Chapter 3  :

The Evil Priest Notts

 

Bagian – 1

 

MANSION GUBERNUR—saat ini ditempati oleh Lord Grand— Mansion itu berdiri tepat di tengah-tengah Arroburg. Mudah untuk melihat bangunan terbesar di kota, bangunan itu dikelilingi oleh tembok yang tinggi untuk memastikan tidak ada siapapun yang mengintip ke dalam bangunan besar itu. Penjaga berpatroli di sekelilingnya saat siang dan malam.

Diapit oleh dua bawahannya, Grand berdiri menghadap seorang pemuda di ruang bawah tanah. Pemuda itu memiliki rambut hitam kebiruan, mata sipit, dan sekilas cukup tampan. Tapi dia memancarkan aura yang membuat sebagian besar manusia di sekitarnya merasa tidak nyaman.

 

"N-Notts, apa kau sudah menyelesaikan persiapan untuk ritualnya?" Grand bertanya, dan naga humanoid itu mengangguk.

 

Notts berhenti sejenak sebelum berbicara.

"Bintang-bintang telah sejajar dan benang perak yang mengikat kita ke alam astral menipis. Anak domba berkumpul, dan roh mereka akan dipanggil sebelum fajar. Gadis yang menelan pasir memegang dahan yang layu. Dia akan membuka matanya lagi untuk tidur. Gagasan telah mewarisi karat dari mahkota yang tidak sedap dipandang, namun wajah siapa yang tercermin dalam bilah yang kembali? Keinginan kita terdalam—"

Notts menjalin kata-kata itu dengan suaranya yang indah seperti semacam puisi misterius, namun Grand tidak tahu apa artinya.

 

Notts menoleh ke Grand dan anak buahnya, membuka mata sipitnya dan memperhatikan kebingungan mereka. Ketiganya tersentak ketika tatapannya melewati mereka, masing-masing dari mereka berkeringat dingin yang membuat tubuh mereka dingin sampai ke tulang.

 

Salah satu dari mereka memberanikan diri untuk berbisik : "Grand-sama, mungkin anda harus mempertimbangkannya kembali—"

 

"Tidak ada jalan untuk kembali sekarang! Orang ini akan menjadikanku raja!"

Aura Nott sangat kuat, tapi keserakahan Grand lebih kuat. Wajahnya yang bulat dan jelek memucat saat dia tersenyum.

 

"Jangan takut dengan metaforaku, tuanku — aku lupa diri di sekitar manusia biasa. Sederhananya, maksudku persiapan sudah selesai. Aku harus mengucapkan terima kasih atas izinmu untuk menggunakan kota Arroburg sebagai altar. Selama berabad-abad, aku telah lama ingin memanggil masterku dan menghancurkan para babi bodoh yang haus kekuasaan yang telah meninggalkan keyakinan sejati."

Kata Notts, mulutnya terangkat dengan senyum kecil. 

 

"Aku tidak memiliki keinginan untuk otoritas. Aku hanya ingin melihat dunia dikembalikan ke tatanan yang dimaksudkan oleh Dewa Teror. Aku yakinkan anda bahwa anda akan naik tahta, seperti yang dijanjikan."

 

"K-kalau begitu, semuanya baik-baik saja! Ya, lakukanlah.... Hoho, aku akan menjadi raja!"

Grand tertawa pelan kepada dirinya sendiri, dan anak buahnya meliriknya dengan gelisah.

 

"Tuanku, ada sesuatu yang aku harap anda dengar sebelum masterku kembali." Kata Notts dengan lembut.

 

"Di masa lampau—sekitar lima ribu tahun yang lalu — kekacauan yang ditimbulkan oleh raja iblis begitu mengerikan sehingga keadaan dunia saat ini tampak sangat indah jika dibandingkan. Dalam kelemahan mereka, umat manusia berdoa untuk keselamatan, dan setelah bergenerasi-generasi berdoa, sebuah raksasa muncul dari laut sebagai jawaban. Gambar topengnya yang mengerikan dan lengannya yang menggeliat dicatat dalam mural dan tablet batu. Dia adalah Zolofilia, Dewa Teror."

 

"Zolofilia mengalahkan raja iblis dan membawa kedamaian bagi orang-orang. Namun dia juga tahu bahwa tanpa musuh bersama, umat manusia pasti akan berbalik arah. Jadi Zolophilia menggunakan topengnya yang mengerikan untuk menanamkan rasa takut di hati mereka — tali yang menakutkan untuk menahan naluri dasar manusia."

 

Grand tersenyum sopan, tidak tertarik dengan pelajaran sejarah. Dia sedang melamun tentang kekuatan yang akan segera dia miliki. Nott melanjutkan :

 

"Namun..... Dalam kebodohannya, umat manusia mulai membenci Zolofilia. Pendahuluku, para priest yang mengabdikan diri kepada Dewa Teror, musnah dalam serangan mendadak, dan Zolophilia disegel oleh para penguasa negara yang telah dia selamatkan."

Suara tanpa emosi Notts mulai pecah karena marah.

 

Grand menjadi terkejut dari hayalan kekuasaannya saat aura priest itu meningkat. Keringat menetes di wajah Grand.

 

"Tapi hal itu tidak cukup bagi mereka. Tidak! Mereka mendistorsi sejarah; mereka menodai nama keluargaku. Zolofilia, dewa yang menyelamatkan dunia, sekarang disebut.... Pembunuh! Bahkan sekarang, mereka yang menyembahnya diburu dan disiksa dengan kejam sampai mati!"

Kekuatan cengkeraman Notts mematahkan tongkat di tangannya, dan kerutan kemarahan muncul di wajahnya. Air mata kemarahan mengalir dari sudut matanya yang sipit.

 

"Dosa mereka tidak akan diabaikan! Sejarah tidak akan terulang kembali! Di masa lalu, kami salah telah begitu baik! Manusia tidak lebih dari babi rakus, tidak tahu hutang mereka sendiri. Kami akan memberikan otoritas hanya kepada beberapa orang terpilih, dan sisanya akan diperlakukan sebagai ternak! Itulah satu-satunya cara untuk membimbing dunia ini kembali ke pencerahan abadi! Begitu Zolofilia terbangun, teror sejati akan menguasai!"

Grand berdiri membeku kaget, mulutnya ternganga.

 

Grand tahu bahwa Notts bermaksud memanggil entitas yang mengerikan. Dia juga tahu bahwa itu kemungkinan besar akan menelan banyak nyawa rakyatnya.

Tapi sekarang dia dihadapkan pada kebobrokan yang hina dari keputusannya untuk bekerja dengan naga humanoid itu.

 

Notts melemparkan tongkatnya yang rusak ke tanah, menyeka air matanya dengan lengan jubahnya, dan tersenyum hangat.

"Tuanku, anda mengerti, bukan?"

 

Grand menjawab pertanyaan Notts dengan tatapan kosong dan memberikan dua anggukan, seperti boneka yang talinya ditarik.

 

Bagian – 2

 

POMERA DAN AKU bertemu di Guild keesokan paginya untuk melihat papan permintaan dan mendengarkan rumor terbaru. Tampaknya Octavio telah meninggalkan kota..... untuk alasan yang tidak diketahui.  Kami bukan satu-satunya orang yang senang melihatnya pergi.  Kata di jalan adalah bahwa sekelompok orang lain bahkan mencoba menyergapnya dalam perjalanan keluar, dan dia nyaris lolos dengan nyawanya.  Kami tidak terlibat dalam gosip yang beredar, yang melegakan.

 

"Misi C-Rank sepertinya sangat menguntungkan, Kanata!" Kata Pomera, dengan tatapan sekilas ke arahku.

 

"Y-Ya...." Aku tidak bisa melihat ke mukanya.

 

"Ke-Kenapa kamu tidak mau menatap wajahku? Aku tidak mengingat banyak tentang saat makan malam tadi malam—Aku baru saja bangun di tempat tidurku pagi ini. A-Apa aku melakukan sesuatu yang tidak sopan?"

 

"Kamu tidak mengingatnya?"

 

Pomera melompat sedikit mendengar kata-kataku dan meremas tongkatnya karena malu.

"J-Jadi aku memang melakukan sesuatu....."

 

"Mari kita lupakan saja." 

 

"Apa yang telah aku lakukan?!"