Chapter 4 :
Zuul, the Third Great Holy Dragon
Bagian – 1
SETELAH UJIAN KEDUA, malam itu kami beristirahat di Mansion Raigan. Begitu kami selesai sarapan keesokan paginya, Raigan—yang terlihat agak kuyu—memberitahu kami tentang skor kami untuk ujian kedua.
".....Aku melaporkan apa yang terjadi pada Holy Dragon untuk memeriksa ulang, tapi apa yang kalian lakukan bukanlah masalah resmi. Bersyukurlah karena kami, para dragonkin ini sangat pengertian."
Kami menundukkan kepala dan aku menghela napas panjang setelah mendengar itu.
"Terima kasih....."
Aku benar-benar lega. Jika hal ini berubah menjadi hal besar, maka kami tidak dapat menepati janji kami kepada Ramiel. Belum lagi, aku khawatir kami harus memberi kompensasi kepada mereka atas kerusakan tersebut. Pomera juga tampak lega. Anehnya, Philia juga menyadari kalau hal ini telah menjadi masalah besar dan terlihat sangat menyesal.
"Kami membandingkan warna Dragon Eye Crystal kalian dengan standar dan... kalian bertiga mendapat 1.000 poin. Kanata sekarang memiliki 2.000 poin, dan kedua gadis itu masing-masing memiliki 1.500 poin. Bergembiralah." Lanjut Raigan.
"B-Benarkah?! Yay! Philia berhasil melakukannya! Philia akan menjadi Royal Dragon!" Teriak Philia sambil berseri-seri, tapi Raigan tampak terpukul.
Yang mengejutkanku, Philia berhasil membaca reaksinya dan terdiam, wajahnya menunduk.
"Um..... maaf untuk menanyakan ini sekarang, tapi akan buruk jika kami secara tidak sengaja mendapat skor untuk Royal Dragon, benar?" Aku bertanya.
"Bisakah kita anggap dengan mendapat total 2.000 poin dan membuatku bisa pergi menemui Dragon King?"
Harta karun yang dimiliki Dragon King pasti akan sangat membantu dalam pertarungan melawan Naiarotop. Tapi aku tidak benar-benar ingin menimbulkan drama yang tidak perlu dengan para dragonkin. Solusi sederhananya adalah dengan mengambil gelar Holy Dragon, bertemu dengan Dragon King, dan mencoba bernegosiasi dengannya.
"T-Tapi itu akan menghina ujian suci kami!" Kata Raigan.
"Sejujurnya, sepertinya hasilnya sudah jelas. Atau ujian ketiga itu jauh berbeda dari yang pertama dan kedua?" Aku bertanya.
Raigan terdiam. Ujian ketiga sepertinya tidak jauh berbeda dari yang pertama dan kedua. Dia percaya kami akan gagal pada yang kedua dan sekarang sepertinya tidak berharap terlalu banyak dari yang ketiga.
"Baiklah..... aku akan, uh, mencoba untuk tidak mendapatkan lebih dari 100 poin......" Kataku.
".....Ujian itu sakral. Aku tidak bisa membiarkan kalian menahan diri. Aku akan pergi dengan kalian dan pastikan kalian menjalaninya. Jika aku pikir kalian tidak mengerahkan semuanya, maka aku akan membuat kalian melakukannya lagi. Sepuluh kali. Seratus kali. Sebanyak apapun yang diperlukan." Kata Raigan, mengerutkan keningnya saat dia berbicara.
"K-Kau tidak perlu cemberut seperti itu...."
"Aku tidak cemberut!" Teriaknya sambil memukul meja.
Aku tahu ini sebelumnya, tapi orang ini.... sangat merepotkan. Satu-satunya hal yang lebih tidak disukainya daripada orang luar yang mendapat skor tinggi adalah jika mereka menahan diri sama sekali pada ujian itu.
"Oke....." Kataku.
"Kalau begitu, bisakah kita pergi sekarang? Aku ingin bertemu dengan Dragon King secepat mungkin."
"Baik..... tempatnya ada di pinggiran Garden of Dragon, jadi ikuti aku. Selesaikan saja dengan cepat dengan 1.000 poin, atau 2.000 poin, atau apapun itu."
Kata Raigan dengan lemah. Aku menyesali semua stres yang kami timbulkan padanya.
Tak lama kemudian, dia membawa kami ke tangga batu yang panjang dengan gerbang merah cerah di puncaknya yang terlihat seperti gerbang torii.
"Di sini tempatnya. Di luar Dragon Gate adalah Dragon Gate Temple.... lokasi ujian ketiga."
"Dragon Gate Temple....." Kataku, merasa seolah-olah berada di hadapan sesuatu yang familier.
Dragonkin mengenakan pakaian yang mirip dengan kimono. Dan semua arsitektur mereka tampak seperti istana Heian yang terbuka. Sepertinya budaya mereka dipinjam dari jepang yang aku tahu dari bumi.
Begitu kami melewati Dragon Gate itu, kami melihat deretan ratusan patung naga dengan berbagai ukuran. Patung batu juga tersebar di tanah. Yang kecil panjangnya hanya sekitar tiga kaki, sedangkan yang lebih besar lebih dari enam puluh kaki. Mirip dengan ujian pertama, patung-patung ini memiliki nomor yang diukir di dahi mereka, seperti "50" atau "500".
Patung terbesar di sana setinggi 130 kaki dan duduk bersila terpisah dari yang lain. Patung itu memiliki "1.000" yang diukir di dahinya. Di luar itu ada kuil besar berlantai dua yang aku duga adalah Dragon Gate Temple, menilai dari gentengnya yang berbentuk naga.
"Mereka adalah Patung Naga Sihir. Mereka adalah Golem yang kalian aktifkan dengan memberi mereka sihir. Kalian mungkin sudah mengetahuinya, tapi kalian mengaktifkan Golem yang menurut kalian dapat kalian kalahkan dan mendapatkan jumlah poin yang diukir di atasnya jika kalian melakukannya. Golem itu menjadi skor kalian untuk ujian ketiga ini." Jelas Raigan sambil menepuk salah satu patung itu.
Hal itu masuk akal. Jadi, ujian pertama menguji kekuatan fisik yang sederhana, ujian kedua menguji keterampilan bertahan hidup, dan ujian ketiga menguji kemampuan bertarung yang umum.
Kecuali..... manusia yang mendapat skor bagus pada ujian pertama dan kedua tidak akan mendapatkan skor rendah pada ujian ketiga. Aku tahu itu, Raigan tahu itu. Tidak heran dia begitu murung. Aku memutuskan untuk menyelesaikannya dengan cepat—mengapa menunda hal yang tak terelakkan?—dan aku tidak menyangka akan mengalami kesulitan di sini.
"Yo.... Aku berharap bertemu denganmu, NPC. Aku pikir kau akan muncul di sini pada akhirnya."
Terdengar suara yang aku kenali. Aku berbalik dan melihat Mitsuru memberiku tatapan maut. Di belakangnya ada Yorna, tampak ketakutan.
O-Orang ini sangat keras kepala.....
"Kau lagi....." kataku.
"Jangan terlihat begitu kecewa, tolol." Katanya.
"Aku tidak senang dengan bagaimana hal terakhir kita yang tertunda itu. Kali ini pasti aku akan menghajarmu habis-habisan."
"K-Kau sudah tergencet batu dua kali dan masih belum belajar dari itu....?" Kata Pomera. Dia sangat putus asa pada saat ini, hanya penuh belas kasihan.
"Belum belajar, katamu? Kenapa, aku harus....."
Mitsuru menggigit bibir bawahnya dan mengibaskan tangan kanannya.
"Maksudmu sebenarnya itu kalau NPC sialan itu yang menipuku dua kali! Kalian semua mencoba untuk membuatku terlihat seperti orang bodoh! Kalian tidak mungkin bisa mengalahkanku. Bukan yang terakhir kali, ataupun yang sebelumnya!"
"Lalu mengapa kau begitu terobsesi denganku....?" Kataku.
"Diam! Kau tidak mengalahkanku, tapi itu semua tetap salahmu!"
Mungkin ini yang kedua kalinya, tapi jelas bukan yang pertama kalinya.....
Bagian – 2
"INI SEMUA SALAHMU, aku dibawa ke rumah sakit dragonkin sambil dicemooh! Aku tidak akan puas sampai aku mengirimmu ke sana seratus kali!"
Teriak Mitsuru. Dia menghunus pedang besar dari punggungnya, lalu mendatangiku.
Aku mencondongkan tubuh ke samping untuk menghindari tebasan pedangnya. Tebasannya itu meluncur di udara dan menabrak tanah.
"......Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Dragonkin yang kami temui cukup baik." Kataku.
"Apa kau sedang mengolok-olokku? Ini pertarungan, bukan percakapan! Datanglah kepadaku dan aku akan membunuhmu!" Mitsuru berteriak kepadaku.
Aku tidak yakin harus berbuat apa, sejujurnya.
Level Mitsuru tidak tinggi. Dugaan kasarku levelnya berada di antara 300 dan 400. Dan meskipun dia ingin menyakitiku, aku tidak berpikir dia benar-benar ingin membunuhku, yang membuat situasi menjadi sulit. Aku perlu menenangkannya dan berharap aku tidak pernah bertemu dengannya lagi.
"Berhentilah bertingkah sombong! Tarik pedangmu! Bagaimana dengan ini? Double.... Attack Mode!"
Otot menggembung di sekujur tubuh Mitsuru saat uap merah keluar darinya.
Mitsuru mendatangiku dengan ayunan kuat, yang aku hentikan dengan tangan kosong. Tentunya jika aku menghentikan serangan habis-habisan dengan tangan kosong, dia harus melihat kalau itu adalah pemikiran bodoh untuk bertarung. Benar?
Aku mendengar Raigan berbicara. "Dia menangkap serangan orang itu? Mustahil." Raigan pernah bertarung melawan Mitsuru sekali.... dan kalah.
Mitsuru menyipitkan mata ke tanganku karena terkejut.
".....Apa kau akan berhenti sekarang?" Aku bertanya.
Itu permintaan yang masuk akal, tapi ekspresi Mitsuru berubah menjadi senyuman berani.
"Ah.... jadi itu Gift Skill milikmu." Katanya.
"Apa?"
"Kau jangan membodohiku dengan cara yang tidak wajar dengan menghentikan pedangku. Seranganku tidak itu dihentikan oleh tangan manusia.... itu dihentikan oleh semacam hukum alam. Aku yakin kau menggunakan Gift Skill-mu itu untuk mengangkat batu untuk memikat para gadis. Rrik yang cukup membosankan setelah kau mengetahui cara kerjanya."
Aku sama sekali tidak tahu apa yang dibicarakan Mitsuru. Hal itu pasti terlihat di wajahku, karena Mitsuru menatapku dan tertawa terbahak-bahak.
"Sepertinya aku tepat sasaran." Kata Mitsuru.
"Aku telah mengalahkan berbagai jenis orang, naga humanoid yang bisa menggunakan mantra yang sangat kuat dan bahkan manusia dengan Gift skill sepertimu. Gift Skill-mu itu memanipulasi arah gaya yang diterapkan pada sesuatu, bukan? Kau sedang menunggu untuk menggunakan Gift-mu itu secara efektif. Itu sebabnya kau sengaja fokus untuk menghindar sampai kau bisa menemukan celah."
Aku berharap dia akan melihat levelku dan menyerah, namun itu akan membuat lebih banyak masalah yang tidak ingin aku tangani.
Kotone juga tidak pernah bertingkah seperti dia menggunakan Status Check padaku. Dan meskipun Mitsuru hendak menggunakannya, dia menghentikan dirinya sendiri. Apa itu semacam tabu untuk menggunakannya pada sesama pendatang dunia lain, bahkan jika mereka adalah musuh?
Aku bisa mengerti itu. Aku juga akan melakukannya, tapi sebagian dari diriku ingin mengatakan kepadanya untuk melihat levelku jika ini adalah alternatifnya.
"Jika itu Gift Skill-mu, maka strategiku sederhana! Double..... Defense Mode!" Kali ini, uap biru pucat naik dari Mitsuru. Biru untuk pertahanan, ya?
"Kau fokus menonton pembukaan, hah? Hal itu tidak bisa mengalahkan mata tajam ini. Solusinya sederhana. Aku juga bisa bertarung dalam pertempuran reaktif! Aku akan melihat kondisi untuk mengaktifkan Gift Skill-mu dan menemukan celah untuk diriku sendiri! Sayangnya untuk kau, aku tidak memiliki celah saat menggunakan Double!"
Saat Mitsuru menyerang, aku memberinya pukulan setengah hati di wajahnya. Hidungnya mengeluarkan suara berderak dan dia jatuh ke tanah, menabrak patung naga di dekatnya dan menendang awan debu.
".....Apa kau akan berhenti sekarang?" Aku bertanya.
Aku hanya memukulnya dengan pelan, jadi dia tidak mati. Tapi tidak mungkin dia ingin terus melanjutkan.
"Huh.... begitu ya.... Kau bisa menggunakannya seperti itu." Kata Mitsuru, menggunakan pedang besarnya seperti penopang untuk menopang dirinya.
Apa yang dia maksud dengan "menggunakannya seperti itu"? Dan mengapa dia begitu keras kepala dengan semua ini? Aku tidak mengerti, namun aku tahu kalau Mitsuru jauh lebih keras kepala dari yang aku kira. Itu benar-benar menjengkelkan.
"Tapi itu berarti kau telah menunjukkan seluruh milikmu!" Dia berkata.
"Lagi pula itu bukan Gift Skill yang buruk, tapi ada satu kelemahan yang jelas! Double.... Magic Mode!"
Uap ungu naik darinya. Dia memegang hidungnya yang patah, mengatur napasnya, lalu menunjuk ke arahku.
"Dalam pertarungan fisik, kau dapat menggunakan Gift Skill-mu itu untuk meningkatkan kecepatan serangan, meningkatkan kekuatanmu. Namun, karena Gift Skill-mu, semua itu harus menjadi serangan langsung! Kau harus mempertahankan kemampuan itu sampai kau yakin bisa mendaratkan serangan! Nasib buruk bagimu kalau kau tidak berhasil menghabisiku! Kau meremehkan Defense Mode-ku!"
"Kau..... tahu.... aku tidak memiliki Gift Skill...."
"Inilah akhirnya! Fire Magic Level 6 : Power Flame!"
Mitsuru menembakkan bola api besar ke arahku.... Rupanya, dia mengira sihir akan bekerja padaku.
"Fire Magic Level 9 : Dragon Ray."
Kataku, membuat dua lingkaran sihir. Dari titik di mana mereka tumpang tindih muncul seberkas cahaya merah murni. Cahaya itu menghancurkan bola api Mitsuru dan serangan balik itu menyerempet pipinya. Mencungkil bilur merah ke wajahnya, kekuatan mantra membuatnya terbang mundur. Dia jatuh ke tanah lagi, ujung pedangnya tenggelam terlebih dahulu ke tanah.
"Gah! Aaargh! Aku terbakar!"
Mitsuru menekankan tangannya ke wajahnya dan menggeliat di tanah. Dengan satu tangan masih menutupi wajahnya, tangan lainnya merayap melintasi lantai menuju patung naga di dekatnya. Dia menarik dirinya, hampir memeluk patung itu untuk berdiri.
"S-Siaaalan..... mantra itu! Kau mendapatkanku.... Tapi sekarang aku tahu kau hanya punya itu untuk mengimbangi kelemahanmu dalam pertarungan jarak menengah!"
"Hah...."
"Baiklah... aku mengakuinya. Kau bukanlah orang lemah yang menyedihkan. Dengan strategi yang setengah-setengah untuk menghajarmu. Aku telah meremehkanmu karena kau tidak terkenal, tapi kau tidak terlalu buruk. Di sinilah pertarungan sebenarnya akan dimulai." Mitsuru menunjuk ke arahku, masih ingin bertarung.
Apa sih yang orang ini pikirkan? Aku mulai berpikir untuk menjauhkannya pergi ke tempat lain.
"M-Mitsuru!" Kata Yorna.
"Tolong, hentikan sekarang! Sejauh yang aku lihat, apa yang kamu lakukan tidak berhasil! Ayo kembali agar kamu bisa istirahat sebentar, oke? Ya? Kamu sudah cukup dipukuli! Mitsuru!" Yorna menyentuh bahunya untuk menghentikannya.
"Diamlah, perempuan!"
"Dia bisa mematikanmu dalam segala hal, bahkan saat kamu menggunakan Double. Tidak ada yang dapat kamu lakukan! Berhenti bertarung dan ikutlah denganku! Kamu sudah berusaha cukup keras! Kamu seharusnya sudah puas dengan itu!"
Setidaknya Yorna tampak berniat menghentikannya.
Sayangnya, Mitsuru tampak sangat ingin menyerang.
Sayang sekali. Aku mulai menyukai keindahan Garden of Dragon ini, serta makanannya yang sederhana dan cukup berbeda. Aku berharap kami bisa tinggal di sini sebentar dan bersantai. Tapi sekarang, kuputuskan kami harus pergi segera setelah ujian ini selesai dan kami bertemu Dragon King.
Selain itu, kami meninggalkan Ramiel bersama Rosemonde. Kami harus kembali secepat mungkin. Jika kami terlalu lama meninggalkannya dengan Rosemonde, maka emosinya pasti akan berkobar.
Saat itu, suara laki-laki bernada tinggi yang mengganggu bergema di atas kami.
"Aaha ha ha ha! Betapa nyamannya bagiku kalau hubungan manusia akan hancur dan kalian bisa melenyapkan satu sama lain untukku! Hanya manusia yang cukup bodoh untuk mengunjungi tanah suci ini dan masih bertarung di antara mereka sendiri!"
Aku melihat ke arah sumbernya dan melihat dragonkin dengan rambut ungu berdiri di atas patung naga 1.000 poin. Dia memegang tombak yang lebih panjang dari tingginya. Dan aku pikir dia memakai riasan karena wajahnya putih bersih, dan bibirnya merah cerah. Dia memiliki eyeliner ungu yang ditarik di bawah matanya.
Dia terlihat seperti badut saat dia melebarkan sayapnya yang seperti kelelawar dan menyeringai ke arah kami.
"I-Itu Zuul-sama, salah satu dari Three Great Holy Dragon! Kenapa dia bisa ada di sini, di Dragon Gate Temple?" Tanya Raigan kaget.
Bagian – 3
"ZUUL–SAN, salah satu dari Three Great Holy Dragon...."
Holy Dragon.... itu adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mendapat lebih dari 1.000 poin di Dragon Trial. Hanya gelar Royal Dragon yang mengungguli gelar Holy Dragon. Zuul ini memiliki peringkat yang sama dengan Odio, yang kami temui di Dragon Head Crag, menjadikannya salah satu orang terkuat di Garden of Dragon ini. Karena kekuatan sama dengan status bagi para dragonkin, Zuul setinggi di bawah Dragon King.
Dan sekarang dia melihat kami seperti kami adalah musuhnya.
"Mengapa aku datang ke Dragon Gate Temple, katamu, bukan, Raigan? Bukankah itu sudah jelas? Aku datang untuk melenyapkan para manusia kotor ini, karena Raja dan Odio yang batu itu tidak akan melakukannya." Kata Zuul sambil tertawa melengking.
Aku turun ke posisi bertarung menghadap Zuul. Aku tahu sebelumnya kalau dia menganggap kami sebagai musuh..... tapi aku tidak berpikir dia akan begitu terus terang tentang itu. Dia mungkin bekerja untuk Ruler of the Skies, tapi entah kenapa, aku meragukannya.
Baik Raigan maupun Yorna sepertinya tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Keterkejutan mereka terlihat jelas, dan mereka terus melirik ke antara kami dan Zuul.
"Mm hm hm, Dragon Gate Temple berada di bawah yurisdiksiku, dan para dragonkin jarang datang ke sini. Aku berharap untuk melakukan ini tanpa adanya saksi. Tapi ada baiknya kau yang menemani para manusia ini, Raigan.... setidaknya kau mengerti banyak hal. Bantulah aku."
"A-Apa yang kau katakan itu, Zuul-sama?! Aku tidak mengerti mengapa kau mau melenyapkan mereka! Diputuskan kalau insiden di Maw bukanlah sebuah masalah! Bahkan jika ini tentang itu, mereka tidak boleh dibunuh karena alasan itu!" Kata Raigan, mati-matian berusaha membujuk Zuul.
"Itu karena aku tidak bisa membiarkan manusia menodai Dragon Trial kita dengan kecurangan dan trik mereka. Raigan, ini semua untuk Garden of Dragon. Yorna masih muda—dia tidak sepenuhnya memahami tugas kita. Tahan dia. Kita bahkan mungkin harus memenjarakannya untuk memastikannya tetap diam."
Zuul tampak frustrasi saat dia memberi perintah, namun membuatnya terdengar seperti itu sangat logis.
"T-Tetap diam....? Zuul-sama, kau hanya mengatakan itu karena kau tahu ini salah. Aku setuju kalau para manusia ini menyebalkan, tapi mereka diundang sebagai orang yang telah membantu dragonkin atau naga. Membunuh mereka secara sembunyi-sembunyi hanya karena mereka menyebalkan adalah tindakan pengecut! Tolong, pikirkan kembali apa yang akan kau lakukan!" Raigan berlutut di tanah dan membungkuk ke arah Zuul.
"Raigan-san....." Kataku.
Aku telah salah tentangnya. Dia kejam, arogan, dan anehnya bangga dengan dirinya sendiri.... dan sifat penjilatnya terhadap naga yang lebih kuat sulit untuk diterima. Namun semua itu dilatarbelakangi oleh cinta dan kebanggaan terhadap Garden of Dragon itu sendiri. Aku mengerti itu sekarang.
Mata Zuul menyipit tajam, dan pembuluh darah berdenyut marah di pelipisnya.
"Kalian semua adalah orang bodoh yang berpikiran dangkal!" Teriaknya dengan suara bernada tinggi, sayapnya yang seperti kelelawar melebar karena gelisah.
"Mengatur adalah semua tentang kepemimpinan dan prioritas, dan kadang-kadang melibatkan pekerjaan buruk yang harus dilakukan dari bayang-bayang. Untuk satu hal bisa berdiri di atas, yang lain harus jatuh. Raigan, kau tidak layak menjadi salah satu dari Dua Belas Holy Dragon. Baiklah, kalau begitu kalian semua akan mati!"
"Raigan-san." Kataku.
"Jangan berkata apapun kepadaku. Aku memilih jalan yang menurutku benar. Dan.... ini adalah kegagalan untuk dragonkin." Kata Raigan, tampak menderita.
Aku tahu dia juga tidak sepenuhnya yakin tentang pilihannya. Dari bagaimana dia berinteraksi dengan Odio, jelas kalau Holy Dragon itu mutlak.
".....Mungkin Raigan memihak kita karena dia memutuskan akan lebih aman di pihak Kanata."
Kata Pomera, bingung. Tampaknya baru saja keluar, dan dia segera menutup mulutnya dengan tangannya.
"Itu tidak benar! Kau masih saja menghinaku!" Kata Raigan.
"P-Pomera-san!"
Kataku, rasa kekecewaan jelas dalam suaraku.
"M-M-Maaf! Perkataanku terpeleset!" Pomera menganggukkan kepalanya meminta maaf.
"Selain itu..... kurasa kita tidak akan selamat." Kata Raigan.
"Zuul-sama itu kuat.... tapi dia juga licik dan kejam. Dia bukan tipe orang yang memulai pertarungan yang tidak bisa dia menangkan."
Apa Zuul benar-benar sekuat itu....?
Raigan dapat melihat kalau jika keadaan berjalan normal bagi kami, kami akan berada di jalur yang tepat untuk mendapatkan peringkat Royal Dragon. Namun dia tampaknya masih berpikir kalau Zuul lebih unggul.
"Aku bisa melawan kadal tolol ini sendirian." Kata Mitsuru.
"Aku tidak tahu tentang Dragon King, tapi Holy Dragon itu tidak jauh berbeda dari Raigan di sana. Aku masih kesal karena kadal tua tua itu mengolok-olokku, jadi ini sempurna. Aku dapat membuktikan kalau aku lebih kuat daripada para Holy Dragon itu. Aku akan kembali untukmu nanti, NPC."
Mitsuru melangkah maju, berlumuran darah.... Akan lebih baik baginya jika dia tetap diam.
"Oh ho.... Sangat percaya diri." Kata Zuul.
"Biarkan aku memberitahu kalian sesuatu yang penting.... Sementara patung naga sihir digunakan untuk pelatihan tempur, mereka juga penjaga tambahan yang digunakan untuk mengusir pelaku kejahatan yang mungkin menyerang Dragon Vortex."
Zuul mengangkat tangan kirinya ke langit dan gelang emas di atasnya berkilauan.
"Dengarkan aku, patung naga! Lakukan seperti yang aku perintahkan dan lenyapkan para penjahat ini yang akan membahayakan Garden of Dragon ini! Aha ha ha!"
Saat cahaya dari gelangnya menyinari patung naga itu, mata mereka bersinar merah. Lebih dari seratus patung naga di Dragon Gate Temple mulai bergerak sekaligus, bahkan patung 1.000 poin itu pun berdiri. Patung itu mengangkat kepalanya dan meraung.
"......ini mungkin agak berbahaya." Kataku.
Berdasarkan standar dari ujian lainnya, aku menduga patung 1.000 poin itu setara dengan seseorang yang berlevel 1.000..... dan Zuul telah mengaktifkan semuanya.
Ini akan menyebalkan melawan semua ini sambil melindungi Raigan dan Mitsuru.
Bagian – 4
PATUNG NAGA meraung seperti naga yang hidup lalu mendatangi kami.
Harusnya ada lebih dari seratus dari mereka..... Tapi mayoritas dari mereka berada di bawah level 300. Aku seharusnya tidak mengeluarkan serangan besar, tapi aku sangat perlu mengurangi jumlahnya.
"Aku akan mengulur waktu. Bawa Yorna dan lari..... Garden of Dragon ini telah gagal." Kata Raigan pelan.
"Raigan-san, kau tidak perlu mempertaruhkan nyawamu...." Kataku, dan Raigan mendengus tertawa.
"Jangan khawatir. Aku hampir yakin ini semua yang dilakukan Zuul sendiri. Aku benar-benar ragu Ketiga Great Holy Dragon setuju untuk membunuhmu. Kau harus memberitahu Odio tentang perbuatan jahat Zuul."
"Yang mau aku katakan itu—"
Raigan menggelengkan kepalanya pelan.
"Hmph, kau mencoba mengatakan kalau kau tidak bisa mengandalkanku. Aku adalah Thunder Fang Raigan.... Aku tidak mudah menyerah. Selain itu, aku masih memiliki kartu as di lenganku. Dan aku tidak melakukan ini untukmu. Aku akan menghentikan Zuul-sama untuk martabatku sendiri dan Garden of Dragon ini. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu."
"Aku menghargai perasaanmu itu, tapi sungguh, kau tidak harus begitu siap mempertaruhkan hidupmu...."
Raigan tidak mendengarkanku sama sekali sekarang. Hal ini sekarang menjadi masalah kehormatan baginya.
"Spirit Magic Level 8 : Laelaps Fang!" Kata Pomera.
Massa petir dalam bentuk binatang muncul di depannya. Petir itu bergegas melintasi tanah, meninggalkan retakan di tanah di belakangnya; rahangnya menembus patung naga, menghancurkannya. Dalam sekejap mata, delapan patung naga itu telah berubah menjadi puing-puing.
"Pe-Perempuan ini.... kau sekuat itu?!" Teriak Raigan kaget.
"Kanata, semuanya akan menjadi sulit jika kita tidak segera mengurangi jumlah mereka!" Kata Pomera, berbalik untuk menatapku.
Aku mengangguk, menghunus Heroic Sword of Gilgamesh, dan memotong secara horizontal ke arah patung naga.
"Space-Time Magic Level 10 : Dimension Slash."
Semua patung yang aku lihat terbelah pada ketinggian yang sama dan hancur. Raigan berdiri membeku, mulutnya dengan menganga lebar saat melihat itu.
"Uh, kurasa kita bisa mengatasinya entah bagaimana caranya." Kataku.
"Raigan-san, bawa Yorna-san dan Mitsuru-san dan pergi dari sini."
"Aku tidak percaya kalian bisa melakukan itu.... kalian adalah monster! Tapi aku tidak peduli dengan yang lemah!" Teriak Zuul. Patung 1.000 poin yang dia tunggangi terbang langsung ke arah kami.
"Boom!"
Lengan putih besar tumbuh dari tanah dan meninju perut naga besar itu dengan pukulan raksasa. Patung itu hancur menjadi tumpukan batu yang hancur.
"I-Ini tidak masuk akal!" Teriak Zuul.
"Kerja bagus, Philia-chan!"
Sisa pertarungan hanya akan membersihkan yang tersisa. Pada tingkat ini, seratus patung akan dihancurkan dalam waktu singkat.
Aku hampir merasa lega ketika dua patung setinggi 30 kaki, dahinya diukir dengan angka "500", mengapitku. Aku mengayunkan pedangku lebar-lebar, menebas kedua patung di perut mereka. Luka-luka itu sepertinya tidak berdampak apa-apa sampai menjadi lebih besar dan golem-golem itu hancur ke tanah.
Tidak terlalu banyak patung level tinggi, mungkin sekitar lima. Kekuatan musuh terus kami kurangi.
Di tengah kekacauan, aku melihat Zuul dari sudut mataku. Ujung tombaknya, bertatahkan batu ungu bersinar, menunjuk ke arahku. Dia menempel di bagian bawah pecahan patung naga 1000 poin yang hancur, dan memelototiku dengan niat jahat.
Kemudian aku mengerti mengapa patung 500 poin itu mencoba menjebakku. Zuul menargetkanku. Dia berencana membuat kedua patung itu mengapitku, lalu menggunakan batu yang jatuh untuk bersembunyi dan mendatangiku dari titik buta.
"Kau terbuka! Aku dapat mengira kalau kau adalah pemimpinnya! Tidak peduli seberapa tinggi levelmu, saat kau berada di ujung tombakku! Aha ha ha! Tombak ini terukir dari bezoar tajam dari Evil Poison Dragon, Vergif!"
Zuul melompat dari puing-puing dan terbang ke arahku. Dia menggunakan sayapnya dengan ahli untuk zig-zag di jalur aneh yang membuat dirinya sulit untuk membaca lintasannya. Tepat ketika aku mengira dia sedang mengubah kecepatan, wujudnya berubah ke samping dan terbagi menjadi tiga Zuul.
"Dragon Technique : Mirrored Gale!"
Aku berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Zuul bukan satu-satunya yang menyerangku : lebih banyak patung naga meluncur dari berbagai arah. Aku menelan ludahku.
Raigan benar. Zuul bukanlah seseorang yang bisa diremehkan. Entah bagaimana satu pandangan telah memberitahunya kalau aku adalah orang dengan level tertinggi di tengah semua kekacauan ini. Sekarang dia berusaha keras untuk menekanku.
Begitu perhatianku terbagi antara tempat lain, dia datang dari titik butaku, dan menggunakan teknik yang akan memastikan tombak racunnya mendaratkan serangan meski aku berada di level yang lebih tinggi. Itu bukan jenis taktik yang bisa seseorang banggakan, namun Zuul benar-benar mengalahkanku dalam hal berjuang untuk menang. Ini bukan tentang level — Ini tentang perbedaan dalam pengalaman bertarung.
"Matilah, manusia!"
Aku meraih tombak Zuul di tanganku dan merasakan sedikit panas mengalir di telapak tanganku. Racun yang lemah ini mungkin tidak akan menjadi masalah, tidak peduli di mana dia menyerangku. Kemudian aku mengulurkan kakiku dan menendang masing-masing dari tiga Zuul di perut satu kali. Ketika mereka berhenti bergerak, bayangan Zuul menghilang. Matanya berputar ke belakang di kepalanya, lidahnya menjulur keluar dari mulutnya, dan dia jatuh dengan lemah ke tanah.
"T-Tidak mungkin.... bagaimana bisa....? mustahil.... dia bisa......"
Taktik Zuul membuatku tepat di tempat yang dia inginkan, namun perbedaan level kami terlalu besar. Dia tidak terlalu sulit untuk dihadapi; Aku kira levelnya sekitar 500-an. Dia tidak jauh berbeda dalam kemampuan fisik dari salah satu patung 500 poin, bahkan jika dia memiliki pengalaman yang kurang.
Tapi.... jika Zolophilia atau Red King melakukan serangan mendadak seperti itu, dan aku mengambil rute yang mudah dan mengandalkan statistikku untuk melawan..... aku mungkin akan mati.
Naiarotop mengejarku. Aku harus menjadi lebih baik.
Bagian – 5
AKU MENJATUHKAN ZUUL, pelaku utamanya, tanpa masalah. Yang tersisa hanyalah menghancurkan patung naga yang tersisa, dan pandangan sekilas memberitahuku kalau hanya sekitar tiga puluh yang masih bergerak. Hanya masalah waktu sampai patung-patung lainnya dihancurkan. Aku harus melindungi Raigan dan yang lainnya sementara aku menghancurkan sisa patung-patung itu dengan Dimension Slash.
Aku mulai dengan patung dengan poin tertinggi yang aku bisa. Aku mengiris yang jauh dengan Dimension Slash dan menebas yang di dekatnya dengan pedangku. Pomera dan Philia juga menyerang, dan jumlah patung-patung dengan cepat menurun menjadi dua puluh, lalu sepuluh.
"Bagus, hampir—"
"B-Bangsat, aku yang akan mengurusnya!"
Aku pikir kami hampir selesai menghancurkan patung-patung itu ketika aku melihat Mitsuru yang terluka parah melompat ke depan. Dia menepis upaya Raigan dan Yorna untuk menghentikannya dan menebas patung besar di dekatnya.
"Oi, jangan bodoh!" Panggil Raigan.
"Ketiganya membuat itu terlihat mudah, tapi mereka benar-benar kuat!"
"J-Jangan pergi terlalu jauh dari Raigan, Mitsuru! Kamu sedang terluka!" Tambah Yorna.
Mereka berdua bergegas mengejarnya.
Dia melakukannya lagi, pikirku, tapi kemudian aku menyadari kalau patung yang dia tuju hanya bernilai 250 poin.
Dia telah mengangkat 500 poin batu kepala naga. Dan Patung itu setengahnya. Mitsuru seharusnya bisa menanganinya tanpa masalah, meski dia terluka. Aku mengalihkan pandanganku dari Mitsuru dan mengalihkan perhatianku kembali ke patung naga di depanku.
"Double.... Attack Mode!"
Aku mendengarnya dan melompat. Skill Double milik Mitsuru tidak hanya melipatgandakan stat yang dia targetkan. Skill ini sedikit mengurangi statistik lainnya untuk mengimbangi peningkatan stat yang dikalikan. Dia mungkin menghancurkan patung itu dalam satu serangan, tapi jika dia meleset dia akan terbuka untuk serangan balik sementara pertahanannya berkurang. Dan dia akan terluka.
Aku menoleh ke belakang dan melihat pedang Mitsuru memotong bahu kiri patung itu. Lengannya hancur berkeping-keping saat menghantam tanah, tapi Golem itu selamat.
"Tsk... aku meleset!" Mitsuru mengerang, keringat mengalir di wajahnya.
Patung naga itu mundur pada detik terakhir, mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Patung itu punya waktu untuk bereaksi karena Mitsuru tidak memiliki kecepatan untuk mencegahnya. Mitsuru buru-buru menarik pedangnya kembali ke posisi kuda-kuda, tapi cakar patung naga itu lebih cepat.
"S-Sialan, menjauhlah!" Mitsuru menangis.
Aku benar. Dia seharusnya tidak memasukkan Double-nya ke dalam serangannya. Dia memiliki banyak kekuatan serangan untuk menangani patung itu tanpa Double. Tapi mengingat kepribadian Mitsuru, hal itu mungkin taktik standar baginya untuk meningkatkan serangannya dalam pertarungan apapun.
Aku mencoba merapal mantra untuk menyelamatkannya, namun patung 300 poin itu terbang ke pandanganku, menghalanginya. Aku beralih untuk memegang Heroic Sword of Gilgames dengan kedua tanganku dan melompat ke udara.
"Ini ayunan serius pertamaku selain di dunia cermin."
Aku menyadarinya, saat aku memasukkan semua yang kumiliki ke dalam tebasanku.
Seranganku mengenai patung 300 poin itu, berlanjut ke tanah, lalu sampai ke patung yang menyerang Mitsuru. Dampaknya berlanjut dalam garis lurus, menabrak setiap patung di jalannya, sampai akhirnya sampai ke Dragon Gate Temple, di mana itu membuka kehancuran besar di bangunan itu.
"Urk....." Aku mengerang, mual.
Aku harus bertindak cepat dan tidak menahan diri, tapi hal itu akhirnya merusak situs keramat para dragonkin lainnya.
A-Aku harap tidak ada orang di dalamnya..... pikirku, ini konyol. Jika ada dragonkin lainnya ada di sana, mereka pasti sudah keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi sekarang. Zuul sendiri mengatakan kalau jarang ada yang datang ke sini.
"Wow! Kanata, luar biasa!" Philia terkikik dan melompat-lompat, penampilannya seperti tidak bersalah.
Bahkan lebih banyak lagi patung yang tergeletak di kakinya. Sepertinya pertarungan sudah berakhir.
"U-Um.... Apa kau baik-baik saja, Mitsuru-san?" Aku bertanya.
Mitsuru duduk di tanah, membeku kaget, mulutnya terbuka. Ketika mataku bertemu dengannya, dia melompat, lalu merangkak mundur di tanah.
"K-Kau monster....!" Dia merintih dan berdiri di dekat Yorna seolah gadis itu akan menyelamatkannya.
"Aku menyuruhmu untuk mendapatkan 1.000 atau 2.000 poin, tapi aku tidak berpikir kau bisa melakukan sebanyak ini. Dan kurasa kau memang telah menyelamatkan kami......" Kata Raigan dengan letih.
"Raigan-san.... Uh, apa Dragon Gate Temple ini baik-baik saja?" Aku bertanya.
".....Apa yang kau lihat itu terlihat baik-baik saja?! Kau membelahnya menjadi dua."
"Bu-Bukan itu maksudku.... uh..... maksudku seperti, berapa biaya untuk memperbaikinya....?"
"Oh, ya. Yah, bangunan itu adalah bangunan suci yang dibangun nenek moyang kami menggunakan pohon berumur 1.000 tahun, jadi agak sulit untuk mendapatkan dalam....." Raigan mencubit titik di mana aku berasumsi batang hidungnya berada, dan menghela napasnya.
Pomera dan aku sama-sama menutupi wajah kami dengan tangan kami. "Yah.... setidaknya aku tidak menyalahkanmu untuk ini. Kau tidak punya pilihan untuk mengalahkan patung-patung naga sihir itu, yang merupakan kesalahan Zuul. Syukurlah, dia tidak sadarkan diri sekarang."
Raigan melirik Zuul, yang sedang berbaring di tanah, saat dia berbicara.
"Terima kasih.... Raigan-san. Kau baik sekali." Kataku.
"Dan aku sangat lelah setelah semua ini.... Kau tahu, aku tidak peduli lagi." Kata Raigan, lalu tiba-tiba berbalik ke arah Mitsuru.
"Ngomong-ngomong.... kau bilang akan melanjutkan duelmu dengan Kanata setelah kau menangani Zuul-sama." Mitsuru memucat dan tampak terkejut. Dia melirik dengan cepat antara aku dan luka di tanah yang mengarah ke kuil itu.
"Seriusan....?" Aku bertanya.
Jika Raigan lelah berurusan dengan kami, maka aku juga lelah berurusan dengan Mitsuru. Jika Mitsuru ingin terus bertarung, aku akan memukulnya tepat di ulu hatinya sehingga dia kehilangan kesadaran, lalu lari. Aku tidak ingin menyakitinya. Aku hanya ingin dia pergi ke tempat lain.
Aku menggerakkan tanganku sehingga aku bisa mengembalikan Heroic Sword of Gilgamesh ke sarungnya dan Mitsuru bergetar seolah dia berada di ambang sesuatu yang drastis.
"Double..... Speed Mode!"
Uap kuning naik darinya. Dia mengangkat Yorna di bawah lengannya dan melesat menuruni tangga.
Aku menatapnya dengan heran, lalu melihat ke bawah ke tanganku dan menyadari Mitsuru mungkin mengira aku akan mengayunkan pedangku ke arahnya.
"Haruskah kita membawa Zuul-sama dan turun juga?"
Tanya Raigan dengan helaan napas berat lainnya.
Bagian – 6
DENGAN UJIAN KETIGA YANG TELAH SELESAI, kami mengikuti Raigan kembali ke kota dragonkin. Kami menyerahkan Zuul kepada Odio tanpa masalah dan bahkan berhasil meyakinkannya kalau Zuul-lah yang harus disalahkan atas hancurnya Dragon Gate Temple itu. Zuul diikat dengan tali yang kuat, dan Odio melemparkannya ke atas bahunya seperti sekarung beras.
"Ini seharusnya tidak pernah terjadi." Kata Odio.
"Aku malu sebagai dragonkin—dan sebagai salah satu Holy Dragon juga!—karena dia melakukan hal seperti ini. Dia pasti telah menyebabkan banyak masalah bagimu, Master. Aku sendiri yang akan menghukum penjahat ini dan memenjarakannya di sel bawah tanah!"
"Terima kasih, Odio-san.... Dan aku bukan Mastermu." Kataku.
.....Orang ini adalah murid yang gigih.
Pomera menatap Zuul dengan kerutan yang tidak pasti.
"Um, bukankah level Zuul cukup tinggi? Aku khawatir tentang hal ini ketika mengikatnya juga, tapi apa benar ada penjara yang dapat menahannya?"
"Para dragonkin rata-rata lebih kuat dari para manusia." Kata Odio.
"Kami menggunakan bahan khusus untuk sel tahanan kami dan tahanan dikurung dalam borgol yang mencegah mereka menggunakan kekuatan penuh mereka. Ada kutukan yang tertanam ke dalam konstruksi penjaranya yang secara fisik melemahkan mereka yang ada di dalamnya.”
Semua itu telah menjawabnya. Bahkan seorang petualang top di kota manusia hanya sekitar level 100, namun ada banyak dragonkin yang berada di atas level 200. Tiga Great Holy Dragon mungkin berada di atas level 300. Masuk akal untuk membangun penjara agar sesuai dengan para tahanan.
"Dan juga..... selamat telah mendapat 3.000 poin di Dragon Trials, Master. Aku tidak pernah berpikir aku akan hidup untuk melihat hari ketika di mana ada yang bisa mendapat nilai sempurna! Bahkan Dragon King masa lalu tidak mencapai prestasi seperti itu!"
Kata Odio dengan semangat.
Kami bertiga akan mendapat 1.000 poin untuk ujian terakhir. Berbeda dengan ujian pertama, tidak masalah berapa banyak patung yang kalian kalahkan pada saat bersamaan. Aturan membuatnya sehingga kalian hanya diberi skor pada patung dengan nilai tertinggi yang kalian kalahkan. Philia akan menjadi satu-satunya yang mendapat 1.000 poin dengan standar penilaian itu.
Namun, mengingat fakta kalau Zuul mengaktifkan semua patung naga sihir itu sekaligus, diputuskan kalau kami semua menunjukkan kemampuan tempur kami senilai 1.000 poin. Ini menempatkan Pomera dan Philia masing-masing pada 2.500 poin dan aku pada 3.000 poin. Kami semua mencapai peringkat Royal Dragon.
Kami juga mengetahui kalau Mitsuru hanya berhasil mengalahkan satu patung 50 poin sepenuhnya. Dia mendapat 500 poin pada ujian pertama, 20 pada ujian kedua, dan 50 pada ujian ketiga, sehingga totalnya menjadi 570 poin—kurang untuk menjadi Holy Dragon.
Raigan tampak senang karena skornya masih lebih tinggi dari Mitsuru. Aku tidak yakin apa dendamnya itu hal yang baik atau tidak.
"Benar-benar luar biasa." Kata Odio.
"Skor sempurna hampir tidak pernah terdengar! Satu-satunya kasus skor sempurna lainnya adalah dragonkin legendaris dari hampir seribu tahun yang lalu!"
Pomera berkedip karenanya. "Ada orang lain yang sangat kuat seperti Kanata?"
Odio menggigit bibir bawahnya karena tidak nyaman.
"Ah, ya, yah.... mungkin. Itu hanya legenda dan aku seharusnya tidak mengungkitnya. Aku lebih suka tidak menyebutkan siapa mereka."
Untuk beberapa alasan, itu sudah cukup untuk menghubungkan pikiranku ke sana.
"Apakah itu.... Ruler of the Skies?"
Saat aku menyebut nama itu, ekspresi Raigan dan Odio berubah menjadi terkejut. Aku membuat kesalahan. Jika tersebar kabar aku sedang menyelidiki Ruler of the Skies sebelum aku bertemu Dragon King, segalanya bisa menjadi buruk.
"Kamu pernah mendengar nama itu...." Kata Odio dengan ekspresi sedih.
"Y-Ya.... hanya dalam beberapa rumor saja. Aku pikir Ruler of the Skies adalah naga, bukanlah dragonkin."
"Seperti yang kamu kira. Ruler of the Skies sekarang menyamar sebagai naga. Ini bukan sesuatu yang harus kubicarakan..... tapi Ruler of the Skies adalah salah satu dari dragonkin yang asli..... salah satu yang pertama. Mereka bilang generasi itu—lahir dari naga—masih bisa berubah menjadi naga karena levelnya yang tinggi."
"Hah...." Jadi, Ruler of the Skies itu berasal dari sini, Garden of Dragon ini. Aku tidak tahu tentang itu.
Aku telah mendengar kalau dragonkin dilahirkan sehingga mereka dapat mengawasi umat manusia tanpa menimbulkan perselisihan antara naga dan manusia. Mengetahui kalau Ruler of the Skies adalah dragonkin juga berarti mereka seharusnya berasal dari Garden of Dragon atau pemukiman seperti itu.
"Seribu tahun yang lalu, Ruler of the Skies melakukan kekejaman di Garden of Dragon." Kata Odio, menjelaskan.
"Sebagai dragonkin, kami dimaksudkan untuk melindungi Dragon Vortex dan sihirnya.... Tapi mereka menggunakannya untuk tujuan mereka sendiri dan diusir dari tanah ini untuk kejahatan itu. Padahal, aku ragu ada seseorang yang cukup kuat untuk mengusir mereka, bahkan di masa itu. Mungkin akan lebih akurat untuk mengatakan kalau mereka pergi atas kemauannya sendiri dan kami serta para naga telah menyerah untuk menangkap mereka. Sepertinya mereka telah bekerja dalam bayang-bayang selama seribu tahun terakhir, atau begitulah yang aku dengar. Mereka adalah noda terbesar dalam sejarah Garden of Dragon ini."
Itu menjadi kabar baru. Ringkasan Ramiel menjadikan Ruler of the Skies sebagai naga jahat yang melanggar beberapa hal tabu bagi naga. Dia tidak mengatakan apapun tentang Dragon Vortex.
Aku memeriksa bagaimana Raigan bereaksi dan melihat ekspresinya agak sedih. Masih belum jelas apakah Odio benar-benar melihat Ruler of the Skies sebagai musuh atau sampah yang memalukan.
"......Ini bukan cerita yang sangat membahagiakan. Mendengar namanya saja sudah cukup untuk membuat banyak para dragonkin dalam suasana hati yang buruk. Sebaiknya tidak perlu diungkit-ungkit lagi." Kata Odio dengan senyum lemah.
"Ngomong-ngomong, kau bilang ingin bertemu dengan Dragon King, benar? Karena kau mendapatkan peringkat Royal Dragon, kau akan diberikan hak untuk menantangnya, tapi.... apa kau benar-benar akan melakukannya?" Tanya Raigan.
"Aku tidak ingin menimbulkan masalah di Garden of Dragon ini tanpa alasan. Tapi.... ada beberapa barang yang sangat ingin aku pinjam darinya. Jadi, kupikir aku mungkin harus....." Kataku.
"Begitu ya...." Bahu Raigan merosot.
Aku tidak ingin mengguncang perahu mereka jika bisa. Aku berharap kami bisa mendapatkan barang-barang itu melalui negosiasi, tapi aku merasa Dragon King mungkin menganggapnya sebagai penghinaan dan marah karenanya.
"Itu juga adalah sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Kata Odio dengan ekspresi bermasalah di wajahnya.
Aku menatapnya. Dia menyeka alisnya dan mengalihkan pandangannya.
".....Dragon King sedang menderita sakit perut. Dia memerintahkan agar tidak ada seorang pun selain para pelayannya yang boleh memasuki Kastil."
"Sakit...... perut?"