Chapter 3  :

The One Who Seeks Mysteries

 

Beberapa hari telah berlalu sejak malam ketika Golem itu dihancurkan. Di tengah malam di Kasil Kerajaan Camellia di mana semua orang pergi tidur, Felmenia membuntuti seorang pemuda yang sedang sendirian.

Felmenia memilih malam ini untuk menghadapinya saat pemuda itu diam-diam berkeluyuran. Untuk menempatkan pemuda ini — yang tidak hanya berkeliaran di sekitar Kastil, namun sekarang diduga memiliki rencana terhadap keselamatan Raja — di tempat pemuda itu berada, Felmenia akan menjaga jarak untuk sementara waktu sampai dia memiliki kesempatan untuk menyudutkannya.

 

Seperti biasa, Suimei tidak memperhatikannya. Tidak, mungkin dia bisa. Setiap kali gadis itu membuntutinya, dia menggunakan sihir angin sehingga langkah kakinya, panas tubuhnya, dan bahkan embusan napasnya tidak akan mencapainya. Ketika dia menggunakan mantra penyembunyian ini, bahkan jika penjaga paling pintar mencari tanda-tanda kehadiran seseorang, mereka tidak akan pernah menemukannya. Suimei sendiri bahkan tidak punya kesempatan untuk itu.

Tidak ada penerangan di sekitar, namun pemuda itu berjalan lurus ke lorong yang diselimuti kegelapan total tanpa ragu-ragu. Dia tampaknya menuju ke suatu tempat yang berbeda dari biasanya, namun seperti biasanya, dia mengenakan pakaian aneh yang disebut Reiji sebagai "blazer". Felmenia tidak yakin ke mana pemuda itu pergi, tapi dia benar-benar berniat untuk menghadapinya malam ini.

 

".....Hah?!"

Felmenia melihat bayangan bergerak dari sudut matanya. Dia cukup terkejut dengan itu dan berbalik untuk melihat apa itu. Dia tidak berpikir kalau akan ada orang lain yang berjalan-jalan pada waktu ini. Tersangka yang paling mungkin adalah penjaga pada shift malam, namun mengetahui kalau dia akan mengejar Suimei malam ini, Felmenia telah menghentikan patroli mereka untuk sementara waktu. Bahkan para penjaga itu seharusnya tidak keluar saat ini, jadi siapa itu?

 

Felmenia mengamati lorong untuk mencari bayangan itu lagi, tapi tidak ada yang muncul. Sepertinya dia sedang membayangkan sesuatu, tapi itu wajar saja di tengah malam seperti itu. Bahkan tumbuhan pun tertidur pada waktu seperti ini, dan tanpa adanya kehadiran lain di sekitarnya, Felmenia ditinggalkan sendirian dalam kegelapan. Jadi bagaimana jika matanya mempermainkannya? Dia mengalihkan pandangannya ke depan lagi untuk mengejar Suimei, tapi....

"Dia...... menghilang?"

 

Suimei tidak ada di sana. Felmenia hanya memalingkan wajahnya sesaat, namun pemuda itu sudah pergi. Hal itu membingungkan Felmenia. Dengan kecepatan pemuda itu berjalan, dia seharusnya tidak sampai ke persimpangan mana pun. Felmenia tetap meliriknya hanya untuk memastikan, namun masih belum ada yang terlihat.

Felmenia, bagaimanapun, tidak akan membiarkan hal itu menghentikannya. Jika dia kehilangan pandangannya, dia harus menemukannya lagi. Dengan kemauan keras itu, Felmenia mengumpulkan mana di dalam tubuhnya dan menjalin mantra menggunakan sihir angin.

 

"Wahai Angin. Engkau adalah pelayanku. Beritahu aku tentang apa yang aku inginkan. Wind Search."

Apa yang Felmenia panggil adalah semacam sihir pendeteksi. Menggunakannya, dia bisa menggunakan angin untuk merasakan area di sekitarnya. Tak lama kemudian, langkah kaki Suimei terbawa angin ke telinga Felmenia. Tap, Tap..... Felmenia tahu suara langkah beriramanya dengan baik. Pemida itu belum jauh, jadi dia tetap tenang dan mengejarnya.

 

"Lewat sini.... Hmm?"

Mengikuti suara langkah kaki Suimei saat Felmenia bergegas, Felmenia tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu.

 

Tunggu, bukankah jalan ini.....

Ketika Felmenia menyadari ke mana Suimei pergi, kemarahannya berkobar. Dia langsung menuju ke Garden of White Wall. Taman itu adalah salah satu taman di dalam Kastil Kerajaan Camellia, dan berada tepat di sebelah ruang audiensi.

 

Taman itu adalah area pribadi dan akses masuk terbatas bagi mereka yang memiliki izin khusus. Taman itu adalah salah satu dari sedikit tempat perlindungan di mana Raja dapat menghabiskan waktu pribadinya. Beraninya penyihir kasar itu mencoba dan masuk tanpa izin di sana? Hal itu tidak bisa dimaafkan. Kemarahan di hatinya meningkat menjadi amarah, dan itu mendorongnya ke depan. Felmenia mengejar dengan langkah berat.

Menginjak melalui lorong batu dan melewati halaman kecil setelah itu, Felmenia melanjutkan pengejarannya. Dia bersumpah pada dirinya sendiri berulang kali kalau dia akan memukul penyihir kurang ajar itu dengan amarahnya saat dia akhirnya sampai di gerbang terakhir. Cahaya dari bintang-bintang dan bulan di atas kepala bersinar dalam sinar yang menyilaukan saat dia berlari ke taman itu, seluruh tubuhnya dipenuhi dengan mana.

 

Felmenia bertemu dengan pemandangan seorang penyihir tunggal berjubah hitam legam dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Garden of White Wall. Di sebelah obelisk yang muncul dari tengahnya, Suimei Yakagi berdiri diam membelakangi Felmenia, menatap langit malam berbintang yang tampak seperti hujan permata yang berkelap-kelip. Hitam kebiruan malam membentang dari dunia itu ke langit, dan dari langit ke dunia itu. Tampaknya membentang selamanya, namun diterangi dengan cahaya bulan yang luar biasa, yang secara praktis menjiwai keheningan pemandangan yang menakjubkan. Bulan dan Suimei itulah yang bisa menjadi fokus Felmenia saat ini.

 

Tapi.... kapan dia mengganti pakaiannya? Sebelumnya Suimei mengenakan blazer miliknya, tapi sekarang dia mengenakan mantel hitam. Dia berpakaian sangat bagus dan rapi sehingga Felmenia bertanya-tanya sejenak apa dia salah mengira Suimei orang lain.

 

"Geez.... tentunya rasanya tidak enak menguntit seseorang seperti itu. Perilau seperti itu memang cocok untuk domba tersesat yang menyedihkan dan bodoh yang tidak tahu apapun tentang kebenaran dunia, kau tahu?"

Mulut Suimei melengkung menjadi seringai lebar dan berani saat dia berbicara dengan sinis. Dia kemudian berbalik dengan santai, seolah dia tahu gadis itu sudah ada di sana selama ini. Ya, dia terlihat seperti mencemooh pada anak hilang yang tidak tahu ke mana mereka pergi.

 

"Tidak mungkin.... kau menyadariku?"