Bagian – 8 : Zoras
DI ZAMAN kuno Locklore, para dewa tidak memiliki pengalaman yang diperlukan untuk menyeimbangkannya. Dunia akhirnya tertatih-tatih di ambang kehancuran setiap kali terjadi bencana monster. Ada banyak organisasi yang tersebar di seluruh dunia dengan kekuatan tempur berlevel tertinggi, dan keseimbangan kekuatan antar negara sangat tidak stabil. Bagaimana sebuah negara bisa menstabilkan dirinya di tengah dunia yang kacau seperti itu? Mereka menyerukan seorang raja yang berkuasa—yang tidak akan pernah menjadi tua, sehingga tidak diperlukan pergantian kekuasaan. Kerajaan Rodacoff bersatu secara keseluruhan dan mulai meneliti sihir kematian terlarang.
Ketika kesibukan penelitian mulai terselesaikan, pertanyaan yang tersisa adalah siapa yang akan menjadi raja undead. Mereka memilih pangeran termuda, seorang anak laki-laki sakit-sakitan bernama Zoras yang hanya memiliki sedikit waktu tersisa untuk hidup. Dan dengan demikian, Zoras menjadi raja undead di Rodacoff dan memerintah selama 400 tahun berikutnya. Meskipun pada kenyataannya, "Raja" mungkin bukanlah gelar yang paling akurat. Zoras lebih merupakan senjata daripada penguasa. Pada saat Zoras mencapai usia 400 tahun, levelnya telah mencapai 700—cukup kuat sehingga dia bisa memenangkan pertempuran sendirian melawan seluruh militer di sebuah negara kecil. Zoras tidak diperlakukan sebagai orang normal, melainkan dia dipuja seperti dewa.
Kalau bicara soal pemerintahan, bukan hanya Zoras yang bertanggung jawab. Ada dewan orang bijak, sepuluh pemimpin negara berkumpul untuk memutuskan masa depan Kerajaan. Zoras sendiri tidak banyak bicara dalam politik. Zoras lebih merupakan tokoh yang menandatangani keputusan hanya sekedar upacara. Dan selama periode 400 tahun itu, kekacauan di Locklore mulai mereda, dan Rodacoff mulai kesulitan mengendalikan individu kuat seperti Zoras. Negara ini menyembunyikan kebenaran yang tidak menyenangkan bahwa dibutuhkan pengorbanan banyak nyawa untuk membuat Zoras menjadi undead. Sebaliknya, mereka menyatakan dia sebagai orang yang mencapai kekuasaan suci dan kehidupan kekal melalui berkat ilahi.
Zoras juga mulai bosan dengan umurnya yang panjang. Zoras tidak memiliki kebebasan karena apapun yang terjadi padanya akan menjadi ancaman bagi Kerajaan. Dia tidak dapat memiliki anak karena dia adalah undead. Zoras tidak memiliki satu pun yang setara dalam hidupnya. Zoras telah menyelesaikan peran yang diberikan kepadanya. Bukan hal yang aneh baginya untuk menghabiskan hari-harinya dengan duduk tanpa berpikir di singgasananya, seperti senjata yang mengumpulkan debu di sudut. Zoras kadang-kadang mengabdikan dirinya untuk meneliti sihir, namun hal itu tidak benar-benar memberikan ketenangan bagi jiwanya.
"Oh, apa tidak akan ada orang yang mau menggerakkan waktu lagi untukku?"
Zoras berkata dengan sedih pada dirinya sendiri sambil duduk di singgasana.
"Itu mungkin hanya sekedar kata-kata, Yang Mulia, tapi dalam keadaan darurat, Kerajaan membutuhkan kekuatanmu. Bukanlah tempatku sebagai manusia biasa untuk memberikan pendapatku kepada seseorang yang begitu hebat dan bijaksana sepertimu, tapi aku berharap anda mau mencari kedamaian, Yang Mulia. Kerajaan ini berada pada puncak kemakmuran. Tidak ada yang perlu diubah saat ini."
Orang yang berbicara sambil berlutut adalah Fudolf, Perdana Menteri. Dia setengah paruh baya, dengan rambut keriting yang elegan. Dia adalah ketua dewan orang bijak, dan, jika Zoras hanya sekedar raja, maka Fudolf adalah raja dalam praktiknya. Fudolf juga bertindak sebagai penasihat Royal Magic Association.
"Orang yang bijaksana. Itu akan menjadi jawabanmu."
Jawab Zoras sambil menghela napas.
Lalu suatu hari, sesuatu terjadi di Istana. Raja dari sebuah Kerajaan kecil datang berkunjung dan memberikan hadiah berupa seorang gadis Elf muda sebagai budak. High Elf biasanya tinggal di negara di langit; mereka jarang muncul ke permukaan. Rata-rata mereka lebih baik dalam menggunakan sihir, dibandingkan dengan manusia, dan diberkati oleh roh. Hal ini adalah benturan budaya. Negara lain berasumsi bahwa hadiah berupa seseorang dari ras langka yang mampu menggunakan sihir akan diterima dengan senang hati, namun pandangan umum terhadap budak di Rodacoff berarti mereka dipandang sebagai makhluk rendahan dan kotor.
Tidak peduli betapa langkanya seorang budak High Elf itu, memberikan hadiah seperti itu kepada seseorang seperti raja, seseorang yang dekat dengan dewa adalah sebuah penghinaan. Namun Zoras memutuskan tidak ada gunanya mengubah pelanggaran kecil ini menjadi pertengkaran dan dengan baik hati menerima hadiah itu, mengira gadis itu mungkin berguna dalam penelitian sihirnya. Zoras menenangkan pengikutnya yang bermasalah dan melancarkan situasi. Masalahnya adalah—walaupun Zoras sebenarnya tidak menginginkannya—Zoras harus mempertahankan gadis itu karena dia bilang dia akan melakukannya. Ketika diskusi beralih ke mendidik gadis itu dan memberinya pekerjaan di Istana, Zoras terpesona.
"Dia adalah High Elf yang langka, dan aku harus membuatnya berguna karena akulah yang menerimanya. Aku akan mengajarinya sendiri." Kata Zoras.
Wajah Fudolf memucat, dan dia menentangnya. Hubungan antara manusia dan High Elf pada awalnya buruk. Satu-satunya alasan perang skala besar tidak terjadi adalah karena para Elf tinggal di langit, jauh dari manusia di permukaan. Dan gadis High Elf ini, bernama Elsie, juga membenci manusia. Gadis ini diusir dari negara High Elf karena kejahatan orang tuanya, lalu diserang oleh para budak ketika muncul ke permukaan.
Ada banyak orang di Istana yang merasa gadis itu tidak bisa dipercaya, meski ditempatkan di sisi raja. Namun Zoras bersikeras dan mengambil pendidikan Elsie sendiri. Zoras adalah raja palsu, penguasa hanya namanya saja, dan Zoras punya banyak waktu luang. Pada awalnya, Elsie mempunyai sikap yang buruk terhadap Zoras, dan hal itu membuat para pengikutnya panik, namun Zoras tahu gadis itu tidak bermaksud jahat. Gadis itu mulai terbuka saat berinteraksi dengannya.
“Yang Mulia! Sekarang aku bisa menggunakan mantra level 3!"
Kata gadis itu pada suatu hari.
"Ah, bagus sekali. Inilah caraku mengetahui bahwa kau cocok menjadi muridku."
Gadis itu akan melaporkan dengan gembira kepada Zoras setiap kali gadis itu belajar melakukan sesuatu yang baru. Zoras akan mengusap kepala gadis itu dan memujinya. Hal itu adalah rutinitas harian mereka. Tak lama kemudian, Elsie menjadi satu-satunya orang yang memperlakukan Zoras seperti orang normal. Pada awalnya, Zoras adalah pangeran termuda—dan merupakan pangeran yang sakit-sakitan. Tidak ada yang mengharapkan apapun darinya. Zoras akhirnya diberi peran, mengubahnya menjadi undead dalam ritual okultisme, lalu diperlakukan seperti dewa. Namun Zoras tidak pernah diperlakukan seperti manusia. Tampaknya ada beberapa emosi terbatas yang dimiliki orang ketika berhadapan dengannya, yaitu ketidaktertarikan, pemujaan, dan ketakutan. Hal ini adalah hubungan persahabatan pertama yang dirasakan Lich selama ratusan tahun hidupnya. Saat Zoras bersama gadis itu, Zoras merasa seperti bersama putrinya sendiri. Ketika Zoras berinteraksi dengan gadis itu, Zoras berpikir tentang bagaimana dia bahkan tidak dapat mengingat bagaimana ayahnya sendiri, mantan raja, memperlakukannya di masa lalu. Apa dia telah diperlakukan dengan cinta? Gadis High Elf ini mungkin datang ke Istana hanya karena kesalahpahaman, namun gadis itu akhirnya menyembuhkan hati raja utama Rodacoff.
Tiga tahun berlalu. Sekarang Elsie berusia delapan tahun. Elsie sudah mulai menjadi ahli sihir. Pada suatu hari, Elsie tampak bahagia saat pergi menemui Zoras.
"Aku membuat mantra menggunakan gelombang psikis naga sehingga aku bisa memberi tahu orang-orang jauh apa yang aku pikirkan!"
"Oh, mantra yang luar biasa kalau memang begitu. Kau benar-benar gadis yang pintar, Elsie." Kata Zoras, dan gadis itu berseri-seri dengan bangga.
"Barrier Magic Level 5 : Dragon Speech!"
Elsie membentuk lingkaran sihir, ingin menunjukkan mantranya dalam aksi secepat mungkin. Pikirannya mengalir ke benak Zoras.
"Ha.... l.... lo.... te.... rima.... kasih."
Pikirannya.... retak, terfragmentasi.
"Ah.... sepertinya kau kesulitan menyesuaikannya." Kata Zoras.
"Aku ingin.... mengungkapkan betapa berterima kasihnya aku...."
Kata Elsie sambil hampir menangis.
"Y-Yah, menurutku niatmu sudah jelas sekali! Ini adalah mantra yang luar biasa! Dan aku merasakan emosimu lebih dari kata-katamu! Atau semacam itu." Kata Zoras.
"Sungguh? Yang Mulia!" Ekspresi Elsie bersinar.
"Y-Ya, sungguh. Atau setidaknya, aku merasa demikian." Kata Zoras.
Bagaimanapun juga, hal ini tidak mengubah betapa menakjubkannya seorang anak berusia delapan tahun bisa mengembangkan mantranya sendiri tanpa bantuan. Zoras telah mendengar para High Elf belajar dengan cepat, namun gadis itu tampaknya jauh lebih berbakat daripada yang bisa dijelaskan. Zoras tidak sabar untuk melihatnya tumbuh dewasa.
Tujuh tahun telah berlalu sejak Elsie datang ke Istana. Dia sekarang berusia dua belas tahun dan terkemuka bahkan di antara para Alkemis Kerajaan.
"Yang Mulia.... aku mencintai dunia ini, karena kamu ada di dalamnya!" Elsie berkata.
Elsie selalu Bersama Zoras, bukan karena dia tidak mempunyai tempat sendiri di Istana, namun karena Zoras adalah gurunya dan dia berhutang banyak padanya.
"Aku merasakan hal yang sama, Elsie. Aku tidak pernah berpikir aku akan memiliki sesuatu yang begitu dekat seperti keluargaku sendiri." Kata Zoras.
"A-Apa maksudmu aku akan menjadi pengantinmu?! Aku merasa tersanjung!"
Kata Elsie dengan gembira.
"Maksudku.... kau seperti anak perempuan bagiku." Kata Zoras.
Bahu Elsie merosot.
"Lagipula aku tidak bisa punya istri. Bukan saja aku tidak boleh memberikan anak kepadanya, tapi hukum Kerajaan melarangku menikah."
Kata Zoras, seolah-olah berbicara pada dirinya sendiri tentang orang lain. Struktur politik di Rodacoff rumit. Para anggota dewan di masa lalu tampaknya menentang gagasan bahwa raja yang abadi memiliki istri atau anak angkat. Hukum kerajaan menyatakan bahwa raja, seseorang yang dekat dengan dewa, tidak boleh memiliki keluarga karena dapat menimbulkan perselisihan di Istana.
Elsie sekarang berusia lima belas tahun. Dulunya hanya seorang anak High Elf, dia telah tumbuh menjadi seorang perempuan muda yang cantik. Keterampilan sihirnya mungkin tidak mendekati Zoras, namun Elsie setara dengan pengguna sihir Kerajaan mana pun. Sekitar waktu itu, Demon King raksasa yang menakutkan tinggal di hutan besar di sisi timur Kerajaan. Penguasa di dekatnya mengirim tentara untuk melawannya, namun mereka bukan tandingannya. Ada kekhawatiran kekuatan monster itu hanya akan bertambah, jadi Zoras pergi untuk mengurus monster itu, ditemani oleh sepuluh Ksatria.
"Akan lebih mudah kalau aku sendirian."
Kata Zoras, terdengar bosan. Jika dia sendirian, dia bisa melakukan perjalanan ke tepi Kerajaan, mengalahkan Demon King itu, dan kembali dalam setengah hari. Namun membawa sepuluh Ksatria berarti mempersiapkan perjalanan dan menjelaskan kepada penguasa setempat. Zoras bahkan harus melambat untuk menyamai kecepatan perjalanan mereka—butuh waktu empat hari untuk sampai ke sana. Tampaknya ini adalah hal yang sangat konyol mengingat kekacauan yang bisa ditimbulkan oleh Demon King pada saat itu.
"Dan sekarang aku tidak punya banyak waktu untuk bermain dengan Elsie."
Keluh Zoras kepada mereka.
"Yang Mulia, mohon pengertiannya, kita tidak bisa mengirimkan raja dewa kami sendirian." Kata Perdana Menteri Fudolf sambil berlutut di depan Zoras.
"Ya, aku tahu, aku tahu." Zoras menghela napas lelah.
"Yang Mulia, aku berdoa agar kamu kembali dengan selamat."
Kata Elsie sambil berlutut di hadapannya. Bahkan Elsie tidak bisa mengabaikan sikap sopan santun di usianya.
"Tentu saja aku akan kembali dengan selamat, Elsie. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang lebih kuat dariku." Kata Zoras.
Namun pertarungan untuk mengalahkan Demon King itu lebih sulit dari yang diperkirakan Zoras. Monster itu memiliki level yang signifikan dan cukup cerdas. Selain itu, seseorang telah memberikan informasi tentang Zoras, dan Zoras tidak dalam kondisi terbaiknya selama pertarungan. Zoras kesulitan membentuk lingkaran sihir. Mereka memang berhasil menang, namun itu membutuhkan banyak usaha darinya. Kurang dari setengah Ksatria yang bersama Zoras masih hidup.
"....Aku memang tidak berguna, itu sebabnya ini terjadi."
Zoras berkata sambil dia dan para Ksatria yang tersisa berjalan melewati hutan.
"Dewa macam apa, pelindung Kerajaan macam apa aku ini, jika kemunculan alami seorang Demon King bisa menyulitkanku?" Terusnya.
"Yang Mulia.... maafkan aku, ini bukan semua salahmu."
Erang seorang Ksatria terluka yang sedang digendong kembali.
"Bagaimana kau bisa mengatakan itu? Jika aku lebih kuat, ini tidak akan pernah terjadi padamu." Kata Zoras.
"Ini semua sudah direncanakan. Aku sangat menyesal, Yang Mulia.... orang bijak, perdana menteri, aku tidak bisa melawan mereka." Kata Ksatria itu.
"Tunggu, apa yang kau katakan itu? Aku tidak mengerti...." Kata Zoras.
Lingkaran sihir besar muncul di tanah. Sihir itu adalah semacam mantra penghalang dan mempengaruhi area yang luas—mantra yang dilemparkan ke hutan itu sendiri. Zoras tahu banyak tentang sihir, dan dia langsung tahu apa sihir itu. Sihir itu adalah mantra yang menghabiskan mana dari seseorang yang sihirnya disesuaikan dengan panjang gelombang tertentu. Dan mantra ini ditetapkan untuk menargetkannya.
"Mustahil.... pasti inilah sebabnya aku merasa tidak enak badan sejak datang ke hutan ini...." Zoras memucat.
Zoras bisa mendengar langkah kaki banyak orang mendekat dari kegelapan hutan.
"Sekarang.... tolong jangan melawan, Yang Mulia." Kata Fudolf sambil tertawa.
Salah satu pengguna sihir Istana menempelkan tongkatnya ke kepala Elsie. Tubuh Elsie penuh luka, seperti dia baru saja disiksa. Borgol dijepit di pergelangan tangannya, dan mulutnya ditutup dengan kain sehingga dia tidak dapat berbicara. Elsie jelas-jelas digunakan sebagai sandera.
"Elsie! Apa maksudnya ini, Fudolf?! Jangan kira kau akan lolos jika memperlakukannya seperti itu!" Teriak Zoras.
"Kau mungkin sudah menyadarinya sejak lama, tapi Rodacoff tidak lagi membutuhkan senjata mengerikan seperti dirimu. Kau adalah anak yang tidak diinginkan yang lahir dari zaman kekacauan, dan sekarang aku akan mengirimmu kembali ke kekacauan itu."
Saat itu, bahkan para Ksatria yang menemani Zoras mengarahkan pedang mereka ke arahnya. Misi mereka sejak awal adalah membatasi tindakannya, membimbingnya, dan menahannya.
"Seseorang dengan kekuatan konyol yang tidak pernah mati tidak lebih dari sebuah risiko bagi Kerajaan. Sekarang menandai berakhirnya era di mana kami diperintah oleh raja undead yang gagal memenuhi tujuannya. Kami bisa saja meninggalkanmu sendirian jika kau hanya sekedar senjata, yang perlahan-lahan mulai berkarat. Tapi kau mengembangkan perasaan terhadap budak bertelinga panjang ini ketika kau harus tetap menjadi objek tanpa keinginanmu sendiri."
"Rencana telah dibuat untuk mengungkapkan sifat aslimu kepada orang-orang, bahwa kau adalah parasit undead pemakan manusia yang berakar di Kerajaan kami. Kau bergabung dengan Demon King dan berusaha menghancurkan negara. Akulah yang mengalahkan kalian berdua. Dewan orang bijak telah dibubarkan, dan Rodacoff sepenuhnya menjadi milikku sekarang. Sejarah kelam dan tersembunyi dari Keluarga Kerajaan masa lalu, tumpukan mayat yang mereka tinggalkan selama penelitian sihir kematian.... semuanya akan mendukung klaimku!"
Saat Fudolf selesai, para penyihir Istana mulai menembakkan bola sihir ke Zoras. Jika Zoras menghindar, jika dia memblokir itu, mereka akan melihatnya sebagai perlawanan dan kemudian membunuh Elsie. Yang bisa dilakukan Zoras hanyalah berdiri, membiarkan bola sihir itu menghantam tubuhnya. Setelah melakukan puluhan serangan, Zoras jatuh ke tanah berlumuran darah, namun dia masih sadar.
"Tsk, masih hidup?" Kata Fudolf.
"Kau monster yang kokoh dan menakutkan. Kau yang di sana, bantulah! Kau pasti masih memiliki sisa mana." Lanjutnya.
"Ah!"
Pengguna sihir yang memegang Elsie melihat ke arahnya ketika Fudolf memanggilnya. Saat itulah hal itu terjadi. Elsie berlari keluar dari genggaman pengguna sihir itu.
"Tahan si telinga panjang itu!"
Teriak Fudolf. Para pengguna sihir dengan cepat mengepung Elsie, namun Elsie menjatuhkan dirinya ke tanah, kepalanya membentur batu di dekatnya. Darah mengalir dari lukanya, dan tubuhnya mengejang.
"Elsie....?" Kata Zoras dengan tak percaya.
Hal itu disebabkan oleh diri gadis itu sendiri. Elsie telah disandera, dan tindakan itu adalah perlawanan terakhir gadis itu.
"Sungguh merepotkan.... tapi aku tetap bermaksud membunuhnya." Kata Fudolf.
"Baiklah. Raja tidak lagi mempunyai kekuatan untuk melawan. Habisi dia sekarang. Pergi ke sana dan singkirkan kepalanya."
Kemudian pikiran muncul di benak Zoras.
"Yang Mulia.... tolong balas dendamku. Dunia ini terlalu penuh dengan kejahatan."
Itu adalah pemikiran terakhir Elsie saat dia meninggal. Kata-katanya samar, namun terngiang jelas di benak Zoras. Mata Zoras terbuka. Sihir itu adalah mantra yang Elsie ciptakan berdasarkan gelombang pikiran naga, Dragon Speech. Seorang Ksatria mengangkat pedangnya dan mendekati Zoras. Zoras perlahan duduk dan mengayunkan tongkatnya ke kepala Ksatria itu, menghancurkannya.
"Tsk, dia masih bisa bergerak! Bunuh dia! Semuanya, serang segera!" Teriak Fudolf.
Para Ksatria datang ke arahnya sambil berayun, sementara para penyihir menembakkan peluru sihir. Zoras dengan cepat menghindari pedang mereka, menarik dinding tanah untuk memblokir sihir, dan kemudian melepaskan api untuk membakarnya. Zoras menjatuhkannya, satu per satu, hingga hanya Fudolf yang tersisa.
"Tidak.... tidak mungkin.... kami meracunimu, menghabiskan mana-mu dengan penghalang, melemparkanmu ke arah Demon King sehingga kau akan terluka, dan kau masih mampu melakukan.... ini?" Fudolf tersandung ke belakang.
Tatapan Zoras tertuju pada tubuh Elsie, lalu kembali tertuju pada Fudolf.
"Y-Yang Mulia, harap tetap tenang! Aku juga sudah siap menghadapi hal ini! Ada kekuatan yang tersembunyi di balik bayang-bayang Istana! Aku akan mengakui semua kejahatanku! D-Dan aku telah memberitahu mereka kalau kau adalah undead yang mencoba membawa bencana bagi negara! Kau tidak punya tempat lagi di Kerajaan! Tapi kalau aku mengabdikan diriku pada tugas itu, aku bisa—"
"Death Magic Level 10 : Death."
Zoras mengayunkan tongkatnya, dan lingkaran sihir muncul, diikuti oleh tengkorak malaikat kematian yang terbentuk dari cahaya ungu yang melesat langsung ke arah Fudolf. Dia berteriak dan mencoba lari dari tengkorak malaikat kematian itu, namun tengkorak malaikat kematian itu dengan cepat menangkapnya. Saat itu terjadi, tubuhnya menua dan membusuk dalam sekejap seolah-olah seratus tahun telah berlalu, kemudian membusuk hingga hanya tersisa debu. Pertarungan telah usai. Zoras menarik tubuh Elsie ke dalam pelukannya. Matanya tertuju pada jari-jari gadis itu. Kuku gadis itu telah tercabut dari jari-jarinya yang pucat, ramping, dan indah. Jari-jarinya dibengkokkan dengan sudut yang membingungkan, seolah-olah dipukul dengan palu.
"Yang Mulia.... tolong balas dendamku. Dunia ini terlalu penuh dengan kejahatan."
Kata-kata Elsie bergema di benaknya.
"Elsie..... aku mempersembahkan dunia ini padamu sebagai penghormatan."
Kata Zoras, sendirian di hutan gelap yang dipenuhi mayat-mayat.
Bagian – 9
AKU melihat ke bawah pada sosok Zoras yang roboh, dadaku naik turun. Sejujurnya, kemenanganku melawan Zoras adalah sebuah keajaiban. Aku bahkan tidak percaya aku bisa menang dalam situasi itu. Jika kami bertarung seratus kali, aku yakin aku akan terbunuh dalam sembilan puluh sembilan kali. Aku menekan bahuku, yang lenganku masih hilang, dan menghela napas dalam-dalam. Ouroboros Wheel hanya dapat mengembalikan tubuh kalian ke kondisi semula sebelum kalian mati. Yang dilakukannya hanyalah mencegah kalian dari kematian, bukan untuk pemulihan. Aku telah meledakkan lenganku sendiri dengan Gravity Bomb, dan lenganku itu tetap hilang.
Semua potion dan itemku menguap dalam ledakan dari Horus’s Destruction itu, artinya aku tidak bisa menyembuhkan menggunakan item. Satu-satunya pilihanku adalah menemukan Lunaère. Aku melihat ke arah kota. Jalanannya yang tadinya bagus telah berubah menjadi reruntuhan akibat ledakan Horus’s Destruction, dan aku masih bisa melihat para Chaos Dragon terbang di atasnya. Aku bertanya-tanya apa ada penduduk yang tidak mengungsi tepat waktu, dan apa Pomera serta semua orang yang pergi menyelamatkan orang baik-baik saja. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan jika mereka berada di dekat pusat ledakan, namun mereka seharusnya berada jauh. Level terendah dari mereka masih mendekati seribu, jadi aku ingin percaya mereka baik-baik saja....
Lalu aku melihat Lunaère, berdiri di sisa-sisa Kastil. Ada distorsi spasial di depannya. Benda mirip tentakel yang terbuat dari kabut hitam mengulurkan tangan dan menahan seorang anak laki-laki di udara. Tampaknya aman untuk berasumsi bahwa anak laki-laki itu adalah Zero, yang digunakan sebagai media kutukan. Hal pertama yang membuatku lega adalah Lunaère baik-baik saja, namun kemudian aku melihat belati digenggam di tangannya dan mengarah ke dirinya sendiri. Hal itu saja sudah cukup menakutkan, namun ekspresi merenungnya hanya membuatku semakin tidak nyaman. Sepertinya sesuatu yang aneh sedang terjadi, sesuatu yang buruk.
"Lunaère-san!" Panggilku. Aku melompat turun dan bergegas ke sisinya, di mana aku segera meraih belati di tangannya.
"Kanata!" Lunaère menatapku dengan kaget, seolah sadar kembali.
"Aku mengalahkan Zoras. Apa yang sedang kamu lakukan?"
Tatapan Lunaère beralih saat aku menanyakan hal itu, namun kemudian dia terlihat serius, seolah dia sudah mengambil keputusan.
"Kanata.... dengarkan. Jika ini terus berlanjut, kutukan Zero akan segera aktif sepenuhnya, dan dunia akan hancur. Aku telah mempelajari semua yang aku tahu, tapi hanya ada satu cara untuk mengatasi kutukan Zero yang dapat segera diterapkan."
"Dan salah satu caranya itu...." Kataku.
"Serang dengan kutukan kuat lainnya untuk membatalkannya. Zero diciptakan untuk membuang kekuatan yang seharusnya tidak ada di Locklore, itu seperti tempat sampah yang diisi dengan campuran sup kutukan. Beberapa di antaranya telah dibatalkan ketika Zoras memaksanya untuk berpindah, dan beberapa lagi telah menghilang saat kutukan itu meletus dalam bentuk Chaos Dragon, tapi.... bahkan dengan itu, hal itu tidak dapat dibatalkan dengan kutukan yang biasa." Kata Lunaère.
Setelah Lunaère menjelaskan hal itu, dia meletakkan tangannya ke dadanya dan berkata, "Aku memiliki ketidakmurnian yang membuat para makhluk hidup menolaknya.... dan.... aku adalah salah satu makhluk level tertinggi di dunia ini. Jika aku menggunakan jiwaku, aku seharusnya bisa mengeluarkan kutukan yang bisa menyaingi Zero. Aku sudah memikirkannya berkali-kali, dan tidak ada cara lain."
Lanjut Lunaère. Pikiranku menjadi kosong.
"Tapi.... Tapi pasti ada cara lain! Tunggu, itu dia! Jika kita membutuhkan sesuatu yang berlevel tinggi, ada iblis di Cursed Mirror, atau bahkan Chaos Dragon!" Kataku.
Lunaère menggelengkan kepalanya.
"Agar kutukan-kutukan itu benar-benar dapat menghilangkan satu sama lain, kutukan itu sendiri harus mempunyai kemauan. Kutukan akan melawan ketika kutukan bertabrakan dengan kutukan yang menolaknya. Dan itu harus diatur dengan baik. Biarpun kita mengumpulkan beberapa iblis level tinggi dan membuat kutukan seperti itu, kita tidak bisa menggunakannya untuk melawan kutukan Zero."
"Tapi, tapi, pasti ada cara lain!" Kataku.
Secara intelektual, aku mengerti. Lunaère itu pintar. Dalam hal level dan pengetahuan sihir, hanya sedikit yang bisa mengalahkannya sepanjang sejarah Locklore. Dan Lunaère mengatakan tidak ada jalan lain. Bagaimanapun, kami tidak punya waktu lagi. Aku bisa bertukar pikiran sepanjang hari, namun bukan itu masalahnya. Jika kutukan Zero melenyapkan Locklore, Lunaère akan tetap mati. Jadi, secara intelektual, aku mengerti. Namun aku tidak bisa menerimanya.
"Ayo kita bertanya pada Veranta-san! Dia mungkin bisa memikirkan sesuatu dari sudut pandang yang berbeda! Dan ada banyak orang berlevel tinggi di menaranya! Ayo pergi sekarang dan minta masukan dari mereka!" Lanjutku.
Namun seperti yang diharapkan, Lunaère menggelengkan kepalanya.
"Kita tidak punya waktu. Lagipula, aku adalah Lich. Aku tahu banyak tentang sihir kematian. Aku dapat mengatakan dengan pasti bahwa tidak ada jalan lain. Aku rasa tidak ada orang yang tahu lebih banyak dariku. Bagaimanapun, strategi ini memerlukan banyak penyesuaian. Aku hanya mempunyai satu kesempatan untuk melakukannya, dan.... meskipun begitu, peluang untuk berhasil adalah sekitar lima puluh lima puluh. Tapi ini adalah satu-satunya cara yang mempunyai peluang untuk berhasil."
"Tapi.... aku hanya.... aku tidak ingin kamu mati di sini, dan mati sebagai kutukan...."
Air mata tumpah dari sudut mataku. Dunia berada di ambang kehancuran, dan aku bahkan tidak bisa mengatakan apapun yang tampak seperti solusi. Hal itu hanyalah perdebatan yang kikuk dan emosional. Saat itu, aku merasakan seseorang di belakangku. Lunaère dan aku mengambil posisi bertarung dan berbalik. Dan ada Zoras, berlumuran darah. Dia menekan luka tusukan di dadanya dan menatapku.
"Kanata Kanbara! Serangan dari pedangmu itu menyakitkan.... tapi kau tidak cukup menghabisiku! Kau meninggalkanku untuk memeriksa Lunaère!" Zoras berkata.
"Kau masih hidup?!"
Zoras tampak berbeda dari sebelumnya. Bagian putih matanya kini menjadi hitam, dan aura ketidakmurnian yang mengalir darinya terasa semakin kuat.
"Death Magic Level 23, Obsession..... menggunakan banyak mana, tapi itu membatalkan kematianmu! Jangan berasumsi bahwa kau adalah satu-satunya orang yang memiliki tempat yang aman untuk hidupmu! Meskipun aku ragu kau akan menemukan kesempatan lain untuk menggunakan nasihat itu!" Kata Zoras.
Aku menggigit bibirku dan memelototinya. Aku telah meninggalkan segalanya dan berlari untuk memeriksa Lunaère saat aku melihatnya, jadi aku tidak melakukan pekerjaan dengan baik untuk memastikan apa Zoras itu sudah benar-benar mati. Aku kehilangan ketenangan dan membawa Zoras ke sini. Tampaknya benar bahwa Zoras hampir tidak memiliki sihir tersisa sebagai ganti kebangkitan paksa. Lukanya belum sembuh total.
"Kau hanya berjuang tanpa alasan." Kataku.
"Apa kau benar-benar berpikir kau bisa menang melawan kami berdua dengan keadaanmu yang seperti itu?" Lanjutku.
"Aku tidak menyembuhkan lukaku sehingga aku memiliki sisa sihir yang cukup untuk membunuh kalian berdua. Dan.... sudah kubilang jauh sebelumnya, bukan? Kalianlah yang berjuang tanpa alasan! Bahkan jika kalian membunuhku, kalian tidak akan bisa menghentikan kutukan Zero! Dan bahkan jika kalian menghentikan kutukannya, makhluk yang lebih tinggi tidak akan membiarkan dunia tetap ada!" Kata Zoras.
Zoras menyeringai jahat sambil melanjutkan, "Aku mendengar apa yang kalian berdua bicarakan. Gadis Lich itu berpikir untuk menggunakan jiwanya sendiri untuk mengaktifkan kutukan dan membatalkan kutukan Zero itu, bukan? Itu tidak akan berhasil! Dan gadis Lich itu bilang kalua itu peluangnya lima puluh lima puluh, tapi aku memperkirakan kemungkinan 90 persen kau akan mati sia-sia!"
Kemungkinan sembilan puluh persen.... mati sia-sia....? Aku menatap Lunaere. Wajahnya dipenuhi penderitaan, dan Lunaere tidak mau menatap mataku. Jika kemungkinan kematiannya tidak ada gunanya sebesar itu, aku tidak bisa membiarkan dia melakukannya, bahkan jika itu adalah satu-satunya cara yang memiliki harapan untuk berhasil. Lunaère tahu kemungkinan keberhasilannya rendah, dan dia menyembunyikannya karena dia tidak ingin aku menghentikannya.
"Gadis Lich, bahkan aku tidak bisa menahan tawaku melihat pandangan konyolmu! Kau mati demi perdamaian benua, lalu kau menjadi undead demi ibumu! Meskipun dikhianati, kau menyegel dirimu sendiri di kedalaman jurang untuk menghindari menyakiti siapapun! Dan bahkan setelah semua itu, kau memilih untuk mengubah jiwamu menjadi kutukan dan menanggung penderitaan abadi untuk menyelamatkan dunia ini? Bahkan Goblin pun bisa belajar, tapi Lich yang hidup lebih lama dari manusia mana pun tidak bisa?! Aku tidak akan pernah memahamimu!"
Sikap Zoras yang biasanya logis dan arogan telah hilang sekarang. Dia membuka mulutnya lebar-lebar, lidahnya menjulur keluar sambil mencibir pada Lunaère. Ada campuran rasa permusuhan dan kegembiraan atas kesempatan untuk mengejeknya.
"Tutup mulutmu."
Kataku. Aku menghunus pedangku dan mengarahkannya ke arahnya.
"Aku tidak akan membiarkan kau menghinanya." Lanjutku.
".....Aku akhirnya mengerti kenapa kau terus-terusan menghinaku." Kata Lunaère.
"Menurutmu masa lalu kita serupa. Itulah sebabnya kau tidak bisa memaafkanku karena memiliki pola pikir yang berlawanan denganmu. Kau hanya menunjukkan ekspresi itu ketika membicarakan masa laluku." Lanjut Lunaère.
Ekspresi Zoras langsung membeku, lalu dengan cepat berubah menjadi marah.
"Jadi, kau sadar betapa tidak selarasnya tindakanmu itu. Lunaère, kau seharusnya berada di pihak yang sama denganku sejak awal. Apa kau benar-benar berpikir kau harus membenci makhluk yang lebih tinggi tapi tidak pada dunia Locklore itu sendiri? Kau salah! Bagaimana kau bisa berpikir bahwa ketika makhluk yang lebih tinggi membuat tanah kotor ini dan membentuk cara hidup orang-orang bodoh di dalamnya? Kita dikhianati! Kita mempunyai kewajiban untuk mengakhiri lelucon ini!"
Zoras berteriak. Kemarahannya begitu kuat hingga dia hampir menangis. Aku memperhatikan Zoras yang anehnya terpaku pada Lunaère, namun aku tidak pernah menduga itu karena dia melihatnya sebagai kawan senasib.
"Aku mengabdikan hidupku untuk memastikan kemakmuran Kerajaanku, tapi mereka mencuri orang yang aku cintai, merampas posisiku, dan menganiayaku seperti penjahat terkutuk. Dan mereka hanyalah orang bodoh yang dipaksa menari untuk makhluk yang lebih tinggi! Aku akan mempersembahkan Locklore dan makhluk yang lebih tinggi untuk mengenang Elsie! Aku tidak bisa membusuk di tengah jalan! Kalian bisa mati sekarang, dipaksa menari untuk mereka, saat dimanfaatkan oleh mereka, tanpa berpikir panjang dan tetap percaya bahwa kalian adalah orang baik!"
Zoras mengarahkan tongkatnya ke arah kami. Dia sudah mengalami luka fatal. Kebangkitan paksa menggunakan sihir kematian hanya semakin melemahkan mana dan jiwanya. Zoras masih berdiri hanya karena kemauannya yang kuat, bertekad untuk melaksanakan tujuan obsesifnya.
"Aku tidak sama denganmu, Zoras." Kata Lunaère sambil memelototinya.
"Masa laluku adalah hasil dari mencoba-coba sihir terlarang." Lanjut Lunaère.
Zoras menoleh ke belakang dan mendengus sambil tertawa.
"Masih melontarkan kata-kata indah yang tidak bermakna?!"
Zoras membentuk lingkaran sihir. Lunaère juga membuatnya, pada saat yang sama, saat dia melompat ke depanku. Pertarungan diputuskan dalam sekejap. Zoras mengirim monster ke arah kami menggunakan Primordial Predator, yang Lunaère musnahkan dengan Gravity Bomb—dan kemudian aku menebas dada Zoras di saat dia lemah setelah dia mengucapkan mantra. Hal itu tidak lebih dari serangan terakhir yang sia-sia. Zoras tidak memiliki cukup kekuatan untuk pertarungan sesungguhnya. Zoras jatuh berlutut.
"Aku.... Aku belum bisa pergi.... tidak sampai.... aku menawarkan Locklore dan.... makhluk yang lebih tinggi padanya!"
Zoras berbaring di tanah sambil mengerang kesal, dan Lunaère menatapnya dengan kasihan.
Bagian – 10 : Zoras
ZORAS terjatuh karena serangan pedang Kanata, jatuh berlutut, lalu jatuh ke tanah. Dia tidak dalam kondisi untuk bertarung lagi. Impiannya untuk membunuh Kanata dan Lunaère dengan tangannya sendiri lalu kembali hidup menjadi Dewa yang Lebih Rendah pupus. Namun dia tetap tidak bisa menyerah.
"Yang Mulia.... tolong balas dendamku. Dunia ini terlalu penuh dengan kejahatan."
Dia ingat kata-kata terakhir Elsie. Ribuan tahun telah berlalu, dan dia masih mengingat pikiran-pikiran itu dengan sangat jelas saat memenuhi pikirannya. Dia harus membalaskan dendam Elsie. Itu sebabnya tidak cukup hanya menghancurkan semua kehidupan di Locklore dengan kutukan. Dia harus menyelesaikan masalah dengan makhluk yang lebih tinggi, mereka yang menjadikan dunia kotor ini sebagai mainan mereka.
"Aku.... Aku belum bisa pergi.... tidak sampai.... aku menawarkan Locklore dan.... makhluk yang lebih tinggi padanya!"
Zoras mengerahkan kekuatan untuk mengangkat kepalanya dan melihat gadis Lich itu menatapnya dengan rasa kasihan. Matanya bertemu mata gadis Lich itu.
".....Bohong jika kubilang aku tidak pernah membenci dunia ini." Kata Lunaère.
"Tapi aku masih menyukai dunia ini. Kanata, yang kucintai, ada di dunia ini, dan itu cukup membuatku mencintai dunia itu sendiri. Aku tidak menyesal menghabiskan hidupku untuk melindungi dunia ini, untuk melindunginya. Mungkin kau tidak bisa mengerti karena kaulah yang tertinggal." Lanjutnya.
Kenangan tentang Elsie terlintas di benak Zoras.
"Yang Mulia.... aku mencintai dunia ini, karena kamu ada di dalamnya!"
Elsie juga pernah menyukai dunia ini. Dan anehnya, alasannya sama dengan alasan Lunaère. Namun itu hanyalah perkataan Elsie jauh sebelum tragedi itu terjadi. Di saat-saat terakhirnya, Elsie membenci Locklore.
"Jangan berani-beraninya.... mengatakan apa yang ada di dalam hatinya...."
Kedengarannya Lunaère hampir mencoba mengatakan bahwa orang yang meninggal tidak membenci dunia ini, namun apa yang Lunaère itu tahu? Zoras muak pada Lunaère, bahkan sekarang mencoba memaksakan pemikiran yang indah itu pada Zoras seolah Lunaère tahu segalanya tentang Elsie.
"Apa orang yang kau sayangi itu benar-benar membenci Locklore sehingga dia memaksamu menanggung penderitaan sepuluh ribu tahun?" Lunaère berkata.
"Bagiku, sepertinya kau hanya mencari target kemarahanmu." Lanjutnya.
Zoras bisa merasakan kemarahannya memuncak. Kedengarannya Lunaère meremehkan Elsie. Di saat-saat terakhirnya, Elsie benar-benar meminta Zoras untuk mengutuk Locklore. Zoras tidak mungkin salah dalam hal itu.
"Sudah kubilang jangan bicara tentang Elsie! Kata-katanya masih segar dalam ingatanku! Apa yang dia katakan—!"
Dan kemudian Zoras menyadari ada sesuatu yang tampaknya tidak beres.
"Yang Mulia.... tolong balas dendamku. Dunia ini terlalu penuh dengan kejahatan."
Kata-kata yang Zoras ingat diucapkan Elsie padanya terlalu jelas. Elsie disumpal; dia tidak bisa berbicara. Itu sebabnya Elsie menggunakan mantra yang dia kembangkan untuk memproyeksikan pikirannya, sehingga dia bisa meninggalkan kata-kata terakhirnya bersamanya. Namun mantra itu tidak sempurna. Mantra itu sudah agak membaik sejak Elsie membuatnya ketika dia masih kecil, namun bagaimanapun juga, selalu ada kerugian yang disebabkan oleh proses yang mengubah pikiran menjadi sesuatu yang bisa disalurkan. Namun, ketika Zoras memikirkan kembali kata-kata Elsie itu, kata-kata Elsie itu sangat jelas, tidak terputus sama sekali. Mungkinkah selama bertahun-tahun, Elsie telah menyesuaikan, menafsirkannya sampai Zoras yakin bahwa itu benar-benar kata-katanya? Tidak, itu tidak mungkin.
Zoras menuruti keinginan Elsie ketika dia membunuh Fudolf, Perdana Menteri itu. Zoras tidak begitu yakin sekarang apa itu benar-benar kata-kata Elsie. Mungkin dia menjadi sangat marah sehingga dia memutarbalikkan kata-kata terakhir Elsie agar sesuai dengan tujuannya, lalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa kata-kata itu benar adanya. Ap Elsie benar-benar ingin Zoras menjalani kehidupan seperti itu jika posisi mereka dibalik? Apa Zoras akan memaksanya untuk membalaskan dendamnya? Apa Elsie benar-benar bunuh diri hanya untuk memaksanya membalas dendam? Jika kebencian Zoras benar-benar telah mengubah kata-kata Elsie itu, lalu apa yang sebenarnya ingin Elsie katakan padanya saat itu, menggunakan mantra yang mengembalikan kenangan seperti itu pada mereka berdua?
"Tolong, lari.... bertahan hiduplah.... temukan kebahagiaan. Yang Mulia, aku mencintai dunia ini, karena kamu ada di dalamnya."
Tiba-tiba, kata-kata yang tidak pernah Zoras dengar muncul di benaknya. Zoras mencoba menolak itu, mendorongny mundur.... namun kata-kata itu terus kembali, mengambil alih.
"Itu tidak mungkin.... itu tidak mungkin.... jika itu benar, lalu.... apa yang telah aku lakukan selama ini?"
Bagian – 11
ZORAS terdiam di tanah, kaku dan tidak bergerak. Lunaère menatap punggung orang itu dengan kasihan. Lunaère bilang dia tidak menyukainya, namun sepertinya Lunaère tidak sepenuhnya yakin tentang itu.
"Sungguh tragis.... tapi mungkin kebenciannya adalah cerminan dari kedalaman cintanya." Kata Lunaère.
Lunaère menghela napas dan melihat kembali ke sumber kutukan, Zero, yang tertahan oleh kabut hitam. Dia menyentuh pipinya, lalu menatapku. "Kita sudah berbicara terlalu lama. Kita hampir kehabisan waktu. Kanata, ini perpisahan kita."
Air mata tumpah dari mataku. Lunaère berencana menggunakan hidupnya sendiri untuk mencoba menghilangkan kutukan Zero.
"Lunaère-san..... aku lebih memilih membiarkan seluruh dunia Locklore dihancurkan daripada mengorbankanmu." Kataku.
Lunaère menggelengkan kepalanya, lalu menyelipkan lengannya yang ramping dan putih ke sekelilingku dan memelukku erat-erat. Tubuhnya dingin. Aku bisa merasakan ketakutan mendasar yang disebabkan oleh aura ketidakmurnian itu. Namun bagiku, hal itu terasa hangat dan nyaman.
"Jika kamu mengatakan itu, seluruh penduduk Locklore dan semua temanmu akan marah padamu. Aku tahu ini bukan tempatnya.... tapi aku sangat senang mengetahui kamu peduli padaku. Tapi tolong jangan abaikan perasaanku. Silakan temukan cara untuk hidup, dan temukan kebahagiaanmu."
"Lunaère-san.... kamu tidak boleh berkata seperti itu, itu tidak adil."
Kataku, dan Lunaère menepuk punggungku seolah dia sedang menenangkan anak kecil yang menangis.
"....Tunggu. Jika gadis Lich itu yang melakukannya, dia pasti akan mengacaukannya."
Terdengar sebuah suara, dan Zoras perlahan berdiri.
"Aku, Zoras.... akan mengisi peran ini. Aku yakin sihir kematianku jauh lebih baik daripada sihir gadis Lich yang sedang jatuh cinta ini. Selain itu, akulah yang melepas segel pada Zero dan memodifikasi kutukannya sehingga menyebar ke seluruh Locklore. Membatalkannya akan seperti permainan anak-anak."
Bagian – 12
"KAU akan membatalkan kutukan itu....?"
Aku bertanya, dan Zoras mengangguk, tanpa ekspresi.
"Ya. Aku ini Lich juga, sama seperti Lunaère, dan ketidakmurnianku itu sangat kuat. Aku juga bangga pada kenyataan bahwa keterampilan sihirku satu langkah di atas miliknya. Aku akan lebih cocok diubah menjadi kutukan untuk membatalkan Zero. Atau apa kau tidak percaya padaku? Maka jangan ragu untuk menebasku, membunuhku, dan menyuruh Lunaère melemparkan jiwanya sendiri ke Zero itu." Kata Zoras.
Aku tidak mendapat kesan bahwa Zoras sedang mencoba menipu kami. Selain itu, aku bersedia bekerja sama. Jika Zoras akan mengorbankan dirinya menggantikan Lunaère, maka aku tidak punya alasan untuk menghentikannya. Kecuali....
"Aku tidak mengerti alasannya." Kataku.
"Kaulah yang berencana menculik Zero, lalu menghancurkan seluruh dunia. Dan sekarang kau akan mengorbankan dirimu untuk menghentikan hal itu?"
Aku tidak mengerti apa yang bisa memotivasi Zoras untuk berusaha sekuat tenaga mengorbankan nyawanya dan menyelamatkan kami. Tidak peduli apa aku memercayainya untuk tidak mengkhianati kami sejak awal.
"....Kau benar. Akulah yang menyarankan rencana ini kepada makhluk yang lebih tinggi. Tapi itu hanya karena aku perlu membuat mereka berkompromi padahal biasanya mereka sangat merepotkan dan fokus pada pertahanan diri. Tujuan utamaku selalu balas dendam terhadap makhluk yang lebih tinggi. Jika aku tidak bisa membunuh kalian dan kembali hidup-hidup, aku tidak bisa memenuhi tujuan itu. Jadi sebaiknya aku mengganggu mereka. Kalian berdua yang menghentikan kutukan dan bertahan hidup akan lebih merepotkan mereka." Kata Zoras.
Zoras berbicara dengan tenang sekarang. Tidak ada sikap santai seperti sebelumnya. Dia menghela napas kecil, lalu menatap Lunaère.
"Dan sisanya adalah perbuatan gadis Lich itu. Aku terkejut bahwa seseorang yang berada dalam posisi yang mirip denganku dapat memikirkan orang lain seperti dia, dapat menjalani kehidupan yang begitu tulus."
Pada saat itu Zoras berhenti dan menggigit bibirnya.
"Aku.... tidak bisa melakukan itu. Aku dipenuhi dengan kebencianku sendiri, dan aku memutarbalikkan emosi terakhir Elsie yang murni, menodainya, meremehkannya. Aku bersyukur kau membuatku menyadarinya, Lunaère."
Bahu Zoeas sedikit bergetar, dan ada bekas air mata di sudut matanya. Aku bisa melihat dia berusaha menekan emosinya yang kuat. Aku merasa akhirnya melihat niat sebenarnya. Apa yang dia katakan tadi membuatku yakin kami benar-benar bisa mempercayainya. Jejak ejekan pun hilang dari suaranya.
"Tapi.... apa kau yakin?" Tanya Lunaere.
"Jika kau melakukan ini, jiwamu akan berubah menjadi kutukan yang tidak dapat diselamatkan oleh siapapun, dan kau akan terjebak selamanya di celah antar dunia."
Lanjut Lunaere. Aku tersentak mendengar itu. Mengubah jiwa kalian menjadi kutukan membutuhkan lebih banyak keberanian daripada yang kukira sebelumnya. Apa Lunaère benar-benar memilih rute seperti itu tanpa memberitahuku hal itu?
"Biarkan aku memberitahumu sesuatu, gadis Lich. Tidak ada yang abadi. Aku dipenjarakan oleh makhluk yang lebih tinggi sebagai Narapidana Abadi, dan sering diancam dengan penderitaan abadi. Apa menurutmu kata itu akan membuatku berada difase sekarang? Selain itu, makhluk yang lebih tinggi tidak sekuat yang mereka yakini. Mereka akan menghadapi kehancuran suatu hari nanti." Kata Zoras
Lunaère mundur selangkah, dan Zoras bergerak untuk berdiri di depan Zero. Zoras menarik napas, mengeluarkannya, lalu menyentuh dahi Zero. Kemudian rantai yang melingkari lengan dan kaki Zoras terbakar dengan cahaya berwarna biru putih yang terang benderang.
"Apa itu?!" Kataku sambil menutupi wajahku dengan lenganku.
Rantai cahaya itu dengan cepat bertambah panjang, membungkus seluruh tubuhnya, lapis demi lapis hingga Zoras dipegang erat.
"Artinya, bergabung dengan kalian adalah pelanggaran terhadap perjanjianku."
Kata Zoras, membalasnya.
"Kau putus asa, bukan, Naiarotop." Zoras melihat rantai di sekitar tubuhnya sendiri.
Rantai itu juga ada pada Reniement dan Lucifer. Rupanya, mereka memiliki efek merampas kemampuan bergerak seseorang jika mereka bertentangan dengan keinginan makhluk yang lebih tinggi.
"Urgh!"
Aku menghunus pedangku. Aku tahu itu kejam, namun aku membutuhkan Zoras untuk menghilangkan kutukan Zero. Jika Zoras tidak bisa bergerak, maka Lunaère akan mencoba menggunakan hidupnya sendiri untuk menyelesaikan masalahnya.
"Berhenti." Kata Zoras.
"Rantai ini tidak terlalu lemah sehingga bisa ditangani oleh tangan manusia."
Zoras tampak tenang meskipun dalam situasi seperti itu.
"Bagaimana kau bisa begitu santai tentang ini?! Kami membutuhkanmu untuk menghilangkan kutukan itu!"
"....Ini tidak seperti aku duduk diam sebagai tahanan selama ribuan tahun. Aku terikat oleh rantai ini begitu lama hingga membuat orang menjadi gila. Pada saat itu, aku tidak memikirkan apapun selain bagaimana cara membatalkannya.... dan mencabut leher mereka. Kegagalan terbesar Naiarotop adalah memberikan waktu bagi orang jenius sepertiku untuk berpikir." Kata Zoras.
Lingkaran sihir besar muncul di sekitar Zoras, lalu meluas menjadi tiga lapisan.
"Barrier Magic Level 25 : Blank Contract."
Cahaya terang memenuhi area itu, lalu retakan menembus rantai cahaya berwarna biru putih yang melilit Zoras dan hancur berkeping-keping.
"Alangkah lucunya, Naiarotop, kau benar-benar mengira telah melepaskanku."
Kata Zoras sambil menyeringai menantang. Sepertinya mantra yang dia gunakan, Blank Contract, mengganggu sihir untuk menghilangkan kontrak atau batasan apapun yang dikenakan pada pengguna. Orang ini.... bahkan bisa melakukan hal seperti itu? Yah, dia telah menggunakan segala macam mantra dan melawan Lunaère dan aku bersama-sama, dengan sisa energi.
"Ah, baiklah, sepertinya dia masih punya jaminan di tempatnya."
Kata Zoras sambil mengangkat tangannya. Ujung jarinya hancur menjadi pasir.
"Apa yang sedang terjadi?" Aku bertanya.
"Rencana cadangan para makhluk yang lebih tinggi. Tampaknya mereka membuatnya sehingga tubuhku akan hancur jika aku melepaskan diri dari kendali mereka. Meski begitu, ini pun tidak akan menghentikanku melenyapkan kutukan Zero. Hmph, cadangannya tidak mencukupi. Hahaha, sepertinya mereka benar-benar panik. Tapi bukan hal yang mengejutkan. Manajemen Locklore tidak akan bergerak sama sekali jika aku gagal membunuh kalian berdua." Kata Zoras.
"Mereka tidak akan bergerak lagi....?" Kataku.
Sepertinya ini sesuatu yang penting, sesuatu yang tidak boleh aku lewatkan. Apa yang akan mereka lakukan terhadap dunia setelah mereka kehilangan cara untuk mengendalikannya?
"Persis seperti kedengarannya." Kata Zoras.
"Kalian berdua telah menciptakan kekacauan, dengan cepat memperpendek umur Locklore sebagai pertunjukan boneka untuk dinikmati makhluk yang lebih tinggi. Biaya untuk mempertahankan dunia sangatlah besar. Mereka jelas tidak bisa melanjutkan sesuatu yang tidak menghasilkan keuntungan bagi mereka. Tapi cara kalian membuat kekacauan telah menarik perhatian bahkan di kalangan makhluk yang lebih tinggi. Mereka tidak bisa menutup Locklore sampai mereka menyelesaikan insiden ini dengan kalian, demi ego para manajer." Lanjutnya.
Aku memilah-milah apa yang dikatakan Zoras dalam pikiranku. Mereka tidak dapat terus mengelola Locklore. Tapi Namun juga tidak bisa mengakhiri Locklore sebelum situasi ini berakhir. Dan, saat ini, mereka kehabisan kartu untuk dimainkan, Zoras adalah kartu terakhir mereka, yang berarti Naiarotop tidak punya cara lagi untuk mengganggu Locklore.
"Yang artinya itu.... apa?" Aku bertanya.
"Siapa yang tahu. Biarkan mereka mengkhawatirkan hal itu. Aku akan mengatakan satu hal lagi : karena kalian adalah orang yang paling diperhatikan oleh makhluk yang lebih tinggi, dengan mengungkapkan situasi yang terjadi di balik layar dalam manajemen Locklore kepada kalian, aku juga telah mengungkapkannya kepada semua makhluk yang lebih tinggi yang sedang menonton Locklore sebagai pertunjukan. Pihal manajemen itu pasti akan membencinya." Kata Zoras.
Apa itu akan menyelamatkan Locklore? Aku mengerti bahwa ini bukanlah situasi yang ideal bagi makhluk yang lebih tinggi. Dan ini berarti ada kemungkinan besar mereka tidak akan segera melenyapkan Locklore. Namun yang penting adalah apa yang akan terjadi setelah itu. Apa ini menjanjikan lebih dari sekedar kelangsungan hidup sementara Locklore? Bisakah hal ini membawa perdamaian permanen pada dunia?
"Lakukan saja yang terbaik yang kalian bisa setelah ini." Kata Zoras.
"Jika aku memberi kalian beberapa nasihat, aku akan memberitahu kalian bahwa mereka menghormati kontrak dan reputasi.... dan bahwa kalian sudah memiliki metode yang berharga untuk melawannya." Lanjutnya.
"Apa—"
"Pikirkan sendiri sisanya. Lagipula, mereka mendengarkan percakapan ini."
Lingkaran sihir yang dibuat Zoras kali ini berwarna hitam, dan cahaya ungu menyelimuti tubuhnya. Zoras sedang membuat persiapan untuk mengubah jiwanya menjadi kutukan untuk membatalkan kutukan Zero.
"Elsie.... aku membawa terlalu banyak dosa. Aku ragu aku akan pergi ke tempat yang sama denganmu." Kata Zoras. Dia menutup matanya dan menggelengkan kepalanya. Lalu dia membukanya dan menatapku dari sudut matanya.
"Kanata, Lunaère.... aku berdoa agar akhir yang bahagia menanti kalian."
Suara Zoras lemah, hampir seperti memohon.
Zoras berbalik ke depan, dan lingkaran sihir bersinar lebih terang.
"Death Magic Level 22 : Curse of the Lifeless Soul!"
Cahaya ungu merembes dari Zoras, membentuk bentuk tengkorak. Tengkorak itu terbang ke arah Zero, melewati tubuhnya, dan menghilang ke dalam distorsi spasial di belakangnya. Cahaya menyilaukan muncul dari distorsi saat angin menderu menerpa di sekitar kami. Aku tidak dapat melihat apapun. Aku menutupi wajahku dengan lenganku, hanya melihat ke atas ketika angin sudah tenang. Tentakel kabut hitam yang menahan Zero hancur, meleleh ke udara. Zero terlempar ke depan dan jatuh lemas ke tanah. Kemudian, distorsi spasial perlahan mulai menutup. Zoras tergeletak di tanah di depan kami, mati. Tubuhnya memutih dan pecah-pecah seperti batu. Itu seperti Zoras meninggalkan kulit kosong setelah mengubah jiwanya menjadi kutukan.
"Aku tahu.... itu adalah rencanamu sejak awal, Zoras, tapi.... terima kasih. Terima kasih telah menyelamatkan Lunaère-san dan Locklore."
Aku membungkuk rendah ke arahnya. Apa Zoras mengira kami bisa mengalahkan makhluk yang lebih tinggi? Kami tidak tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya jika mereka terjebak. Zoras bukanlah orang baik. Zoras rela mengorbankan Locklore hanya untuk melaksanakan balas dendamnya. Namun.... itu tidak berarti aku ingin menyia-nyiakan harapan yang Zoras itu berikan kepada kami dengan mengorbankan semua yang dia miliki.
"....Kami akan melakukan yang terbaik yang kami bisa."
Aku berjanji pada jasad Zoras itu.
Bagian – 13
TERIMA KASIH atas pengorbanan Zoras, Locklore berhasil lolos dari kehancuran yang disebabkan oleh kutukan Zero. Hal ini berarti makhluk yang lebih tinggi telah kehilangan segala cara untuk mencampuri dunia. Tangan mereka terikat sepenuhnya. Namun bukan berarti Naiarotop dan yang lainnya akan meninggalkan Locklore begitu saja. Kami tidak bisa duduk diam tanpa rencana apapun. Aku berjalan ke tempat Zero terbaring di tanah, lalu berjongkok dan mendekatkan wajahku.
Sifat asli Zero adalah bertindak sebagai wadah bagi semua kekuatan tidak murni Locklore. Zoras telah membatalkan hal itu dengan mengorbankan kekuatannya yang tidak murni. Artinya, kecil kemungkinannya Zero akan baik-baik saja. Aku belum pernah berinteraksi dengan Zero, namun dia tetap saja dikorbankan. Tidak ada perubahan fakta bahwa aku tidak bisa menyelamatkannya. Aku telah fokus sepenuhnya untuk menyelamatkan Locklore dan menghentikan Lunaère mengorbankan dirinya sendiri. Aku tidak pernah berhenti memikirkannya, dan memikirkan hal itu membuatku merasa sangat bersalah.
"Ah.... ah...."
Zero mengerang dan menatapku melalui mata yang terbuka sempit.
"Zero....! Dia masih hidup!"
Seruku, namun Lunaère menggelengkan kepalanya dengan ekspresi tidak nyaman.
"....Baik atau buruk, Zero adalah kepribadian yang ditambahkan Veranta setelahnya untuk mengendalikan kumpulan kekuatan itu." Kata Lunaère.
"Sepertinya dia masih hidup karena kepribadian itu tidak bergantung pada tubuh utamanya, tapi.... aku ragu dia akan bertahan lama. Jantungnya telah hancur. Sepertinya otaknya hampir tidak berfungsi." Lanjut Lunaère.
"Oh...." Aku kembali menatap Zero.
Kami perlu memanggil Veranta. Zero tidak berbicara, dia tidak pernah berinteraksi dengan orang lain. Namun Veranta-lah yang membuatnya, dan mereka telah bekerja bersama selama bertahun-tahun. Selain itu, kami perlu mengetahui keadaan setiap orang—tidak hanya Veranta, namun Pomera dan yang lainnya, dan kami perlu mengetahui apa yang terjadi di kota. Saat ini, hal terpenting adalah bergegas dan bergabung kembali dengan yang lain. Lunaère menggunakan sihir untuk menyembuhkan lukaku, termasuk lenganku yang hilang, lalu aku mengangkat Zero ke punggungku dan kami meninggalkan reruntuhan Kastil.
Sepertinya para Chaos Dragon itu telah dimusnahkan. Atau setidaknya aku tidak melihatnya di langit. Setidaknya itu melegakan. Ada para Chaos Dragon yang beterbangan bahkan setelah Zoras melemparkan Horus’s Destruction. Jika sekarang tidak ada, itu berarti orang-orang masih bekerja keras untuk membunuh para naga itu setelah ledakan. Ada kemungkinan lebih besar mereka baik-baik saja jika itu masalahnya. Kami melakukan perjalanan melintasi kota, yang kini berupa reruntuhan, dan akhirnya menemukan satu area yang sepertinya tidak terkena dampak ledakan. Saat kami mendekat, kami menemukan segerombolan golem bertopeng Veranta. Di belakang mereka ada sekelompok pengungsi dan Pomera yang sedang menyembuhkan yang terluka.
"Kanata! Lunaere! Syukurlah, kalian berdua baik-baik saja!"
Pomera menatap kami dengan ekspresi gembira saat dia berusaha menggunakan white magic untuk menyembuhkan orang-orang. Dan kemudian.... lebih jauh lagi aku melihat empat Pomera lagi. Aku terkejut, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi, namun kemudian keempat Pomera itu pecah dan bercampur, lalu berubah menjadi satu Philia. Sepertinya Philia belajar berubah menjadi Pomera karena dia ahli dalam white magic putih. Hal ini memungkinkan Philia membantu dengan pertolongan pertama. Sekali lagi, aku diingatkan betapa bergunanya kekuatan Philia.
"Aku sangat senang kalian berdua baik-baik saja." Kataku.
"Tapi apa yang terjadi di sini....?" Tanyaku.
"Kami tidak bisa memindahkan orang yang kami lindungi ke menara menggunakan item, seperti yang dilakukan Veranta." Jelas Pomera.
"Aku meminta Philia membantuku memasang penghalang di alun-alun untuk melindungi orang-orang dari Chaos Dragon dan membuat titik evakuasi. Karena itu, kami berhasil menjaga keselamatan penduduk kota dari ledakan itu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kami tidak memasang penghalang itu...."
Pomera tersentak saat memikirkan itu.
"Ledakan" yang disebutkan Pomera pastilah Horus’s Destruction. Pomera kebetulan sudah memiliki penghalang untuk melindungi penduduk kota, namun penghalang itu sebenarnya membuat dia melindungi mereka dari ledakan juga. Pomera dan orang-orang level tinggi lainnya mungkin selamat, karena mereka jauh dari sumbernya, namun banyak penduduk Ibukota akan mati jika bukan karena penghalang itu. Setelah itu, Pomera memberiku semua detailnya. Dia memberitahuku Rosemonde, Kotone, Mitsuru, Noble, dan bahkan Lovis baik-baik saja. Aku lega mendengar mereka berhasil meminimalkan korban jiwa.
"Kanata, apa ini berarti kalian berdua menang melawan pembunuh terakhir dari makhluk yang lebih tinggi itu?" Pomera bertanya.
Aku tidak tahu bagaimana menjawabnya. Aku memikirkan Zoras, yang mengorbankan dirinya untuk menghentikan kutukan Zero. Bisakah kalian menyebutnya sebagai kemenangan? Jika Zoras tidak melawan makhluk yang lebih tinggi, setidaknya Lunaère akan kehilangan nyawanya. Dan kemungkinan rencananya berhasil sangat kecil, artinya ada kemungkinan besar Locklore sudah hancur sekarang.
"....Aku tidak begitu yakin." Kataku.
"M-Maksudmu ini belum berakhir?!" Pomera memucat.
"Dunia masih dalam bahaya?!" Lanjutnya.
"Oh, menurutku bisa dibilang ini sudah berakhir...."
Aku mendengar langkah kaki mendekat dari belakang saat Pomera dan aku sedang berbicara. Aku menoleh untuk melihat Veranta.
“Tampaknya kalian telah berhasil mengalahkan pembunuh terakhir dan menyelamatkan Zero. Kalian berdua telah melakukannya dengan baik. Mungkin ini berarti kita telah menghindari ancaman langsung."
Kata Veranta. Hatiku sakit saat dia menyebut Zero.
Aku ragu-ragu untuk segera menjawab, namun aku pergi untuk berbicara. Ini adalah sesuatu yang harus kukatakan padanya segera.
"Zero.... tidak akan bertahan lebih lama lagi. Maafkan aku.... aku begitu fokus melakukan sesuatu untuk mengatasi kutukan itu, aku tidak bisa menyelamatkannya."
"Aku mengerti. Aku kira kecil kemungkinannya kalian bisa menyegelnya kembali. Tidak perlu permintaan maaf. Kalian melakukannya dengan baik."
Veranta tetap tenang, namun suaranya bergetar. Dia bergerak ke arahku dan mengulurkan tangannya. Aku menurunkan Zero dari punggungku dan menyerahkannya ke Veranta.
"Kekuatannya benar-benar hilang.... begitu ya."
Kata Veranta sambil mengelus kepala Zero.
"Karena Zero adalah kumpulan kutukan yang kuat, aku khawatir dia akan menyebabkan hal-hal buruk terjadi di dunia jika dia menunjukkan dirinya atau berbicara. Itulah kenapa aku melarang dia untuk berbicara.... tapi Zero, hal itu tidak diperlukan lagi sekarang. Kau bisa berbicara. Aku bahkan tidak keberatan jika kau mengungkapkan semua kebencianmu padaku." Lanjutnya.
Mata Zero terbuka sedikit, dan dia menatap Veranta.
"V-Veran.... ta...."
"Aku memberimu kesadaran dengan tujuan melindungi wadah yang dipenuhi kutukan. Aku tahu itu kejam sejak awal. Jangan pernah menunjukkan dirimu, jangan pernah berbicara.... aku secara praktis menjatuhkanmu pada takdir yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh makhluk yang lebih tinggi, hanya untuk mati. Tapi.... aku memilih untuk melakukannya, untuk memberimu kesadaran, hanya karena itu lebih nyaman bagiku." Bahu Veranta bergetar, suaranya setengah terisak.
Zero mengulurkan tangan dan menyentuh topengnya.
"Veranta, terima kasih.... kau memberiku semangat. Aku belajar banyak hal. Aku merasakan banyak hal. Kau mengajariku banyak hal. Aku akan lahir dan mati dalam kegelapan, kedinginan, hanya sebuah kutukan. Kau memberiku kehidupan. Aku senang.... aku dapat memberitahumu bagaimana perasaanku.... pada akhirnya. Aku merasa senang." Suaranya lemah, terus lemah.
"Zero...."
"Aku hanya berharap.... kita bisa.... berbicara lebih banyak...."
Dengan itu, kepala Zero terkulai lesu, dan matanya terpejam, tidak pernah terbuka lagi. Untuk beberapa saat, Veranta hanya berdiri di sana, tak bergerak, memeluk Zero di dadanya.