Chapter 4 :
Chaos and Black Reapers in the Merchant City
Bagian – 1
AKU terburu-buru kembali ke Pixie's Wingbeats dan hanya untuk menemukan tanda "Closed" di pintunya.
Kami tidak memiliki orang lain untuk mengurus toko, tapi mungkin terlalu berlebihan untuk meminta Pomera menanganinya sendiri. Philia juga ada di toko, tapi dia tidak benar-benar memenuhi syarat untuk membantu.
Aku pergi bersama Mel dan Rosemonde untuk bertemu dengan pedagang berpengaruh di Ploroque pada perkenalan Isabella. Satu-satunya orang yang benar-benar perlu berada di sana adalah Mel. Rosemonde dapat mendukungnya sendiri, jadi aku memutuskan untuk kembali.
Isabella bersikeras kalau kami harus mencoba untuk menghindari penutupan toko hari ini meskipun kami merasa tidak nyaman dengan sedikitnya produk yang kami miliki, jadi Pomera dibiarkan sebagai satu-satunya yang bekerja di sana. Sepertinya dia telah mencapai batasnya.
"Pomera-san..... apa kamu ada di sana?"
Aku memanggilnya begitu aku membuka pintu, namun tidak ada jawaban.
Aku memeriksa toko namun tidak melihatnya. Aku pergi ke belakang dan menemukan dia bekerja keras di atas setumpuk kertas.
"Oh, Kanata! Akhirnya kamu kembali....." Kata Pomera sambil menghela napas lega.
"A-Ada apa dengan semua dokumen ini?" Aku bertanya.
"Dokumen ini adalah kontrak dan aplikasi yang dibawa Isabella. Dia bilang kita harus mengirimnya kembali secepat mungkin..... Karena aku tidak bisa melakukan apapun tanpa Mel, kupikir setidaknya aku akan membacanya, jadi aku bisa menjelaskannya padanya."
"Oh.... jadi itu sebabnya tokonya ditutup."
"Sebagian karena itu. Aku hanya tidak bisa menanganinya sendirian. Begitu banyak hal yang harus aku lakukan seperti : produk terus habis, lalu ada antrean pelanggan yang tiada henti, memilah penyimpanan, semua pertanyaan yang tidak bisa aku jawab, dan semua pedagang yang memaksa yang terus bersikeras agar kita membuat semacam kontrak. Jadi, aku menutup tokonya untuk mengerjakan dokumen-dokumen ini.... M-Maaf." Kata Pomera, lemah.
"J-Jangan berkata begitu. Kamu sudah bekerja sangat keras. Kita sudah tahu kalau kita tidak memiliki cukup orang, jadi mungkin lebih baik tetap menutup tokonya dari awal....." Kataku, tersenyum tidak nyaman dan melihat sekeliling toko.
"Ngomong-ngomong ada mana Philia-chan?"
"Umm.... aku mengalihkan pandangan darinya."
"Mengalihkan pandanganmu darinya....?"
Kataku dengan suara menggema, dan Pomera mengangguk.
"Philia pergi berjalan-jalan di luar toko pada saat itu..... dan sepertinya dia tersesat."
Philia baru saja memutuskan untuk meninggalkan toko? Dia hanyalah seorang gadis kecil yang dewasa sebelum waktunya, namun dia tidak akan melakukan hal seperti itu tanpa berbicara dengan seseorang. Tapi setelah Toko Pixie's Wingbeats benar-benar sibuk, kami begitu sibuk dengan kontrak, penjualan, bekerja di toko, dan menyempurnakan produk sehingga kami tidak punya kesempatan untuk menghabiskan waktu bersamanya. Mungkin dia merasa kesepian.
"Dia keluar dan tersesat....." Kataku.
"Maaf, aku tidak begitu mengerti apa yang sedang terjadi. Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?"
"Oh, umm, sepertinya ada orang baik yang sudah menjaganya. Dia melihat Philia berjalan-jalan di dekat kawasan hitam, mendekatinya karena tampaknya tidak aman, dan kemudian membiarkannya beristirahat di rumahnya.... Seorang pembawa pesan yang bekerja untuknya datang dan memberitahuku itu."
"Oh.... jadi dia tidak tersesat."
Kataku, menghela napas lega. Tetapi jika Philia sudah dalam perawatan seseorang, seharusnya tidak ada masalah lagi, bukan? Aku tidak tahu apa yang sangat dikhawatirkan Pomera.
"Aku mencoba untuk segera menjemput Philia."
Kata Pomera, melanjutkan.
"Tapi pembawa pesan itu mengatakan kepadaku kalau orang itu ingin aku menunggu di sini, karena kita mungkin akan kehilangan satu sama lain jika aku pergi. Aku juga harus menjaga tokonya, jadi aku setuju dan memutuskan untuk menunggu. Tapi.... itu hampir satu jam yang lalu."
Permintaan untuk menunggu sepertinya masuk akal, karena orang lain mungkin datang bersama Philia saat Pomera keluar.
"Kita berdua sekarang setelah aku kembali, jadi tidak ada risiko seperti itu." Kataku.
"Kita tidak bisa terlalu lama membuat masalah bagi orang ini dengan membuatnya menjaga Philia. Dan.... Philia tidak selalu tahu bagaimana mengendalikan kekuatannya. Aku akan pergi menjemputnya. Apa kamu tahu di mana rumah orang ini....?"
"Umm.... itu sebenarnya bagian yang rumit. Pembawa pesan itu meninggalkan ini." Kata Pomera, memberiku sebuah kartu.
Aku pikir kartu itu semacam kartu nama, tapi anehnya tebal.... dan terlihat elegan. Aku punya firasat buruk untuk ini.
"Grede & Co., Presiden Grede....."
Aku membaca keras-keras lalu mendongak, mataku bertemu mata Pomera.
"Bukankah dia ini....?"
.....Musuh kami. Sepertinya alasan Wantz melihat Mel sebagai musuh nyata adalah karena Grede tidak suka pedagang kuat yang tiba-tiba bermunculan di kotanya.
Dan Isabella berkata dia sebenarnya berdiri melawan Grede. Dengan Grede yang berinvestasi dalam penelitian sihirnya sehingga dia jarang berinteraksi dengan perusahaan, Isabella telah memunggunginya dan diam-diam meningkatkan pengaruhnya dari dalam. Isabella mungkin belum berencana memaksa Grede untuk mundur dulu.... tapi pengkhianatannya sudah berjalan.
Apa yang terjadi pada Philia? Dan apa yang direncanakan Grede ini? Apa ini bagian dari suatu skema?
Isabella mengatakan Grede sudah tua dan lemah, namun dia tetaplah orang yang menjadi penguasa perdagangan dalam satu kehidupan. Baik Isabella dan aku mungkin telah meremehkan dirinya.
"Apa yang harus kita lakukan, Kanata?" Tanya Pomera.
"Aku takut bergerak karena itu."
Kami tidak bisa meninggalkan Philia di sana. Mungkin kami harus berkonsultasi dengan Isabella sebelum pergi ke Grede? Tidak, dia bukan tipe orang yang bisa dengan mudah ditemui. Tindakan terbaikku saat ini adalah pergi ke Mansion Grede itu dan mencari tahu apa rencananya.
"Aku akan pergi menemui Grede. Pomera-san, tunggu Mel-san dan Rosemonde-san kembali. Cobalah untuk meminta nasihat Isabella jika kamu mempunyai kesempatan."
Bagian – 2
AKU MENUJU Mansion Grede untuk membawa Philia kembali, namun situasi di kota ini aneh. Aku mendengar teriakan. Saat aku mulai merasa curiga, aku melihat asap dari ledakan membubung di kejauhan. Apapun yang sedang terjadi, ini masalah serius.
"Itu terjadi pusat kota. Apa ada sesuatu yang terjadi di Mansion Grede?"
Pikiran pertamaku adalah Philia. Aku tidak akan terkejut sama sekali jika beberapa bawahan Grede mengancamnya, dan kemudian dia bereaksi berlebihan dan meratakan Mansion itu. Hal itu berarti bencana.
"Aah, aah! A-Aku tidak tahu! Aku tidak tahu apa-apa tentang ini!" Teriak seorang saat dia berlari menjauh dari keributan ke arah lain.
Aku mengenali orang itu. Dia adalah Wantz, musuh bebuyutan Mel. Pakaian dan rambutnya yang biasanya rapi menjadi acak-acakan dan berantakan karena terburu-buru.
"K-Kau menghalangi! Menyingkirlah!" Teriaknya sambil mengulurkan tangan untuk mendorongku ke samping.
Aku dengan cepat mengelak dan memutari punggungnya.
"Maaf, tapi aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu."
Kataku sambil memutar lengannya ke belakang dan memaksanya turun. Dagunya membentur tanah.
"Apa?! Agh!!”
"Apa yang sedang terjadi?" Aku bertanya.
"Kau berlarian sendirian tanpa penjaga."
"Begi-Beginikah caramu mengajukan pertanyaan kepada orang-orang?! K-Kau..... Kau orang yang bekerja dengannya! Dengan si Mel itu!"
"Kau tidak memberiku banyak pilihan."
"Lepaskan tanganmu dariku! Biarkan aku pergi! A-Apa ini semua adalah pengaturan untuk menangkapku?! Aku tidak pernah tahu tentang ini.... Aku tidak tahu sama sekali!" Kata Wantz, tampak bingung.
"Aku bertanya padamu apa yang terjadi, itu saja. Aku akan membiarkanmu pergi begitu kau menjawabnya."
"K-Ksatria Kerajaan bergerak untuk menyerang Grede-sama..... tapi saat aku menyadari itu terjadi, gerombolan Golem mengerumuni pusat kota dan kawasan hitam. M-Mereka menyerang para Ksatria dan area sekitarnya!"
Kata Wantz dengan cepat.
"Grede menyerang para Ksatria Kerajaan....?"
Isabella memang mengatakan kalau para Ksatria Kerajaan telah memperhatikan penelitian sihir hitam Grede dan mungkin akan segera menangkapnya. Kedengarannya seperti Grede yang lebih dulu menyerang mereka. Aku menelan ludahku.
"Dia melawan Kerajaan....? Itu gila."
"Itu sebabnya aku melarikan diri! Aku mungkin akan tergencet oleh para Golem itu, dan para Ksatria Kerajaan mengira aku terlibat dalam hal ini dengan Grede-sama! Itu akan menjadi hal lain jika mereka membawaku untuk diinterogasi.... namun kemungkinan besar mereka akan menebasku di tempat! Aku tahu Grede-sama telah pikun dan melakukan hal-hal yang meragukan, tapi aku bahkan tidak pernah membayangkan dia membuat sesuatu sebesar ini! Aku bersumpah aku tidak tahu apa-apa tentang itu!"
Teriak Wantz dengan suara tercekik.
Wantz meringkuk di tanah dan mulai menangis. Di antara isak tangisnya, aku mendengarnya berkata.
"Dan jika aku meninggalkan Ploroque, aku akan diserang oleh bandit atau monster saat aku berkeliaran di antara kota! Perampok menandai area ini, karena ada begitu banyak pedagang dan orang kaya! Dengan adanya kawasan hitam, tempat ini tidak aman bahkan jika ingin makmur! Dan aku tidak berada di tempat untuk meminta orang-orang di kawasan hitam untuk melindungiku—aku tidak dapat membedakan teman dari musuh sekarang! Aku bahkan tidak punya uang untuk membayar pekerja sewaan. Dan para Golem itu keluar dari kawasan hitam!"
Wantz memukul tanah dengan tinjunya.
"Uh, aku tidak benar-benar bertanya tentang itu. Maksudku–"
"Dan tidak ada gunanya mencoba bergabung dengan karavan, tidak ketika orang lain akan melihatku sebagai salah orangnya Grede-sama! Oh, Grede-sama, kenapa kau tidak memberitahuku apa-apa?! Jika aku tahu kau merencanakan sesuatu yang berbahaya ini, aku akan melikuidasi semua asetku dan melarikan diri di malam hari! Maka aku akan menjualmu kepada para Ksatria Kerajaan itu!"
".....Mungkin dia tahu kau akan melakukan itu?"
"Jangan seret anak muda dengan masa depan cerah ke dalam ambisi sembronomu dasar orang tua pikun! Dan Jude juga melarikan diri! ....Apa yang harus aku lakukan?!" Wantz mencengkeram bahuku dengan erat.
"L-Lepaskan! Itu sudah cukup! Aku sudah mengerti kasarnya! Kau bisa pergi ke mana pun kau mau!" Kataku.
Aku memiliki pemahaman dasar tentang situasinya sekarang. Grede menyerang para Ksatria Kerajaan dalam upaya untuk memperkuat kendali penuhnya atas kota. Mungkin dia mencoba mengambil alih seluruh Kerajaan.
"Lari?!" Kata Wantz.
"Ke mana aku harus pergi?! Tidak ada tempat perlindungan bagiku! Oh, seharusnya aku tidak pernah bermain permainan uang dengan gadis bodoh itu! Aku pikir itu aneh kalau Grede-sama benar-benar mundur dari bisnis pedagang! Ah ha ha ha! Bahkan Isabella yang licik itu salah menilai situasinya! Bahkan dengan julukan 'Playwright' miliknya itu!"
".....Ada apa denganmu?" Mungkin dia begitu terpojok sehingga dia kehilangan dirinya.
Bagaimanapun, Wantz bukanlah prioritas tertinggiku saat ini. Dari sekian waktu hal ini bisa terjadi, Grede memilih ketika Philia berada di Mansion-nya untuk memulai kekacauan ini. Atau mungkin membuat Philia memicu ini? Demi apapun, aku mengkhawatirkannya.
Grede adalah penguasa kota ini dan memiliki hubungan dengan penjahat di sana. Dia hanya memutuskan untuk bertindak sekarang karena dia melihat peluang untuk menang.
"....Terima kasih atas informasinya." Kataku dan menjauh dari Wantz menuju Mansion Grede lagi.
"Tapi apa yang harus aku lakukan?!" Teriak Wantz.
"Aku membuang waktu pribadi dan nama baikku! Aku menghabiskan seluruh hidupku membangun statusku di Ploroque! Dan sekarang telah rusak, sampai ke fondasinya.... Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan?! Tidak ada yang tersisa! Aaagh!"
Ratapan Wantz bergema di belakangku. Aku berbalik.
"Jika kau menyesali apa yang telah kau lakukan, lakukan yang terbaik untuk bertahan hidup sekarang dan memulai kembali cara hidupmu nanti. Berteriak untuk itu sekarang tidak ada gunanya."
"Mengubah caraku hidup....?"
Aku pergi tanpa berbalik melihatnya lagi. Aku tidak punya waktu untuk mengurusi orang sepertinya.
Bagian – 3
AKU MELIHAT KE BAWAH area di sekitar Mansion Grede dari atas atap.
"Ini buruk....."
Beberapa lusin Golem menghancurkan para Ksatria Kerajaan. Para Ksatria itu melawan balik, tapi serangan mereka tidak merusak tubuh para Golem itu. Sementara itu, lengan logam besar para Golem itu menyapu para Ksatria dari bebatuan saat teriakan kesakitan mereka terdengar di atas atap.
"Ini tidak bagus, bahkan jika kita terus bertarung!"
"Kita tidak diberitahu apa-apa tentang ini! Aku siap memberikan hidupku untuk Kerajaan, tapi aku tidak ingin mati sia-sia!"
"Setidaknya kita bisa mengulur waktu bagi penduduk agar bisa melarikan diri!"
Beberapa Ksatria sedang berlari. Semua tanda menunjukkan kerugian bagi mereka. Aku tahu dari ekspresi mereka bahwa bahkan mereka yang masih bertarung walau tidak punya harapan menang.
Aku memeriksa level para Golem itu dan kaget.
Race : Mithril Golem
Lv : 100
HP : 598/650
MP : 388/400
Level mereka jauh lebih tinggi dari yang aku duga. Mereka bukanlah musuh yang bisa ditangani oleh pasukan Ksatria Kerajaan. Seorang petualang A-Rank bisa menanganinya. S-Rank mungkin bisa menangani secara berpasangan. Tapi para Golem itu ada sebanyak ini? Lupakan saja itu.
"Bagaimana bisa seburuk ini...?"
Hal itu tidak wajar bagi Grede untuk memiliki persediaan prajurit yang tampaknya tak terbatas yang setara dengan petualang A-Rank. Individu yang kuat terkadang muncul di Locklore, mendorongnya ke ambang kehancuran — makhluk yang lebih tinggi seperti Naiarotop memanipulasi dunia untuk mempertahankannya dalam keadaan itu. Aku tahu itu. Namun jika seseorang dalam posisi otoritas dapat dengan mudah memproduksi Golem secara massal seperti ini, bahkan Naiarotop pun tidak akan mampu mengungguli mereka. Ini adalah kekuatan militer yang cukup untuk menaklukkan Locklore beberapa kali.
Atau mungkinkah Naiarotop di belakang semua ini, dengan diriku sebagai targetnya lagi?
"U-Urgh.... ini sudah berakhir.... Bagaimana bisa seorang penguasa perdagangan mempunyai Golem seperti ini?" Kata salah satu Ksatria, laki-laki dengan potongan rambut bob.
Tunggu sebentar. Aku tahu orang itu. Kami bekerja sama selama insiden Red Staff of Authority. Nama orang itu adalah Bennet.
"Groaah!" Salah satu Golem Mithril itu menyerang Bennet.
"Eeek! P-Papa!"
Bennet merangkak melintasi tanah, mencoba melarikan diri. Aku melompat dari atap dan berhenti meluncur di depannya, di mana aku melawan lengan Golem itu dan mendorongnya pergi dengan pedangku.
"Graargh!"
Aku menendang perut Golem itu. Sebuah celah menembus tubuhnya, lalu hancur berkeping-keping.
"A-Apa-Apaan ini?" Teriak seorang Ksatria.
"Apa itu seorang petualang?"
Para Ksatria itu mulai berisik.
"K-Kanata!" Kata Bennet. Wajahnya berseri-seri cerah saat dia merangkak berdiri dan memelukku.
"Kau datang untuk menyelamatkanku di saat bahaya!"
"Uh, tidak, bukan itu alasanku—"
"Semuanya, jangan menyerah! Kanata di sini adalah petualang S-Rank masa depan dan mantan teman bertarungku. Faktanya, dia adalah teman baikku!"
Bennet mengumpulkan para Ksatria lainnya.
"Apa kau berkata kalau kita memiliki petualang peringkat-S sebagai backup?!" Teriak yang lain.
"Maka masih ada harapan!"
"Uh, kita bukan teman sejati, Ben—" Aku memulai.
"K-Kanata, ada dua yang muncul di belakangmu!"
Wajah Bennet memucat, dan dia mengarahkan pedangnya ke belakangku.
Aku berputar, menebas kedua Golem itu seperti yang kulakukan. Tubuh bagian atas mereka melompat ke udara, lalu jatuh kembali ke tanah, mencetak lubang berbentuk mereka yang dalam di tempat mereka jatuh.
"....Aku tahu kau berada di atas rata-rata, Kanata, tapi kau memotong mereka seperti Slime. Seberapa tinggi levelmu?" Kata Bennet dengan lemah mendorong bagian bawah salah satu Golem yang hancur itu dengan pedangnya.
Aku ingin bergegas dan mencari Philia, namun aku tidak dapat meninggalkan para Golem ini pada keadaan seperti ini.
"Ada banyak dari mereka. Mari kita selesaikan ini dengan cepat." Kataku. Aku menurunkan pedangku dan menatap gerombolan Golem itu.
Mereka semua berhenti dan menoleh ke arahku. Mereka tampaknya menyadari kalau mereka tidak dapat menanganiku kecuali mereka menyerangku sebagai sebuah kelompok.
"Ksatria yang terluka tidak harus menangani Golem lebih lanjut, jadi lebih baik kalian memandu evakuasi warga." Kataku.
"Aku akan mengurus mereka."
"T-Tapi aku tidak bisa menyerahkan musuh sebanyak ini kepada seorang petualang! Itu merusak statusku sebagai Ksatria Kerajaan!"
Kata seorang ksatria yang terluka. Mereka menegakkan tubuh mereka yang berlumuran darah dan menyiapkan pedang mereka.
"Tidak apa-apa, pergi saja!" Teriak Bennet.
"Kalian hanya akan menahan kami dalam kondisi seperti itu! Kehormatan memang penting bagi para Ksatria, namun kita tidak boleh berpegang teguh pada cita-cita demi hal itu. Jangan lupa : tugas sebenarnya seorang Ksatria bukanlah menyerang, tapi melindungi! Itulah yang dikatakan ayahku!" Kata Bennet mengangkat pedangnya.
"Serahkan ini kepadaku dan Kanata!"
"Kau, er, tidak benar-benar harus ikut." Kataku.
"Bahu-membahu, Kanata! Ayo kita pergi!"
"O-Oke."
Aku tidak merasa sepenuhnya yakin, tapi sekali lagi aku mengacungkan pedangku ke langit. Kami berdua bergegas menuju gerombolan Golem itu.
Bagian – 4
"OOORGH!"
Pedangku menebas Golem lainnya. Aku tidak bisa menghitung berapa banyak, namun area di sekitarku telah berubah menjadi gunungan Mithril Golem itu.
"Mereka ini benar-benar menimbun banyak sekali logam langka ini." Kataku. Jika penjarah mengisi kereta dorong dengan ini dan melarikan diri, mereka akan menjalani kehidupan yang baik selama sepuluh tahun ke depan.
Dengan itu, para golem di dekat Mansion Grede pada dasarnya sudah diurus. Hanya ada satu yang tersisa.
"Groooh!"
Bennet bergegas mengitari Golem itu, menebas lawannya yang besar menggunakan pedangnya. Ada suara berdentang keras setiap kali, tapi dia hanya membuat penyok kecil di permukaan. Sepertinya dia tidak menyebabkan kerusakan nyata, sampai pedangnya retak dan separuh bilahnya putus.
"Sial. Senjata Gada akan lebih baik untuk ini." Katanya.
"Groooh!" Golem itu mengacungkan lengannya.
"Eeek!"
Aku melompat ke depan Golem itu dan menyerang perutnya dengan tendangan. Golem itu terbang mundur agak jauh, lalu menabrak tanah dan berguling hingga menabrak dinding. Golem itu berhenti di sana, tidak bergerak. Aku memeriksa keadaannya dan mengonfirmasi kalau Golem itu tidak lagi bergerak.
"Semuanya telah diurus, Bennet-san." Kataku.
"Eh... tentu. Aku mengharapkan tidak kurang darimu, Kanata." Kata Bennet menatap tajam ke sepatuku, lalu melemparkan pedangnya yang patah ke tanah.
"Apa yang terjadi di sini?" Aku bertanya.
"Grede-sama sedang merencanakan pemberontakan. Selalu ada rumor gelap tentang dirinya, yang mengatakan kalau dia memiliki koneksi dengan organisasi kriminal atau sedang melakukan penelitian terlarang.... Tapi Kerajaan tidak bisa berbuat apapun karena dia terlalu berpengaruh. Kemudian kami mendapat petunjuk kuat dari seorang pedagang sebelumnya di Grede & Co. kalau dia menciptakan Golem dan akan menggunakan kekuatan untuk mendapatkan kemerdekaan Ploroque. Jadi kami akhirnya bertindak."
"Petunjuk?" Sesuatu tentang itu menarik pikiranku.
Aku pikir Grede hanya bekerja dengan orang-orang yang benar-benar dibutuhkan dan dapat dipercaya. Tapi pesuruhnya yang berharga, Wantz, tidak tahu tentang rencana ini. Bahkan Isabella, pedagang terampil dan orang nomor dua yang dikabarkan di perusahaannya, hanya tahu kalau Grede semakin tua dan terlibat dalam berbagai hal aneh. Isabella bilang Grede sudah pikun dan menuju kehancurannya sendiri, tapi aku berasumsi Grede ingin Isabella berpikir begitu.
Grede benar-benar menyembunyikan rencananya, menjalankannya dalam bayang-bayang. Dan dia membuat kekuatan tempur yang mampu menyaingi seluruh Kerajaan tanpa ada yang menyadarinya. Namun jika yang dikatakan Bennet benar, Grede dikhianati oleh seseorang yang dia percayai. Seseorang tahu seluruh rencananya.
"Memikirkannya sekarang tidak akan menghasilkan apa-apa." Kataku. Lagi pula aku tidak tahu banyak tentang Grede.
"Kami melihat Grede sebagai ancaman, tapi aku terkejut dia berhasil membangun kekuatan yang cukup untuk dengan mudah menyingkirkan kami. Ha ha, tapi waktunya sudah habis! Keberuntungannya habis saat dia melewatkan senjata rahasia kami... Kanata!"
Napas Bennet terengah-engah, tapi dia menatap Mansion Grede dengan seringai di wajahnya.
"Aku bukan senjata rahasia kalian—"
"Kita pergi, Kanata. Tidak ada lagi yang melindungi Grede. Orang tua itu sudah gila dan perlu dijatuhkan. Ayo beri dia selamat tinggal terakhirnya."
Kata Bennet menunjuk ke arah Mansion Grede dengan penuh semangat.
"Tentang itu.... Dia memang memiliki sesuatu yang lain, kurasa."
"Apa?"
"Grede seharusnya tahu tidak ada gunanya menggunakan beberapa Golem level 100 untuk mengambil alih Kerajaan. Bahkan jika dia memukul mundur para Ksatria Kerajaan di sini, dia masih akan kalah di beberapa titik."
Musuh sekaliber ini bisa dikalahkan jika kalian hanya mengumpulkan beberapa petualang S-Rank dari Manaloch seperti Aries Hand, juga dikenal sebagai Kotone.
"B-Baiklah! Aku, sr, kira. Itu mungkin." Bennet tergagap.
"Berdasarkan contoh sebelumnya, kita tahu Kerajaan bisa mengumpulkan beberapa orang yang mendekati level 200, seperti yang mereka lakukan untuk mengalahkan raja iblis. Melawan gerombolan Golem seperti ini.... Uh, itu mungkin pertarungan yang sulit. Tapi Kerajaan bisa menjatuhkannya jika mereka memikirkannya."
Hal ini adalah pengganti pasukan yang buruk jika Grede bertekad mengambil alih Kerajaan. Organisasi kriminal yang disimpan Grede di kawasan hitam akan menambah pengikutnya, tapi menurutku itu tidak cukup untuk meyakinkan orang seperti Grede kalau kemenangannya pasti. Ada kemungkinan kecil para Ksatria bertindak jauh lebih cepat dari yang dia harapkan sehingga dia tidak dapat mempersiapkan.... tapi aku tidak boleh bertindak berdasarkan asumsi itu.
Ada kemungkinan Naiarotop juga terlibat.
"Pertarungannya mungkin akan semakin keras mulai saat ini. Apa kau benar-benar ingin ikut denganku?" Kataku.
"Bergantung dengan skalanya, tidak mungkin untuk melindungimu saat aku bertarung."
Bennet terdiam beberapa saat, lalu berdehem dan berkata, "Kanata.... kau memiliki pertarunganmu, dan aku memiliki pertarunganku. Aku yakin suatu hari nanti kau akan menjadi pahlawan yang namanya tercatat dalam sejarah. Dan aku hidup hanya untuk melindungi orang-orang yang menderita di depanku — Ini adalah pertarungan Ksatria Kerajaan. Bukanlah Hundred Monsters Knight, hanya Ksatria rata-rata yang ada sehari-hari. Ayo kita pergi."
"Oh. Oke." Aku memberi Bennet anggukan kecil, lalu pergi ke Mansion Grede.
Bennet mengambil jalan keluar yang mudah, tapi Bennet adalah Bennet. Dia tidak berhenti mempertaruhkan nyawanya dalam memperjuangkan keadilannya.
Aku tidak bisa diam saja dan membiarkan semua ini terjadi. Philia perlu diselamatkan juga. Dan... aku merasa bersalah karena meninggalkannya sendirian hari ini. Dan jika Naiarotop terlibat dalam hal ini, itu sama saja dengan mengatakan kalau seluruh kekacauan ini terjadi karena aku ada di sini. Dewa-Dewa itu terus mengganggu kedamaian dunia ini untuk hiburan mereka sendiri. Dan bagiku, hal itu tidak bisa dimaafkan.
"Kanata.... mari kita berdua keluar hidup-hidup dan bertemu lagi suatu hari nanti! Pastikan itu!" Teriak Bennet.
"Tentu."
Sungguh sikap yang positif.
Bagian – 5 : Lovis
BEBERAPA ORANG telah menyusup ke Mansion Grede saat Kanata sedang dalam perjalanan.
"Clod Missile!"
Damia mengucapkan mantra, meluncurkan ledakan tanah ke arah Golem. Golem itu memblokirnya dengan tangannya, tapi ledakan itu mengaburkan pandangannya. Yozakura menggunakan celah itu untuk mendekat, dengan Katana di tangannya. Dia menebas Golem itu, dan pecahan dari tubuh Golem yang besar itu berhamburan ke lantai.
Yozakura memastikan Golem itu sudah mati, lalu mengembalikan Katana-nya ke sarungnya.
"Hmm, baiklah. Ini agak terlalu bagus untuk menjadi mainan beberapa pedagang. Penilaian Lovis benar."
Katanya, seolah itu bukan apa-apa.
"Ha ha, aku akan kesal jika hanya Golem kecil ini yang dia punya. Seseorang yang berkuasa menggunakan senjata mereka yang paling dipercaya sebagai perisai untuk diri mereka sendiri. Ayo cepat ke Lord of Merchants ini atau siapapun pun namanya itu."
Kata Lovis sambil mengusap bibirnya. Sisa-sisa lima Golem Mithril berserakan di tanah di sekitarnya.
"Ah, tidak mungkin! Ini tidak boleh terjadi! Bagaimana bisa ketiganya dengan mudah mengalahkan Golem milik Grede-sama?!"
"Tidak! Lovis dari Black Reapers seharusnya sudah mati! Kenapa dia bisa ada di sini?!"
Bawahan Grede berlari panik saat mereka melihatnya.
"Ayolah, Lord of Merchants.... setidaknya kau bisa membuatku bersenang-senang. Kau memang mengatur tahap yang berlebihan ini. Dan aku benar-benar ragu kau pikir kau bisa menghadapi seluruh Kerajaan dengan boneka tak berharga ini. Aku harap ini bukan upaya yang membosankan untuk mengulur waktu saat kau sedang meninggalkan negara ini."
Lovis pergi menaiki tangga tetapi berhenti.
"Oh...?"
Yozakura mengayunkan pedangnya, dengan bersih membelah batu bata yang beterbangan di punggung Lovis menjadi dua.
"Serangan mendadak? Betapa lucunya."
"Ah ha ha! Itu hanya sedikit salam dariku. Haruskah alu mengatakan, 'Halo, senang bertemu denganmu,' dan membungkuk? Tidak seperti aku membutuhkan sopan santun ketika berhadapan dengan penjahat, bukan?"
Kata seorang laki-laki berambut hitam dengan highlights pirang. Ada pandangan gelap di matanya, dan salah satu gigi taringnya mengintip dari mulutnya. Dia membawa pedang besar di punggungnya.
"Kau sepertinya tahu siapa Lovis. Dan kau berbicara dengan senang dari suaramu sendiri, meskipun menurutku itu tidak menyenangkan." Kata Yozakura, tangannya memegang gagang Katana-nya.
Tapi Lovis melangkah di depannya dan menghentikannya.
"Tidak apa-apa, Yozakura. Tidak perlu marah."
"Bos! Orang ini menghina kita."
"Apa? Padahal kukupikir aku sudah bersikap ramah." Kata orang itu.
"Kau...."
Yozakura memulai, tapi dia melihat wajah Lovis dan tidak bisa menghentikan getaran yang mengalir di sekujur tubuhnya. Lovis menatap orang itu, senyum yang membingungkan di wajahnya dan sorot matanya seperti ular yang mengincar mangsanya.
"Sikap arogan itu, tindakan itu, dan yang terpenting, keberanian itu! Semua itu seharusnya mencegahnya mundur meskipun dia tahu siapa aku. Tidak diragukan lagi—Dia adalah Mitsuru Ijuuin, petualang S-Rank dan pendatang dari dunia lain. Kalian tidak sering bertatap muka dengan seseorang sekuat ini. Rumor mengatakan kalau dia berada di atas level 200. Jika kalian hanya mempertimbangkan manusia berdarah murni, dia mungkin salah satu dari lima manusia paling kuat di dunia ini."
"O-Orang itu adalah Mitsuru Ijuuin?! Dan kita bertemu dengannya di Mansion Lord of Merchants ini?!"
Teriak Damia dengan terengah-engah.
"Ha, aku merasa terhormat kau mengenalku." Kata Mitsuru.
"Tapi aku tidak berencana untuk merasa nyaman dengan beberapa penjahat kotor. Aku sedang mencari beberapa orang bodoh untuk mencoba apa yang aku pelajari dari pelatihan intensif dengan Kakek Kadal itu. Dan saat itulah, aku menemukanmu! Aku tidak tahu apa kau bekerja untuk Grede atau kau hanya turis. Aku akan menghancurkanmu dengan cara apapun." Mitsuru meninju tinjunya ke telapak tangannya yang terbuka.
"Ah, bagus! Luar biasa! Mitsuru Ijuuin, kau benar-benar menyenangkan!" Kata Lovis, melirik sambil mengacungkan sabit besarnya.
"Apapun yang kau suka." Kata Mitsuru.
"Kurasa kau bahkan lebih cabul daripada rumor yang membuatmu seperti itu. Kau sepertinya.... berlevel 180, huh? Yah, kurasa kau baik-baik saja sebagai pemanasan sebelum aku menghancurkan Lord of Merchants itu."
Lovis mendekati Mitsuru, selangkah demi selangkah.
"Aku—Aku belum pernah melihat Lovis seperti ini. Matanya seperti mata monster, dingin dan kejam... Tapi entah kenapa juga polos dan kekanak-kanakan."
Yozakura tersentak dan memperhatikan Lovis dari belakang saat dia menunjukkan kegilaan bertarung yang belum pernah ada sebelumnya.
Damia menatap punggung Lovis. Dia terpesona seperti Yozakura dan hampir lupa bernapas, tapi kemudian sepertinya mengingat sesuatu.
"Ah! Bos!"
"Damia? Yozakura? Jangan ikut campur." Kata Lovis.
"Aku hanya membawanya bersamaku untuk menjadi pembuka di saat-saat seperti ini. Jika kalian terlalu terlibat, aku akan memotong kalian juga. Mitsuru Ijuuin adalah mangsaku."
"Tapi janji yang kau buat pada wanita berambut putih—maksudku, White Goddes itu!" Panggil Damian.
"Hm?"
"Maksudku, ini hal yang rumit! Tapi Mitsuru Ijuuin jelas seorang pahlawan!"
Mendengar itu, sebuah suara melayang di benak Lovis yang sedang mengamuk.
"Jika aku mengetahui kalau kau telah melakukan tindakan jahat di tempat lain, aku akan menerima tanggung jawabku dan menemukanmu. Ingatlah itu."
Lovis menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" Tanya Mitsuru, tampak bingung sambil mengacungkan pedang besarnya.
"Maksudku, jika menurutmu tidak apa-apa, mungkin tidak apa-apa. Kukira? Mungkin." Kata Damia.
"Ini aman, kan? Nyaris saja?" Tanya Lovis. Dia berbalik menghadap Damia dengan enggan.
"Uhhh, yah... Rasanya seperti batas bagiku."
"T-Tapi dia yang mulai berkelahi denganku duluan!"
"Terserahmu untuk memutuskan itu, bos. K-Kami akan tetap bersamamu bagaimanapun caranya!" Kata Damia.
Lovis tidak menjawabnya.
Bagian – 6 : Lovis
"HARUSKAH aku bertarung.... atau tidak?" Lovis berdiri melamun, tangannya menutupi mulutnya.
Mitsuru Ijuuin adalah salah satu petualang terkuat di dunia ini. Lovis tidak pernah memiliki kesempatan untuk melawan seseorang yang begitu kuat.
Namun, meskipun sikapnya yang kasar dan kecenderungan kekerasan mungkin membuatnya mendapat tekanan yang buruk, Mitsuru tetaplah seorang petualang S-Rank dan dianggap sebagai pahlawan oleh Kerajaan. Membunuhnya pasti akan menimbulkan kemarahan dari White Goddes itu. Dia cukup mengintimidasi sehingga Lovis yakin dia akan menepati janjinya apapun yang terjadi.
Yozakura dan Damia menyaksikan kesunyian Lovis dengan gentar.
"Aku tidak harus melakukan ini sekarang." Kata Lovis dengan sedikit keengganan. Dia menurunkan sabitnya.
"Bos, apa kau berubah pikiran?" Tanya Yozakura, terdengar tidak puas.
Damia buru-buru menambahkan, "A-Aku pikir itu keputusan yang bagus!"
"Tujuan awal kita adalah si Grede itu." Kata Lovis.
"Dan, uh, dia juga seharusnya tidak perlu dipedulikan. K-Kau! Mitsuru si pendatang dari dunia lain! Perlu diketahui kalau aku telah membubarkan Black Reapers. Aku tidak akan mengklaim sesuatu yang kurang ajar karena aku telah mengubah arah pedangku karena aku telah mengubah caraku, namun aku bukan musuhmu hari ini. Aku telah membuka lembaran baru. Jika kau ingin bertarung, carilah orang lain."
"Ha, kehilangan keberanianmu sekarang karena kau melawanku? Padahal aku punya sedikit harapan denganmu. Sepertinya kau hanyalah NPC yang membosankan." Kata Mitsuru mengangkat bahu berlebihan.
"Tapi, kau tahu, itu tidak akan berhasil untukku. Si Lord of Merchants itu adalah targetku. Orang itu mengambil alih Kerajaan dengan sekumpulan mainan lemah yang tidak lebih kuat dari Patung Naga Sihir. Kedengarannya seperti preman yang ada di Locklorian bahkan tidak bisa melakukan matematika dasar. Aku tidak begitu yakin Grede layak diperjuangkan."
Mitsuru mengayunkan pedang besarnya ke lantai saat dia menantang Lovis.
"Jadi meskipun kau tidak punya alasan untuk melawanku, aku punya alasan untuk melawanmu. Aku telah menunggu lawan yang bisa membuatku bersenang-senang menguji kemampuanku tanpa merasa bersalah. Jadi setidaknya kau bisa berpura-pura memberiku pertarungan yang layak, Bayi Reaper. Atau kita bisa bermain kejar-kejaran dengan kau yang merangkak di lantai mencoba melarikan diri. Itu tidak masalah bagiku."
"Bajingan! Beraninya kau berbicara seperti itu kepada Lovis!" Kata Yozakura.
"Bos, apa kau benar-benar berniat untuk menerima semua pelecehan ini?! Aku tidak akan menerimanya! Damia dan aku akan menangani ini! Lalu, jika gadis berambut putih itu datang, aku akan melakukan seppuku untuk menebusnya! Aku sudah tidak tahan lagi!" Yozakura merengut, tangannya berkedut di gagang Katana-nya.
"Oh, bagus. Kau menggunakan iaido kemudian? Keren. Aku tidak suka dengan cosplay." Kata Mitsuru.
"Apa yang baru saja kau katakan?!" Geram Yozakura.
"Yozakura, mundur." Kata Lovis.
"Aku tidak akan berhenti, bahkan atas perintahmu, bos! Aku tidak bisa membiarkan penghinaan itu berlanjut! Seberapa besar keinginanmu untuk membiarkan pedangmu menjadi tumpul?!"
"Bukan itu maksudku. Aku yang akan melakukannya. Kau mundurlah." Bibir Lovis melengkung ke atas, dan dia melangkah ke arah Mitsuru.
"Mitsuru Ijuuin, kau benar-benar manusia yang aku tunggu-tunggu. Aku memahamimu. Nyatanya, hanya aku yang mengerti kau, karena siapa aku. Aku memahami pikiranmu, keinginanmu, kepercayaan dirimu yang tak tergoyahkan yang membuatmu memandang rendah orang lain sebagai biasa-biasa saja.... dan di balik itu, ada kekosongan yang luar biasa karena kau tidak dapat menemukan lawan yang setara. Kau haus akan pertempuran dan berharap suatu hari nanti kau akan dihancurkan oleh pedang itu. Aku belum pernah bertemu seseorang yang begitu bersemangat untuk menantangku seperti ini."
Kata-kata Lovis menggantung di udara sesaat sebelum Mitsuru menjawab, "Aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan. Dengar.... aku menyukaimu, tapi aku tidak seperti kau yang menyukai dirimu itu."
"Tidak, aku mengerti kau. Kau hanya tidak sepenuhnya menyadari diri sendiri. Aku telah bertarung melawan dua pendatang dunia lain, dan menempatkan keduanya di kuburan mereka. Tapi keduanya memiliki kekosongan besar di hati mereka. Apa itu semacam aturan yang dimiliki makhluk yang lebih tinggi? Bagaimana mungkin seseorang yang dipenuhi dengan kepercayaan diri dan banyak akal seperti yang kau rasakan sangat kurang? Aku bersumpah, kau dan aku itu sama."
Lovis membungkuk sedikit saat dia berbicara, lalu menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan tawa.
Kemudian dia mengangkat kepalanya lagi, menatap Mitsuru, dan berkata, "Dan meskipun kita mirip.... ada perbedaan yang signifikan antara kau dan aku. Kau merasakan kepuasan yang samar-samar karena dilihat sebagai pahlawan."
"Ini semakin menjijikkan." Kata Mitsuru.
"Kau sepertinya tidak mengerti, tapi ada perbedaan 50 level di antara kita. Aku akan menutup mulutmu itu."
"Aku memang mengatakan sebelumnya kalau aku berusaha menghindari pembunuhan. Aku tidak tahu apa kau akan mekar atau layu di masa depan, namun menurutku akan memalukan untuk memetikmu sekarang. Aku akan mencoba membiarkanmu hidup."
Mulut Lovis terbelah menjadi seringai gila saat dia bergegas menuju Mitsuru, mengacungkan sabitnya.
"Tapi aku ragu aku bisa menahan diri untuk lawan sepertimu! Jangan sampai mati, oke!"
"Kamu memandang rendahku, dasar orang tolol rendahan?!" Kata Mitsuru.
Lovis mengayunkan sabitnya, dan Mitsuru memblokir dengan pedangnya.
"Aku akan menghancurkanmu dalam sekejap! Double.... Attack Mode!" Kata Mitsuru, dan uap merah keluar darinya.
Gift Skill yang diterima Mitsuru dari Naiarotop disebut Double. Gift Skill itu menggandakan stats targetnya dengan imbalan mengurangi semua stats lainnya. Tidak masalah berapa banyak keuntungan level yang dimiliki seseorang bagi Mitsuru, mereka tidak akan mampu menahan serangan darinya. Dan Lovis berada di level yang jauh lebih rendah.
Lovis terlempar ke belakang oleh serangan pedang yang tiba-tiba dan kuat dari Mitsuru.
"Apa?!" Teriak Lovis, menabrak dinding dengan suara keras saat debu beterbangan ke udara.
"Lovis!" Teriak Damia.
"Huh, sepertinya satu-satunya hal besar tentang NPC ini hanyalah mulutnya." Kata Mitsuru dengan penuh kemenangan.
Kemudian lingkaran sihir muncul di atas kepalanya. Dia menyadarinya sepersekian detik kemudian dan melompat mundur. Lovis muncul dari lingkaran dan mengayunkan sabitnya membentuk busur. Mitsuru menghindari serangan itu dengan jarak sehelai rambut, tapi goresan merah mengalir di pipinya.
"Tsk! Short Gate.... salah satu mantra favoritku."
Kata Lovis, terdengar geli meskipun dia kehilangan banyak darah.
"Yah, seperti yang kudengar. Tidak, sebenarnya kekuatan itu bahkan lebih menakutkan daripada yang kudengar. Double, Mitsuru Ijuuin! Tapi sepertinya harga yang kau bayar cukup tinggi. Pergerakan milikmu terlihat agak lamban. Aku akan mendapatkanmu lain kali." Lovis mengetuk lehernya dengan jari telunjuknya.
".....Kau tampak sangat bahagia, meskipun kau hampir saja menyerangku. Kau terus menjalankan mulutmu dan aku akan membuatmu menyesal karenanya. Ada jarak yang terlalu besar di antara level kita, jadi jangan berpikir kau punya kesempatan!"
Bagian – 7 : Lovis
"SHORT GATE!"
Lovis menghindari serangan Mitsuru dengan space-time magic. Dia menyerang dengan sabitnya saat dia berteleportasi.
"Gah!"
Mitsuru tidak punya waktu untuk melakukan serangan balik—dia terlalu sibuk bertahan sambil berbalik. Dia mencoba untuk mengirim Lovis terbang lagi menggunakan pedangnya dan Double’s Attack Mode-nya, namun Lovis melompat mundur untuk menghindar sambil dengan cepat menyerang lagi.
"Aaah!"
Teriak Mitsuru saat dia mengayunkan pedangnya dalam lengkungan lebar, yang dihindari Lovis lagi dengan melompat ke belakang.
"Oh, betapa menakutkannya. Itu serangan tingkat atas." Kata Lovis.
"Namun, untuk beberapa alasan, sepertinya kau memohon kepadaku agar aku tidak mendekat."
"Sial." Kata Mitsuru sambil mendecakkan lidahnya.
"Sial.... Stat kecepatanku seharusnya masih jauh lebih tinggi dari milikmu, bahkan sekarang. Kenapa aku selalu tertinggal?"
"Sederhana saja." Kata Lovis.
"Kau tidak pernah benar-benar menikmati pertarungan sejati sampai mati sebelumnya, bukan? Sifat Double itu memungkinkanmu dengan mudah membunuh musuh biasa-biasa saja yang menunjukkan celah untukmu, bahkan jika mereka adalah berlevel lebih tinggi. Tapi pertarungan sampai mati memupuk pengalaman, dan tanpa itu, kau..... sebut saja intuisimu, tidak akan berkembang. Kau membutuhkan pengalaman asli dalam hal itu. Mungkin itu juga alasan mengapa kau tidak terpesona oleh pertempuran sepertiku. Atau mungkin ada beberapa perbedaan mendasar di antara kita."
"Hah? Apa yang sedang kau maksud?"