Chapter 1  :

Attack of the Twin Abbysal Dragons

 

Bagian – 1 : THE UNSEEN HAND OF THE GODS

 

DI LOCKLORE, dunia yang dijaga dengan hati-hati oleh para dewa agar monster tetap lebih kuat dari manusia. Orang-orang dijaga selebar sehelai rambut dari kepunahan hanya karena mereka adalah mainan yang lucu. Jauh di utara, hutan belantara yang dipenuhi monster membentang di luar cakrawala. Tidak ada bangsa yang mengklaim area ini, karena tidak ada manusia yang berani menginjakkan kaki mereka di sana dengan sukarela. Tidak ada yang berani ke sana, karena tempat ini adalah negara monster.

 

Dan jauh di dalam negara monster ada sebuah bangunan besar yang disebut Arm of The Gods. Dan di bagunan Arm of the Gods yang duduk singgasana.....

"Hmph, sudah seratus tahun. Seratus tahun sejak kami Five Finger berkumpul di satu ruangan." Kata orang yang duduk di singgasana. Wajahnya tersembunyi di balik topeng bundar. Ada mahkota di kepalanya dan dia mengenakan pakaian mewah. Tongkat emas besar menjuntai dari jari-jarinya.

 

Tangan Tak Terlihat Para Dewa terdiri dari lima orang yang diurapi oleh para dewa dari Alam Atas. Mereka adalah penguasa Locklore yang sebenarnya. Mereka tidak pernah muncul di publik, karena Alam Atas memutuskan kalau mereka harus tetap bersembunyi dalam bayang-bayang. Tapi masing-masing dari mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi takdir Locklore.

"Raja Veranta, Ruler of the World, aku tidak ragu denganmu memanggil.... orang-orang lemah ini. Tapi mengapa kau bersusah payah meminta kehadiranku? Jika kau telah membawaku ke sini untuk membuang-buang waktuku, maka aku akan memotongmu di sini dan saat ini juga." Kata seorang laki-laki yang tingginya hampir sepuluh kaki.

 

Poninya disisir ke belakang dan disanggul kecil di bagian belakang kepalanya. Dia mengenakan baju zirah mencolok dan mengenakan tiga katana besar di punggungnya. Wajah orang itu sangat jahat dan jelek, dan pancaran merah terang di matanya menyangkal kemanusiaan yang mungkin pernah ada di dalamnya.

"Nobunaga, Demon King of the Sixth Heaven. Kau belum pernah datang ke sini dalam seratus tahun, bukan? Dunia memiliki alirannya.... kau tidak mampu melawan itu—berdiri melawan makhluk yang lebih tinggi—tidak peduli berapa banyak kau mencoba. Tidak ada yang harus lebih sadar akan hal itu dari padamu. Kau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengendalikan seluruh dunia, tapi sayang sekali... kau dihentikan oleh kami."

 

"Tsk, kau tidak akan memiliki kesempatan melawanku jika itu satu lawan satu."

 

"Kau tidak lebih dari yang terbesar kedua dari kami berlima."

 

"Apa kau mengatakan kalau kau lebih baik dariku? Lelucon yang luar biasa." Wajah cekung Nobunaga berkerut tidak senang.

 

"Aku ingin tahu......" Kata Veranta sambil melirik yang lain.

Tersembunyi di bawah kain hitam yang dilapisi dengan formula sihir, tidak ada satu inci pun dari kulitnya yang terbuka, adalah seseorang bernama Zero, yang dijuluki "Silent Void". Dia tidak pernah mengajukan diri untuk berbicara, bahkan pada pertemuan seperti ini. Zero telah ada lebih lama dari Nobunaga, dan Nobunaga tidak tahu apapun tentang asal-usul Zero. Nobunaga bahkan tidak pernah mendengar suara darinya.

 

"Zero.....?" Nobunaga bertanya, tidak percaya.

Mustahil untuk mengetahui apa Zero sudah tua atau masih anak-anak, tapi bingkai di bawah kain hitam itu kecil. Dia jelas bukan bentuk seorang petarung. Dia tidak bergerak sama sekali saat Veranta dan Nobunaga berbicara. Sepertinya dia tidak peduli sedikit pun.

 

"Bisakah kita melanjutkan pembicaraan ini? Aku tidak tertarik dengan argumen kekanak-kanakan ini tentang siapa yang mengalahkan siapa. Veranta, ada beberapa hal penting untuk didiskusikan, bukan? Apa itu pesan dari para Dewa?" Tanya seorang wanita dengan telinga runcing panjang yang membawa sedikit senjata.

Sopia adalah salah satu High Elf berumur panjang, dan dia dikenal sebagai World’s Recordkeeper. Umur panjangnya membentang lebih dari sepuluh ribu tahun hingga awal Locklore. Dia ingat semua yang telah terjadi sejak awal waktu.

 

"Ada pesan dari Dewa." Kata Veranta.

 

"Perintah kita adalah untuk membunuh Kanata Kanbara, seorang pendatang dunia lain yang saat ini berada di Manaloch.... tidak peduli bagaimana pun caranya."

 

"Apa.....?" Kata Nobunaga.

 

"Apa pesan dari para Dewa pernah dengan jelas menunjukkan satu orang? Apa artinya ini, Veranta? Alam Atas selalu menuntut agar kita tidak pernah secara langsung mengganggu para pendatang dunia lain."

 

"Aku juga bingung. Pesan mereka biasanya jauh lebih tidak langsung. Tapi satu hal yang jelas : mereka berkata, 'Apapun yang diperlukan.' Kita bebas untuk bertindak secara langsung. Aku tidak tahu apa yang telah dilakukan Kanata Kanbara ini, tapi dia jelas membuat musuh makhluk yang lebih tinggi. Kita harus melakukan segala daya kita untuk mengurusnya."

 

Nobunaga menyeringai seperti iblis saat mendengarkan Veranta. "Betapa lucunya. Ini telah menarik minatku. Aku akan melakukannya." Katanya.

 

"Tidak, Nobunaga. Kau akan menghancurkan terlalu banyak..... Seluruh benua akan berubah menjadi abu!"

 

"Lalu mengapa kau membawaku ke sini?!"

 

"Kita akan mengirim Ruler of the Skies terlebih dahulu untuk pengintaian. Kita kekurangan informasi tentang target kita." Kata Veranta. Lalu dia melihat ke atas.

 

Seekor naga besar dengan sisik hitam mengkilap dan ekor bercabang melayang di atas kepala.

"Aku akan mengurusnya, Veranta sayangku. Ha ha ha.... Meskipun aku bertanya-tanya apa benar-benar ada keharusan untuk berjaga-jaga. Aku memiliki dua hewan peliharaan yang dapat melakukan serangan pembuka...... hanya mereka berdua saja tidak cukup untuk membakar Manaloch." Kata naga itu dengan suara yang tidak dapat didengar, namun bergema di kepala mereka.

 

"Senang mendengarnya. Kau akan melawan seorang pendatang dari dunia lain. Untuk amannya, kau harus mengambil salah satu kristal. Aku akan memberimu yang aku kembangkan."

 

"Hmm? Aku tidak dapat membayangkan situasi yang muncul di mana aku membutuhkan itu."

 

"Kau membuat kesalahan seribu tahun yang lalu. Aku mengharapkan hasil yang lebih baik kali ini. Jika kau tidak bisa mendapatkan kembali kepercayaan dari makhluk yang lebih tinggi di sini, kau mungkin sudah siap untuk diganti."

 

"Kau memberiku pujian untuk misi ini, namun itu menjadi cemoohan, raja di antara raja. Itu rasanya tidak menyenangkan. Ah, terserahlah.... aku akan melakukan pekerjaanku dengan baik. Aku ragu itu akan sesulit itu."

 

Nobunaga mendengus. "Hah. Jika dia adalah jenis lawan yang bisa ditangani oleh seseorang yang menyedihkan seperti Ruler of the Skies, maka aku benar-benar tidak perlu pergi. Tapi dengar, jika kadal ini gagal melawan 'Kanata' ini..... maka selanjutnya menjadi giliranku."

 

Bagian – 2

 

AKU MEMPUNYAI KUALI-KU dan bahan-bahan tersebar di lantai kamarku saat aku melakukan eksperimen alkimia, masih berusaha menciptakan Blood Ethers of the Gods.

Ada tiga Masks of the Ruler of Dreams bersandar di dinding. Aku tersentak ketika tiga wajah Zolophilia melihat ke arahku. Aku tidak akan bisa tidur malam ini dengan benda-benda itu menatapku.

 

Masks of the Ruler of Dreams menghasilkan sihir yang dapat sangat membantu dalam transformasi yang terjadi selama upaya alkimia apapun.... namun mereka benar-benar menyeramkan. Hanya ada dua, keduanya percikan api yang menyalakan api perang besar dalam sejarah. Setidaknya, ada dua sampai Philia membuatkanku yang lain. Dan kemudian membuat yang lain lagi. Dan kemudian dia terus membuatnya.

Bahan utama dalam Blood Ether of the Gods adalah Otak Iblis Level Tinggi, Getah Pohon Roh, dan Adamantine Ore. Cursed Mirror of the Warped Realm berarti akj memiliki akses ke semua otak iblis yang aku butuhkan. Aku masih memiliki banyak Getah Pohon Roh sejak Wolzottl memberiku seember penuh. Aku sudah memiliki proses alkimia untuk mensintesis Adamantine Ore dan aku berhasil mendapatkan bahan-bahan dari Garnet, yang juga memberiku bahan-bahan rendah lainnya.

 

"Kita memiliki semua yang kita butuhkan dengan ini. Bahkan jika gagal, kita punya banyak hal untuk dicoba lagi. Kita memiliki semua data dari kegagalan sejauh ini. Hari ini adalah hari kita berhasil membuat Blood Ether of the Gods!" Kataku.

 

"......Um....Kanata. Kali ini tidak akan meledak, kan?"

Tanya Pomera dengan takut-takut.

 

Aku tersenyum dan melambaikan tanganku untuk menghilangkan keraguan. "Itu akan baik-baik saja. Bahkan jika meledak, aku hanya akan menahannya dengan mantra penghalang."

 

"Jadi, kali ini akan meledak lagi.....?" Bahu Pomera jatuh.

 

"Kanata, apa tiga topeng ini cukup?" Philia bertanya, dan aku memaksakan senyum.

 

"Heeh, um.... Dengan empat topeng, uh, kecepatan perubahan dan rasio menjadi terlalu kuat, dan aku tidak cukup kuat untuk mengendalikannya sepenuhnya, jadi... kita tidak ingin gagal seperti sebelumnya, kali ini."

Tiga hari yang lalu, aku mencoba eksperimen alkimia dengan lima Masks of the Ruler of Dreams. Secara teori, aku seharusnya bisa sangat mengurangi dengan sia-sia dalam jumlah sihir yang diserap bahan selama proses alkimia, meningkatkan efisiensi pembuatannya. Aku juga senang atas kesempatan untuk mengurangi bahan yang digunakan per eksperimen, karena aku belum benar-benar berhasil membuat Blood Ether.

 

Tapi bagaimanapun, ada sebuah insiden.

Tampaknya dengan lima topeng, bahan-bahan itu tiba-tiba menyatu dan berubah menjadi semacam makhluk berlendir yang merangkak di sekitar ruangan hingga tumbuh kaki besar ini dan mulai melompat-lompat di sekitar ruangan. Pomera dan aku mampu mengalahkan homunculus aneh itu sebelum dia bisa melarikan diri. Akan sangat disayangkan jika makhluk itu menghancurkan Manaloch setelah kami menyelamatkan kota dalam beberapa kesempatan.

 

Mungkin itu karena otak iblis. Bagaimanapun, aku tidak akan menggunakan lima topeng lagi. Bahkan empat topeng tampak sedikit berlebihan. Perubahan yang dipicu oleh topeng itu sangat ekstrim sehingga tidak mungkin aku tahu apa yang akan terjadi sampai hal itu terjadi. Bahan-bahannya mendidih di dalam kuali, dan aku menerapkan sihir untuk memicu perubahan.

 

"Jika hipotesisku benar, ini harusnya bisa dilakukan." Kataku.

 

Pomera tersenyum tegang. "Um, Kanata, bukankah lebih baik meminta bantuan dari mastetmu, Lunaère?" Dia bertanya.

 

"Itu akan menjadi yang pilihan terbaik..... jika memungkinkan."

 

"Maksudmu dia sudah meninggalkan kota?"

 

"Tidak, aku pikir dia mungkin masih di Manaloch. Aku tidak bisa menjelaskannya.... tapi dia seperti menghindariku..... Maksudku, dia bukan tipe orang yang sering keluar dalam peradaban. Ini rumit."

Terakhir kali aku berbicara dengan Lunaère tepat setelah pertarunganku dengan Mother, sang raja iblis laba-laba. Aku mendorongnya pada beberapa hal yang dia katakan, dan itu mungkin hal yang salah untuk dilakukan. Akan menyenangkan bagi kami berdua bisa bersama jika dia benar-benar bisa pergi keluar kota sekarang, tapi ada sesuatu yang membuatnya berhenti.

 

Jika aku ingin melakukan percakapan nyata dengan Lunaère, satu-satunya pilihanku adalah menemukan kesempatan untuk memojokkannya. Tapi Lunaère adalah masterku dalam setiap aspek teknik bertarung, dan kemampuannya jauh lebih kuat dariku. Hampir tidak mungkin untuk membuatnya lengah. Aku harus menunggu beberapa kesempatan yang datang atau membiarkan waktu terus berjalan dan entah bagaimana membiarkan semuanya berjalan pada tempatnya. Bisa dibilang, aku mengandalkan keberuntungan atau waktu.

 

"K-Kanata, k-kita bisa membicarakannya nanti! Kuali ifu mendidih! Ada sesuatu.... aku tidak tahu apa, tapi itu membuat suara benturan yang sangat menakutkan!"

Seru Pomera. Terdengar ketukan di tutup kuali, seperti ada sesuatu yang memukulnya dari dalam.

 

"Maaf!" Aku menyesuaikan sihir yang aku terapkan pada kuali dalam upaya untuk menstabilkan apa yang terjadi di dalam.

 

"O-Oke, sejauh ini baik-baik saja...."

Tepat saat aku mengatakan itu, tiga topeng yang menempel di dinding mulai berdentang saat mereka berguncang keras bolak-balik. Clacka-Clacka-Clacking mereka hampir terdengar seperti tawa yang mengejek.

 

"Eeeeek! K-Kanata, apa otak iblis melakukan sesuatu lagi?!" Wajah Pomera menjadi pucat, dan dia menempel padaku.

 

Philia melompat-lompat senang saat dia melihat topeng-topeng itu tertawa. "Semuanya bersenang-senang!"

 

Aku dengan lembut mengeluarkan Heroic Sword of Gilgamesh dari sarungnya dan mengarahkannya ke topeng-topeng itu. Jika saatnya tiba, aku harus segera menghancurkan mereka, mengubahnya kembali menjadi Sand of Dream.

Aku merasa merasa tidak enak pada Philia, tapi situasi ini tidak akan menyenangkan. Dalam hal apapun yang akan terjadi.... yah, masih banyak hal yang tidak kuketahui. Mungkin ternyata menggunakan tiga topeng masih sedikit berbahaya. Salah satunya mungkin cukup banyak untuk menyelesaikannya. Aku benar-benar harus mengurangi jumlahnya.

 

Namun terlepas dari kekhawatiran Pomera (dan aku), tawa para topeng itu dengan cepat mereda. Aku menghela napas lega dan mengembalikan pedangku ke sarungnya.

"Kanata.... tidakkah menurutmu topeng itu benar-benar berbahaya?" Tanya Pomera.

 

"Aku pikir.... aku pikir tidak akan menggunakan lebih dari dua topeng sekaligus. Tiga buah mungkin baik-baik saja, tapi mungkin ada kemungkinan kecil kalau topeng itu entah bagaimana secara tidak sengaja akan menciptakan iblis level tinggi atau pseudo-Zolophilia...."

Aku mengangkat tutup kuali, tidak berharap banyak.

 

Ada semacam cairan hijau di dalamnya.

Aku mengeluarkan Acacia Memoirs dari tas sihirku bahkan sebelum sempat berpikir. Aku membolak-baliknya tanpa memikirkan hal tertentu dan ini adalah halaman yang muncul :

 

BLOOD ETHER OF THE GODS

Value Class : Legendary

Elixir. Bahan aktif : materi otak terkonsentrasi dari iblis level tinggi.

Dikatakan memiliki komposisi yang mirip dengan atmosfer di alam para dewa, dan dikabarkan kalau seorang Arch-Mage pernah menemukan kebenaran tersembunyi dari dunia ini setelah meminumnya.

Peminum menerima peningkatan efisiensi mantra dan memulihkan MP secara besar-besaran.

 

I-Ini dia!

Fakta kalau terbuka pada halaman Blood Ether of the Gods tanpa aku memikirkannya berarti alkimia ini sukses!

 

"K-Kita berhasil!" Aku berteriak.

 

"S-Sungguh? Kamu berhasil, Kanata! Ini artinya kamu akhirnya bisa membuat Elixir-nya sendiri!" Kata Pomera.

 

"Yang berarti metode kita tidak salah. Tapi aku agak terkejut ketika topeng-topeng itu tertawa......" Kataku dan Pomera sedikit mengernyit.

 

"Kanata.... kamu juga tidak berpikir untuk menggunakan tiga topeng lain kali, kan? Kamu baru saja mengatakan kalau itu bisa berbahaya....."

 

Yah, itu berbahaya.... tapi berhasil.

Dan jika aku mengurangi jumlah topengnya, itu akan mengubah rasio bahannya. Tidak memiliki cukup topeng dapat mengakibatkan proses yang terlalu rumit untuk dikelola. Bahkan mungkin membuatnya jadi aku tidak bisa membuat Blood Ether sama sekali. Dan biaya bahannya akan tidak masuk akal.

 

Tapi harus kuakui, aku takut saat topeng itu mulai tertawa.

"Pomera-san, bagaimana kalau kita menggunakan dua topeng saja?"

 

"Apa kamu sedang mencoba meyakinkanku, atau dirimu sendiri...?"

 

Bagian – 3

 

"YOSH..... sekarang sudah stabil dan kita bisa membuat Blood Ethers of the Gods." Kataku saat menyelesaikan eksperimen lainnya.

 

"Oh, bagus....." Pomera menghela napas lega.

 

"Aku ingat pernah meminum banyak sekali elixir ini sebelumnya, dan harganya sangat mahal, benar? Masing-masing dari mereka.... s-sepuluh juta gold?"

 

Aku mengangkat tangan ke daguku dan memikirkan tentang nilai mata uang di dunia ini.

Sesuatu seperti Jade Dragon’s Eye, item B-Rank saja, bernilai lima juta gold. Garnet pernah memberitahuku kalau satu kilogram Adamantium pasti akan menghasilkan lima ratus juta, dengan asumsi itu benar-benar bisa mendapatkan sebanyak itu di satu tempat. Itu berarti ada perbedaan seratus kali lipat antara item B-Rank dan S-Rank.

 

"Kalau kamu memasukkan item Legendary dengan salah satu bahan utamanya, otak iblis itu. Kita bisa mendapatkan banyak dari itu..... " Kataku sambil merenung.

 

Setidaknya itulah peringkat nilai yang diberikan Acacia Memoirs kepada untuk mereka. Semua iblis yang muncul di Cursed Mirror berada di atas level 3.000. Kalian tidak dapat memburu iblis-iblis itu kecuali kalian berada di level terendah yaitu 3.000; Kalian bahkan tidak dapat menemukannya jika kalian tidak memiliki Cursed Mirror itu sendiri.

 

"......Kupikir satu elixir ini bisa menghasilkan lebih dari satu miliar gold."

 

"Ugh....." Pomera tampak terpukul.

 

"Apa ada yang salah?"

 

"Aku sangat menyesal telah meminumnya......"

 

"Itu hanya perkiraan." Kataku sambil tersenyum paksa.

 

"Ini tidak seperti ada banyak orang yang akan membayar sebanyak itu untuk membelinya."

Aku sebenarnya telah meminta Garnet untuk bertanya-tanya apa ada cara mudah untuk menjual Adamantine Ore, namun tampaknya hal itu akan berakhir dengan keterlibatan Keluarga Kerajaan atau pemerintah negara lain. Dia bahkan mengatakan itu bukan sesuatu yang Mithril Wand akan pernah memiliki untuk mendapatkannya.

 

Lagi pula aku tidak butuh uang. Garnet membantu dengan menjual beberapa Getah Pohon Roh sedikit demi sedikit, dan kami kadang-kadang melakukan perburuan monster, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan sisa yang cukup untuk membayar bahan-bahan untuk membuat Blood Ether.

"U-Urgh..... kurasa, tapi aku merasa telah menyia-nyiakan sesuatu yang tak ternilai....." Kata Pomera sambil memegangi kepalanya.

 

Philia ada di sampingnya, meneguk sedikit botol berisi Blood Ether. "Kanata, ini tidak enak..... ini menjijikkan. Rasanya lucu dan baunya menjijikkan."

 

"Ti-Ti-Tidak! Philia! Elixir itu seharga satu miliar gold milik Kanata!" Pomera dengan cepat merebut botol itu dari Philia, yang tampak tidak senang.

 

"Hmph...."

 

"Aku sudah berjanji padanya dia bisa meminumnya setelah selesai." Kataku sambil tertawa.

 

"M-Maaf, aku hanya......" Kata Pomera.

 

"T-Tapi benda ini bukan jenis yang bisa kamu tertawakan begitu saja!"

 

"Blood Ether berasal dari Masks of the Ruler of Dreams milik Philia-chan, dan kita punya banyak itu. Selain itu, kita tidak bisa menjualnya jika kita mencobanya di toko-toko di sekitar sini."

 

"I-Itu, k-kamu benar..... Maaf, Philia."

Pomera menundukkan kepalanya ke arah Philia dan mengembalikan botol itu.

 

Philia memandangi botol di tangannya seolah dia tidak yakin. "Philia pikir itu enak...."

 

"Jika kamu minum sebagian dari Blood Ether itu lalu makan sesuatu yang manis, sebaliknya memakan permen mungkin akan terasa lebih manis." Saranku.

 

"Ide bagus, Kanata! Philia akan mencobanya!" Philia menari-nari dan pergi untuk mengambil beberapa permen.

 

"Apa kamu yakin dia seharusnya tidak melakukan itu dengan sesuatu yang pahit? Mengapa aku satu-satunya yang menganggap ini gila....?" Tanya Pomera.

 

"Kita tidak butuh uang sekarang. Garnet-san berbicara tentang menjual Getah Pohon Roh dengan harga tinggi sedikit demi sedikit agar pasar tidak ambruk." Jelasku.

Jumlah yang kami dapatkan dari itu seharusnya cukup untuk menutupi biaya pembuatan Blood Ether untuk sementara waktu. Jika sesuatu terjadi dan kami tiba-tiba membutuhkan uang, aku masih memiliki Gold Magnet of the Adventuring King yang diberikan Lovis kepadaku. Item itu adalah item A-Rank, yang seharusnya bisa aku tukar dengan cepat dengan gold jika aku meminta Garnet dan orang-orangnya untuk membantu.

 

"Ini mungkin bukan cara paling bagus untuk menangani ini, tapi aku tidak mengeluh jika itu membuat Philia senang." Kataku.

 

"Gosh! Berbagai hal manis terasa sangat manis jika memakannya setelah minum ini!”

Mata Philia berbinar, mulutnya penuh dengan kue.

 

"Cobalah!"

 

Pomera hanya mengerang. "Mengapa tidak menggunakan sesuatu yang lain....? Sesuatu yang lain.... Satu miliar gold seakan seperti....."

 

"Tidak apa-apa. Philia-chan sepertinya menyukai Blood Ether dan aku tidak ingin dia merasa tersisih."

Kataku, menjelaskan kepada Pomera.

 

Bukannya seperti aku akan membiarkan Philia menghabiskan seluruh persediaan Blood Ether kami. Jika dia menyukai sesuatu yang pahit, kami bisa mencari sesuatu yang lain di sekitar Manaloch. Aku benar-benar berharap dia cepat bosan.

 

"Aku agak takut, aku tidak mau minum banyak...." Kata Pomera.

 

"Padahal, aku tidak masalah meminumnya selama latihan sihir dan di saat pertarungan....."

Blood Ether of the Gods memulihkan sihir seseorang dan meningkatkan indra mereka terhadap sihir. Apakah mereka memilikinya atau tidak adalah faktor besar seberapa efisien latihan sihir mereka. Kami mencoba meminumnya sampai kami hampir muntah di sela-sela sesi latihan.

 

"Aku membuatnya untuk kamu minum, Pomera-san." Kataku.

 

"Minumlah, dan mari kita kembali ke Cursed Mirror lagi."

 

Pomera melompat ketika dia mendengarku menyebutkan tentang dunia cermin itu.

"J-Jadi, kita benar-benar akan kembali ke sana....."

 

"Aku ingin menaikkan levelmu lagi.... Dan setelah apa yang baru saja terjadi, kupikir kita harus mencoba melakukannya dengan cepat dan menargetkannya lebih tinggi dari tujuan awal kita."

 

"A-Apa yang membuatmu berpikir begitu?" Pomera bertanya.

 

"Ada sesuatu tentang apa yang dikatakan humanoid dragon si Alice itu....."

 

Saat Alice berada di ambang kematian, dia berkata, "Hee.....hee.... Aku akan memberimu peringatan, Kanata. Makhluk yang lebih tinggi telah mengalihkan perhatian mereka ke arahmu. Cepat atau lambat, kau akan menemui akhir yang tragis. Dan bukan hanya kau saja yang terseret. Itulah mengapa aku menjalani hidupku dengan berjalan di jalan yang mereka buat untukku."

Alice bukan seorang pendatang dunia lain, tapi dia tahu tentang makhluk yang lebih tinggi. Dia tahu tentang Naiarotop. Dia bahkan mengatakan insiden dengan Red Staff of Authority adalah skema yang mereka buat untuk menghancurkanku.

 

Aku ragu Alice hanya berbohong. Naiarotop mungkin tidak senang dengan kenyataan kalau aku masih hidup setelah dia mencoba membunuhku. Ada kemungkinan besar monster yang lebih kuat dari Alice atau Red King akan mendatangiku dalam waktu dekat.

"Sebelumnya, aku selalu berpikir kalau aku tidak akan menarik perhatian jika aku bersikap baik. Tapi aku pikir sudah menjadi target mereka." Kataku.

 

Naiarotop dan dewa lainnya menciptakan Locklore. Aku tidak yakin seberapa bisanya aku bisa melawan mereka jika mereka serius. Menaikkan level di Cursed Mirror tidaklah cukup..... Aku membutuhkan beberapa kartu truf yang akan membiarkanku berhadapan langsung dengan mereka.

Aku sudah lama menjelaskan kepada Pomera kalau kami mungkin akan bertarung melawan seseorang yang berbahaya karena levelku atau asal usulku. Aku memikirkan pendatang dunia lain dan naga humanoid ketika aku mengatakannya, tapi sekarang aku tahu sesuatu yang lebih besar mungkin bergerak melawan kami. Aku baru bertemu dengannya sekali, tapi Naiarotop itu kejam, egois, dan pendendam. Jika dia bermaksud untuk menyakitiku, pelatihan kami saja tidak akan berhasil—tidak peduli seberapa hati-hatinya kami.

 

"Aku tidak tahu seberapa besar aku bisa mempercayai apa yang dikatakan Alice..... Tapi sejujurnya, aku bertanya-tanya apa aku harus membiarkanmu tetap bersamaku, Pomera-san."

 

Pomera mendengarkan dalam diam, lalu meraih pergelangan tanganku dan menatap langsung ke wajahku yang tertunduk.

"Jika kamu dalam bahaya, maka aku ingin membantu lebih banyak lagi! Aku belum membalasmu untuk semua apa yang kamu berikan kepadaku. Dan.... saling membantu saat dalam masalah adalah apa yang dilakukan seorang teman!"

 

"Pomera-san....."

 

"S-Selain itu..... aku benar-benar tidak ingin meninggalkanmu!"

 

Aku terkejut. Tapi ini justru memperkuat tekadku untuk menaikkan levelnya secepat mungkin. Dia harus bisa melindungi dirinya sendiri jika dia menghadapi bahaya terburuk. Philia menempel di lengan kiriku.

"Aku juga! Philia mencintai Kanata dan Pomera, Philia akan bekerja keras bersamamu!"

 

"Terima kasih, semuanya.... Yosh! Kita sudah mendapatkan Blood Ether. Ayo masuk ke dalam dunia cermin dan naikkan beberapa level!"

Sampai sekarang aku belum mempertimbangkan perlunya menaikkan level Philia..... tapi dia juga akan berada dalam bahaya jika Naiarotop datang kepadanya. Aku tidak tahu apa aku akan menjadi master sebaik Lunaère, namun aku harus mencobanya. Bahkan jika itu berarti mendorong mereka melewati batas mereka.

 

"Philia akan bekerja keras untuk menjadi lebih kuat!"

Serunya sambil mengepalkan tangannya.

 

"Y-Yosh. Pergi ke Cursed Mirror..." Kata Pomera dengan lemah.

 

Bagian – 4

 

AKU MEMBERI POMERA CINCIN dengan ular berkepala dua yang melingkar. Cincin itu adalah Ouroboros Wheel, yang mencegah kematian otomatis. Seseorang dengan level Pomera bahkan tidak bisa bermimpi bertarung di Cursed Mirror tanpanya.

 

"Memiliki cincin ini lagi membuatku sadar kalau aku sedang berjalan menuju kematianku sendiri..... lagi."

Kata Pomera saat matanya terkunci dengan mata ular di atas cincin itu. Aku menyerahkan tas sihirku kepadanya juga.

 

"Ada recovery potion dan Blood Ether di dalamnya. Gunakan mereka kapanpun kamu bisa." Kataku.

 

Recovery potion adalah item yang disebut Nine Lives Elixir. Salah satu bahan utamanya adalah darah monster yang muncul di Cocytus, jadi aku tidak bisa memproduksinya dalam jumlah besar. Idealnya, Pomera akan menggunakan white magicnya untuk penyembuhan.... tapi terkadang para iblis itu menyerang kami terlalu cepat.

 

"Philia masuk ke dalam sini untuk pertama kalinya! Ini akan menyenangkan!" Seru Philia.

 

"Tempat ini benar-benar bukan tempat yang menyenangkan......" Kata Pomera cemberut.

 

"Philia-chan, lakukan yang terbaik untuk melindungi Pomera-san, oke? Jika menurutmu semakin berbahaya, segera mundur dan bersembunyi di belakangku." Kataku.

 

"Oke! Philia akan melindungi Pomera!"

Level dasar Philia mendekati 2.000, tapi kemampuan Sand of Dreams itu luar biasa.

 

Philia bisa mengubah bentuk dan levelnya, membiarkannya mencapai lebih dari 3.000 yang akan membuatnya bertarung setara dengan iblis. Dan setiap kali dia berubah bentuk, setiap kerusakan yang dia terima akan terhapus bersih. Dia jauh lebih tangguh daripada yang tersirat dari statistiknya.

 

Aku meletakkan Cursed Mirror of the Warped Realm di lantai kamarku dan kami bertiga melangkah masuk.

Cahaya pelangi yang tidak masuk akal menyebar di sekitar kami.

".....Y-Yah, inilah dia." Pomera mencengkeram tongkatnya erat-erat, matanya tertunduk saat dia menghela napasnya.

 

Ada gerombolan humanoid putih kebiruan di depan kami, mendatangi kami tanpa suara namun dengan kecepatan yang mengerikan. Masing-masing memiliki kelainan dengan bentuk yang aneh : satu dengan hanya satu kaki, satu dengan wajah di dadanya daripada memiliki kepala, yang hanya berupa batang tubuh yang melayang di udara. Pomera tidak melihat ke arah mereka, dan mereka mendekat terlalu cepat untuk bereaksi.

 

"Eeek!"

Teriak Pomera saat aku merangkulnya lalu melompat ke samping. Setiap serangan dari gerombolan humanoid aneh yang datang dengan cepat menghantam area tempat kami baru saja berdiri.

 

Yang hanya berupa batang tubuh jelas lebih cepat daripada yang memiliki kelainan lainnya. Makhluk itu menyerbu kami dan aku menggunakan Heroic Sword of Gilgamesh untuk memotongnya menjadi dua.

"Pomera-san, kamu tidak punya waktu untuk terganggu oleh itu! Teruslah menembakkan sihir seperti biasanya!" Aku berteriak.

 

"O-Oke!"

Pomera mengangkat tongkatnya saat aku menahan gerombolan aneh yang datang dari depan dan dengan cepat memeriksa di belakang kami. Dari belakang datang sekelompok wajah otafuku yang tak terhitung jumlahnya. Mereka tampak seperti wanita rumahan yang dipenuhi kegembiraan dengan pipi tembam besar dan kilau redup di mata sipit mereka.

 

Ketika Lunaère akan menyelamatkanku dari menjadi mainan kunyah iblis itu dan membawaku keluar, dia kadang-kadang berkata, "Itu adalah langkah yang buruk."

 

"Ini mungkin langkah yang buruk." Kataku.

Setiap kali kami memasuki Cursed Mirror, iblis yang mendatangi kami sangat berbeda. Kombinasi tertentu dan jumlahnya bisa berarti kami akan mengalami saat-saat yang buruk. Satu-satunya pilihan kami saat ini terjadi adalah melarikan diri dan mencoba lagi.... tapi hal itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

 

Tiba-tiba, ratusan lengan besar berwarna putih murni muncul dari tanah. Mereka memiliki mata di telapak tangan mereka dan membentuk lingkaran di sekitar kami. Untuk sesaat kupikir itu adalah musuh baru, tapi kemudian aku sadar aku telah melihat lengan ini saat Sand of Dreams menyelamatkan kami selama insiden Ragni. Lengan besar itu menampar wajah para wanita itu dan mencegah mendekatnya gerombolan humanoid yang aneh itu. Musuh kami tidak bisa lagi bergerak bebas.

 

"Spirit Magic Level 8 : Salamander's Claws!"

Pomera mengangkat tongkatnya. Api menyembur dalam barisan, mengenai otafuku itu. Mereka bahkan tidak tersentak, namun itu pasti telah menyebabkan beberapa kerusakan.

 

Ini bekerja! Memiliki Philia di sana berarti situasinya lebih stabil untuk menaikkan level Pomera. Philia mengubah langkah buruk menjadi langkah yang bisa dikelola.

......Sampai wajah raksasa boneka beruang muncul melayang di langit. Wajah itu dijahit dari kain merah muda berpendar dan memiliki dua kancing besar untuk matanya.

 

"Imuutnya!" Teriak Philia dengan gembira, tapi wajahku menjadi pucat.

 

"I-Ini bukan hanya langkah yang buruk, ini langkah yang sangat buruk! Philia-chan, lenganmu, tarik kembali lenganmu!" Aku berteriak.

 

Aku tahu itu karena aku pernah melawannya sebelumnya bahwa Sand of Dreams milik Philia memiliki kelemahan. Hal-hal yang dia ciptakan bukanlah objek yang terpisah, tapi bagian dari tubuhnya sendiri. Jika dia mengalami serangan area yang menghapus lengan itu, dia akan menderita kerusakan yang luar biasa. Saat aku mengalahkannya, itu karena aku menggunakan Gravity Bomb untuk menerbangkan tiga bagian yang dia bagi menjadi dirinya, lalu menyerang saat dia masih lemah.

 

"Heeh? Tapi kemudian wajah-wajah menakutkan itu akan—"

 

"Tidak masalah! Cepatlah!"

Philia melakukan apa yang aku katakan dan menarik kembali lengan besar dari lingkaran mereka di sekitar kami. Kain robek di area mulut boneka beruang, merusak penampilannya yang aneh. Hal itu mengungkapkan mulut menganga yang dilapisi dengan gigi manusia yang jelas; darah mengalir dari antara celahnya. Api yang mengamuk meletus dari dalam kerongkongannya, memancarkan cahaya merah ke segala sesuatu yang terlihat.

 

Aku memeluk Pomera dan Philia padaku, satu di kedua sisi, dan melompat.

"Space-Time Magic Level 4 : Short Gates!"

 

Kami melompat sejauh yang kami bisa dalam batas mantra itu. Di belakang kami, sekumpulan monster aneh dan wajah para otafuku terbakar dalam lautan api.

Aku mengangkat Heroic Sword of Gilgamesh ke arah wajah boneka beruang yang melayang di langit itu.

 

"Space-Time Magic Level 18 : Gravity Bomb!"

Cahaya hitam mengelilingi boneka beruang itu dan ruang mulai melengkung dan menyusut. Ditekan dari semua sisi, wajahnya menyusut sesaat sebelum meledak. Benang dan sobekan kain mereka tersebar di seluruh area.

 

".....Kurasa aku tidak bisa mengharapkan semuanya berjalan dengan baik setiap saat di Cursed Mirror....." Kataku.

 

"T-Tapi, Kanata, boneka beruang itu mengurangi jumlah musuh, yang memberi kita sedikit istirahat!"

Kata Pomera saat bayangan besar menimpa kami.

 

Monster yang mirip kelabang raksasa melesat ke arah kami, tubuhnya melentur. Seperti biasa, kelabang itu sebenarnya bukan kelabang. Makhluk itu adalah makhluk yang terbentuk dari rantai kepala manusia besar dalam bentuk kelabang. Setiap bagian tubuhnya terbuat dari kepala manusia dengan seringai lebar di wajahnya. Tentakel yang menyerupai kaki kelabang tumbuh dari pipi dan pelipis mereka.

Aku mengayunkan pedangku, memotong kepala manusia yang mendekat menjadi dua. Bagian bawah dan atasnya terus mengelilingi kami dengan kecepatan tinggi.

 

Hal ini hanya di luar batas penerimaan Pomera, yang sekarang membeku dengan tongkatnya setengah terangkat. Sudah begitu lama sejak dia berada di Cursed Mirror sehingga dia pasti sudah lupa bagaimana hal-hal aneh dan tidak masuk bisa terjadi.

Aku tidak bisa menyalahkannya. Aku juga agak lupa bagaimana rasanya. Kalian tidak bisa benar-benar menangani iblis di Cursed Mirror sampai kalian mati rasa karena takut dan sakit.

 

Philia membagi dirinya menjadi tiga, berbaris di depan Pomera, dan berteriak, "Philia akan melindungi sisi ini!"

 

"Terima kasih, Philia-chan! Aku akan menutupi bagian belakang. Pomera-san, tolong coba serang iblis itu dengan sihir!"

 

"H-Hiyah...." Pomera berhasil melakukannya. Matanya penuh dengan air mata.

 

Bagian – 5

 

SEMINGGU TELAH BERLALU sejak kami melanjutkan menaikkan level di Cursed Mirror.

Pomera sedang duduk di lantai kamarku, merosot lesu ke dinding. Ada botol-botol kosong berisi Blood Ether yang telah kosong di sekelilingnya.

 

"Perutku terasa lembek..... Kanata, aku tidak bisa minum lagi....."

 

"Apa kamu yakin? Ini paling efektif jika kamu minum sebanyak yang kamu bisa setelah merapal mantra dan menggunakan semua sihirmu." Aku mengingatkannya.

 

"Apa aku benar-benar menjadi lebih kuat....? Aku tidak tahu berapa kali aku hampir dibunuh oleh iblis-iblis itu, dan aku masih merasa tidak bisa melukai mereka sama sekali." Kata Pomera.

 

"Tidak diragukan lagi kamu menjadi lebih kuat. Hari ini, kamu mencapai level 1.032."

Iblis di Cursed Mirror berada di sekitar level 3.000. Kami masih memiliki banyak ruang untuk berkembang sebelum dia mulai melihat berkurangnya pengalamannya dari membunuh iblis.

 

"Tentu, tapi....." Kata Pomera, tapi hanya sampai sejauh itu sebelum matanya terbuka lebar.

 

"L-Level 1.032?! A-Apa itu mungkin?"

 

"Apa maksudmu? Bagaimanapun juga, itu adalah levelmu sekarang. Jika kamu tidak mempercayaiku, kamu bisa gunakan Level Slate."

 

"B-Bukannya aku tidak percaya kepadamu.... H-Hanya saja, seberapa kuat level 1.000 itu?"

 

"Tidak ada yang benar-benar bisa dibandingkan dengan itu."

Dari semua yang aku lihat sejauh ini, Mother sang raja iblis laba-laba adalah yang tertinggi yang berada di level 1.000. Level itu sekitar lima kali lebih kuat dari Lovis.

 

Level dasar Philia dulu sekitar 1.800, tapi levelnya melonjak hingga 2.900 melalui pelatihan Cursed Mirror. Mempertimbangkan betapa kuatnya Sand of Dreams-nya, bahkan aku akan berada dalam masalah serius jika dia berusaha sekuat tenaga.

"Akan bagus jika ada lawan yang layak untuk kamu lawan dan membuatmu naik level lagi." Kataku.

 

"Sampai naik sekitar 500 level atau lebih....."

 

"Naik level 500 level.....?! Kanata, raja iblis dengan level 500 cukup kuat untuk membuat seluruh negeri ke dalam kekacauan! A-Apa kita benar-benar perlu naik level lagi?"

 

Sebenarnya.... Aku bahkan tidak berpikir menaikkan level saja sudah cukup.

Aku menginginkan semacam kekuatan yang telah terbukti yang dapat bekerja melawan lawan seperti Naiarotop. Seperti salah satu "Bug" yang disebutkan Alice. Para pendatang dari dunia lain adalah satu-satunya yang mendapatkan Gift Skill dari para dewa, dan skill ini tidak seimbang. Beberapa tidak berharga, yang lain benar-benar OP. Alice membuatnya terdengar seperti makhluk yang lebih tinggi yang menyebut para pendatang dunia lain yang OP itu sebagai "bug" dan membenci mereka.

 

Mungkin jika aku tidak bisa menang, aku bisa melakukan cheat......

Aku ingin berbicara dengan Lunaère tentang hal itu. Ada satu masalah : meskipun aku menghabiskan minggu terakhir ini berkeliling kota mencarinya, aku masih tidak dapat menemukannya.

 

"Aku masih berpikir kita harus mulai dengan menaikan levelmu ke level 3.000......." Kataku.

 

"Menaikkanku ke level 3.000?! Itu artinya masih ada lagi yang akan datang setelah itu?!" Mata Pomera melebar.

 

"Tapi kita tidak memiliki banyak Nine Lives Elixir. Aku pikir aku lebih suka kamu bekerja mempelajari white magic daripada naik level sekarang."

Jika Pomera bisa menggunakan white magic yang lebih tinggi, dan meningkatkan skillnya dengan itu, maka kami bisa mengurangi penggunaan healing potion kami.

 

"Kita juga telah memeriksa stok Blood Ether yang kita punya, jadi aku ingin berbicara dengan Garnet-san. Mungkin ide yang bagus untuk menerima beberapa permintaan juga, hanya untuk mengubah suasana."

 

"Kita juga sudah lama tidak pergi ke Guild Petualang, jadi mungkin ada sesuatu yang baru yang mungkin telah terjadi....."

Saat itu terdengar suara ketukan di pintu. Pomera, Philia, dan aku saling memandang dan berdiri.

 

"Aku akan membukanya."

Kataku dan berdiri untuk membuka pintu.

 

"Oh! Halo, Garnet-san....!"

Berbicara tentang iblis. Orang sibuk seperti Garnet, aku tidak akan mengharapkan dia datang berkunjung secara langsung. Sudah biasa baginya untuk mengirim utusan, bahkan dalam keadaan darurat. Sesuatu hal yang salah pasti telah terjadi.

 

"Lama tidak bertemu, Kanata. Aku belum melihatmu sejak kita pergi bersama untuk meminta maaf kepada Kotone-dono. Aku minta maaf atas masalah yang aku sebabkan." Katanya dengan senyum minta maaf.

 

"Sebenarnya, aku datang untuk menanyakan sesuatu kepada Pomera-dono."

Sekarang aku yakin kalau Garnet telah menebak levelku lebih tinggi dari Pomera, tapi dia masih bertingkah seolah dia tidak tahu. Sebagian dari diriku merasa tidak perlu lagi menyembunyikan kebenaran dari Garnet pada saat ini, tapi dia begitu memperhatikan kami sehingga membuatku sulit untuk mengatakan apapun. Kami memilih sikap dan tindakan yang sama sebagai hasilnya. Aku mundur setengah langkah dan Pomera melangkah maju.

 

"Um, apa itu....?" Pomera bertanya.

 

"Dua hari terakhir ini, cuaca di Manaloch agak aneh." Kata Garnet.

 

"Cuaca....?"

 

"Ya. Sekarang tidak ekstrim, tapi ada fluktuasi suhu yang jelas tidak mungkin terjadi selama musim ini. Setelah membandingkan situasi ini dengan catatan sejarah, kami memiliki alasan untuk percaya kalau hal ini mungkin mengindikasikan kembalinya dua naga jahat yang datang ke wilayah ini setiap beberapa dekade."

Mereka membuat cuaca berubah hanya dengan datang? Sesuatu yang luar biasa seperti itu tinggal di sini, di dunia ini?

 

"Abyssal Fire Dragon, Dis, dan Abyssal Ice Dragon, Ptolomea—salah satu atau bahkan keduanya mungkin sedang bergerak. Salah satu dari mereka bisa menghancurkan seluruh kota untuk bersenang-senang hanya dengan melewatinya."

 

Aku menelan ludahku saat mendengarkannya.

Orang-orang Locklore tidak bisa istirahat. Mereka harus melakukan segala macam hal untuk memastikan kota mereka tidak terseret ke dalam hal seperti ini. Aku sudah lama berpikir kalau Garnet adalah orang yang luar biasa karena terus-menerus menghadapi krisis demi krisis dan tidak menyerah di bawah tekanan itu.

 

"Aku harap kita langsung mengambil kesimpulan."

Kata Garnet, melanjutkannya.

 

"Namun ada kemungkinan kecil kalau itu benar. Aku telah menghubungi semua petualang di atas A-Rank dan meminta mereka untuk menyelidiki. Jika kedua naga jahat itu benar-benar bergerak, kita perlu mengetahui lintasan mereka secepat mungkin."

 

Pomera melirikku, dan aku balas mengangguk.

"Kami menerima permintaanmu untuk menyelidikinya."

 

Bagian – 6

 

POMERA DAN AKU berjalan ke ruang konferensi di lantai dua Guild Petualang. Philia tinggal di rumah di tempat yang aman.

Karakter yang biasanya telah berkumpul : oranh yang terbungkus perban, lelaki tua pengguna sihir, swordman berambut emas, dan Rosemonde. Mereka ini adalah empat petualang A-Rank Manaloch.

 

Rosemonde mendatangi kami dan melepas topeng kambingnya. "Kalian juga, ya? Semuanya tampaknya telah diundang. Yang artinya ini...."

Suara langkah kaki mendekat. Aku melihat ke arah pintu dan melihat Kotone muncul. Matanya yang agak kasar menyipit dan menyapu area itu, seperti dia sedang waspada.

 

"K-Kotone-san...."

Kotone mungkin masih marah tentang Manga itu. Aku berpikir untuk memberitahunya kalau orang lain baik-baik saja dengan cerita hubungan itu, tapi aku memutuskan kalau hal itu hanya akan menuangkan lebih banyak gas ke api.

 

Kotone melihatku. Dia menutup matanya dan menarik napasnya. Ekspresinya menjadi lebih parah, lalu dia berjalan ke arahku. Untuk sesaat, aku mempertimbangkan diriku untuk berlari.

Dia berhenti di depanku dan menatap. Keheningannya tidak terputus.

 

"Uh....." Aku kesulitan mengucapkan kata-kata sesaat sebelum Kotone berdeham.

 

Pipinya diwarnai sedikit merah muda saat dia berbicara.

"....Maaf tentang sebelumnya. Aku agak kacau saat itu. Maaf telah menyalahkanmu.... dan tetap marah begitu lama."

 

Lalu Kotone menundukkan kepalanya.

"K-Kotone-san......" Kataku.

 

"Aku memikirkannya dan tidak mungkin kalau kamu ada hubungannya dengan..... itu. Garnet menceritakan keseluruhan ceritanya setelah aku tenang. Kamu telah membantu membuat manga lainku ke dalam format yang tepat, tapi kamu tidak ada hubungannya dengan yang satunya itu."

Itulah slash manga yang akhirnya diterbitkan karena beberapa petugas Mithril Wand menyukainya. Aku khawatir dia tidak akan pernah memaafkan kami, tapi sekarang hubungan kami tampaknya membaik.

 

"Aku benar-benar melampiaskannya kepadamu."

Kotone menggelengkan kepalanya dengan lemah dan menghela napasnya.

 

Gelombang kelegaan menyapuku. "Tidak apa-apa.... maaf aku tidak bisa berbuat apapun."

 

Aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi jika aku meninggalkan manuskrip manga itu kepada Garnet, karena dia tidak sepenuhnya memahami maknanya. Aku bahkan telah mempertimbangkan untuk menghancurkannya agar tidak dipublikasikan. Jika aku lebih ngotot, kami bisa menghindari dampak terburuk.

 

"Yah.... jika kamu merasa tidak enak, maka kamu dapat membalasku dengan sebuah bantuan."

Kata Kotone, mulutnya tersembunyi di balik tangannya dan matanya melihat ke tempat lain.

 

"A-Aku akan melakukannya jika aku bisa...."

Kotone sepertinya tidak berpikir aku yang harus disalahkan, namun tampaknya dia belum akan membiarkanku lolos.

 

"Hanya saja.... tidak ada seorang pun di dunia ini yang tahu apapun tentang manga."

Suaranya teredam dan dia tampak gugup.

 

"Aku berpikir akan sangat membantu jika kamu bisa membantuku mendapatkan ide, atau jika aku bisa meminta pendapatmu tentang sesuatu....."

 

"T-Tentu saja! Jika kamu senang aku melakukan itu, aku akan senang melakukannya!"

Aku yakin dia tulus, namun berasumsi kalau yang sebenarnya dia inginkan adalah mengobrol tentang manga dengan seseorang dari dunia yang sama. Dia tampak sangat bersenang-senang saat terakhir kali kami membicarakannya. Dan aku juga suka berbicara tentang manga—hal itu membawa kembali banyak kenangan. Aku senang untuk menyetujuinya.

 

Kotone sudah agak memaafkanku, tapi perubahan ini mudah-mudahan akan menghilangkan kecanggungan yang masih ada di antara kami.

"Aku minta maaf karena memanggil kalian semua ke sini dalam waktu sesingkat itu dan kemudian membuat kalian semua menunggu." Kata Garnet sambil melangkah ke ruang pertemuan. Dia ditemani oleh seorang bawahan.

 

"Kami baru saja menerima informasi baru dari seorang pedagang yang bepergian ke sini dari kota lain. Butuh beberapa waktu untuk mengatur pikiranku tentang apa yang dia katakan, dan hal itu memberikan kepercayaan pada teori kami tentang naga jahat."

 

Garnet melihat sekeliling ruangan, lalu matanya tertuju kepada Kotone. "Oh, Kotone-dono, kamu datang! Aku sangat gembira kalau kamu telah memutuskan untuk membantu kami."

 

Kotone balas menatap Garnet dan duduk di kursi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

.....G-Garnet-san sepertinya belum dia maafkan.

 

"K-Kotone-san, G-Garnet-san tidak—" Bisikku padanya.

 

"Aku tidak marah padanya. Dia telah melakukan banyak hal untukku. Karena itulah aku di sini untuk pertemuan para petualang."

 

D-Dia benar-benar marah.

Sejujurnya, manga adalah budaya yang asing bagi Garnet. Selain itu, dia sudah cukup tua dan fokus sepenuhnya pada pekerjaannya. Dia kemungkinan mendelegasikan keputusan tentang penerbitan kepada seseorang yang lebih..... berpikiran terbuka dan membiarkan mereka membuat keputusan. Setelah itu, berbagai hal terjadi begitu saja. Namun, tidak ada gunanya memberitahu Kotone—dia menganggap Garnet bertanggung jawab, dan hanya itu.

 

"B-Baiklah kalau begitu."

Kata Garnet dengan sedikit meringis.

 

"Biarkan aku langsung menjelaskan peran yang aku harap kalian masing-masing akan setuju untuk ambil. Silahkan duduk, semuanya."

 

Aku duduk di sebelah kiri Kotone, lalu Pomera duduk di sebelah kiriku, dan Rosemonde duduk di sebelahnya.

Garnet ingin menugaskan area tertentu ke petualang yang berbeda dan meminta mereka menyelidikinya. Kami perlu mencari tahu apa naga jahat ini benar-benar ada di pedesaan; dan jika ya, seperti apa lintasan mereka nantinya.

 

Kami akan dibayar untuk jumlah hari kerja yang disepakati, terlepas dari apakah kami menemukan sesuatu atau tidak. Ini adalah situasi yang cukup mendesak.

Pada satu titik ketika Garnet sedang berbicara, Rosemonde mencondongkan tubuh ke Pomera dan aku untuk memelototi Kotone. Kotone memperhatikan dan membalas tatapan tajam.

 

"Apa?"

 

"Hmph. Aries Hand..... aku selalu mengira kau sedikit aneh.... tapi aku tidak pernah membayangkan kalau kau adalah seorang seniman." Kata Rosemonde, sedikit jijik menemukan jalan ke kata terakhir.

 

Kebanggaan Rosemonde adalah menjadi seorang petualang. Aku pikir dia tidak bisa mengerti bagaimana seorang petualang S-Rank akan berkecimpungan dalam dunia seni.

 

"Apa itu masalah buatmu?" Jawab Kotone, sekali lagi tanpa menyembunyikan ketidaksukaannya.

 

Terperangkap di tengah percakapan berbisik-bisik ini tidaklah nyaman. Pomera menggigit bibirnya dengan canggung. Tangan Rosemonde bergerak ke pinggang dan ke belakang mantelnya.

"H-Hei, Rosemonde-san, kita sedang berada di tengah pertemuan para petualang. Ini bukan waktunya untuk bertengkar." Bisikku mendesak.

 

Dari luar mantelnya, dia menarik salinan manga.

"Tanda tangani ini untukku, oke?" Kata Rosemonde.

 

"Dan akan bagus kalau ada sekuelnya."

Kotone duduk membeku di sana selama sepuluh detik, matanya melebar, menatap Rosemonde. Kemudian alisnya membentuk ekspresi cemberut yang tidak pasti dan dia berbalik. Wajah perlahan memerah, dia batuk untuk berdeham.

 

"Baiklah, tapi aku akan melakukannya nanti. Oke....?"