dari dunia lain. Crest itu samar-samar mengeluarkan mana yang suram saat Lefille terengah-engah dan kesakitan semakin kuat. Tubuhnya menggeliat dengan tidak bagus, kemungkinan besar karena panasnya demam yang disebabkan oleh crest keji itu. Siapa yang telah mengutuk gadis ini? Dan mengapa?
"Tch...."
Apa yang keluar dari mulut Suimei adalah ekspresi kepahitan yang tak tertandingi. Dia tahu betul tentang kutukan dan yang dikutuk.
Suimei pernah melihat oleh seseorang yang ingin memohon agar kutukan seperti itu dikalahkan. Ada seorang perempuan yang menderita kutukan yang sangat parah hingga membuatnya hancur. Itu sebabnya Suimei tidak tahan dengan mereka. Dia sangat membenci gagasan tentang keberadaan mereka. Sesuatu seperti itu tidak bisa dimaafkan. Hal yang tidak masuk akal seperti itu seharusnya tidak diperbolehkan di dunia.
Dan karena itulah penderitaan gadis di hadapannya merenggut hatinya seperti yang terjadi padanya sekarang. Rasa sakit gadis itu tak tertahankan, tidak peduli apa yang dilakukan sebagai gantinya.
Kesedihannya meluap-luap di hati Suimei. Gadis bangsawan ini terkena kutukan yang mengerikan dan dipaksa untuk menahannya dirinya sendiri, meninggalkan Suimei yang menderita karena rasa kasihan yang tak terlukiskan pada gadis itu. Terbakar dengan demam yang tidak terkendali, gadis itu mengesampingkan martabat dan keinginannya sendiri dan dipaksa untuk melakukan tindakan memalukan seperti itu. Jika itu bukan penderitaan yang hina, lalu apa itu?
Mengapa kutukan hanya menodai mereka yang mencoba hidup jujur? Mengapa kutukan itu hanya pernah meneror perempuan? Mengapa kutukan itu sangat senang membuat air mata mereka jatuh?
Kemarahan dan rasa kasihan yang meluap di dalam diri Suimei mendorongnya untuk bertindak. Dia mendekat ke gadis yang menderita itu.
"Lefille."
Saat gadis itu terengah-engah, Suimei memanggilnya dan dengan lembut meletakkan tangannya di bahunya. Dengan itu, Lefille tampaknya mendapatkan kembali kewarasannya. Gadis itu menatap Suimei dengan matanya yang kabur.
"Hngh, hmm....?"
Wajah Lefille yang memerah menatap Suimei dengan curiga.
"Ah...."
Dan kemudian sepertinya ada momen realisasi. Seseorang telah memanggil gadis itu, namun gadis itu tidak merasa nyaman mengenali laki-laki yang menatapnya dengan tatapan kasihan itu. Gadis itu jatuh ke dalam keputusasaan yang tidak jelas, wajahnya berubah menjadi berantakan. Kenapa laki-laki itu ada di sini? Kenapa laki-laki itu harus melihatnya di saat seperti ini? Gadis itu sama sekali tidak ingin terlihat seperti ini, apalagi oleh laki-laki itu. Ekspresinya yang terluka mengatakan itu semua.
Namun, meski gadis itu menyadari kalau ada orang lain yang hadir, tubuhnya tidak mau berhenti. Tubuhnya seperti digerakkan oleh kekuatan yang tidak bisa dirinya lawan. Seperti kutukan yang memberinya pikirannya sendiri. Melawan keinginannya, gadis itu mulai menggesekkan dirinya ke batu yang dingin.
"Ah, hngh... Mmm, ah.... Jangan...."
Gerakan menyihir itu adalah cara tubuhnya mencoba mencari kelegaan dari panas yang mengerikan yang menyerangnya.
"Jangan.... kumohon jangan lihat aku.... kumohon...."
Suaranya, yang sudah lemah karena demam itu, terdengar seperti akan menghilang begitu saja di udara. Namun tangisan pelan agar laki-laki itu tidak melihat sosoknya yang memalukan itu adalah jeritan dari lubuk hatinya yang sedih.