Chapter 3 :
The Lord of Merchants and the Girl of Dreams
Bagian – 1 : Philia
TOKO Pixie's Wingbeats menjadi sibuk.
Kanata, Mel, dan Rosemonde mengikuti saran Isabella dan pergi keliling kota bersama, bertemu dengan pedagang berpengaruh itu. Hanya Pomera dan Philia yang tetap di Pixie's Wingbeats. Philia tidak bisa diminta untuk berurusan dengan pelanggan, artinya Pomera menangani mereka sendiri.
"Ini aneh...." Kata Pomera.
"Tidak peduli berapa banyak aku menghitung uangnya, jumlahnya tidak bertambah. Apa aku membuat kesalahan ketika aku terburu-buru berurusan dengan pelanggan sebelumnya?" Pomera tampak lelah saat dia dengan putus asa menghitung koin-koin itu.
"Pomera, itu terlihat sulit.... Apa kamu baik-baik saja?"
Tanya Philia.
"Aku baik-baik saja, Philia. Maksudku, ini sedikit bermasalah.... Tapi mereka tampaknya berusaha mendapatkan lebih banyak bantuan untuk toko melalui koneksi Isabella. Kita semua akan memiliki waktu untuk bersantai setelah pembicaraan itu selesai."
Mereka awalnya akan mendukung Mel sampai tokonya berdiri kembali. Pada titik ini, toko tersebut sudah melewati batas itu, dan pertumbuhan yang tiba-tiba berarti kekurangan karyawan untuk menangani semuanya. Kanata dan yang lainnya masih membantu sementara masalah itu tetap ada.
Mel ambisius namun juga naif, dan mereka tidak ingin Grede & Co. mengambil keuntungan dari hal itu. Rencananya adalah Isabella turun tangan untuk membantu hal itu juga. Kanata berencana mundur dari Pixie's Wingbeats begitu Isabella terbukti bisa dipercaya.
Tujuan awal Kanata adalah mengajak Rosemonde untuk ikut bersama mereka ke Garden of Dragon sehingga mereka dapat memperoleh informasi tentang Tangan Tak Terlihat para Dewa itu dari Ramiel. Sekarang Rosemonde seharusnya tidak mempermasalahkan tentang perjalanan itu, mengingat apa yang telah mereka capai untuk Mel.
"Nee, nee! Pomera! Philia juga mau membantu!" Kata Philia.
"Kupikir ini agak terlalu rumit untukmu, Philia." Kata Pomera tersenyum ramah.
Philia menjawabnya dengan ekspresi cemberut.
"Philia juga mau membantu semuanya!"
"Maaf, aku sedang sibuk sekarang.... Kita akan bermain setelah ini selesai, oke? Saat ini, kamu dapat membantu dengan menjadi gadis baik."
"Hmph...."
Saat itu, para pelanggan mulai mengantre lagi di depan Pomera.
"A-Ah! Tidak ada waktu untuk berbicara!"
Kata Pomera dengan panik. Dia fokus pada pelanggan pertamanya. Philia merengut dan mondar-mandir di sekitar toko tanpa melakukan apa-apa.
"Bosan...." Kata Philia.
Ada dua orang, satu laki-laki dan satu lagi perempuan, melangkah di depan Philia, menghalangi jalannya.
"Apa kau ini adalah Philia?" Tanya perempuan itu.
"Hm....? Y-Ya, Philia adalah Philia...." Jawab Philia.
"Sesuatu yang buruk telah terjadi, dan temanmu meminta kami untuk segera menjemputmu. Maukah kau ikut dengan kami?"
"S-Sesuatu yang buruk? Apa yang terjadi kepada Kanata?"
Keduanya bertukar tatapan penuh arti, lalu perempuan itu berkata, "Benar.... Kanata. Dia dalam masalah sekarang. Oke, ayo kits pergi kalau begitu."
Kata perempuan itu meraih tangan Philia dan mulai menariknya.
"Tapi jika sesuatu terjadi kepada Kanata, maka Philia harus memberitahu Pomera...."
Kata Philia sambil melirik ke arah Pomera. Pomera sedang melayani para pelanggan. Sepertinya bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengannya.
"Aku hanya ingin kau segera ikut dengan kami. Oke? Ayo cepat!" Kata perempuan itu.
"O-Oke.... Jika Kanata membutuhkan Philia. Mungkin itu tentang alkimia....?"
Philia dibawa keluar dari Pixie's Wingbeats oleh pasangan itu, tanpa tahu apa yang sedang terjadi.
◆◆◆◆
Mereka dengan cepat pindah dari jalan-jalan utama yang sibuk dan ramai ke gang dengan jauh lebih sedikit orang yang lewat dan suasana yang jelas menyeramkan menggantung di sekitarnya.
Philia melihat sekeliling dengan gelisah.
"Um, ada di mana Kanata....?"
Tak satu pun dari kedua orang itu menjawab.
"Nee! Apa Kanata baik-baik saja? Halooo!"
"Diamlah, bocah. Ikut saja dan diamlah."
Kata laki-laki di sampingnya. Sikapnya yang mengintimidasi sangat kontras dari sebelumnya.
"M-Maaf...." Kata Philia sambil menundukkan kepalanya dengan sedikit kebingungan.
"Kau tidak berpikir ada orang yang melihat kita, kan? Menculik seorang anak kecil dari depan toko adalah melanggar aturan bahkan di kawasan hitam. Hal ini akan buruk jika hal ini berubah menjadi sesuatu."
Tanya perempuan itu dengan suara rendah dan tenang.
"Tidak masalah. Atau apa kau lupa siapa yang meminta kita melakukan pekerjaan ini?" Kata Laki-laki itu, berbicara dengan pelan.
"Ha ha, tapi serius.... Mereka meninggalkan anak kecil ini sendirian setelah melawan Wantz. Cukup bodohnya mereka itu. Mereka seharusnya lebih berhati-hati. Ini adalah kesempatan yang terlalu bagus bagi kita, apalagi dengan petualang A-Rank yang berbahaya itu tidak terlihat di sana."
Mereka berdua adalah anggota Bloodied Coin, sebuah organisasi kriminal yang kuat di kawasan hitam Ploroque yang bekerja untuk Wantz. Mereka memanipulasi pasar kota dengan paksa dari bayang-bayang dengan menerima permintaan dari pedagang besar.
"Petualang itu.... Kudengar dia cukup ditakuti di Manaloch." Kata perempuan itu.
"Orang-orang di sana memanggilnya Annihilation Rosemonde. Hal ini bisa menjadi merepotkan jika dia muncul, bukan?"
Laki-laki itu mendengus. "Ha, tangannya telah diikat. Kita sudah punya sandera. Selain itu, apa kau lupa siapa pemimpin kita? Mardas, sang Laughing Guillotine.... mantan petualang A-Rank yang harus menghilang dari pandangan publik karena membunuh seorang bangsawan. Orang-orang bilang dia bisa menjadi petualang S-Rank. Bahkan jika perempuan bernama Rosemonde ini datang, dia tidak akan punya kesempatan untuk menang."
Bagian – 2 : Philia
TERSEMBUNYI di balik kota Ploroque adalah kawasan hitam. Jauh di dalam area itu ada sebuah bangunan yang berfungsi sebagai basis operasi untuk Bloodied Coin. Ancaman, penculikan, penghalang, dan apapun yang perlu dilakukan : Bloodied Coin ada untuk disewa untuk itu.
Mardas adalah seorang orang bertubuh besar dengan rambut pirang, pedang besar, dan gaya bertarung yang mencolok. Energi tanpa henti itu membuatnya mendapat julukan, "Laughing Guillotine". Dia telah menerima pekerjaan pembunuhan dan sejenisnya dari orang-orang berwenang selama hari-hari petualangannya.... tapi kemudian tindakannya terungkap, dan dia terpaksa melarikan diri. Begitulah caranya datang ke sini di kawasan hitam dan menjadi kepala organisasi kriminal.
....Dan sekarang Bloodied Coin telah dihancurkan.
Tanda cakar besar mencungkil dinding dan lantai tempat persembunyian mereka, seperti binatang besar telah mencabik-cabiknya. Anggota kelompok itu tergeletak di sana-sini di tanah, memar dan babak belur.
Mardas berlutut, kaget. "Apa... apa yang terjadi....? Mengapa....? Bagaimana mungkin Bloodied Coin ini....? Bagaimana aku bisa....? Kami kalah dari satu bocah ini....?"
Philia telah dibawa jauh-jauh ke markas Bloodied Coin sebelum dia menyadari kalau dirinya telah ditipu. Kemudian dia memutuskan untuk pergi... dengan paksa.
Anggota kelompok itu mencoba menghentikannya, namun mereka tidak pernah memiliki kesempatan melawan Philia yang berlevel 3.000-an itu. Akhirnya, Mardas keluar dan terlibat.
Langkah pertamanya adalah menghina bawahannya yang terbaring tengkurap di lantai. Kemudian dia berjalan ke Philia, saat itulah dia membuat lengan naga besar dan menghancurkan tempat persembunyian di sekitarnya. Laki-laki dan perempuan yang menculik Philia menempel satu sama lain di sudut basis mereka yang hancur, gemetaran hebat.
"A-Apa yang telah kami lakukan....?"
"Aku tidak mendengar apapun tentang ini! Aku tidak tahu apapun tentang ini!"
Philia melirik ke arah mereka, dan mereka berdua melompat bersamaan.
"Kamu sebenarnya tidak tahu di mana Kanata, bukan? Kalau begitu Philia akan pergi." Kata Philia kepada Mardas. Dia berpaling darinya.
Mardas mengatupkan rahangnya dan meremas gagang pedang besarnya. Ya, dia akan mengakui kalau gadis kecil ini menggunakan sihir misterius untuk mendorong Bloodied Coin ke ambang kehancuran dalam sekejap mata, namun Philia jelas terbuka untuk diserang. Jika tersiar kabar kalau organisasinya telah dihancurkan oleh seorang gadis kecil, itu benar-benar akan menjadi akhir dari Bloodied Coin. Bawahannya akan pergi, dan tokoh penting di Grede & Co. yang melindunginya dari balik layar akan memutuskan hubungan mereka. Nyawa Mardas akan dipertaruhkan.
Namun yang paling penting, harga diri Mardas menuntut agar Philia tidak pergi hidup-hidup.
"Kau tidak akan lolos dengan ini, kau tikus kecil yang sombong!" Teriaknya, melompat dari lantai dan terbang menuju Philia.
Mardas mengangkat pedang besarnya, siap menyerang. Permintaan Wantz adalah untuk menculik gadis kecil itu, namun Mardas mengayunkan pedangnya untuk membunuhnya. Dia tahu lebih baik daripada menarik pukulannya terhadap musuh ini, bahkan jika musuhnya itu adalah anak kecil.
"Pelajari mengapa aku ini disebut sebagai Guillotine!"
Bilah Mardas jatuh ke leher Philia dari belakang, pertahanannya terbuka sepenuhnya.
Atau seharusnya. Philia berbalik pada saat terakhir dan menggunakan tangan kosongnya untuk meraih ujung pedang raksasa itu.
"B-Bagaimana bisa...? Ini tidak mungkin.... tidak peduli seberapa kuat kau...." Kata Mardas.
Rasanya benar-benar berbeda dari menyerang manusia. Jika dia harus membuat perbandingan, itu seperti dia mencoba menyerang segumpal Adamantine. Mardas sudah tahu gadis kecil itu memiliki kekuatan misterius, tapi sekarang dia menyadari orang yang baru saja dia serang benar-benar di luar pemahamannya.
Philia melemparkan pedang ke belakangnya, dengan mudah merenggutnya dari tangan Mardas. Pedang itu terbang langsung ke dinding di kejauhan di mana dia terbang terpisah dengan gemuruh keras dan kepulan debu. Otot-otot wajah Mardas menegang saat dia melihat tembok itu runtuh.
"Apa kamu masih membutuhkan Philia untuk sesuatu?"
Tanya Philia, diterangi oleh cahaya yang masuk dari dinding rusak di belakangnya. Kekuatan luar biasa yang dia tunjukkan dan pencahayaan ilahi dari matahari yang mengenai punggungnya membuatnya tampak seperti dewa yang menakutkan.
"T-Tidak. Bukan apa-apa....."
Kata Mardas, hampir tidak bisa merengek. Kemudian dia jatuh ke tanah, tidak tahan lagi.
"Aku.... Aku sama sekali tidak tahu! Dewaku! Tolong ampuni aku!" Mardas menekankan dahinya ke tanah dan merendahkan dirinya.
"Dewa....?"
Mata Philia menyipit saat dia menatap Mardas.
"B-Benar! Ini adalah pertama kalinya aku melihat sesuatu yang begitu kuat! Sejak aku lahir, aku telah menjadi orang bodoh yang tidak percaya! Tapi sekarang aku akhirnya mengerti kalau dewa itu ada! Aku bertobat! Tolong ampuni aku!"
Lengan naga besar langsung muncul dan menghancurkan tanah tepat di sebelah Mardas. Cakar-cakarnya menyapu tanah dan mengirimkan celah-celah yang membentang di seluruh area.
"Eeek!" Mardas mengeluarkan pekikkan bernada tinggi dan meringkuk menjadi bola.
"Philia.... tidak begitu ingat kapan Philia dipanggil seperti itu. Tapi Philia tidak menyukainya."
Kata Philia dengan dingin, lalu dia pergi. Tidak ada yang tersisa untuk menghalanginya untuk keluar.
Sepanjang waktu dia pergi, Mardas tetap menjadi seperti bola, tidak mengangkat kepalanya.
◆◆◆◆
Ada dua orang yang menuju ke markas Bloodied Coin pada waktu yang bersamaan. Di depan adalah seorang laki-laki dengan jas berekor hitam dan topi, pakaian elegan yang tidak biasa di tempat seperti ini.
Orang itu adalah Grede, penguasa Ploroque.
"Aku akan dengan senang hati mengambil tanggung jawab untuk menghubungi kelompok gelap itu... Anda benar-benar tidak boleh keluar, Grede-sama. Dan seharusnya anda tidak berubah dulu?" Laki-laki yang berbicara adalah Gain, salah satu bawahan Grede.
"Gain, aku akan keluar jalan-jalan kecil di kebunku. Mengapa aku harus menyembunyikan diri?" Kata Grede.
"Tampaknya cukup banyak Ksatria Kerajaan yang datang ke kota. Mereka tidak hanya menonton — aku membayangkan mereka bermaksud untuk menangkapmu secara langsung, Grede-sama. Jika ada yang tidak beres saat anda keluar dan anda menabraknya, itu mungkin menghalangi rencana...."
"Ha ha, aku tidak pernah sekalipun takut pada Ksatria Kerajaan itu. Pengawal yang sangat kecil itu adalah penghias jendela yang sederhana. Hanya ada satu individu bermasalah yang menjadi perhatianku."
"Maksud anda...?"
"Gadis di toko pengrajin itu. Aku bersenang-senang menggoda Wantz karena gadis itu, tapi aku mendengar beberapa rumor. Aku merasa rumor itu sulit dipercaya, namun sebaiknya memeriksanya apakah itu benar. Sepertinya Wantz berencana menggunakan Bloodied Coin sebagai senjata, jadi aku ingin menanyakannya secara langsung sebelumnya—"
Grede tiba-tiba berhenti berjalan. Gain mengikuti arah yang dia lihat dan melihat..... seorang gadis kecil dengan rambut merah muda pucat dan hijau limau sedang berjalan di sana.
"Gadis kecil itu terlihat persis seperti kenalan dari si pengrajin itu. Kenapa dia ada di sini sendirian, di kawasan hitam ini?" Tanya Gain, namun Grede mengabaikannya.
Grede berjalan ke arah gadis berpenampilan aneh itu dan berkata, "Gadis kecil, apa yang sedang kamu lakukan di tempat seperti ini? Hm? Tempat ini berbahaya. Gadis kecil sepertimu seharusnya tidak berjalan sendirian di sini."
Mata Grede berkerut saat sudut mulutnya terangkat menjadi senyuman lebar yang menekan, suaranya terdengar manis.
"Grede-sama....?" Kata Gain, terdengar bingung.
Bagian – 3 : Philia
"O–ORANG asing menakutkan membawa pergi Philia..... sekarang Philia mau kembali ke tempat Pomera berada." Jelas Philia.
"Oh, jadi begitu? Kamu melakukan tindakan yang bagus dengan melarikan diri. Kamu pasti sangat ketakutan karena itu." Grede membujuk dengan nada manisnya.
Gain menyaksikan percakapan mereka dengan gentar. Dia telah bekerja di samping Grede untuk waktu yang lama dan tidak pernah melihatnya bertindak begitu merendah seperti itu. Apa yang membuat Grede merendah seperti itu?
Grede adalah orang yang cerdik dan tak terduga yang tidak pernah bisa dijatuhi. Karena dirinya itu dingin, itu seperti dirinya bisa melacak arah dunia di sekitarnya. Seperti dia bisa mengintip ke dalam pikiran orang lain. Jelas ada sesuatu yang tidak normal tentang dirinya yang berinteraksi dengan anak kecil yang tidak dikenalnya.
"Ho ho, jadi namamu Philia, benar?" Kata Grede.
"Hm, hm, hm, apa yang harus kita lakukan? Beberapa bajingan itu mungkin akan menyerangmu lagi, dan tidak aman di sini. Meski begitu, anak manis sepertimu tidak boleh berjalan-jalan sendirian. Kamu pasti lelah setelah semua petualangan menakutkan itu. Mengapa kamu tidak datang mengunjungi Mansion-ku? Kamu bisa beristirahat di sana sambil memberitahuku apa yang terjadi. Aku juga punya banyak cemilan lezat. Bagaimana dengan itu?"
"T-Tapi tidak bagus pergi dengan orang asing." Kata Philia.
"Itu berbahaya.... dan hal buruk terjadi terakhir kali."
"Oho! Sungguh gadis kecil yang pintar! Nah, namaku adalah Grede. Semua orang di kota mengenalku. Lihat, sekarang kami ini bukan orang asing."
"H-Hmm.... bukan begitu maksud Philia tentang orang asing itu.... selain itu, Pomera akan cemas...."
Ketika Grede mendengar itu, dia berputar menghadap Gain dan berkata, "Gain, segera pergi ke toko barang itu dan beritahu mereka kalau Philia telah pergi ke Mansion-ku untuk bermain dan dia mungkin akan kembali saat sore hari. Mereka bisa memegang kata-kataku untuk ini."
"A-Apa?! Ta-Tapi kenapa?" Seru Gain dengan sedih.
"Ke-Kenapa kita sampai sejauh ini, Grede-sama?! Aku pikir ini adalah jalan-jalan untuk pengumpulan informasi sederhana sebelum kita menerapkan rencana tersebut! Dan anda bilang penting anda harus pergi sendiri! Mengapa anda tiba-tiba mengubah rencana anda?! Yang terpenting, aku tidak bisa meninggalkan anda sendirian tanpa penjaga di kawasan hitam!"
"Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Aku tidak membayarmu untuk berpikir, jadi lakukan apa yang aku katakan. Sejauh ini kau berguna bagiku karena kau tidak pernah mempertanyakan perintah—sesuatu yang sudah kuberitahukan kepadamu sebelumnya." Kata Grede dengan ekspresi cemberut ketidaksenangan.
"Ah.... agh.... tapi.... ini...."
"Ha. Jangan berani-berani mengatakan satu hal pun tentang keputusanku. Kau tidak memiliki pandangan jauh ke depan, Gain. Aku tidak meminta nasihat dari seseorang yang biasa-biasa saja sepertimu."
"Ah..... baik, Grede-sama. Tolong maafkan aku. Aku akan segera menyampaikan pesannya." Kata Gain, tampak tidak sepenuhnya yakin, tapi dia tetap pergi.
"Sekarang, seharusnya tidak ada masalah. Benar, nona kecil?" Kata Grede kepada Philia.
"Tapi–"
"Aku bersusah payah mengirim pelayanku, dan kamu masih tidak senang dengan itu?"
"Hanya saja.... um....."
"Oh, tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud memaksa. Hanya saja, aku orang yang sangat, sangat penting di kota ini. Dan kota ini cukup rumit. Aku pikir mungkin sulit bagi toko temanmu untuk melakukannya dengan baik di sini. Namun jika aku mengatakan beberapa kata yang baik, mereka tidak perlu khawatir. Itu akan membuat Pomera yang kamu sebutkan ini sangat bahagia, bukan? Bagaimana? Hanya datang menghabiskan sedikit waktu denganku. Aku kesepian, kamu tahu, dan aku ingin menghabiskan waktu bersamamu. Aku tidak akan pernah berbohong kepadamu. Atau apa pemikiran untuk menghabiskan waktu bersamaku begitu buruk bagimu?"
"Kamu tidak akan melakukan sesuatu yang jahat kepada Kanata dan yang lainnya?" Tanya Philia dengan takut-takut sambil menatap mata Grede.
"Sama sekali tidak. Aku berjanji tidak peduli siapa pun mereka, aku tidak akan pernah menyakiti salah satu temanmu—asalkan mereka tidak menyakitiku."
".....Dan kamu punya cemilan?"
"Aku punya banyak! Aku tidak bisa memakannya sendiri, jadi aku menyimpan semua suguhan lezatku untuk diberikan kepada tamuku. Dan tidak peduli betapa sulitnya mendapatkan sesuatu—aku dapat menggunakan namaku agar seseorang segera mengirimkannya kepada kita. Kamu juga bisa membawa pulang semua itu!"
"Um, kalau begitu mungkin Philia bisa pergi sebentar."
"Oh, tentu, itu bagus." Kata Grede dengan gembira. Senyumnya yang menakutkan tetap di tempatnya.
"Sekarang, ikut aku. Beritahu aku kalau kakimu merasa lelah. Aku akan memberimu tumpangan."
Bagian – 4 : Philia
SEBUAH lampu gantung mewah digantung di langit-langit, dan dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan besar. Meja luas berwarna cokelat kemerahan bertatahkan emas dan bertatahkan berlian.
"Wow, ruangan ini seperti ruangan untuk seorang raja!"
Teriak Philia ketika dia melihat interior ruangan itu.
"Ha ha! Aku senang kamu menyukainya."
Orang yang duduk di kursi adalah Grede dan Philia, sementara tiga bawahan Grede berdiri berbaris di dekat pintu, di mana mereka meringis dan saling menatap. Tak satu pun dari mereka yang mengerti mengapa majikan mereka tiba-tiba membawa anak kecil tak dikenal ini ke dalam Mansion.
"Siapa perempuan di foto itu?"
Tanya Philia sambil menunjuk ke sebuah lukisan yang memperlihatkan seorang gadis kecil. Gadis kecil itu tampak seumuran dengan Philia dan duduk di ayunan dahan pohon di tengah ladang bunga.
"Aku meminta seniman keliling terkenal untuk melukisnya untukku. Ha ha, aku sangat menyukai lukisannya, aku membayar sepuluh kali lipat dari harga yang disepakati."
Bawahan Grede menyaksikan keduanya berbicara dengan ekspresi bertanya-tanya. Mereka tidak pernah terlalu memperhatikan selera seni Grede, namun hal ini tampak penting mengingat fakta kalau dia tiba-tiba mengundang Philia ke sini sebagai tamu.
"Apa dia itu putrimu?" Tanya Philia.
"Tidak, aku belum menikah."
"Jadi, gadis di lukisan ini tidak berdasarkan siapapun?"
"Lukisan itu berdasarkan.... seorang temanku. Tapi dia hanya ada dalam ingatanku sekarang. Aku sangat mendetail saat memesan lukisan itu, tapi aku tidak memiliki model untuk di masukan kepadanya."
"Grede-sama..... Rencananya akan berjalan sebentar lagi. Mengapa anda melakukan hal ini sekarang?"
Tanya salah satu bawahannya dengan sedih, namun tatapan tajam yang ditembakkan Grede membungkam mereka.
"Hei, Oji-san!" Kata Philia.
"Di mana cemilannya? Philia ingin makan!"
Philia waspada ketika dia pertama kali bertemu dengannya, namun sikapnya terhadapnya membuatnya menurunkan kewaspadaannya, dan dekorasi di Mansion itu telah menghilangkan sisa keraguannya. Kehati-hatiannya benar-benar hilang.
"Kau tidak boleh bersikap kasar seperti itu kepada Grede-sama, bocah!" Teriak salah satu bawahannya.
"Diam!" Teriak Grede.
"Dan kau pikir kau ini siapa, bersikap kasar kepada tamu pribadiku?!" Grede membanting meja dengan tinjunya dan berdiri dengan paksa.
"M-M-Maafkan aku, Grede-sama!"
"Hmm? Kua pikir hanya dengan meminta maaf dan menundukkan kepala seperti itu akan membuatmu bisa keluar dari ini? Kau sepertinya tidak mengerti apa-apa. Aku tidak membutuhkan seseorang yang tidak kompeten ini dalam pekerjaanku. Mulai saat ini, kau—"
"Um, Oji-san, Philia tidak marah, oke?" Kata Philia.
"Baiklah kalau kamu berkata begitu, nak. Maaf, padahal kamu sudah berbaik hati untuk datang ke sini, dan aku telah membuatmu merasa tidak nyaman."
Ekspresi Grede berubah menjadi senyuman ketika dia melihat ke arah Philia, namun dia segera menembakkan tatapan dingin ke arah bawahannya.
"Baiklah kalau begitu? Di mana susu cokelat hangat dan manisannya?"
"Hidangan itu, uh, pasti sedikit terlambat dari jadwal. Aku akan memeriksanya dulu." Salah satu bawahan itu segera meninggalkan ruangan.
Segera setelah itu, suguhan dari semua jenis manisan dibawa ke ruangan dan diatur di atas meja. Ada kue dengan gambar yang digambar di atasnya dengan cokelat, puding dengan kolak buah, bahkan kue yang dihias dengan rumit. Makanan penutup yang mewah mengubur meja dalam sekejap mata.
"Oh..... Wow!" Seru Philia.
"Ha ha, kurasa kamu tidak akan bisa menghabiskan semua ini! Jadi nikmatilah sedikit demi sedikit, apapun yang kamu suka."
"Philia akan memakan semuanya! Lihat saja!"
"Ah, itu terdengar meyakinkan. Aku belum pernah makan yang manis-manis sebelumnya, tapi mungkin aku akan mencoba sedikit rasa seperti itu hari ini."
Para bawahan kembali ke barisan mereka dan memperhatikan Grede dengan bingung.
Puncak dari perencanaan bertahun-tahun akan mulai segera, dan waktunya harus disesuaikan dengan hati-hati tergantung pada situasinya. Itu berarti momen ini seharusnya menjadi momen paling penting bagi Grede. Tidak ada waktu untuk membawa seorang anak kecil seperti itu sebagai tamu.
"Kue tentara kecil ini sangat lucu!"
Philia menggeliat senang saat dia mengambil kue dengan gambar tentara di atasnya.
"Kamu pikir begitu? Aku senang kamu menganggapnya sangat menyenangkan. Aku harus berterima kasih kepada orang yang membuatnya lagi."