Chapter 2  :

Zoras, the Cataclysm

 

Bagian – 1

 

LUNAÈRE, Pomera, Philia, Noble, dan aku sedang menuju kastil tempat Zero dan pembunuh terakhir yang dikirim oleh Naiarotop sedang menunggu. Saat kami bergerak, kami bisa mendengar jeritan di kejauhan. Aku menoleh untuk melihat dan melihat Chaos Dragon menukik ke arah kerumunan orang yang mengungsi yang berlari di jalan utama. Naga itu menarik napas dalam-dalam, dan cahaya merah sihir berkumpul di mulutnya. Cahaya merah itu akan membakar mereka dengan napas naga itu yang membara.

 

"Gah!"

Aku tahu bahwa kami perlu mencapai sumber utama dari hal ini secepat mungkin untuk membatasi kerusakan, namun itu tidak berarti aku hanya bisa berdiri di sana dan menyaksikan orang-orang mati. Aku berhenti sebelum sempat berpikir, namun jika aku merapalkan mantra dari jarak ini untuk melenyapkan naga itu, aku akan mengenai orang-orang di dekatnya juga.

 

"Hiya!"

Philia bertindak sementara aku ragu-ragu. Philia menyilangkan tangannya dan dua lengan besar muncul, jari-jarinya saling bertautan untuk melindungi orang-orang dari naga itu seperti payung. Napas api dari naga itu memantul dari punggung tangan tanpa mencapai orang-orang di bawahnya.

 

"Hraaagh!"

Chaos Dragon itu naik lebih tinggi, memberi jarak antara naga itu dan musuh tak dikenal ini. Saat itulah aku memilih untuk mengucapkan mantraku.

 

"Apocalypse!"

Naga api yang mengamuk itu berlari ke depan, menghantam sisi monster itu. Nyala api dari taringnya menjilat seluruh tubuh Chaos Dragon itu, dan naga itu menggeliat saat naga api itu terbang ke langit.

 

"Itu mengatasi masalah yang mendesak.... tapi sepertinya pasukan pertahanan tidak memiliki cukup orang. Aku khawatir tentang itu...." Kataku.

Meskipun Kotone dan yang lainnya mungkin lebih kuat dari biasanya pada level mereka, tidak mungkin mereka berempat mampu melindungi seluruh Ibukota sendirian.

 

"Ya...." Kata Philia sedih.

Tangan Philia mungkin bisa melindungi orang-orang dari nyala api langsung dari napas Chaos Dragon itu, namun itu tidak bisa menghentikan penyebaran percikan api yang memicu kebakaran di kota. Aku melihat beberapa orang pingsan, mungkin karena luka bakar akibat gelombang panas. Sementara mereka berjongkok, meringkuk kesakitan karena luka-luka mereka, orang lainnya mendorong mereka keluar dari jalan karena putus asa untuk melarikan diri.

 

"Maaf.... Philia ingin membantu orang-orang itu." Kata Philia.

Fakta sederhananya adalah kami membutuhkan orang untuk melawan pembunuh terakhir yang dikirim Naiarotop. Dan hal ini bukanlah sesuatu yang bisa kami tunda, atau justru akan terjadi kerusakan yang lebih parah. Orang itu adalah pembunuh terakhir—seseorang yang cukup kuat untuk berhasil menculik Zero, yang juga berlevel tinggi. Aku mengharapkan orang itu lebih kuat dari Lucifer.... namun mungkin akan lebih baik jika Philia dan Pomera berusaha menyelamatkan orang-orang.

 

"....Pomera-san, bisakah kamu pergi bersama Philia-chan?" Kataku.

 

"Sembuhkan yang terluka dengan White Magic-mu. Dan.... Noble, maukah kau melindungi mereka berdua untukku?"

Aku melihat ke arah Lunaère, dan Lunaère mengangguk tanpa ragu-ragu. Lunaère setuju dengan itu.

 

"....Oke. Aku akan membantu menyelamatkan orang. Aku berdoa agar kalian berdua tetap aman." Kata Pomera setelah beberapa saat dalam ketidakpastian. Dia menundukkan kepalanya dan kemudian lari bersama Philia.

 

"Dan kau, lindungilah Lunaère, Kanata!"

Kata Noble, sebelum menjulurkan lidahnya dan membentuknya menjadi bentuk jempol. Levelku melonjak hingga pertengahan lima ribu setelah aku mengalahkan Lucifer dengan Lunaère, namun level Lunaère masih jauh lebih tinggi dariku. Namun hal itu tidak berarti aku bisa membiarkan diriku sendiri menjadi orang yang dilindungi sepanjang waktu.

 

"Itu tentu saja!" Aku membalas.

 

"Baik kamu dan Noble itu....."

Kata Lunaère, pipinya memerah karena malu, namun ekspresinya dengan cepat berubah serius lagi. Noble mengejar Philia dan Pomera menuju yang terluka. Lunaère dan aku bertukar pandang, lalu berangkat menuju kastil lagi.

 

"Mari kita selesaikan ini dengan serangan cepat.... untuk menyelamatkan Ibukota, dan seluruh Locklore." Kataku.

Hal itu juga akan mengakhiri pertarungan berlarut-larut dengan Naiarotop.

 

Kami dengan mudah melompati gerbang kastil, melewati tembok, dan ke atap sampai kami mencapai atap tertinggi kastil. Di sana berdiri seorang laki-laki yang tampak seperti pengguna sihir, mengenakan topi besar dan jubah mewah. Rantai cahaya biru pucat melingkari lengan dan kakinya, sama seperti Reniement dan Lucifer. Orang ini mungkin juga dibatasi tindakannya, seperti mereka berdua, setelah ditahan di alam makhluk yang lebih tinggi sebelum dia dibawa ke sini. Aku tidak melihat Zero, yang diculik orang ini dan diduga diubah menjadi sumber energi untuk menciptakan Chaos Dragon yang bermunculan itu. Namun orang ini adalah orang yang lebih penting. Kami punya waktu untuk mencari Zero setelah mengalahkannya.

 

"Ah, aku sudah menunggu." Katanya.

 

"Kanata Kanbara, pendatang dari dunia lain, dan Lunaère, gadis lich yang malang. Aku tahu semua tentang kalian. Keangkuhan dewa menggelikan itu memberitahuku segalanya."

Orang itu melambai dengan santai kepada kami, seperti sedang melambai kepada seorang teman.

 

ZORAS RODAL REGREHI

Race  : Lich

Lv : 6486

HP : 27241/27241

MP : 42807/42807

 

Aku menelan ludahku. Pembunuh terakhir itu. Zoras Rodal Regrehi. Masalahnya adalah, meskipun levelnya tinggi, namun tidak setinggi Lucifer, yang sudah lebih dari 8000. Aku berada di sekitar 5000, sementara Lunaère sekitar 7000. Kami seharusnya mendapatkan keuntungan jika kami berdua berkerja sama dalam pertarungan.

"Aku kira itu adalah Status Check yang dimilik oleh pendatang dunia lain." Kata Zoras.

 

"Apa kau merasa penuh harapan sekarang? Aku benci menjadi pembawa kabar buruk.... tapi meskipun kalian melawanku dua lawan satu, kalian tetap tidak akan mengalahkanku." Lanjutnya.

Sepertinya dia membaca pikiranku, dan dia mengatakannya seperti dia sedang berbicara dengan seorang anak kecil bodoh yang dia beri simpati padanya. Aku terdiam beberapa saat.

 

"Lagipula, meski berhasil memenggal kepalaku, itu tidak akan menghilangkan bom yang aku pasang." Terusnya.

 

"Dan jika kalian bisa, apa menurut kalian menyingkirkannya akan membuat makhluk yang lebih tinggi meninggalkan Locklore sendirian ketika masa depannya hilang? Jika mereka benar-benar menginginkannya, mereka dapat melenyapkan seluruh dunia ini sesuka hati mereka. Ini jalan buntu bagi kalian dan Locklore."

Dia melanjutkan pidatonya yang fasih seolah-olah dia tidak pernah bermaksud menunggu tanggapanku. Bahkan jika kami melawan, semuanya mungkin akan terhapus. Veranta sudah menunjukkan kemungkinan itu. Jika kami menghilangkan segala cara bagi makhluk yang lebih tinggi untuk mengganggu dunia, musuh kami mungkin memiliki kekuatan untuk menghancurkan keseluruhan Locklore dari luar. Aku datang ke sini bukan dengan niat untuk menerima argumen musuhku, namun Zoras tidak mengancam atau mengolok-olok kami. Dia berbicara dengan tenang saat memaparkan faktanya, dan aku mendapati diriku terguncang.

 

"Kanata, bukankah menurutmu pemberontakan yang kekanak-kanakan dan tidak masuk akal ini sudah berlangsung cukup lama? Locklore tidak akan pernah memiliki akhir yang bahagia, tidak peduli seberapa kerasnya kau itu berjuang." Kata Zoras.

 

".....Bicara saja sesukamu, aku tidak bisa berhenti sekarang." Kataku.

 

"Aku hanya melakukan semua yang aku bisa lakukan. Begitulah caraku menebus Locklore karena telah menyeretnya ke dalam masalah ini." Lanjutku.

 

"Ada cara yang lebih cerdas, Kanata. Aku bersumpah padamu, kau bisa menyerang balik para badut menyedihkan ini. Mereka menjadi gemuk karena pemanjaan diri karena mereka hidup hanya dengan mengonsumsi hiburan tanpa batas untuk mengusir rasa monoton yang menggerogoti jiwa mereka karena mereka mengira mereka mengetahui segalanya." Kata Zoras.

Aku menunggu apa yang akan Zoras katakan selanjutnya, genggamanku masih erat pada gagang pedangku. Musuhku mendikte pertemuan ini, aku tertelan. Namun kegelisahanku terhadap hal itu dikalahkan oleh keinginanku untuk belajar sedikit lebih banyak dari Zoras misterius ini sebelum kami bertarung. Dan jika dia memang punya solusi ajaib untuk Locklore, yang pasti sudah hilang, maka aku ingin mendengarnya.

 

"Berhentilah melawan. Dan matilah untukku. Kalian berdua. Setelah aku membunuh kalian berdua, aku akan kembali ke makhluk yang lebih tinggi, di mana mereka telah berjanji untuk menjadikanku Dewa yang Lebih Rendah. Aku akan menggunakan posisiku untuk membuat kekacauan di dunia mereka selanjutnya. Dengan cara itu, aku akan membalas dendanmu. Hahaha, bagaimana kedengarannya? Itu jauh lebih baik daripada mempertaruhkan pertarungan di mana aku bisa mati juga, bukan begitu?"

 

Zoras mengelus dagunya, berbicara tanpa ragu-ragu. Argumennya egois dan tidak masuk akal. Aku merasa samar-samar memahami posisi Zoras dari sudut pandang makhluk yang lebih tinggi, namun tidak ada lagi yang bisa diperoleh dari hal itu. Sama seperti Reniement dan Lucifer, Zoras hanya ingin menghancurkan semua yang dia bisa dapatkan. Tidak ada gunanya melanjutkan pembicaraan dengan orang seperti itu.

Tanpa berkata apa-apa lagi, aku bergegas menuju Zoras, mendekatinya. Lunaère menggunakan space-time magic untuk berteleportasi di belakangnya pada saat yang bersamaan. Zoras memukul bagian datar pedangku dari samping, menggesernya melenceng dari sasaran, lalu dia merunduk untuk menghindari tendangan cepat yang dilancarkan Lunaère ke arahnya dari belakang. Aku segera mengayunkan pedangku ke arah lain, tepat di lehernya.

 

"Gate."

Cahaya menyelimutinya, dan Zoras menghilang, lalu muncul kembali di atas kami.

 

"Hahaha, kupikir akan jadi seperti ini. Lagipula aku harus mencobanya. Hmm.... tapi aku tidak punya banyak waktu, dan sepertinya ini akan memakan waktu cukup lama."

Lingkaran sihir muncul di sekitar Zoras.

 

"Space-Time Magic Level 22 : Garden of the Muse."

Sesuatu pada Zoras sepertinya berubah drastis.

 

"Sekarang, mari kita mulai. Cobalah yang terbaik, oke? Agar kalian tidak menyesal."

 

Bagian – 2

 

AKU melihat Zoras saat dia melayang. Lingkaran sihir di sekelilingnya masih tertahan di sana, dan ada sesuatu yang mengancam pada dirinya sekarang. Mantra space-time Garden of the Muse apa yang baru saja dia aktifkan?

"Lunaère-san, apa kamu tahu mantra itu?" Aku bertanya.

 

"Itu adalah mantra space-time yang membuat segalanya melewati target. Sungguh merepotkan...." Kata Lunaère, matanya menyipit karena kesal.

 

"Membuat segalanya melewatinya....?"

Tak satu pun dari serangan kami akan berhasil. Tampaknya mantra itu lebih dari sekadar merepotkan.

 

"Mantra itu seharusnya mantra yang langka, tapi aku kebetulan melihat seseorang menggunakannya baru-baru ini." Tambah Lunaère.

 

"Sumber daya mental penggunanya terpecah selama mereka menggunakan mantranya, menciptakan celah yang signifikan dalam tindakan mereka. Kemungkinan besar dia tidak akan bisa menggunakan mantra lain secara efektif. Selain itu, ada mantra tertentu yang mengganggu langsung sihir yang akan bekerja padanya, serta mantra gravitasi, karena dapat berinteraksi dengan dimensi tambahan. Bagaimanapun, itu bukanlah mantra yang tidak ada duanya." Lanjut Lunaère.

 

Zoras bertepuk tangan. "Bagus sekali. Jawaban buku teks yang sempurna dari gadis kecil Lich, Lunaère! Sekarang mari kita lihat aksinya!"

Zoras mengayunkan tangannya lebar-lebar, dan tongkat khakkhara berwarna keemasan muncul di tangannya.

 

"Gravity Bomb."

Kata Lunaère sambil mengarahkannya ke arah Zoras. Zoras bergerak jauh ke samping, dan sesaat kemudian, mantra Lunaère meledak di ruang yang baru saja Zoras tempati, cahaya hitam meledak.

 

"Aku sendiri ahli dalam mantra seperti itu." Kata Zoras.

 

"Faktanya, keahlianku, mulai dari penggunaan standar hingga mendeteksi lokasi target mantra. Lebih baik berasumsi kau tidak akan menyerangku dengan serangan sekuat itu." Lanjutnya.

 

"Jika begitu, maka Gravity!"

Aku membuat kotak transparan hitam yang melingkupi area luas di depanku. Karena Zoras berada di medan itu, gerakannya melambat, dan dia ditarik lebih dekat ke tanah. Gravity adalah mantra space-time level 7 yang meningkatkan gaya gravitasi di area tertentu.

 

"Hm...."

 

"Kena!" Kataku.

Mantra level rendah dapat digunakan dengan cepat dan mudah digunakan. Mantra ini juga mudah digunakan karena memiliki efek yang luas. Memperlambatnya dengan ini berarti kami bisa menyerang dengan mantra berbasis gravitasi lainnya.

 

"Gate."

Sebuah lingkaran sihir muncul di sekitar Zoras, dan dia menghilang saat Lunaère sedang menyusun lingkaran sihir untuk mantra berikutnya. Zoras hampir tidak membutuhkan waktu lama antara menyiapkan mantra dan mengucapkannya.

 

"Di belakangmu." Kata sebuah suara, dan aku berbalik.

Mataku bertemu dengannya saat Zoras memberiku seringai yang mengganggu.

 

"Agh!"

Aku mengayunkan pedangku untuk mencoba menghalangi gerakannya sementara aku melompat mundur untuk membuat jarak di antara kami, namun dia mengayunkan tongkatnya ke arahku tanpa khawatir. Pedangku menembus dadanya.

 

"Itulah efek Garden of the Muse!"

Aku meringis saat tongkat Zoras menghantam perutku. Rasanya sangat dalam, aku bisa merasakan tulang patah saat cairan merah naik ke tenggorokanku dan keluar dari mulutku, dan pandanganku menjadi merah padam.

 

"Kanata!"

Aku hampir pingsan, namun suara Lunaère membuatku tersentak kembali. Lunaère berteleportasi ke tempatku dikirim terbang dan menangkapku.

 

"Lunaère-san, maafkan aku...." Kataku.

 

"Itu adalah kesalahan perhitunganku. Pengguna mantra itu seharusnya tidak bisa menyentuh apapun secara fisik saat sedang aktif...." Lunaère memelototi Zoras.

 

"Tergantung bagaimana penggunannya memanipulasinya." Balas Zoras.

 

"Sepertinya levelmu lebih tinggi dariku, tapi kau bahkan tidak menyadarinya. Aku rasa aku telah menemukan batasanmu. Aku minta maaf.... tapi tidak ada seorang pun di dunia Locklore yang rendahan ini yang bisa menyaingiku dalam sihir."

Zoras datang langsung ke arah kami. Aku memaksa Lunaère menjauh saat aku berdiri. Tubuhku mengerang dan kesadaranku goyah, namun Zoras tidak akan bersikap cukup baik untuk membiarkanku pulih.

 

"Space-Time Magic Level 11 : Primordial Predator."

Zoras membentuk lingkaran sihir yang bersinar dengan cahaya pelangi saat seekor binatang dengan garis berbentuk bulat telur yang samar-samar muncul. Tubuh binatang itu panjang dan sederhana, dan rahangnya yang dipenuhi gigi menganga lebar. Aku tidak yakin apa itu benar-benar makhluk hidup.... namun aku yakin makhluk itu menyeramkan.

 

"Aaaaaah!"

Makhluk itu mengeluarkan sesuatu yang menyerupai jeritan dan mendatangi kami berdua dengan mulutnya yang lebar seolah mencoba menelan kami berdua secara utuh.

 

"Mustahil!"

Kata Lunaère, tampak panik. Lunaère mengklaim bahwa seseorang tidak bisa menggunakan mantra lain secara efektif saat menggunakan Garden of the Muse, namun rupanya Zoras tidak begitu. Lunaère terjun ke tanah dan mendorong punggungku, membuat kami berdua terhindar dari gigi makhluk oval itu. Saat rahang makhluk itu tidak menempel pada apapun, rahan itu meleleh ke udara tipis. Namun saat kami menghindari serangan Predator itu, kami berhadapan langsung dengan Zoras, yang telah menggunakan mantra Gate lain untuk menghalangi kami.

 

"Tidak bijaksana melawanku sambil melindungi seseorang yang hanya memperlambatmu, gadis Lich." Kata Zoras.

Aku bergegas membuat lingkaran sihir. Kami tidak akan menang melawan seseorang yang menggunakan Garden of the Muse jika kami bertarung satu lawan satu. Untuk saat ini, satu-satunya pilihan kami adalah mengeluarkan mantra gravitasi untuk memaksanya menghindar, memberi kami ruang bernapas sejenak untuk bangkit kembali. Mantra itu menggunakan banyak MP, namun aku tetap melemparkan Gravity Bomb meski tahu mantra itu tidak akan mengenainya.

 

"Wind Magic Level 19 : Boreas."

Zoras menciptakan lingkaran sihir, memanggil angin hitam yang meniup mantraku.

 

"Apa—!"

Hal itu jelas melanggar aturan. Tidak mungkin kami bisa menyerangnya saat dia menggunakan Garden of the Muse, yang membuatnya kebal terhadap ap pun kecuali mantra gravitasi. Hal itu tidak membantu jika Zoras bisa menggunakan Gate dan Boreas secara berurutan, yang menghancurkan lingkaran sihir kami. Pertahanannya sempurna.

 

"Hm, bisakah kau menghindari ini?"

Kata Zoras sambil mengayunkan tongkatnya ke kepalaku. Dia tidak hanya memiliki sihir, kekuatannya juga setara dengan levelnya. Aku akan mati jika terkena pukulan langsung di kepala. Aku secara otomatis berpikir untuk memblokir dengan pedangku namun menyadari saat berikutnya bahwa tongkatnya akan menembus pertahananku, dan tongkatnya terayun mendekat sepanjang waktu yang aku pikirkan. Lunaère dengan cepat melemparkan dirinya ke antara aku dan tongkat Zoras itu. Lunaère rupanya mengira aku tidak akan mampu menerima serangan itu dan malah memutuskan untuk menggunakan tubuhnya sendiri sebagai tameng. Aku mengertakkan gigiku. Pertarungan ini.... hanya aku yang memperlambatnya saat Lunaère melindungiku.

 

"Kamu tipe orang yang bisa merengek saja, bukan? Aku hanya benci orang seperti itu, yang bertindak tanpa berpikir panjang, tanpa tujuan."

Kata Zoras, tongkatnya melewati Lunaère menuju kepalaku. Penglihatanku terputus, dan aku terbang mundur. Aku merasa diriku menabrak atap, namun aku juga merasa terpisah, seperti orang luar yang menyaksikan hal ini terjadi padaku.

 

"Heh....?"

Kudengar Lunaère mengeluarkan suara kebingungan, sesuatu yang tidak cocok untuknya. Aku mengangkat kepalaku dan hampir tidak bisa melihat wajahnya, air mata mengalir di mata Lunaère.

 

"Ahahahaha! Lihat raut wajahmu itu!" Kata Zoras dengan sombong.

 

"Aku menyesal dengan itu."

Lunaère menatapku, namun kemudian alisnya berkerut karena marah, dan dia kembali menatap Zoras. Zoras menunjuk ke arahku.

 

"Kau akan memprioritaskan melawanku daripada menyelamatkannya? Itu adalah pilihan yang tepat. Karena saat ini.... kau tidak bisa mengambil risiko meninggalkanku."

 

"Diam. Seluruh keberadaanmu itu tidak menyenangkan." Kata Lunaère sambil melotot.

 

Bagian – 3

 

KESADARANKU pudar, namun aku menahan rasa sakit yang hebat dan mendesak tubuhku untuk bergerak. Aku tidak bisa bergerak. Bahkan tidak ada satu jari pun. Aku tidak dapat berpikir, aku hampir tidak dapat bernapas. Aku berada di batas kemampuanku hanya dengan mengangkat kepalaku. Aku melihat Lunaère terbang dan melepaskan tendangan ke belakang kepala Zoras, namun tendangan itu meleset karena Garden of the Muse itu, yang masih Zoras aktifkan.

"Menurutku, bijaksana bagimu untuk memprioritaskan melawanku daripada menyelamatkannya, tapi kau tampak gelisah." Kata Zoras.

 

"Itu adalah serangan yang tidak ada gunanya. Apa kau benar-benar berpikir kau akan menemukan cara untuk menerobos Garden of the Muse dengan tendangan seperti itu? Kau hanya membuka celahmu terhadap serangan dariku."

Cahaya menyelimutinya, dan Zoras muncul di atas Lunaère sambil mengayunkan tongkatnya. Tongkat itu mengenai bahu kanan Lunaère. Terdengar bunyi senjata tumpul dan Lunaère meringis kesakitan. Namun Lunaère meraih ujung tongkat itu pada saat yang bersamaan. Zoras dapat menggunakan Garden of the Muse untuk memilih apa akan mengizinkan kontak fisik atau tidak. Zoras bisa melancarkan semua serangan ke arah tubuhnya, sembari melancarkan serangan satu sisinya sendiri. Namun, Zoras harus memilih antara berwujud fisik atau tidak : bahkan bisa keduanya. Lunaère bisa mengambil tongkat Zoras itu pada saat yang sama Zoras menyerang.

 

"Kau putus asa, gadis Lich." Kata Zoras.

Lunaère memegang tongkat itu sejenak, namun kemudian tongkat itu melewatinya begitu saja. Lunaère merunduk untuk menghindari ayunannya, namun kaki Zoras tersentak untuk menendangnya saat Lunaère berjongkok. Tendangan itu menembus lengan dan kaki Lunaère dan tepat mengenai perutnya. Zoras melemparkan Lunaère yang tanpa pertahanan ke udara, lalu diikuti dengan bantingan tongkatnya tanpa ampun.

 

"Gah!"

 

Kesadaranku semakin menjauh, namun teriakan kesakitan dari Lunaère membuatku kembali sadar.

Apa yang aku lakukan di sini, merendahkan diri di tanah? Berapa lama lagi aku akan terpuruk?

 

Aku merasakan jariku bergerak, sedikit saja. Aku menaruh seluruh kekuatanku yang tersisa ke lenganku. Saat Lunaère melayang di udara, Zoras mengarahkan tongkatnya ke arahnya dan berkata, "Fire Magic Level 20 : Apocalypse."

Seekor naga api besar yang mengamuk melewati lingkaran sihirnya dan bangkit tegak untuk melahap Lunaère. Apocalypse itu mencapai sasarannya—tidak ada cara bagi Lunaère untuk mengelak.

 

Lunaère menciptakan lingkaran sihirnya yang besar.

"Space-Time Magic Level 25 : Ruler of the World!"

 

Lunaère menghilang dari langit tepat saat naga api itu mengayunkan rahangnya ke sekelilingnya. Kemudian Lunaère muncul kembali di belakang Zoras, sedang membuat lingkaran sihir berikutnya.

"Mantra yang menghentikan waktu....?" Zoras berkata.

 

"Tapi kau tidak bisa merapal mantra lain saat berada di dunia di mana waktu telah berhenti. Sangat disayangkan.... itu tidak berpengaruh apapun terhadap Garden of the Muse milikku, yang mematikan semua kecuali beberapa mantra khusus. Kau tidak dapat menyentuhku meskipun kau menghentikan waktu. Bukankah itu terlalu menguras tenaga untuk digunakan sebagai mantra penghindaran satu kali?" Lanjutnya.

Zoras berbalik menghadapnya.

 

"Space-Time Magic Level 20 : Gravity Witch!"

Lunaère mengulurkan tangannya ke arah Zoras. Ada lengan spektral besar yang menutupi lengannya yang tampak terbuat dari kabut hitam, dan lengan itu terus menjangkau ke arahnya. Zoras mundur untuk menghindar, namun lengan hitam itu sepertinya menyedotnya, menangkapnya dalam tarikan gravitasi yang kuat.

 

"Ya ampun, lihat aku, tertangkap oleh lengan ini."

Kata Zoras dengan keyakinan yang jelas di wajahnya. Lengan hitam Lunaère semakin besar, tebal, dan liar saat mencoba menghancurkan Zoras.

 

"Gate."

Zoras ditelan cahaya dan menghilang. Lengan hitam Lunaère terayun di udara, mengepalkan lengannya tanpa tujuan. Zoras muncul di titik buta Lunaère dan mengayunkan tongkatnya ke arahnya. Lunaère mencoba memblokir dengan lengannya namun terlempar ke belakang. Lunaère mendapatkan kembali kendali dan mendarat, lalu mengambil posisi yang akan membuatnya tetap terkendali saat dia mempertahankan lengan hitam Gravity Witch-nya.