"Iblis di ambang kematian. Level mereka cukup tinggi, jadi aku pikir mereka bisa menjadi pengganti."
"Uh..... mereka hampir mati? Tapi mereka terus berteriak."
"Mereka memang suka melakukan itu. Jika mereka tidak hampir mati, mereka pasti sudah membunuh semua yang ada di sini selain aku."
Ridler yang ragu-ragu mengikutiku sampai ke Dragon Vortex, di mana aku melemparkan tiga iblis itu ke sana. Dragon Vortex itu memancarkan cahaya pelangi yang cerah dan kilau sihir dari sebelumnya segera kembali ke dinding dan lantai.
"Hore! Kita berhasil, Ridler-san! Sekarang kau tidak perlu mengorbankan diri sendiri!"
"Y-Ya.... aku bersyukur untuk itu.... aku harus berterima kasih karena itu...." Kata Ridler dan bahunya merosot karena kecewa.
"Tapi...."
"A-Apa?! Bukankah itu bagus? Kita telah menyelesaikannya tanpa kau harus berkorban karenanya!"
"Yah, mungkin itu hanya karena aku siap untuk mengorbankan diriku.... Tolong, terima permintaan maafku. Aku mengira solusimu akan menjadi solusi yang lebih dramatis. Tapi kau menyelesaikan masalah ini hanya dengan memasukkan beberapa.... makhluk yang hampir mati."
Ridler menghela napasnya. "Ini tidak seperti kau telah melakukan kesalahan, Kanata...."
Ramiel tetap diam saat dia menatap Dragon Vortex yang sekarang bersinar dengan tatapan kosong.
Bagian – 5
PADA HARI setelah insiden Ruler of the Skies dan Ridler secara resmi memberiku hadiah karena mengalahkan Dragon King.
Kami pergi bersama Ridler kembali ke area di bawah istananya. Sebelum menuju ke ruang harta, kami mampir ke lokasi lain yang juga berada di bawah Kastil : ruang tahanan Ramiel.
Ramiel diikat dengan rantai, lengannya direntangkan dan tubuhnya dibungkus kain dengan simbol tertulis di atasnya. Tulisan itu rupanya teknik untuk mengekang kemampuan fisik dari dragonkin level tinggi.
Ada dua alasan mengapa Ramiel ditahan di bawah Kastil Raja Naga. Yang pertama adalah pengekangannya adalah pengekangan khusus yang menggunakan sihir dari Dragon Vortex. Yang kedua adalah untuk mencegah dragonkin lain berinteraksi dengannya dan berpotensi membantunya melarikan diri. Sepertinya, tempatnya itu adalah tempat suci yang bahkan tidak bisa dimasuki oleh mereka yang berpangkat Holy Dragon Suci alasan yang berarti. Selama sistem ini dipertahankan, tidak ada dragonkin yang bisa bertemu Ramiel tanpa diketahui oleh Dragon King.
".....Oh, Dragon King dan Kanata?"
Kata Ramiel dengan cemberut.
"Aku melihat kalian berdua lagi dengan cukup cepat. Apa kalian mencari info lebih lanjut tentang Tangan Tak Terlihat Para Dewa? Yah, terserahlah. Aku tidak berencana untuk mengatakan apapun lebih dari yang sudah aku katakan. Kalian bisa melakukan siksaan dan melakukan apapun yang kalian mau denganku."
Ramiel tersenyum tanpa rasa takut. Aku punya perasaan kalau dia mengatakan yang sebenarnya.
Ramiel awalnya bersiap untuk jatuh ke dalam Dragon Vortex. Tidak ada ancaman yang akan berhasil melawannya. Lebih baik menyerah untuk mendapatkan informasi apapun darinya yang tidak ingin dia berikan.
"Aku ingin bertanya tentang Rosemonde-san." Kataku.
"Apa dia baik-baik saja?"
".....Si Rosemonde itu? Ya, Ya, Aku kehilangan petualang kecil yang lemah itu di suatu tempat di Ploroque. Aku berani bertaruh dia masih di sana jika dia tidak berhenti mencariku." Jawab Ramiel terus terang.
Sepertinya, penolakannya untuk memberitahuku apakah perkataannya itu adalah sebuah ejekan dan tidak lebih dari itu.
"Aku memutuskan kalau dia tidak berbahaya.... dan aku sebenarnya tidak membencinya. Aku bukanlah pembunuh massal yang tidak berperasaan yang membunuh setiap orang yang aku temui."
Aku menghela napas lega. Ramiel bukanlah sumber informasi yang bisa kupercayai sepenuhnya, tapi sikapnya terasa jujur. Pomera menatap Ramiel dengan agak simpati. Ramiel memperhatikan, matanya menyipit saat dia balas menatap.
"Apa? Menurutmu lucu melihatku dalam situasi ini, Half-Elf?"
"T-Tidak.... aku hanya tidak berpikir caramu bertindak—seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang dunia—adalah tindakan yang membuat kami lengah...."
Kata Pomera, dengan cepat mencoba menjelaskan dirinya sendiri.
Aku terkejut dengan pengamatan itu. Ramiel itu sombong, tapi penampilannya sebagai anak Dragonborn sangat sempurna. Aku masih ingat dengan jelas dia dengan polos bertanya.
"A-Aku harus membayar.... membayarnya? Tapi aku ini adalah dragonkin, makhluk yang lahir untuk melindungi dunia dan manusia."
Kurangnya akal sehatnya yang konyol pada saat itu sebenarnya membuat ceritanya lebih masuk akal, namun mengingat kembali sekarang, itu semua pasti jebakan. Ramiel mungkin membenci manusia, tapi dia sudah hidup sekitar seribu tahun. Tidak mungkin dia tahu sedikit tentang dunia. Atau memang begitu?
"Hah....? Aku tidak tahu apa-apa tentang dunia, katamu? Apa kau sedang mengolok-olokku?" Kata Ramiel.
Ekspresi Pomera menjadi sedingin es. Aku mungkin terlihat sama.
M-Mustahil. Apa semuanya kecuali nada suaranya sama dengan dirinya yang sebenarnya, jika begitu...?
Tidak ada dragonkin di Garden of Dragon yang begitu kuat dan merendahkan secara alami. Bahkan Raigan dan Zuul jauh lebih bijaksana. Dia bertindak jauh lebih merendah daripada dragonkin lainnya meskipun levelnya sangat rendah — sayang sekali aku tidak pernah mempertanyakan ceritanya itu.
".....Kurasa kita harus mengakhiri pembicaraan ini sampai di sini." Kataku.
Ramiel mengerutkan keningnya.
"Hei, apa yang ingin kau maksudkan itu?"
"Ridler-san, bisakah kita segera pergi ke ruang harta sekarang?" Kataku, mengabaikannya.
"Mmm, tentu saja. Biarkan saja aku yang membuatnya berbicara. Kanata, kau akan melawan Tangan Tak Terlihat para Dewa yang merupakan Ramiel salah satu anggotanya, benar? Jika aku berhasil mendapatkan informasi lebih lanjut tentang mereka darinya, maka aku akan menghubungimu melalui utusan."
Ridler mengangguk dan berbalik dari Ramiel untuk pergi. Aku mengikutinya.
"H-Hei, kalian sudah mau pergi?! Dan di sini aku hanya bisa saja diam sepanjang waktu! Hei, aku berbicara dengan kalian! Aku sedang berbicara dengan kalian!"
Suara kasar Ramiel terdengar di belakang kami. Pomera dan aku berhenti dan kembali kepadanya.
"Dia sepertinya punya banyak waktu untuk itu. Dia sudah mengatakan hal serupa sejak kemarin."
Kata Ridler singkat sebelum pergi lagi. Aku pergi untuk mengikutinya lagi, namun Philia meraih lengan bajuku.
"N-Nee, Kanata.... dia terlihat kesepian."
"Hee hee! Jadi, kau akan melawan Tangan Tak Terlihat para Dewa tanpa intel?! Manusia benar-benar bodoh! Mereka pasti sudah tahu tentang pertarunganmu denganku melalui Sopia, sang World’s Recordkeeper. Jangan berpikir kau bisa lolos hanya dengan mengalahkan mereka seperti yang kau lakukan kepadaku. Aku hanya gagal karena aku tidak memiliki informasi yang cukup. Tangan Tak Terlihat Para Dewa adalah hukum pamungkas di Locklore! Mereka akan menguburmu!" Ramiel mengoceh dengan cepat.
Pomera memandangnya dengan tatapan kasihan dan berbicara. "Dia terlihat terlalu putus asa...."
"....Masih terlalu dini jadi aku tidak bisa mengatakan dengan pasti, tapi bibirnya itu tertutup rapat. Dia berbicara tanpa berkata apapun."
Kata Ridler sambil menghela napasnya.
"Tidak lebih dari membuang-buang waktu kita. Aku membayangkan dia telah menarik garis untuk dirinya sendiri tentang apa yang bisa dia katakan."
Ramiel tampaknya menganggap enteng, namun anehnya dia terobsesi dengan misi dan posisinya. Mungkin itu adalah karakteristik dragonkin kuno. Aku membayangkan dikorbankan ke Vortex mendistorsi tujuannya, menuntunnya untuk mengkhianati tugas aslinya atas nama merebut kekuasaan.
"Oh, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan, Kanata." Kata Ramiel.
"Bawa petualang itu, si Rosemonde, untuk berkunjung dan aku akan memberitahumu semua yang aku tahu tentang Nobunaga, Demon King of the Sixth Heaven. Tidak mungkin kau bisa menangani apa yang dia punya jika kau tidak mengetahuinya sebelumnya. Lagi pula dia tidak cocok untuk menjadi bagian dari Tangan Tak Terlihat, dia hanya seorang maniak yang gila perang dan rusak secara moral. Mungkin bukan hal yang buruk bagimu untuk membuatnya keluar dari sana.... Oi, apa kau mendengarkanku?!"
Philia adalah satu-satunya yang berdiri diam dan menatap Ramiel, namun Pomera berkata.
"Ayo pergi, Philia." Dan menarik tangannya. Philia mengangguk ragu-ragu, lalu mulai berjalan pergi.
.....Mengapa Ramiel sepertinya sangat menyukai Rosemonde-san?
Ramiel adalah orang yang tidak berubah pikiran.... Mungkin pengasuhan yang dilakukan Rosemonde dengan mudah menarik orang semacam itu.
Bagian – 6
RIDLER MEMBAWA KAMI ke ruang harta. Ruangan besar itu dilapisi emas dengan ukiran naga, monster, dan dragonkin di dindingnya. Segala macam senjata digunakan sebagai hiasan.
"Ini ruang harta, ya...."
Kataku, napasku tersengal-sengal. Ada emas dan permata sejauh yang aku bisa lihat.
Sejak datang ke Garden of Dragon ini, aku disuguhi pemandangan yang belum pernah aku lihat di Locklore sebelumnya, dari keindahan alam yang luar biasa di Garden of Dragon hingga Dragon Vortex yang berkilauan. Dan sekarang aku melihat emas dari ruang harta. Itu semua sama mencoloknya dengan bagian dalam dunia Cursed Mirror.... tapi dengan arti yang bagus.
"Kau sudah memiliki hak untuk memilih item di sini karena kau menang dalam tantanganmu melawan Dragon King, namun kau juga mengalahkan Ruler of the Skies, musuh lama dari Garden of Dragon ini, dan mencegah bencana di dalam Dragon Vortex, yang berarti kami berutang budi kepadamu. Pilihlah item apapun yang kau inginkan." Jelas Ridler.
Aku mempertimbangkan betapa bergunanya item-iten ini terhadap Naiarotop.
".....Mungkinkah kami bisa memilih tiga item di sini karena kami ada bertiga?"
Saat Ridler meringis, aku mundur.
"Tidak, tidak, lupakan itu...."
".....Y-Yah, aku sudah siap untuk mengorbankan item-iten di ruang harta ini ke Dragon Vortex untuk mencegah bencana. J-Jadi aku tidak keberatan. Kami berutang budi kepada kalian semua."
Suara Ridler terdengar mencicit karena tegang.
"M-Maaf telah meminta begitu banyak, meskipun Philia dan aku belum menantangmu. W-Walaupun kami punya hak untuk...." Kata Pomera.
"Aku akan mendapat masalah jika aku ditantang dua kali lagi." Kata Ridler, menatap Pomera dengan tatapan sedih dan tajam.
"Hal itu mencerminkan jauh lebih baik padaku jika aku mengatakan kalau aku memberi kalian tiga item di sini karena kami berhutang kepada kalian, daripada jika aku telah ditantang tiga kali dan kalah tiga kali. Tolong, pertimbangkan kembali reputasiku. Aku tidak suka mengatakan ini, tapi aku mencoba menerima situasi apa adanya. Semua akan baik-baik saja jika tantangan berakhir dengan hanya aku yang kehilangan muka, tapi itu bisa berakhir dengan membahayakan seluruh Garden of Dragon ini. Apa.... Apa kalian mengerti itu?"
Kata Ridler, tampak sangat serius.
"A-Aku minta maaf, aku tidak memikirkannya...." Kata Pomera.
"Philia ingin menantangmu!" Philia menimpali, dengan matanya berbinar karena kegembiraan. Diskusi tentang kehormatan Garden of Dragon sedikit di atas kepalanya.
Ekspresi Ridler memburuk dan dia menatapku, matanya memohon.
"Philia, itu akan menimbulkan masalah bagi Dragon King, jadi jangan egois. Oke?" Kata Pomera, buru-buru mencoba berunding dengan Philia.
Setelah itu, aku menjelajahi ruang harta itu, Acacia Memoirs di satu tanganku. Tapi..... kebanyakan hanya A-Rank atau S-Rank.
Beberapa item Legendary juga tersimpan di sana, namun dalam pertempuran melawan Naiarotop tidak ada yang bisa berguna selain item Godly. Bahkan tidak banyak item Godly yang terbukti efektif melawan dewa setingkat mereka. Aku mengambil pedang hitam yang digantung di dinding.
"Ah.... Kanata, apa pedang itu membuatmu tertarik? Pedang adalah item yang berharga, tapi aku tidak keberatan jika memberikannya kepadamu." Kata Ridler sambil berjalan.
"Sebenarnya, ada sesuatu dengan item ini.... sepertinya agak aneh." Kataku dan membolak-balik Acacia Memoirs.
DEMON TALON (FAKE)
Value Class : C
Attack : +24
Magic : +11
Pedang yang ditempa dari cakar iblis legendaris.
....Atau lebih tepatnya, seseorang mencontoh pedang tersebut.
Karya terbesar ahli pemalsu legendaris, Haddon, dari seabad yang lalu. Karena dikatakan kalau hanya seseorang dengan jumlah sihir yang besar yang dapat memanfaatkan kekuatan penuhnya, tidak ada yang menyadari kalau pedang ini sebenarnya palsu. Pedang ini telah diperdagangkan ke pedagang terkemuka dan bahkan raja suatu negara. Meskipun pedang ini palsu, fakta-fakta itu saja sudah cukup untuk mengatakan bahwa kalau pedang ini memiliki nilai sejarah.
Saat ini, pedang ini sedang jadi hiasan dinding ruang harta Dragon King.
Hmm.....
"Item itu adalah Demon Talon." Jelas Ridler.
"Dahulu kala, seorang pahlawan manusia mengalahkan iblis Forneus. Raja kemudian memerintahkan pembuatan pedang ini dari salah satu cakar iblis. Namun, Forneus adalah iblis yang berubah-ubah. Tidak ada yang pernah bisa menggunakan pedang sihir itu secara maksimal. Ha ha, meski aku yakin kau akan bisa menggunakannya entah bagaimana caranya."
Mempercayai Dragon King untuk mendapat informasi yang bagus seperti itu, bahkan jika dia telah ditipu oleh pemalsu legendaris, Haddon. Aku memperdebatkan apakah aku harus mengatakan sesuatu atau tidak, namun memutuskan untuk menyimpan informasi itu untuk diriku sendiri dan mengembalikan pedang itu ke tempatnya semula. Aku merasa tidak ada yang akan senang jika aku mengatakan sesuatu sekarang.
"....Sebenarnya, aku tidak akan mengambil yang ini." Kataku.
"Oh? Tentu, jika itu yang kau inginkan."
Pomera melihat dengan rasa penasaran ke dalam peti besar. Aku bergerak di sampingnya dan mengintip ke dalam juga. Di dalamnya ada tongkat putih besar, dihiasi dengan emas dan permata.
"Apa kamu tertarik dengan tongkat itu?" Aku bertanya.
"Aku hanya berpikir kalau tongkat itu cantik...."
Aku membolak-balik halaman Acacia Memoirs.
ALVERENAROD
Value Class : Legendary
Attack: +385
Magic : +840
Tongkat Kerajaan yang merupakan simbol otoritas, diwariskan dari generasi ke generasi ratu bangsa High Elf kuno, Alve.
Ratu pertama Alve adalah pengguna sihir roh dan mengunjungi Yggdrasil, di mana dia membuat kontrak dengan raja roh dan menerima salah satu cabang Yggdrasil untuk membuat tongkat Kerajaan ini.
Alve telah lama menghilang dari keberadaannya, namun raja roh memiliki rasa tanggung jawab yang kuat. Dia sepertinya masih ingat negara kuno itu dan ratunya, dan bahkan mungkin membantu seseorang yang memegang tongkat ini.
Huh.... jadi tongkat ini awalnya milik Elf. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa tongkat ini menarik perhatian Pomera.
Acacia Memoirs menjamin kalau item adalah tongkat paling kuat di tempat ini. Tongkat Pomera sendiri rusak selama insiden di Manaloch—kami telah merekatkannya kembali sejak saat itu. Ini adalah kesempatan sempurna untuk mengantinya dengan sesuatu yang baru.
Dengan Tangan Tak Terlihat para Dewa bergerak, aku tidak bisa mengatakan kalau Pomera aman bahkan pada levelnya saat ini. Hanya mengganti tongkatnya dengan yang ini akan meningkatkan sihirnya secara signifikan, jadi akan lebih baik untuk mengambilnya.
"Kalau begitu mari kita jadikan ini item pertama kita."
Kataku sambil meraih Alverenarod itu dan menyerahkannya kepada Pomera.
"Kanata, kamu tidak cukup berhati-hati dengannya!"
Kata Pomera dengan panik, mencoba mendorongnya kembali ke tanganku.
"Tongkat itu adalah harta yang diwariskan oleh pendahulu kami, tolong perlakukan dengan hormat!"
Kata Ridler, jarinya berkedut gugup.
"M-Maaf."
Lunaère tidak punya masalah menyalahgunakan item-item rank Godly sampai item-item itu rusak, jadi kurasa sikapku terhadap barang-barang itu masih agak kacau karenanya. Aku bahkan berasumsi tidak akan ada masalah mengambil sesuatu yang sangat kecil seperti item Legendary.
"Apa ada sesuatu.... manis?"
Tanya Philia, mengarahkan matanya yang kecewa ke sekitar harta karun itu.
"Jika kau menginginkan sesuatu yang manis, aku akan membelikanmu banyak manisan nanti. Kita akan membeli kue saat kita kembali ke Ploroque." Usulku.
"Sungguh?!" Wajah Philia berseri-seri.
Dari sudut pandang Philia, permen dari kota lebih berharga daripada relic peringkat mana pun.
Ridler menatap kami, kehilangan kata-katanya.
Bagian – 7
WAKTU BERLALU. Aku sepenuhnya fokus untuk berkeliling mengevaluasi item-item di ruang harta dengan Acacia Memoirs untuk melihat apa ada item dengan rank Godly, atau setidaknya lebih banyak item dengan rank Legendary. Tidak ada yang menonjol, jadi aku beralih untuk memeriksa setiap buku di rak buku.
Ada berbagai macam buku. Ada buku A-Rank yang seharusnya memiliki nilai—walaupun aku tidak tahu tentang apa buku itu, atau sifat aslinya, bahkan setelah memeriksanya di Acacia Memoirs—serta fiksi terang-terangan yang diyakini sebagai kisah nyata petualangan dan kamus E-Rank. Bahkan ada berbagai novel tanpa tujuan yang jelas.
"Aku merasa seperti sedang berjalan-jalan di pegadaian, sambil mengeceknya di ponselku untuk menemukan sesuatu yang berharga...."
Perasaan senang yang seharusnya kurasakan saat mencari harta di ruang harta Dragon King semakin melemah. Saat itu, mataku tertuju pada sebuah buku bersampul hitam. Aku hampir membuangnya tanpa berpikir, namun Ridler menatapku seolah dia akan berteriak. Aku berhasil menahan diri.
NECRONOMICON
Value Class : Legendary
Grimoire berisi sihir kematian tingkat lanjut yang diajarkan kepada Lich kuno, Grave Break Norn, melalui pesan yang dikirim oleh malaikat. Dikatakan kalau Norn gila ketika dia menulis karya ini, membuatnya sangat sulit untuk diuraikan. Selain itu, pihak akademis masa lalu telah memutuskan kalau paruh kedua teks hanyalah simbol yang tidak berarti.
Megistus, seorang Alkemis Kerajaan, dikurung di sel bawah tanah oleh rajanya untuk mempelajari mayat hidup dan diperintahkan untuk membaca buku ini. Setelah menghabiskan lima puluh tahun untuk menguraikan buku itu, dia tiba-tiba melarikan diri dari sel bawah tanah dan muncul di hadapan raja. Dia berteriak, "Aku telah mempelajari kebenaran dunia!" dan mulai membantai orang-orang di pengadilan. Keberadaannya dan buku ini tidak diketahui sejak hari itu.
Mengapa ada buku di sini yang hilang bersama Megistus itu setelah dia menjadi gila?
Aku membolak-balik halamannya dan mataku tertuju pada paruh kedua buku itu, di mana kata-kata "Aku tahu segalanya! Melayanimu dengan benar!"
Semuanya dicoret-coret dengan sembarangan, huruf-huruf Locklorian Kuno. Mereka telah ditulis dengan darah kering. Aku segera menutup buku itu.
"K-Kanata.... itu buku yang berharga, jadi tolong...." Kata Ridler.
Aku merasa seperti tidak sengaja merusak sesuatu di toko. "A-Aku minta maaf! Sebenarnya.... aku akan mengambil yang ini!"
Buku itu adalah buku yang meresahkan, tapi buku itu adalah salah satu buku dengan rank Legendary yang langka di sini. Buku itu mungkin memiliki sesuatu yang berguna di dalamnya. Aku ingin belajar lebih banyak sihir kematian dari Lunaère, tapi dia tidak menyetujuinya.
Yang benar-benar kuinginkan adalah mengetahui lebih banyak tentang dirinya, dan aku memutuskan meneliti sihir kematian adalah cara yang masuk akal untuk melakukan itu. Mungkin dia sudah mengetahui motifku, itulah sebabnya dia tidak menyetujuiku.
Aku akan membaca buku ini ketika aku punya waktu. Jika buku itu adalah buku tentang sihir kematian tingkat lanjut, maka itu tidak akan sia-sia. Bukannya seperti aku ingin berakhir seperti Norn atau Megistus.
Tapi yang paling aku butuhkan tidak ada di sini. Sesuatu yang bisa kugunakan untuk melawan Naiarotop—
Sebuah lempengan batu hitam menarik perhatianku.
Ramiel membual tentang beberapa tablet batu yang berisi catatan sihir level tinggi yang digunakan oleh para dewa di zaman kuno. Mungkinkah itu....?
Aku mendekatkan wajahku dan melihat gambar terukir di dalamnya. Mereka sederhana, namun ada yang menggambarkan seorang dengan jari-jari kecil yang aneh. Aku merasa seperti pernah melihat orang ini sebelumnya.....
"Naiarotop....?"
Aku membolak-balik halaman Acacia Memoirs.
THE RAVIA TABLET
Value Class : Legendary
Seorang pendatang dunia lain yang mampu menguraikan sifat sebenarnya dari sihir menganalisis mantra yang digunakan oleh makhluk yang lebih tinggi. Sang Sage Ravia mencatat informasi itu di tablet ini.
Namun, sang sage itu tidak dapat sepenuhnya memahami mantra itu, juga tidak dapat mencatat dengan benar semua informasi yang dia pahami. Umur manusia tidak cukup lama untuk tugas seperti itu.
Memang terlihat seperti rekaman sihir yang digunakan Naiarotop. Ini bisa menjadi senjata yang signifikan untuk mengalahkannya..... kecuali aku bahkan tidak tahu mantra macam apa yang ditulisnya. Itu hanya baris demi baris formula sihir yang rumit. Butuh waktu untuk menguraikannya. Sepertinya itu semacam sihir penghalang, tapi aku tidak terlalu yakin. Yang aku tahu adalah kalau hal ini pasti berguna.
"Ridler-san... bisakah aku mengambil tablet ini?"
"Hmm.... kau yakin? Bahkan tidak ada yang tahu siapa yang menulisnya atau untuk tujuan apa."
Aku memasukkan Ravia Stone itu ke dimensi lain dengan menggunakan Dimension Pocket.
"Tapi itu artinya aku akan mengambil hadiah milik Philia-chan...." Kataku.
"Jika Kanata senang, maka Philia akan senang! Lagi pula tidak ada yang manis di sini." Katanya riang.
Aku mengusap kepalanya.
"Ayo kita pergi berbelanja saat kita kembali ke kota."
"Oke!"
Dengan itu, tujuanku di Garden of Dragon ini selesai. Bahwa kami juga berhasil mengalahkan Ramiel, salah satu anggota dari Tangan Tak Terlihat para Dewa.
.....Kami harus kembali ke Ploroque dan meminta maaf kepada Rosemonde atas apa yang terjadi.
Karena aku mengenal Rosemonde, dia pastinya masih di luar sana sedang mencari Ramiel.
Bagian – 8 : SOPIA, THE WORLD’S RECORDKEEPER
DI IBUKOTA Kerajaan Royaberck berdiri markas besar perusahaan dagang bernama Sopia Trading Company. Perusahaan dagang itu adalah salah satu dari lima perusahaan dagang terbesar di Kerajaan.
Sopia adalah nama seorang penyair legendaris. Dia adalah High Elf—makhluk yang hidup jauh lebih lama dari yang bisa dibayangkan manusia—dan dikatakan terlibat dalam berbagai peristiwa besar sepanjang sejarah, meninggalkan jejaknya sebagai legenda.
Kepala perusahaan itu adalah seorang wanita Elf bernama Nilmayne. Dia sangat pandai membaca arus pasar dan ekonomi sehingga dia dijuluki Future Seer. Sebagai Elf dengan darah High Elf tinggi yang kuat mengalir di nadinya, dia masih terlihat seperti gadis kecil meskipun usianya hampir satu abad. Meskipun penampilannya imut, dia cerdas dan tegas. Kebanggaan dan keangkuhannya membuatnya ditakuti oleh orang-orang yang mengenalnya.
Saat ini, dia sedang rapat dan sikap kebanggannya yang normal tidak terlihat. Dia berlutut di lantai, dengan kepala tertunduk. Orang yang dia temui duduk dengan angkuh di kursi Nilmayne.
Seorang perempuan dengan rambut aqua panjang dan fitur-fitur yang diatur dengan sangat sempurna di wajahnya yang sedingin es, perempuan itu bisa dianggap sebagai boneka porselen, menatap Nilmayne dengan tatapan dingin. Dia memegang kristal emas yang bersinar.
"Sopia-sama, kamu memberkatiku dengan kehadiranmu! Hatiku merindukanmu untuk berkunjung lagi." Kata Nilmayne.
Sopia Trading Company didirikan oleh Nilmayne, murid Sopia, agar High Elf dapat mengendalikan ekonomi Kerajaan di era ini. Pengoperasian perusahaan sehari-hari umumnya diserahkan kepada Nilmayne, sementara Sopia tetap menjadi penasihat dalam bayang-bayang. Kemampuan Nilmayne untuk melihat masa depan hanyalah hasil dari mengikuti saran Sopia.
Sopia memiliki jari-jarinya di berbagai institusi dan organisasi penting di berbagai negara di seluruh dunia. Pekerjaan seperti itu cocok untuk anggota Tangan Tak Terlihat para Dewa.
"Sopia-sama, apa kunjunganmu ke sini berarti akan ada perubahan arus ekonomi? Akhir-akhir ini, Grede & Co. di Ploroque telah melakukan beberapa tindakan ekstrem, sebenarnya tidak bisa dimaafkan." Tanya Nilmayne.
"Sebenarnya, Tangan Tak Terlihat para Dewa telah diperintahkan untuk membunuh Kanata Kanbara, seorang pendatang dari dunia lain."
"Tangan Tak Terlihat para Dewa telah ditugaskan untuk.... membunuh seorang pendatang dunia lain?"
Alis Nilmayne bersatu karena tak percaya.
"Ya, aku juga terkejut. Tapi.... aku telah mengamatinya dengan kristal ini, Tiamat’s Eye. Ruler of the Skies itu pergi untuk membunuhnya, dan Kanata itu malah mengalahkannya. Sekarang Five Finger menjadi Empat."
Tiamat’s Eye adalah nama yang diberikan untuk kristal emas yang dipegang Sopia. Kristal itu adalah mata Tiamat the Insightful, seekor naga yang berada di dimensi lain. Selama dia memiliki kristal itu, dia dapat memeriksa lokasi mana pun yang dia inginkan, kapan pun dia mau. Saat ini, kristal itu menunjukkan gambar Kanata. Dia sedang berbicara dengan Ruler of the Skies itu yang sedang dipenjara.
"R-Ruler of the Skies?!"
"Ya. Level Kanata Kanbara itu cukup tinggi. Aku tidak berpikir kalau aku akan mampu melawannya dalam konflik langsung. Aku akan melaporkan apa yang aku lihat ke Veranta.... dan Nobunaga kemungkinan besar akan dikirim. Tentunya pedang iblisnya akan mampu menebas Kanata Kanbara."
"Ini masalah serius.... Tapi sepertinya situasinya akan segera teratasi?"
"Satu hal yang menggangguku. Bagaimana bisa Kanata Kanbara itu mencapai level setinggi itu? Bahkan aku tidak tahu mengapa. Jika seseorang yang kuat di dunia telah menghindari bahkan jaringanku, dan mereka memperkuat Kanata Kanbara, maka dia bukan satu-satunya musuh kita. Pesan dari para dewa selalu kurang jelas, dan tidak pernah memberikan informasi yang cukup." Gerutu Sopia.
"Meskipun aku yakin itu adalah batasan yang diperlukan untuk melindungi Locklore."
"Kamu yakin ada musuh lain? Kamu ingin menyiapkan kemungkinan terhadap orang itu... benar?"
"Ya, itu benar. Aku memiliki pengetahuan sihir yang aku kumpulkan untuk waktu yang lama, serta beberapa item yang aku punya. Aku yakin dengan kemampuanku untuk melakukan perlawanan yang layak, tapi kekuatanku ada di organisasiku. Aku ingin kau membuat persiapan sehingga kau siap untuk bergerak, jika terjadi sesuatu. Jika insiden ini berlarut-larut lebih lama lagi, aku akan menggunakan seluruh dunia ini untuk mengejar Kanata Kanbara dan membunuhnya."
"Baik, Sopia-sama. Aku akan memastikan semuanya siap untuk dilakukan saat kami menerima kabar darimu."
"Terima kasih, Nilmayne. Sejujurnya, aku telah mempersempit daftar siapa yang bisa menjadi orang di belakang Kanata Kanbara. Seseorang itu seharusnya seseorang yang cukup signifikan sehingga namanya tertinggal dalam sejarah, baik High Elf atau Lich. Dan seseorang yang lokasinya saat ini tidak aku ketahui. Satu milenium yang lalu, ada seorang master pengguna sihir kematian yang berdiri melawan raja iblis Morax. Mereka saling membunuh. Tapi aku curiga dia benar-benar menjadi Lich, lalu bersembunyi, dan hidup sejak saat itu." Bibir halus Sopia membentuk senyum jahat.
"Ha ha, Kanata Kanbara, kau seharusnya berharap Nobunaga memberimu kematian yang cepat. Jika kau berhasil bertahan entah bagaimana caranya, kau akan sangat menyesalinya. Aku hanya perlu mengucapkan sepatah kata pun untuk menyeret seluruh Kerajaan ini ke dalam perang sambil menyematkannya padamu dan tidak peduli siapa pun yang berdiri di belakangmu. Dikhianati oleh semuanya, kau akan kehilangan segalanya dan pada akhirnya akan membusuk di kuburan keputusasaanmu sendiri."
Tepat ketika Sopia selesai mengatakan itu, dinding kantor itu meledak ke dalam.
Saat awan debu mengendap, mereka bisa melihat seorang gadis berjubah hitam di sisi lain. Rambut putihnya berwarna merah di ujungnya, seolah-olah telah dicelupkan ke dalam darah. Mata kanannya berwarna zamrud, kirinya merah.
"S-Siapa kau? Beraninya kau menyerang markas Sopia Trading Company ini! Kau tidak akan pernah lolos karena ini!" Nilmayne berdiri dan berteriak pada gadis berambut putih itu.
Tatapan Lunaère beralih dari Nilmayne ke Sopia.
"Aku minta maaf atas cara masukku yang kasar. Kudengar kau berada di markas besar perusahaan dagang dan aku benar-benar perlu bertemu denganmu....Sopia, High Elf yang hidup sepuluh ribu tahun."
Sopia mengangkat tangannya saat dia melangkah di depan pengikutnya yang mendidih karena amarah.
"Nilmayne, mundurlah." Kata Sopia.
"T-Tapi Sopia-sama! Kamu—"
"Aku bilang kau tidak harus bertindak sebagai tamengku. Sayang, kau sangat sedikit mengerti."
Kata Sopia sambil menghela napas saat matanya menatap Lunaère.
"Selamat telah memburuku, Lunaère. Dan apa yang kau coba lakukan dengan serangan ini? Jika kau pikir kau bisa menang di sini, maka kau telah meremehkanku."
"Kau sangat berpengetahuan seperti rumor yang beredar, Sopia." Kata Lunaère.
"Kau tampaknya orang yang cukup sibuk, dan aku tidak dalam posisi untuk pilih-pilih tentang metodeku. Aku tidak berpikir mereka akan mengatakan 'ya, tentu saja' jika aku meminta sekretaris untuk bertemu denganmu. Selain itu, sementara aku membuang-buang waktu untuk melakukan itu, kau akan pindah ke tempat lain."
"Bagus sekali. Tapi... tindakanmu hampir sempurna, mengingat kau berurusan denganku."
Sopia sendiri hampir sepenuhnya bertanggung jawab atas sebagian besar kekuatan politik Tangan Tak Terlihat para Dewa untuk memanipulasi dunia dari bayang-bayang, serta kemampuannya untuk mengumpulkan informasi penting.
Selama Sopia masih hidup, dia dapat menggunakan pengaruhnya untuk melemahkan Kanata bahkan jika dia tidak terlibat dalam pertempuran langsung dengannya, dan dia selalu memata-matai dirinya untuk mendapatkan informasi. Pada gilirannya, dalam pertarungan Kanata melawan Tangan Tak Terlihat para Dewa, Lunaère harus mendapatkan informasi tentang Sopia dan menyerangnya secara langsung, karena dia menyelinap di bawah radar Sopia.
"Tapi itu hanya jika kau benar-benar bisa menang melawanku!" Kata Sopia. Dia menekankan jari-jarinya di bawah matanya, yang bersinar merah.
Sopia memanggil Ideal Eyes : mata pikiran iblis kebenaran. Mata Sopia ditukar dengan mata iblis tingkat tinggi, lalu sihir putih digunakan untuk memaksa tubuhnya menerima transplantasi.
Mata itu bisa melihat melalui pemalsuan apapun, mengungkapkan kebenaran. Mereka dapat melihat kepribadian target mereka, representasi sederhana dari pemikiran mereka, dan bahkan level mereka. Dan meskipun Lunaère menggunakan Impurity Sealing Robe untuk menyembunyikan aura ketidakmurniannya, mata itu bahkan bisa melihat melalui itu.
Ada suara retakan, seperti sesuatu yang pecah. Mata Sopia berputar ke atas hingga hanya bagian putihnya yang terlihat, diwarnai oleh air mata darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah.
"Uaaagh!"
Sopia merangkak ke tanah, lalu muntah, cairan dalam perutnya terpecikkan ke pakaiannya sendiri. Tiamat’s Eye terbang dari tangannya dan memantul di lantai.
"Sopia-sama?! Apa yang dia lakukan padamu?!"
Nilmayne memeluk Sopia dan membantunya berdiri.
Lunaère tidak melakukan apa-apa. Levelnya sangat jauh di luar jangkauan yang bisa diukur oleh Ideal Eyes Sopia sehingga menyebabkan Skill-nya kelebihan beban. Matanya terlalu panas hingga hampir mencapai titik leleh, dan Sopia dilanda teror utama karena menyadari hidupnya dalam bahaya.
Hal itu tidak berarti kalau menggunakan Ideal Eyes menghilangkan filter apapun terhadap ketidakmurnian Lunaère meski dia telah jubahnya. Memiliki semua yang menghantam pikiran Sopia sekaligus seperti menghancurkannya dengan instrumen tumpul.
"Apa ada yang salah?" Tanya Lunaère sambil menatap Sopia dengan bingung.
"Sopia-sama, lari! Dia akan membunuhmu! Aku akan memperlambatnya! Ambil kesempatan itu untuk menggunakan item dan berteleportasi!"
Kata Nilmayne. Dia dengan lembut membaringkan Sopia di tanah dan melompat ke depannya.
Lunaère terlihat semakin bingung.
"Um.... apa yang kau bicarakan itu?"
"Hah?" Nilmayne mengerutkan keningnya, tidak tahu apa yang Lunaère lakukan.
"Oh.... maafkan aku. Kalian sepertinya mengira kalau aku semacam pembunuh yang membobol Sopia Trading Company ini. Bukan itu alasanku untuk datang ke sini. Aku minta maaf karena memaksa pertemuan ini terjadi, tapi tidak ada cara lain untuk bertemu denganmu, Sopia."
Saat Lunaère berbicara, dia mengambil cincin dari saku dalamnya dan meletakkannya di meja terdekat. Permata yang terpasang di cincin memancarkan kilauan pelangi, dan Lunaère melanjutkan.
"Anggap ini sebagai permintaan maaf. Aku tidak benar-benar ingin menyerah, namun aku sangat ingin kau meluangkan waktu untukku. Kristal ini memiliki sihir terpadat yang pernah kulihat."
"K-Kau..... tidak datang ke sini untuk membunuhku?"
Tanya Sopia dengan ketakutan sambil berdiri, tangannya menempel di matanya.
"Tidak. Aku tidak punya alasan untuk melawanmu, atau hal semacam itu denganmu."
"J-Jadi kenapa kau datang ke sini....?"
"Aku sedang mencari beberapa orang. Aku telah berkeliling ke seluruh Kerajaan, tapi aku tidak dapat menemukan petunjuk apapun tentang mereka. Tepat ketika aku bertanya-tanya apa aku harus mengubah rencanaku dan pergi ke negara lain, aku mendengar cerita tentang High Elf yang berpengetahuan luas dan berumur panjang. Aku datang ke sini untuk menanyakan apakah aku bisa mendapatkan beberapa informasi darimu."
Apa yang dikatakan Lunaère membuat Sopia bingung.
Memang benar Sopia sangat sibuk sehingga dia jarang tinggal lama di satu tempat, dan jika Lunaère benar-benar ingin berbicara dengannya, satu-satunya pilihannya adalah meluncurkan serangan diam-diam semacam ini. Itu adalah cerita yang sulit dipercaya.... tapi itu berarti Lunaère tidak mengejar Sopia karena menjadi musuh Kanata Kanbara.
"O-Oh.... jadi kau tidak mengejar Sopia-sama....?" Kata Nilmayne, menjadi lega.
Sopia juga menjadi lega, tapi dia masih merasakan perasaan aneh. Timingnya mencurigakan. Sama seperti dia hampir bertanya-tanya apakah Lunaère adalah sekutu Kanata Kanbara, dia muncul dan mengaku menginginkan informasi darinya? Hal ini sepertinya bukan sebuah kebetulan.
Tapi Sopia juga tidak menyangka Lunaère berbohong, mengingat bagaimana dia berakting. Dia mendapatkan kembali ketenangannya dan menyeka muntahan itu dari pakaiannya.
Sopia menekankan tangan ke kepalanya saat dia mencoba melawan sakit kepalanya itu, lalu menatap Lunaère.
"Aku senang kau bukan pembunuh yang menargetkan perusahaan. Hanya untuk memastikan.... siapa orang-orang yang ingin kau ketahui ini?"
"Tentu saja, aku yakin seseorang sepertimu pernah mendengarnya. Mereka adalah kekuatan yang mengendalikan dunia dari balik layar.... Apa kau tahu sesuatu tentang Tangan Tak Terlihat para Dewa?"
Wajah Sopia memucat lagi.
Lunaère melanjutkan. "Kupikir mereka mungkin benar-benar terlibat dengan berbagai hal di Kerajaan ini juga, jadi aku memaksa, uh.... Aku dengan damai bernegosiasi untuk mendapatkan informasi dan kerja sama para keluarga kerajaan dan bangsawan dari berbagai daerah, serta para pedagang terkemuka. Tangan Tak Terlihat para Dewa ini pasti menyembunyikan diri mereka dengan sangat baik, karena aku tidak menemukan petunjuk apa pun.... Sebaliknya, aku ingin tahu itu darimu. Terima kasih telah mendengarkan— Ada apa? Kau terlihat pucat."
Sopia goyah, hampir jatuh, namun Nilmayne mendukungnya.
"B-Bertahanlah, Sopia-sama!" Nilmayne berbisik.
Inti dari mereka yang mengendalikan dan memanipulasi kejadian di Locklore bukanlah Tangan Tak Terlihat para Dewa. Tapi adalah Sopia. Wajar jika namanya muncul sebelum organisasi jika seseorang menyelidikinya.
"U-Um, Lunaère..... Seperti yang kau lihat, aku sedang tidak enak badan." Kata Sopia, masih bersandar pada Nilmayne.
"Kau benar, kau terlihat begitu. Aku minta maaf karena memaksakan ini kepadamu pada waktu yang kurang pas." Kata Lunaère dengan sedikit membungkuk.
"Y-Ya! Jadi, aku minta maaf, tapi saat ini bukan saat yang terbaik—"
"Space-Time Magic Level 23 : Retrograde."
Sebuah lingkaran sihir putih muncul. Sihir memancarkan cahaya putih yang membungkus tubuh Sopia, mengembalikan kehidupan ke wajahnya.
"Yosh, kau seharusnya sudah baik-baik saja sekarang."
Sopia dan Nilmayne membeku kaget, menatap Lunaère, yang telah menggunakan mantra level 23 dengan mudah saat mereka menarik napas.
Sopia tahu tidak ada yang bisa dia lakukan melawan kekuatan seperti itu. Bahkan jika dia berhasil melakukan serangan mendadak, dia tetap tidak akan menang. Bahkan jika dia bisa, dengan keajaiban, Sopia memberikan luka pada Lunaère, dia sekarang tahu kalau Lunaère dapat memulihkan dirinya secara instan.
"Aku akan mati di sini jika aku terpeleset dan mengatakan hal yang salah, sekecil apapun itu...."
Kata Sopia pelan dengan kepala tertunduk.
"Mari kita mulai pembicaraannya. Apa kau tahu tentang Tangan Tak Terlihat Para Dewa itu?" Tanya Lunare.
"A-Aku tidak.... I-Itu benar, aku tidak tahu apa-apa tentang organisasi itu. Aku benar-benar minta maaf karena kamu datang sejauh ini dan tidak mendapatkan apa-apa......"
"Kau tidak tahu.... apa-apa? Kau adalah orang tertua di dunia ini? Itu aneh. Keluarga Kerajaan mengatakan kalau mereka menerima informasi yang sangat dirahasiakan melalui laporan lisan tentang campur tangan para dewa, dan beberapa bangsawan mengetahui Tangan Tak Terlihat para Dewa, meski hanya melalui rumor. Apa aku telah melewatkan sesuatu?" Lunaère menutupi mulutnya sambil berpikir.
"O-Oh, aku tahu tentang mereka! M-Mereka! Ternyata itu yang kau bicarakan! Maaf, aku salah dengar!"
Kata Sopia keras, suaranya pecah.
Nilmayne memandangnya dengan ragu.
"Sopia-sama! Kamu tidak bisa melakukan itu! Jika kamu mengkhianati Tangan Tak Terlihat para Dewa, tempatmu di dunia—"
"Tolong diamlah, Nilmayne. Apa maksudmu, 'mengkhianati?' Aku tidak ada hubungannya dengan mereka!"
"Sopia-sama?!" Nilmayne terdengar kaget, matanya melebar seperti piring.
Tanggung jawab utama Tangan Tak Terlihat para Dewa adalah menyesuaikan dunia. Hal ini mencakup berbagai bidang, seperti memulihkan benda-benda berbahaya, menghilangkan elemen sesat, dan bahkan mempertahankan kontrol yang kuat atas kebijakan dan kekuatan militer setiap negara. Pekerjaan ini jelas juga termasuk membunuh siapa saja yang terlalu kuat untuk dikendalikan. Satu-satunya cara untuk melarikan diri dari Tangan Tak Terlihat para Dewa itu sendiri adalah dengan menjadi Jari di Tangan itu.
Corpse Doll Alice telah menyadari keberadaan makhluk yang lebih tinggi. Dia percaya suatu hari nanti dia pasti akan menghadapi situasi yang dirancang untuk membunuhnya, jadi dia berusaha untuk tidak melakukan apapun yang akan menarik perhatian mereka.... seperti merusak keseimbangan dunia. Pada saat yang sama, dia mencari kekuatan untuk menjadi salah satu dari Five Finger.
Mengkhianati Tangan Tak Terlihat para Dewa pada dasarnya berarti memusuhi seluruh dunia Locklore dan makhluk yang lebih tinggi. Tangan Tak Terlihat para Dewa tidak akan membiarkan seseorang meninggalkan organisasi, dan Sopia tidak ingin melakukan sesuatu yang bodoh seperti itu. Tapi apa dia punya pilihan?
".....Baiklah, Lunaère. Aku akan memberitahumu semua yang aku tahu tentang Tangan Tak Terlihat para Dewa itu." Kata Sopia.
Situasi berubah ketika hidupnya dalam bahaya. Sopia pertama kali bergabung dengan Tangan Tak Terlihat para Dewa untuk mencegah mereka membunuhnya. Dia merasa tidak ada kewajiban untuk mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk makhluk yang lebih tinggi. Daripada dibunuh di sini dan sekarang, dia memilih untuk menjadi target di kemudian hari.
"Sopia-sama... pilihan itu berbahaya...." Kata Nilmayne, melihat ke antara Sopia dan Lunaère dengan bingung.
"Tangan Tak Terlihat Para Dewa adalah organisasi kecil namun kuat yang menerima pesan ilahi dari makhluk yang lebih tinggi dan membuat penyesuaian pada dunia. Mereka adalah orang paling berbahaya di dalamnya." Kata Sopia, berbicara tentang mereka seolah-olah dia sama sekali tidak termasuk.
"Anggota pertama adalah Ruler of the Skies, yang mengendalikan masyarakat naga dan mereka yang melindungi tatanan alam dunia. Jika kau ingin tahu lebih banyak tentang Ruler of the Skies, satu-satunya pilihanmu adalah pergi ke pemukiman tersembunyi dari dragonkin, ras yang mengawasi manusia, atau ke benua tempat tinggal naga, tempat yang belum dijelajahi oleh umat manusia."
"Hmm, benua tempat naga hidup dan manusia belum mengetahuinya...." Kata Lunaère sambil mengangguk.
"Anggota kedua adalah Nobunaga, Demon King of the Sixth Heaven. Dia adalah raja kuno Kerajaan Yamato. Di masa lalu, dia mencoba mengambil alih seluruh dunia. Jika bukan karena campur tangan makhluk yang lebih tinggi, dia mungkin akan berhasil. Kisah yang tersebar di publik adalah kalau dia dikhianati oleh bawahannya dan dibunuh. Kau mungkin bisa belajar lebih banyak tentang dirinya jika kau pergi ke Kerajaan Yamato."
"Sungguh? Aku belum pernah mengunjungi negara itu."
Kata Lunare, mengangguk lagi.
Sopia tahu kalau Ruler of the Skies telah ditangkap. Dia juga tahu kalau tidak efisien pergi jauh-jauh ke Kerajaan Yamato untuk mengumpulkan informasi tentang Nobunaga. Hal itu adalah taktik pasifnya untuk membatasi berapa banyak kemarahan yang akan dia terima dari Jari lainnya di masa depan, karena dia memberikan informasi tentang Tangan Tak Terlihat para Dewa untuk melindungi dirinya sendiri.
Sepanjang waktu, Nilmayne melirik Sopia dengan gelisah. Sopia mati-matian menghindari tatapan itu, karena khawatir tingkah laku Nilmayne akan membuat Lunaère curiga.
"Anggota ketiga adalah Silent Void..... Bahkan aku hanya tahu sedikit tentangnya. Dia adalah sosok humanoid berbingkai kecil yang ditutupi kain hitam. Aku tidak tahu apa dia itu laki-laki atau perempuan... atau bahkan jika dia adalah manusia. Dikatakan kalau dia adalah anggota Tangan Tak Terlihat para Dewa yang paling berbahaya. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa bertemu dengannya."
"......Kau tahu lebih banyak detailnya daripada yang aku bayangkan, Sopia. Rasanya seperti kau sudah bertemu dengan mereka beberapa kali." Kata Lunaère.
"T-T-T-Tujuanku adalah untuk mengetahui banyak hal, jadi tentu saja aku akan tahu sebanyak ini! Aku telah hidup sepuluh ribu tahun. Sepuluh ribu tahun! Tolong jangan remehkan aku!" Sopia memukul meja, mengesankan maksudnya dengan putus asa.
"Aku tidak bermaksud mengatakan itu....."
Kata Lunaère, mengerutkan keningnya.
"K-Kami para High Elf adalah makhluk-makhluk yang punya kebanggaan. Harap berhati-hati dengan kata-katamu, Lunaère." Kata Sopia, berdehem.
Nilmayne menatap keduanya, gelisah. Sopia adalah orang yang harus paling berhati-hati. Meskipun dia bertingkah angkuh, dia juga memeras otaknya untuk memikirkan cara yang bisa dipercaya untuk keluar dari situasi itu secepat mungkin.
"Anggota keempat adalah King Veranta, Ruler of the World..... Dia secara langsung menerima pesan dari makhluk yang lebih tinggi dan merupakan pemimpin sebenarnya dari Tangan Tak Terlihat para Dewa.... Dan aku telah mendengar beberapa rumor tentang dirinya—aku belum pernah bertemu orang itu secara pribadi, jadi ini benar-benar rumor, kau paham—rumor bahwa dia memakai topeng dan identitas aslinya tidak diketahui, namun dia memiliki Gift Skill. Seperti Gift Skill itu atau apa Skill-nya itu, sejujurnya aku tidak tahu. Dia adalah orang yang berhati-hati yang jarang mengambil tindakan sendiri, namun kau pasti akan berbenturan dengannya pada akhirnya jika kau mengincar Tangan Tak Terlihat para Dewa itu."
"Sepertinya Silent Void dan King Veranta ini akan menjadi yang paling sulit untuk dilacak."
"Benar. Karena aku telah menyebutkan mereka, inti dari Tangan Tak Terlihat para Dewa itu.... beranggotakan Four Finger yang kau incar." Kata Sopia dengan ekspresi serius dan anggukan.
"Four Finger?! Sopia-sama, t-tidakkah menurutmu itu boh—" Kata Nilmayne dengan panik.
"Apa yang aneh dengan Four Finger?! Mungkin ada angka sebanyak yang mereka inginkan di satu tangan! Ada orang yang kehilangan satu atau dua jari dalam pertempuran!" Sopia dengan cepat melingkarkan tangan di leher Nilmayne untuk menghentikannya berbicara.
"M-Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku!"
Lunaère memiringkan kepalanya dengan bingung saat dia memperhatikan keduanya.
"P-Pokoknya, hanya itu yang aku tahu tentang Tangan Tak Terlihat para Dewa itu." Kata Sopia.
"Apa itu sudah membantumu, Lunaère?"
Lunare mengangguk. "Terima kasih. Kau telah memberiku beberapa petunjuk untuk dikerjakan. Sepertinya benar-benar ada batas untuk apa yang bisa aku temukan di Kerajaan."
"Ya.... benar. Semoga beruntung dengan itu. Aku punya beberapa hal yang sangat penting untuk diurus sekarang."
Jika Sopia tidak segera pergi dari kota berpenduduk mana pun ke suatu tempat yang jauh dari peradaban, dia tidak akan selamat. Jika Lunaère menemukan siapa dia sebenarnya, dia akan pasti akan dibunuh. .....Dan sekarang dia menjadi musuh Tangan Tak Terlihat para Dewa. Tidak ada keraguan kalau pembunuh bayaran akan dikirim untuknya—mungkin Nobunaga atau Silent Void yang akan mengejarnya.
Tidak ada yang akan memperdebatkan status Nobunaga sebagai salah satu yang terkuat dengan kemampuan supranatural di dunia. Sopia sudah mengetahui jenis teknik yang dia miliki, namun bahkan jika dia merencanakan secara menyeluruh dan memasang jebakan sebelumnya, hanya ada sekitar 10 persen kemungkinan dia akan menang melawannya.
Silent Void sendiri, di sisi lain, adalah misteri total. Yang dia ketahui hanyalah bahwa Veranta secara aneh memercayai Silent Void. Dia bahkan belum pernah melihat Void berbicara sekalipun. Dia tidak berpikir dia memiliki hati atau emosi seperti manusia. Tidak tahu adalah alasan yang cukup untuk takut dengannya, dan khususnya dalam kasus Sopia; ada sangat sedikit di dunia dia tidak ketahui.
Nobunaga adalah seorang maniak yang kejam dan terobsesi dengan pertempuran, namun dia masih mengharapkan perlakuan yang lebih baik darinya. Dia sudah tahu kepribadian dan gaya bertarungnya, yang bisa dibilang meyakinkan dibandingkan dengan Void. Jika dia harus memilih yang mana yang akan dia lawan, Nobunaga adalah pilihan yang lebih baik.
Sopia berbalik dengan goyah menuju pintu kantor. Nilmayne bergegas untuk menopangnya dengan bahunya.
"Sopia, kau telah meninggalkan Rainbow Ring ini. Item ini adalah bentuk permintaan maafku padamu. Item ini barang yang sangat berharga, aku menjamin itu."
Kata Lunaère sambil menunjuk cincin di atas meja.
Sopia melihat kembali ke Lunaère, namun menggelengkan kepalanya dengan lemah dan berkata.
".....Aku lelah. Aku sedang tidak ingin memikirkan apapun saat ini. Tolong simpan saja itu."
"Apa kau yakin? Oh, dan kristal emas itu masih ada di lantai tempat kau menjatuhkannya. Apa kristal itu semacam mata naga?"
Sopia berputar-putar. Dia secara tidak sengaja menjatuhkan Tiamat’s Eye itu ketika dia muntah.
Tiamat’s Eye itu adalah benda yang sangat berharga. Dia membutuhkannya untuk membantunya melarikan diri dari Lunaère dan Tangan Tak Terlihat setelah ini.
Item itu telah bersamanya selama delapan ribu tahun terakhir. Faktanya, itulah alasan dia berhasil hidup selama ini dan alasan dia disebut sebagai World’s Recordkeeper. Bagi Sopia, benda itu sama pentingnya dengan tubuhnya sendiri. Meski lelah, dia tidak bisa meninggalkan Tiamat’s Eye itu begitu saja.
"Itu benar, terima kasih. Aku hampir lupa—"
"Mengapa kristal ini menampikan Kanata?"
Suara tanpa emosi Lunaère tiba-tiba berubah menjadi lapisan es. Sopia merasakan wajahnya jadi memucat.
Sebelum Lunaère menyerang ke sini, Sopia menggunakan Tiamat’s Eye untuk mengamati Kanata Kanbara. Gambar-gambar itu masih ada.
Sopia telah menggunakan kepercayaan Lunaère padanya sebagai sumber informasi—serta titik buta intelektual Lich—untuk menutupi perannya dalam Tangan Tak Terlihat para Dewa, namun bahkan kenaifan Lunaère pun ada batasnya. Jika dia mengetahui kalau Sopia telah menonton Kanata, dia akan menggabungkan semuanya.
"Apa kau tahu tentang Kanata?" Tanya Lunare.
"Tidak, itu tidak mungkin. Tidak ada kesempatan baginya untuk mengenal seseorang yang sama pentingnya denganmu. Jadi, bagaimana kau bisa tahu tentang Kanata?"
Nilmayne menutupi wajahnya dengan tangannya.
Tidak mungkin Sopia bisa berbicara tentang ini sekarang. Semua kebohongan yang dia katakan untuk keluar dari situasi konyol ini sia-sia.
"Jika kau tidak dapat menjawab pertanyaan itu, biarkan aku menanyakan pertanyaan lain. Sopia, apa kau ini adalah anggota yang Tangan Tak—"
"T-Tiamat’s Eye memiliki kemampuan untuk menunjukkan kepada yang melihatnya seseorang atau tempat yang mereka inginkan jika mereka menggunakan sihir! Benda itu pasti bereaksi terhadap sihirmu!" Kata Sopia, berseru.
"Aku bukanlah seorang idiot. Aku belum menerapkan sihir apapun kepadanya. Apa menurutmu item sekuat ini akan sangat reaktif dalam situasi seperti ini? Jika sihir untuk menampilkan gambar hanya disediakan oleh item itu sendiri, kristal itu pasti sudah lama tidak menampilkannya. Aku tahu itu tidak benar bahkan tanpa menelitinya. Itu kebohongan yang tidak masuk akal."
"U-Uh, yah.... hanya saja...."
Suara Sopia semakin pelan.
"Biasanya, itu benar, tapi terkadang sisa sihir dari penggunaan sebelumnya bereaksi terhadap emosi yang kuat! Kau pasti benar-benar sedang memikirkan orang bernama Kanata ini! Jika kau tidak menyadarinya... Ah, itu benar, itu pasti berada di alam bawah sadar!"
"Heeh? Apa.... A-Apa itu benar? Aku? Bahkan dalam situasi ini?! Memikirkan Kanata sepanjang waktu?! Rasanya seperti aku semacam orang bodoh yang terobsesi dengan cinta?!" Wajah Lunaère memerah, dan matanya bolak-balik antara kristal dan Sopia.
"I-Itu tidak mungkin! I-Ini membuatnya terlihat seperti aku memikirkannya sepanjang waktu! M-Memang ada hari-hari di mana aku sering memikirkannya.... tapi pastinya bukan sekarang! Ya, bukan sekarang! Berhentilah mengatakan hal-hal aneh seperti itu untuk menjaga kebohonganmu! Bahkan jika kristal itu aktif karena itu, tampilannya akan menjadi kurang jelas!"
"Y-Yah aku tidak tahu! Tapi jika kau benar-benar ingin melihat orang itu, kau dapat memiliki kristalnya! Aku cukup sibuk sekarang!"