Chapter 1 :
The Unseen Hand of the Gods
Bagian – 1 : The Unseen Hand of the Gods
WILAYAH MONSTER yang membentang di bagian utara benua, dan tidak ada manusia yang cukup bodoh untuk melakukan perjalanan ke tempat itu. Jauh di dalam wilayah itu ada sebuah menara besar : Lengan Para Dewa. Tiga orang berkumpul di dalamnya.
Raja Veranta, Ruler of the World, duduk di singgasana. Silent Void tetap tersembunyi di bawah kain bertuliskan formula sihir. Nobunaga yang seperti iblis, Demon King of the Sixth Heaven, berdiri setinggi hampir sepuluh kaki dan mengenakan Armor lengkap.
Mereka adalah Five Finger, anggota Tangan Tak Terlihat para Dewa dan ditugaskan oleh Makhluk Tertinggi untuk mengendalikan keadaan dunia Locklore.
"Sekali lagi, Veranta? Mengapa kau bersikeras memanggil kami....?" Kata Nobunaga kesal.
Dia merengut dan melihat sekelilingnya, tidak dapat menemukan dua anggota lain yang seharusnya ada di sana bersama mereka.
"Hmph, di mana sisanya? Bukankah Ruler of the Skies itu akan melaporkan hasil tugas untuk membunuh Kanata atau siapa pun namanya itu? Tsk, beraninya si lemah itu membuatku menunggu."
"Karena itulah aku memanggilmu ke sini hari ini." Kata Veranta.
"Hah?" Nobunaga melotot.
"Aku kehilangan kontak dengan Ruler of the Skies setelah mengirimnya dalam misi pengintaian."
Kata Veranta, menjelaskan.
"Aku yakin mereka sudah mati atau ditangkap. Ada juga kemungkinan mereka telah mengkhianati kita.... tapi menjadi salah satu dari Five Finger dan menjaga kendali dunia adalah kehormatan tertinggi bagi makhluk dengan darah naga di nadi mereka. Kemungkinan yang paling mungkin adalah mereka kalah dalam pertarungan melawan Kanata Kanbara."
"Ha ha, kalah?! Pah! Sungguh menyedihkan. Ditugaskan dengan pengintaian saja, dan mereka gagal bahkan pada saat itu juga. Veranta, mungkin kau yang harus disalahkan karena memberitahu mereka kalau mereka akan diganti jika gagal mendapatkan hasil, huh? Mungkin mereka jadi panik dan terburu-buru? Ha ha!"
Nobunaga tertawa dengan keras, lalu mengangkat tangannya ke dagu dan menatap Veranta.
"Tapi jangan terlalu tidak jelas. Apa kau tidak tahu apa yang terjadi pada Ruler of the Skies itu? Bukankah seharusnya kita meminta Sopia, sang World’s Recordkeeper itu, untuk memberitahu kita hal itu? Bukankah rencana Ruler of the Skies memaksa pendatang dunia lain itu untuk bertindak, kemudian membuat Sopia menonton dan menganalisisnya?"
"Sopia.... aku juga tidak bisa menghubunginya. Aku yakin dia mungkin juga sudah mati, ditangkap, atau berubah menjadi pengkhianat. Dia memang tidak tahu malu namun memiliki keterikatan yang sangat kuat pada kehidupan — mampu melakukan apa saja jika itu yang terjadi. Aku percaya ada kemungkinan besar dia telah mengkhianati kita."
"Ha! Keduanya tidak bertulang seperti ubur-ubur! Orang-orang tolol yang benar-benar tidak berguna! Ini benar-benar puitis! Jadi, wanita bodoh itu mengkhianati kita? Dia tidak tahu malu.... bagian yang itu benar, Veranta! Dia memiliki umur panjang dan kecintaan akan uang untuk mempertahankannya!"
Kata Nobunaga, tertawa lagi.
"Ada satu hal lagi." Kata Veranta.
"Kita telah menerima pesan tambahan dari Makhluk Tertinggi. Kita telah diberitahu untuk berhati-hati terhadap seseorang bernama Lunaère.... Lich berambut putih yang mungkin membantu Kanata Kanbara. Aku ragu Sopia bisa ditangkap oleh musuh yang sudah dia sadari. Ada kemungkinan Sopia diserang oleh Lunaère."
"......Hmm, pesan lain dari makhluk yang lebih tinggi sepertinya tidak menyenangkan. Lich berambut putih, kata mereka? Aku belum pernah mendengar tentang makhluk seperti itu. Apa Makhluk Tertinggi itu mengarang ini seiring berjalannya waktu?"
"Makhluk Tertinggi tidak pernah mengirim pesan yang lebih rinci dari yang diperlukan, dan mereka tidak pernah mengirim pesan yang berhubungan langsung dengan pendatang dari dunia lain. Itu adalah aturan berlapis besi yang tidak pernah dilanggar..... sampai sekarang. Mereka ingin menghindari memberi kita terlalu banyak informasi, namun insiden ini mungkin di luar kendali, bahkan bagi mereka. Mereka biasanya mengubah jalannya sejarah melalui bidak mereka, namun kita telah kehilangan dua dari Five Finger tanpa membuat kemajuan yang dapat diterima....."
"Makhluk Tertinggi itu terdengar seperti orang bodoh. Konyol untuk berpikir kalau makhluk-makhluk ini mengendalikan nasib dunia ini."
Kata Nobunaga, lalu meletakkan tangannya di gagang Katana di sampingnya.
"Namun.... itu artinya Tangan Tak Terlihat para Dewa hanya tinggal tiga anggota. Kau memanggilku ke sini, lalu dengan bodohnya memberitahuku segalanya.... Tidakkah menurutmu itu berbahaya, Veranta? Tangan Tak Terlihat para Dewa pernah mengganggu upayaku untuk mengambil alih dunia menggunakan kekuatan militer Kerajaan Yamato. Kemudian kau memaksaku untuk bergabung denganmu. Apa kau tidak bertanya-tanya apa aku masih menyimpan dendam?"
"Apa kau berniat untuk mengkhianati Tangan Tak Terlihat para Dewa ini dan mengambil alih dunia?"
Tanya Veranta, dan Nobunaga menyeringai.
"Aku bergabung dengan Tangan Tak Terlihat para Dewa ini karena aku tidak akan mampu menangani para anggotanya jika mereka menyerangku sekaligus. Tidak akan ada kesenangan dalam kekalahan karena aku kalah jumlah. Sekarang hanya ada kalian berdua, yah.... mungkin menyenangkan untuk menebas kalian berdua dan akhirnya menguasai dunia. Tidakkah kau setuju, Veranta?"
"Kau kuat, Nobunaga. Mungkin swordman paling kuat dalam semua sejarah Locklorian. Jika kau mau mencobanya.... ya, kau bisa membunuhku."
"Namun entah bagaimana kau berhasil membuatnya membosankan. Dan di sini aku pikir kau menyebut dirimu sebagai Ruler of the World."
"Jangan membuatku menggunakan Silent Void.... Zero. Jika Zero melepaskan kekuatan penuhnya, baik kau maupun aku tidak dapat menghentikannya. Zero seperti tombol hapus, siap membatalkan kesalahan dunia ini. Aku tidak punya keinginan untuk melihatnya terjadi, namun jika kau tetap lepas kendali....."
Nobunaga menatap Zero. Dia diam seperti biasa, ditutupi oleh kain hitamnya, dan tidak lebih besar dari seorang anak kecil. Nobunaga tidak merasa terancam sedikit pun.
"Orang bertubuh kurus dengan berjubah hitam ini....? Bagaimana kalau kita mencobanya dan mencari tahunya?" Nobunaga membuka matanya dan menembakkan tatapan mengancam ke arah Zero.
Tatapannya itu adalah ujian yang jelas. Siapa pun yang menjadi sasaran tatapan Nobunaga, didukung oleh kekuatan sihirnya, akan meringkuk ketakutan. Tatapan itu bisa memaksa prajurit yang tidak berpengalaman untuk merasakan kematian mereka sendiri yang akan datang. Tatapan itu sudah cukup untuk menghancurkan siapa pun. Kadang-kadang bahkan bisa membunuh mereka karena ketakutan belaka. Hanya yang kuat yang bisa memaksakan kehendak mereka untuk menahan tatapan bermusuhannya.
Nobunaga tidak menyangka salah satu dari Five Finger akan layu di bawah tatapan tunggal. Zero pasti akan selamat dari pandangan itu, namun harapan nyata Nobunaga adalah dia bisa mengukur kekuatan rekan misteriusnya dengan upaya yang dilakukan Zero untuk melawan baliknya.
Namun.... tidak terjadi ada apa-apa. Tidak ada rasa takut, tidak ada kemarahan, tidak ada perlawanan. Zero hanya berdiri di sana, persis seperti sebelumnya. Ini adalah yang pertama bagi Nobunaga. Permusuhannya baru saja melewati Zero tanpa membahayakan apapun, seperti radiasi melalui kehampaan.
"Oi, Veranta." Kata Nobunaga.
"Apa Zero..... masih hidup?"
"Bukan tempatku untuk mengatakannya. Ketahuilah kalau itu adalah senjata rahasiaku. Dan itu adalah senjata rahasia dunia."
"Hmph, terserahlah. Mungkin lebih menghibur untuk melawan Kanata atau Lunaère daripada kalian berdua saat ini. Aku akan terus mengikuti perintah.... untuk saat ini. Pahami saja kalau kepatuhanku bergantung pada suasana hatiku. Aku akan memberimu waktu untuk mengumpulkan beberapa Jari lagi, setidaknya.”
"Aku akan mengingatnya. Namun, bukan kau yang tidak akan bertindak selanjutnya." Kata Veranta.
"Apa?! Apa kau yang akan pergi sendiri? Atau apa kau sedang mempertimbangkan untuk mengirim Zero?"
"Kita kehilangan dua Jari tanpa memahami situasinya sama sekali. Kita tidak boleh menyebarkan kekuatan kita secara terpisah. Kita akan menyerang Kanata Kanbara dengan benih yang sudah disemai. Jika itu menghabisinya, itu lebih baik. Tapi jika Kanata Kanbara selamat, maka kita bisa memukulnya dengan kekuatan luar biasa setelah kita melihat apa yang terjadi. Jika memungkinkan, kita juga akan mencari tahu apa yang terjadi pada Ruler of the Skies dan Sopia — mereka mungkin belum mati, dan sayang sekali kehilangan mereka dengan mudah. Kita bisa menyelamatkan mereka.... atau bertukar pikiran dengan mereka."
"Ahh, betapa bijaknya dirimu, Ruler of the World.... dan betapa pengecutnya dirimu." Kata Nobunaga mencibir.
Veranta tersenyum sedikit di balik topengnya dan berdiri.
"Kalau begitu mari kita menjadi pengecut. Kita memikul dunia di pundak kami. Satu miliar jiwa bergantung pada keputusan kita. Kita akan berurusan dengan Kanata Kanbara demi ketertiban dan kelanjutan keberadaan Locklore. Kita akan melakukannya dengan cara apapun yang diperlukan."
Bagian – 2
SEKARANG KAMI telah berhasil menghentikan Ramiel dan memenjarakannya, kami kembali ke kota pedagang Ploroque untuk mencari Rosemonde. Aku berharap, dia masih ada di kota itu.
Kami telah meninggalkannya untuk menjaga Ramiel saat kami mengira dia adalah gadis dragonkin yang tidak berdaya. Rosemonde pasti terkejut ketika mendengar kalau dia itu adalah Ruler of the Skies yang asli dengan menyamarkan statusnya.
Kami berpencar dan mencarinya di kota. Pada hari keempat, kami akhirnya mendengar rumor tentang seorang petualang yang sering mengunjungi toko barang bernama Pixie's Wingbeats, dan petualang itu nampaknya sedang mencari tentang seorang gadis dragonkin. Rosemonde ada di sana ketika kami tiba, dan pemilik toko cukup baik untuk mengizinkan kami menggunakan ruang istirahat di belakang agar kami dapat berdiskusi di sana.
"Maaf, Rosemonde-san." Kataku.
Aku ingin check-in lebih cepat, namun Ploroque lebih besar dan lebih sibuk dari yang aku harapkan.
Jauh lebih besar dan lebih sibuk. Aku pernah mendengar kota itu memiliki ekonomi pedagang yang makmur, namun ada lebih banyak orang di sini daripada yang pernah kubayangkan.
"Jangan dipikirkan, nak."
Kata Rosemonde, yang jelas-jelas kesal.
"Kau mungkin pernah melewati neraka di Garden of Dragon itu, tapi dengarkan ini....."
Udara terasa berat, dan dia tampak seperti sedang berusaha menemukan cara mudah untuk memberi kami kabar buruk. Aku meringis, mengetahui apa yang dia rasakan. Aku bisa membayangkan Ramiel menjulurkan lidahnya dan mengolok-olokku.
"Um, jika itu tentang Ruler of the Skies...."
Aku memulai, tapi kepala Rosemonde menunduk menunjukkan rasa malu total. Aku belum pernah melihatnya seperti ini. Tampilannya itu mengagetkanku.
"Aku yang minta maaf, nak...." Katanya.
"Ramiel diculik. Aku yakin dengan diriku sendiri dan berkata kalau aku bisa mengawasi bocah kecil itu, tapi aku bahkan tidak bisa melakukannya. Ha....! Annihilation Rosemonde ini benar-benar mengacaukannya kali ini."
"T-Tolong katakan itu! Kamu melakukannya dengan baik! Aku serius!" Kataku.
"Kupikir ini pasti ulah orang jahat dari Garden of Dragon, datang untuk menyelesaikan masalah ini, kau tahu? Tapi kemudian aku berpikir, itu..."
"Ya! Sama sekali tidak seperti itu!"
Pada awalnya, Ramiel telah meminta kami untuk melaporkan skema Ruler of the Skies kepada Dragon King, jadi mudah bagi Rosemonde untuk menarik kesimpulan itu. Tapi Ramiel sendiri-lah yang merupakan Ruler of the Skies yang sebenarnya. Dia mencoba memancing kami dan Dragon King ke perangkap yang sama.
"Sekarang yang aku dapatkan dari mereka hanyalah petunjuk yang aku kumpulan beberapa hari yang lalu....." Lanjut Rosemonde.
"....M-Mereka?" Aku tergagap.
Apa yang sedang dia bicarakan?
Menjadi bingung, aku melewatkan kesempatan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Dengar nak, Ploroque tidak seperti kelihatannya."
Kata Rosemonde, mulai menjelaskan.
"Kota ini lebih dari sekadar kota kaya. Ada Grede, Penguasa dari Kota Pedagang ini—orang yang naik ke tampuk kekuasaan selama enam puluh tahun yang lalu, dan dia menjadi penguasa lokal sejak saat itu. Tidak ada yang lebih penting di sini selain uang dan persaingan, dan ekonomi sedang berkembang pesat. Sekarang adalah si kaya versus si miskin jika kalian tahu apa yang aku maksud, dan uang menang atas segala tindakan moral."
"Uh, apa maksudmu—?"
"Di Ploroque, mereka terus memainkan ini. Jika kalian mencapai titik terendah, kalian tidak akan pernah merangkak kembali ke atas. Daerah kumuh di sini dikemas seperti ikan sarden dengan orang-orang yang tidak punya harapan lagi. Kalian terus menumpuk orang yang putus asa di atas orang yang putus asa, dan akhirnya kalian mendapatkan penculikan, kecanduan narkoba, perdagangan manusia.... Ini aturan massa, nak. Orang mati dan tidak ada yang peduli. Mereka menyebut daerah kumuh sebagai kawasan hitam. Aku bertaruh di situlah kita menemukan preman yang menculik Ramiel."
"Uh, itu.... Sebenarnya, dia itu—"
"Aku juga tidak suka memikirkannya, nak, tapi begitulah adanya! Cup of Blood telah dipenggal semuanya dengan Red Staff of Authority. Dan mereka bilang Lovis Lordgrey dari Black Reaper juga mati dalam kekacauan itu. Tidak ada lagi yang menyebut kelompok-kelompok itu, dan anggota mereka terlihat berkeliaran di sekitar Ploroque."
"Tunggu! Lovis sudah mati?!" Aku tersentak sedih.
Tidak ada keraguan kalau Lovis adalah orang yang brengsek, namun aku memiliki perasaan campur aduk tentang kabar itu mengingat sejarah pribadi kami. Dia pasti telah bertemu seseorang yang tidak tahan untuk merendahkan diri setelah dia mengacaukan segalanya.
"Kawasan hitam sedang kacau balau sekarang, nak."
Kata Rosemonde, melanjutkan.
"Ada pelanggaran aturan tak terucapkan yang mencegah para penjahat merusak fasad kota. Para gangster tua tahu betapa besar masalah bagi mereka jika ruang bawah tanah mulai bocor keluar dari daerah kumuh."
Tidak ada informasi Rosemonde tentang organisasi kriminal di Ploroque yang aku simak dengan baik karena aku sangat terkejut dengan kabar kematian Lovis. Aku tidak berpikir dia akan kalah dengan mudah.... bahkan jika dia terlibat dalam kekacauan di Manaloch.
Lovis memberiku kompas itu — yang aku pikir pada beberapa kesempatan akan aku akan menjualnya jika aku membutuhkan uang. Sekarang kompas itu adalah kenang-kenangan dari seseorang yang telah pergi dari dunia ini. Apa yang akan aku lakukan dengan kompas itu? Tampaknya salah untuk menggadaikannya sekarang.
"Ah, sebenarnya.... tidak! Tolong dengar, Rosemonde-san : Ramiel baik-baik saja!" Kataku, mencoba untuk kembali ke masalah yang ada.
"Uh, maksudku, dia tidak baik-baik saja. Ramiel adalah Ruler of the Skies itu sendiri! Tapi dia aman.... atau semacam itulah."
"Apa....?!" Mata Rosemonde melebar.
"Ya.... Ramiel menipu kita untuk pergi ke Garden of Dragon karena dia berencana menggunakan Dragon Vortex di sana untuk membunuhku. Namun hal itu tidak berhasil, jadi sekarang dia penjara oleh Dragon King di Garden of Dragon itu." Aku berbicara perlahan, mengukur reaksi Rosemonde untuk memastikan kalau penyampaianku berhasil.
Rosemonde menghabiskan hampir seminggu mencari Ramiel dan menemukan jalan buntu. Tidak mungkin kabar ini tidak mengganggunya.
"Oh." Katanya.
"Aku tidak paham setengahnya, tapi maksudmu dia tidak diculik oleh penjahat dan dia tidak dibunuh oleh seseorang yang bekerja untuk Ruler of the Skies itu? Dia tidak mati, kan? Dia hanya di penjara atau semacamnya?" Kata Rosemonde, menghela napas berat yang tampaknya benar-benar melegakan.
"Rosemonde-san....." Kataku. Aku berharap dia meledak, dengan pasti—tapi mungkin hati Rosemonde lebih besar dari emosinya.
"Bagus sekali, nak. Benar-benar hebat. Itu artinya aku bisa membunuh bocah bodoh itu saat aku akhirnya menangkapnya!" Seru Rosemonde sambil menggebrak meja dan berdiri, kursinya terlempar ke belakang.
Tidak, amarahnya jelas lebih besar dari hatinya.
"T-Tolong tenanglah, Rosemonde-san! Kita adalah tamu di toko ini! Kamu seharusnya tidak bertindak seperti itu!"
"Aku tahu ada sesuatu yang mencurigakan! Si kecil yang kasar itu....! Semuanya itu hanya akting!"
Sebenarnya...... bersikap kasar mungkin bukanlah akting. Setelah Ramiel ditangkap, dia masih tidak bisa bersikap sopan. Tapi aku menyimpannya untuk diriku sendiri — Karena Rosemonde cukup marah saat ini.
Tapi sekarang aku punya masalah. Ramiel telah mengusulkan pertukaran : dia akan memberi kami informasi tentang Nobunaga, Demon King of the Sixth Heaven, jika kami membawa Rosemonde kepadanya. Tapi itu mungkin pertukaran yang sulit melihat bagaimana reaksi Rosemonde. Akan membunung Ramiel seperti klaimnya, aku ragu dia benar-benar bersungguh-sungguh. Pada saat yang sama, aku juga tidak berpikir dia akan pergi jauh-jauh ke Garden of Dragon itu hanya untuk bertemu dengan Ramiel.
Bagian – 3 : Lovis
DI SUATU tempat di kawasan hitam, berdiri di atas atap ubin berwarna Patchwork, tiga orang memandang ke bawah ke arah kota.
"Jadi, ini wajah tersembunyi dari Ploroque? Kekayaan dan kemiskinan yang ekstrem, hidup berdampingan."
Kata seorang laki-laki kurus dengan rambut hitam dan aura yang meresahkan. Dia adalah Lovis, mantan pemimpin Black Reapers.
Di belakangnya berdiri dua orang — Yozakura, seorang perempuan dengan pakaian gaya jepang, dan Damia, seorang laki-laki gemuk yang mengenakan kacamata.
"Mata uang adalah penemuan yang luar biasa."
Kata Lovis, melanjutkan.
"Dibutuhkan keinginan manusia yang kompleks dan menyalurkannya ke satu arah. Warga Ploroque bergegas menuju uang itu begitu mereka mencium baunya. Mereka seperti semut yang mengerumuni permen karet yang jatuh ke tanah."
"Wajar bagi seseorang untuk bertindak serempak ketika mereka mengalami emosi yang sederhana dan kuat.... seperti ketakutan." Kata Yozakura, dan ekspresi Lovis menjadi murung.
Perkataan itu jelas merupakan pukulan bagi Lovis. Dia berlutut dan memohon pengampunan saat dia menerima pukulan dari Kanata.
"Hm? Aku tidak mendengarmu, Yozakura." Katanya.
"Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?"
"Aku tidak harus mengatakannya. Kau sudah tahu itu."
Kemudian ketika Lovis bertemu dengan Lunaère, dia telah melakukan segala daya untuk meyakinkannya kalau dirinya adalah teman Kanata dan entah bagaimana dia melepaskannya. Tapi dia berjanji kepada Lunaère kalau dia tidak akan pernah lagi mengotori tangannya dengan perbuatan jahat.
Jika Lovis muncul lsebagai penjahat lagi, itu bukan hanya otoritas yang mengejarnya — itu akan menjadi dewa kematian nyata yang mengejarnya. Itu sebabnya dia membubarkan Black Reapers dan memutuskan semua kontak dengan mantan anggota, kecuali dua orang yang bersamanya sekarang. Dia sangat senang membiarkan rumor tentang kematiannya beredar.
"Kau membubarkan Black Reapers, dan sekarang kau terus hidup dalam ketakutan akan seorang gadis yang mengawasimu." Kata Yozakura.
"Kamu dulu memegang kebebasan di atas segalanya.... Mengapa kau tidak mengakhiri dirimu sendiri saja?"
"Kau tidaklah mengerti. Aku hidup persis seperti yang aku inginkan. Aku selalu memiliki itu."
"Lalu mengapa kau membubarkan Black Reapers?"
"Aku sampai di persimpangan jalan. Ke kiri, hidup. Ke kanan, kematian. Aku memilih untuk pergi ke kiri."
Kata Lovis, tidak bisa lagi bertindak sebagai Black Reaper, tapi itu tidak berarti dia tidak bisa mencari tempat di mana masalah sedang terjadi.
Cinta utama Lovis adalah bertarung. Melakukan kejahatan hanya menghasilkan peluang untuk kekacauan dan pertempuran. Namun jika dia menempatkan dirinya di lokasi di mana pertempuran kemungkinan besar akan terjadi, dia bisa melompat ke sana tanpa perlu menyebabkan masalah awal sendiri.
"Yozakura, tenanglah!"
Kata Damia, melangkah di antara mereka berdua saat dia mencoba berperan sebagai penengah.
"Bos, aku mengerti bagaimana perasaanmu setelah melihat gadis berambut putih itu. Tidak menyenangkan tergencet seperti serangga, dan juga tidak menyenangkan tergencet karenanya."
"Dia bukanlah hanya gadis berambut putih! Dia adalah White Goddess!" Teriak Lovis sambil membanting tinjunya ke atap gedung.
"B-Benar.... tentu saja." Bahu Damia merosot saat dia menundukkan kepalanya.
Ketakutan Lovis terhadap Lunaère tumbuh setiap hari. Akhir-akhir ini, dia bahkan mulai mengatakan kalau Lunaère pasti salah satu makhluk yang lebih tinggi. Terlebih lagi, dia tidak benar-benar tahu nama aslinya.
"Jangan menunjukkan rasa tidak hormat kepadanya! Cepat katakan itu!"
".....Di-Dia adalah White Goddess."
"Hmph, jaga lidahmu itu mulai sekarang, Damia."
Keinginan Damia untuk membela Lovis dengan cepat mendingin menjadi ketidakpuasan. Dia bergabung dengan Black Reapers karena dia tertarik dengan karisma gelap Lovis. Lovis ada sebagai semacam cita-cita heroik daripada orang yang nyata. Dia menerima situasi baru lebih dari Yozakura, tapi dia tidak suka melihat Lovis diam-diam ketakutan oleh bayang-bayang Kanata dan gadis berambut putih itu.
"Yozakura, sudah berapa kali kukatakan kepadamu, kau bebas pergi kapan pun kau mau." Kata Lovis.
"Tidak. Aku tetap menghormati Lovis."
Kata Yozakura tanpa ragu sedikit pun.
"Lalu–"
"Tapi Lovis yang aku hormati adalah orang yang menjalani hidupnya tanpa rasa takut. Orang yang menyelamatkanku. Jika Lovis saat ini menjadi terlalu pembohong, jika dia menodai nama Lovis yang asli.... maka aku akan memenggalnya sendiri. Dan aku akan berjalan ke tempat yang sama setelah dirinya."
Yozakura memiringkan sarungnya dan memamerkan sebagian kecil bilah Katana-nya. Damia dengan gugup melirik bolak-balik antara wajah Lovis dan Yozakura.
"Oh, ayolah, Yozakura." Kata Lovis.
"Seseorang sepertimu bahkan tidak akan memiliki kesempatan, tapi aku menantikan hari itu. Datanglah kepadaku kapanpun kau mau. Ingatlah untuk mengasah kemampuan pedangmu terlebih dahulu."
Yozakura mendorong pedangnya kembali ke sarungnya.
"Aku harap kau bersungguh-sungguh dengan apa yang kau katakan itu. Dan aku berdoa agar Lovis yang memalukan yang muncul di depan Kanata atau wanita itu tidak akan pernah muncul lagi."
Damia menatap Yozakura dan menghela napas lega. Dia mengerti bagaimana perasaannya, dia tahu Yozakura mungkin akan menyerang Lovis, tergantung pada tanggapannya.
"Yozakura, Jangan sebut dia dengan gadis itu! Dia adalah White Goddess! Cepat katakan itu!" Kata Lovis.
Bibir Yozakura bergetar karena marah.
"O-Omong-omong, Lovis."
Kata Damia, meninggikan suaranya untuk menghentikan pertengkaran lain.
"Kau bilang ada berbagai organisasi kriminal di kawasan hitam. Sudahkah kau memutuskan siapa yang akan kita mulai singkirkan? Aku agak bosan dengan tur jalan-jalan seperti ini. Haruskah kita mulai besok?"
"Tidak. Kita bersembunyi dan mengumpulkan lebih banyak informasi."
"Oh.... sungguh?"
Damia menatap kosong ke arah Lovis.
"Aku sudah memberitahumu ini sebelum kita sampai di sini : sesuatu sedang terjadi. Aku tidak akan puas dengan beberapa organisasi kriminal kecil di daerah kumuh. Aku yakin akan hal itu, sekarang kita telah menghabiskan beberapa hari untuk menyelidiki kota.... penduduknya gelisah, dan para Ksatria negara telah muncul untuk memantau berbagai hal. Kejahatan besar apapun yang tinggal di Ploroque yang dipenuhi keserakahan, pasti akan segera bergerak. Itulah yang akan menjadi mangsa kita."
Kata Lovis menatap bagian kawasan hitam di bawahnya dan menjilat bibirnya. Dia tidak pernah membayangkan kalau Kanata mungkin ada di Ploroque juga