EPILOGUE
Dunia Chitose yang Damai dan Tenang, Berlanjut
Dunia Chitose yang Damai dan Tenang, Berlanjut
Hari itu adalah hari Senin setelah Golden Week. Aku bangun lebih pagi dari biasanya dan berjalan perlahan di sepanjang tepi sungai menuju sekolah. Begitu aku memasuki kelas, aku langsung bertemu dengan wajah yang sudah sangat kukenal selama tiga minggu itu.
"Yo, Kenta. Kau datang lebih awal."
"....Ah, Raja. Selamat pagi!"
Kenta menoleh padaku, tampak agak segar.
"Sampai kapan kau akan terus memanggilku seperti itu? Kau bisa memanggilku Saku saja, seperti biasa."
"Ah, kurasa aku sudah terbiasa dengan sebutan Raja. Rasanya aneh memanggilmu Saku sekarang."
"Eh, terserah kau saja."
Aku meletakkan tasku di meja, menarik kursi dari depan Kenta, dan duduk di atasnya.
"Jadi, apa yang telah kau lakukan?"
"Oh, benar! Dengarkan ini, Raja! Kura-san itu benar-benar iblis! Lihat semua tugas sekolah yang diberikannya padaku. Dan dia ingin menyelesaikannya sebelum akhir pekan!"
Kenta membuka tas kain yang dibawanya bersama ransel Arc'teryx-nya. Tas itu penuh dengan cetakan dan buku kerja.
"Uwaah, banyak sekali. Tapi, kau pantas mendapatkannya. Dan Kura-san gak pernah memberikan lebih banyak pekerjaan daripada yang dia tahu bisa ditangani seseorang. Ingat bagaimana dia memberimu ruang bernapas setelah kau kembali ke sekolah? Nah, sekarang dia memberitahumu bahwa kau harus bekerja keras jika kau ingin menebusnya."
"Ya, tapi... ada banyak tugas sekolah di sini. Aku gak masuk kelas, jadi ada begitu banyak hal yang gak begitu kumengerti hanya dari membaca buku pelajaran.... Heiii, Raja..."
"Jangan menatapku seperti itu. Apa yang terjadi dengan semua omongan besarmu tentang mengambil alih hidupmu sendiri mulai sekarang?"
"Itu sama sekali gak berhubungan! Ayolah, Raja, bantu aku! Bantu aku belajar!"
Tetap saja, bertanya langsung seperti ini daripada memberi isyarat dan merengek...? Itu bukti Kenta benar-benar telah berkembang.
"Aw, apa kau serius? Tepat saat kupikir aku sudah berhasil menyingkirkanmu dari punggungku."
"Oh, aku tahu! Aku akan mentraktirmu kopi! Kau akan melakukannya demi kopi, kan?"
"Jangan menghinaku. Gadis-gadis manis akan meminta bantuanku untuk minum kopi. Untuk laki-laki, harganya jauh lebih mahal."
"Oh, kalau begitu aku akan mentraktirmu semangkuk Hachiban. Hachiban pasti bisa ya, ya?"
Kenta tidak akan menyerah begitu saja.
"....Cih. Baiklah. Tapi sebaiknya kau tambahkan dua telur yang sudah direndam dan nasi goreng. Dan ayam goreng juga."
"Apapun untukmu, Raja! Salam untuk Raja! Huzzah!!!"
"Memanfaatkan kemurahan hati raja untuk tujuanmu sendiri. Cih."
Namun, demi semangkuk ramen, aku bisa membantu Kenta belajar. Ramen akan membuat semuanya menjadi transaksional. Agar dia tidak mendapat ide-ide aneh tentang kami.
Aku menatap Kenta, yang sedang mengerutkan keningnya melihat tumpukan hasil cetaknya.
"Kau tahu...."
Aku memulai.
"....Kau itu benar-benar telah menjadi salah satu orang biasa yang memiliki aura keren. Dan kacamata itu sangat cocok untukmu."
Kenta mengedipkan matanya berulang kali ke arahku dengan waspada.
"A-Apaa? Jangan bersikap aneh padaku, Raja."
"Jangan salah paham. Aku tipe yang memuji kecantikan saat melihatnya, baik pada para gadis maupun laki-laki. Rasanya lebih baik memuji seseorang daripada merendahkannya."
"Kau benar. Tapi saat kau mengatakan hal seperti itu pada para gadis, mereka akan salah paham. Kau harus berhati-hati, Raja."
"Ya, tapi bagaimana jika ada gadis di sampingmu yang menganggapnya gak berharga? Apa kau gak ingin membangkitkan semangatnya?"
"Aku tahu seperti apa dirimu, Raja, jadi aku mengerti kau gak bermaksud apa-apa. Tapi, tindakanmu seperti itulah yang membuatmu semakin dibenci. Mungkin aku gak punya hak untuk mengatakan ini, tapi kau seharusnya lebih selektif, daripada bersikap baik kepada semua orang yang kau lihat."
"Hmm. Aku memang mencoba menarik garis untuk itu.... tapi, hei, aku gak yakin ingin mendapatkan nasihat dari orang sepertimu."
Saat kami mengobrol, anggota kelompok kami yang lain berhamburan ke dalam kelas. Dahi Kaito dipenuhi keringat. Mungkin dia baru saja latihan pagi.
"Yo, Kenta? Kami sudah mendengar kabar dari Saku. Rencana balas dendammu berjalan cukup baik, benar? Jadi sekarang setelah kau selesai dengan gadis bernama Miki itu, kau dan aku harus pergi keluar dan mencoba mendekati gadis-gadis lain bersama!"
"Uh, kurasa aku gak akan berhasil jika aku pergi bersamamu, Kaito-san...."
Kazuki seharusnya juga ikut latihan pagi, namun rambutnya tidak acak-acakan.
"Kenta, kau seharusnya datang kepadaku untuk meminta nasihat tentang gadis-gadis. Bukan pada Saku. Jika kau ikuti nasihatnya, dan kau akan berakhir di jalan yang salah."
"Ya, kupikir memang begitu."
Oh, diamlah, dasar bodoh.
Nanase dan Haru masuk ke kelas bersama-sama.
Nanase menepuk bahu Kenta.
"Nee, Yamazaki. Kamu baik, kan?"
Haru menepuk punggung Kenta.
"Kerja bagus! Aku melihatmu dengan cara yang sama sekali baru!"
"Ah ya. Terima kasih kalian berdua.... terima kasih untuk semuanya...."
Yua tersenyum lembut dan manis seperti biasanya pada Kenta.
"Kurasa hari ini menandai awal yang baru untukmu, benar? Kalau kamu butuh bantuan, datanglah padaku!"
"Uchida-san.... terima kasih."
Yuuko berlari ke dalam kelas, menjerit :
"Selamat pagiii!!! ....Kentacchi! Mereka baru saja membuka toko krep baru di depan stasiun! Kamu mau ke sana sepulang sekolah?"
Kenta tersenyum menawan.
"Raja akan ikut juga, kan?"
"Tentu saja!"
Atomu memperhatikan ini dan sudah muak.
"Pelankan suaramu." Geramnya.
"Masih terlalu pagi untuk semua kebisingan ini."
Nazuna, Inaba, dan Inomata juga menatap kami dengan tajam.
Lalu Kenta menoleh padaku, tampak seperti baru saja mengingat sesuatu.
"Sekarang kau bisa kembali fokus menjadi bintang OP yang luar biasa dalam cerita harem komedi romantismu sendiri, Raja. Tapi kau tahu, aku benci mendapatkan akhir yang buruk, jadi pastikan kau gak ditusuk dari belakang."
Anak itu menyeringai nakal padaku.
"Kau benar-benar menjadi berani sekarang, bukan? Lain kali kita bermain sepak bola, bersiaplah untuk menerima operanku setiap ada kesempatan."
Aku menyeringai balik pada Kenta, sebelum berdiri dan membuka jendela kelas. Angin hangat bulan Mei masuk, menggoyangkan tirai. Aroma tanaman hijau baru mengelilingi kami, memenuhi terarium kaca tempat kami semua tinggal. Langit biru. Matahari hangat, menandakan datangnya musim berikutnya. Itu membuat debu yang beterbangan di udara kelas berkilauan.
Selalu ada yang menaruh perasaan padaku. Dan selalu ada yang ingin mencelakaiku. Namun, kadang-kadang, ada yang berubah dari membenciku menjadi salah satu sahabatku. Ya, semua hal di duniaku berjalan sebagaimana mestinya....