Bonus Story :

The End of the City of Greed

Bagian – 1

 

SETELAH percobaan pemberontakan GREDE, Mel mengundang kami ke pesta kemenangan untuk merayakan keberhasilan Toko Pixie's Wingbeats. Aku pikir itu akan menjadi pesta pribadi hanya dengan kami saja yang merayakannya, jadi aku pergi ke restoran tanpa terlalu memikirkannya. Tapi saat kami sampai di sana, sudah ada kerumunan pedagang yang kaya dan berpengaruh.

Mel mengobrol dengan gembira kepada para pedagang di sekitarnya, sementara Rosemonde ada di sampingnya, duduk di kursi dan terlihat tidak bisa didekati. Rosemonde tampaknya sadar kalau dirinya menonjol seperti ibu jari yang sakit.

 

"Dia terlihat sangat canggung......" Kataku sedikit terlalu keras.

 

"Apa yang baru saja kau katakan?" Bentak Rosemonde.

 

"U-Uh, bukan apa-apa."

 

"Aaah! Kalian semua ada di sini, Kanata! Datanglah ke sini!" Kata Mel dengan gembira sambil melambai pada kami.

 

"O-Oke, aku datang....."

Rosemonde bukan satu-satunya yang merasa tidak pada tempatnya. Dan dia mungkin memiliki lebih banyak pengalaman dengan situasi seperti ini, karena dia telah bekerja sebagai petualang A-Rank untuk waktu yang lama. Sejujurnya.... Aku berharap Mel menyelenggarakan acara yang lebih kecil dan lebih nyaman.

 

Aku duduk dan memakan makanan yang disajikan. Aku tahu ini adalah tempat populer yang dikunjungi semua pedagang penting, tapi aku sangat gugup, aku tidak bisa menikmati makanannya. Banyak pedagang lain mencoba berbicara denganku—tampaknya mereka mengenalku sebagai orang yang berhutang kepada Mel dan seseorang yang membantu mengalahkan para Golem itu—tapi hal terbaik yang bisa kuberikan adalah senyuman ramah.

 

"Sungguh, Kanata, kalian semua telah melakukan banyak hal untukku!" Kata Mel.

 

"Kamu juga, Philia! Terima kasih! Aku akan meletakkan cangkir boneka beruang yang kamu sarankan di toko! Aku sudah membuatnya, jadi aku akan memberimu satu sebagai hadiah nanti!"

 

"Sungguh? Philia sangat bahagia!" Kata Philia sambil menggeliat kegirangan di pangkuan Mel. Setidaknya Philia tidak tampak tidak nyaman mengingat situasinya.

 

"Nona, kamu terlalu banyak minum."

Aku mendengar seseorang berkata.

 

Kepalaku berputar untuk melihat ke arah kata-kata tidak menyenangkan itu berasal. Aku melihat Pomera yang mabuk, wajahnya memerah saat dia menyuruh pelayan itu menuangkan alkohol ke dalam cangkirnya.

 

"Jangan menilaiku dari penampilanku. Pewtulang biwsa menahan alkohol mereka." Kata Pomera dengan agak tidak jelas.

 

"Pomera-san, kamu harus berhenti minum." Tegurku, menutupi wajahku dengan tangan. Pomera pasti menyerah pada urat malunya dan mulai minum untuk menghindari kecanggungan di pesta.

 

"Apa Pomera itu tidak pandai minum?" Tanya Mel.

 

"Oh, bukan karena itu.... dia sangat pandai dalam hal itu sehingga dia bisa minum minuman keras para dragonkin dengan sangat mudah." Dalam benakku terbayang Raigan, wajahnya di dalam ember setelah menantang Pomera untuk berduel dalam minum-minum.

 

"Maka itu seharusnya tidak menjadi masalah, kan?" Kata Mel. 

 

"Mengapa kamu begitu khawatir?"

 

"Y-Yah itu, memang bukan masalahnya..... ya, belum."

Jika Pomera tampak bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu, maka aku akan membawanya dan pergi secepat mungkin.

 

"Oh, omong-omong, Kanata! Aku akan memasang patung Mithril itu di alun-alun di Ploroque seperti yang aku janjikan kepadamu itu!" Kata Mel.

 

"Patung Mithril.....?" Aku memalingkan mukaku dari Pomera.

 

"Apa yang kamu bicarakan?"

 

"Apa kamu sudah lupa? Ayolah, aku berkata jika aku selamat dari masalahku, aku akan meletakkan patung Mithril-mu itu di tengah Ploroque. Apa sudah ingat?"

Aku ambruk ke depan dan kepalaku membentur meja.

 

"Ah ha! Bagaimanapun juga, aku adalah perempuan yang memegang kata-kataku!" Kata Mel, melanjutkan.

 

"Dan Mithril adalah logam sihir yang tidak menimbulkan korosi. Patung itu akan ada di sana selama berabad-abad! Bahkan ribuan tahun! Bahkan setelah Kerajaan menghilang, wujud heroik Kanata akan tetap ada di sini!"

 

Ini mimpi buruk. Aku mungkin bertemu dengan orang-orang yang mengenaliku sebagai patung Mithril misterius di Ploroque.....

 

"Begitu aku berkata aku berutang kepadamu, semua orang muncul untuk membantu! Kamu adalah pahlawan besar yang menyelamatkan kota! Tidak ada yang menentang gagasan itu! Meski begitu, agak sulit membuat orang setuju untuk meletakkannya tepat di tengah kota.... tapi aku berhasil mewujudkannya! Aku bekerja sangat keras untuk itu!"

 

"Aku benar-benar minta maaf, karena kamu telah berusaha keras untuk ini, tapi.... bisakah kamu membatalkan proyek ini?"

 

"Apa? APAAA?!" Mel terhuyung-huyung ke belakang karena terkejut.

 

Aku hanya bisa bertanya seperti itu. Aku benar-benar tidak tahan dengan pemikiran kalau patung Mithril-ku yang bisa bertahan selama lebih dari satu milenium.

Seseorang memilih saat itu untuk datang dan berpegangan di bahu kiriku.

 

"Ituuu tiidaak masalah, Kanata. kawmu harus menerima raysa.... murah hati sesworang!"

 

Agh, kenapa dia ada di sini?

"P-Pomera-san?!" Aku berteriak.

Aku melihat ke pedagang yang dia ajak bicara. Mereka semua pingsan dalam keadaan mabuk. Pomera adalah pemabuk terakhir yang berdiri.

 

"Kanataaa.... aku tahu.... aku tahu menurutmu agak lucu kawlau orang-orang mulai memanggilku 'Holy Fist Pomera,'" Bisik Pomera di telingaku.

 

"Tidak! K-Kamu salah!" Kataku, dengan keras menggelengkan kepalaku.

 

"Mel, kamwu sudah bekerja kerassss! Awku mendukungmu!" Kata Pomera.