EPILOGUE
Bulan Hari Ini
Bulan Hari Ini
Dalam perjalanan pulang, aku memandangi bulan.
Waktu aku masih kecil, aku terpikir.
Aku ingin seperti orang ini.
Kamu bilang aku seperti hantu, Saku-kun, tapi bagiku, kamu lah hantu itu. Sebuah fatamorgana di hari musim panas yang jauh.
Sesuatu yang hampir nyata untuk diraih—namun terlalu jauh untuk kugapai.
Hanya tujuh hari penuh kekaguman, mimpi, dan rasa suka.
Memikirkannya sekarang, masuk akal mengingat betapa sempitnya dunia yang ditinggali gadis itu, terkurung sendirian dengan cerita-ceritanya.
Tapi hari itu, beberapa musim panas itu, hidupku benar-benar berubah.
Kamu benar-benar bulan yang melayang di langit yang jauh, satu-satunya cahaya dalam kegelapan yang ada di dunia ini.
Tapi semua itu berakhir hari ini.
Jika aku terus mengejarmu, aku hanya akan menjadi gadis kecil yang menangis dalam balutan gaun putih itu.
Selamat tinggal pada Saku-kun sejak hari itu. Selamat malam untuk teman sekelas junior yang luar biasa yang berjalan di sampingku.
Bulan yang kugapai tidak hanya tersenyum seolah semuanya baik-baik saja.
Bulan itu menggertakkan giginya, menatap masa depan, menerangi jalan bagi orang lain, dan memenuhi harapan serta doa mereka. Dan terlepas dari semua itu, bulan itu tetap berusaha sebaik mungkin untuk menjalani kebenarannya sendiri.
Kupikir hanya ada satu bulan.
Kupikir itu adalah sesuatu yang ditentukan sejak lahir.
Tapi sekarang aku mengerti itu salah.
Bulan itu bukan satu-satunya. Bulan itu tidak mutlak, tidak selalu ada.
Setiap orang adalah bulan bagi orang lain. Jadi, jika kamu merasa tersesat lagi seperti hari itu, panggil namaku. Panggil Asuka.
Sepahit atau sesakit apapun kisahnya, aku akan mengubahnya menjadi akhir yang bahagia. Dengan cara yang sama seperti kamu menerangi jalanku, aku akan memadamkan kegelapan yang selama ini kamu tahan, sendirian.
Tersesat dalam kenangan, aku menggenggam tangan itu, tangan yang lebih hangat dari sebelumnya.
—Hei. Bisakah aku menjadi bulan untukmu?