"A-Aku minta maaf telah mencampuri urusanmu."
Katanya. Dia tampak gelisah, dan aku bertanya-tanya seberapa sering dia benar-benar berbicara dengan orang asing.
"Aku akan sangat berterima kasih jika kamu bisa menunjukkan kepadaku di mana Guild itu berada. Kamulah yang memanggil penjaga itu untukku. Terima kasih nona....?"
"P-Pomera. Maaf, itu salahku karena kamu jadi terikat dengan para penjaga....."
Pomera...... Orang-orang menyebutkan nama itu sebelumnya.
"Tidak, tidak, kamu benar-benar membantu. Terima kasih! Apa kamu... telah mengikutiku sejak saat itu?"
Aku telah berjalan secara acak, berkeliaran di jalanan. Tidak mungkin kami bisa secara kebetulan bertemu kembali satu sama lain.
"S-Sebenarnya, aku sedang mencoba untuk memutuskan apa aku harus berbicara denganmu sebelum itu juga. A-Aku akhirnya hanya mengikutimu berkeliling....."
Ah, sungguh? Mengingat pengalamanku sejauh ini di Arroburg, hal ini tampaknya sedikit mencurigakan. Dia mungkin terlihat imut, tapi mungkin dia mengincar jubah yang dibuat Lunaère untukku, atau tas sihirku, atau Sorcerer King’s Researchku.
"Oke, tapi.... Apa ada alasan bagimu untuk mengikutiku?" Aku bertanya.
"Um, itu karena.... K-kamu sepertinya tersesat begitu lama. Maaf, aku seharusnya mengatakannya lebih cepat. Aku hanya tidak pandai berbicara dengan orang lain."
Mungkin dia sebenarnya adalah orang yang baik namun agak pemalu.
Aku merasa sedikit malu karena aku menduga sebaliknya. Dia terus menunggu ini sepanjang waktu, menunggu waktu yang tepat untuk berbicara denganku.
Jika aku begitu gugup berbicara dengan orang asing, aku mungkin akan langsung menyerah.
Setelah dengan canggung memecahkan kebekuan, Pomera memimpin jalan menuju Guild Petualang.
"J-jadi, kamu datang ke sini sendirian, Kanata?"
Pomera bertanya.
"Uh, Ya... bisa dibilang aku sedang dalam perjalanan."
"K-Kalau begitu..... Hal yang bisa kamu lakukan akan sangat terbatas. Akhir-akhir ini, banyak petualang level rendah terbunuh, jadi mereka membuat persyaratan lebih keras. Jarang sekali seorang petualang dapat mengambil pekerjaan peringkat-F di Arroburg."
"Ah, benarkah.....?"
Bahuku merosot karena kecewa. Sepertinya aku akan melakukan pekerjaan kasar sampai aku dapat menemukan orang untuk diajak bekerja sama.
"Aku akan membiarkanmu bergabung dengan partyku, tapi...... Kurasa itu tidak akan berjalan dengan baik."
Pomera memalingkan wajahnya, tampak sedih. Aku mendapat kesan dia bukanlah orang yang membuat keputusan.
Setelah berjalan beberapa saat, kami tiba di sebuah bangunan besar dengan lambang di atas pintunya dengan satu pedang merah dan satu pedang putih.
Orang-orang di sana memiliki pandangan yang kasar tentang mereka, seperti mereka adalah petarung. Aku akhirnya mencapai Guild. Kami masuk bersama, dan Pomera melihat sekeliling dengan gugup sebelum menghela nafas lega.
"Apa ada yang salah?" Aku bertanya.
"T-Tidak, bukan apa-apa. Hanya saja... Aku seharusnya bertemu dengan anggota partyku, dan aku sedikit terlambat. Sepertinya aku yang pertama di sini, jadi aku merasa sedikit lega."
"Kamu terlambat? Apa ini salahku karena kamu harus menolongku?"
"Tidak, tidak! Ini salahku, Aku-Akulah yang mau membantumu! Selain itu, yang lain biasanya bertemu di tempat lain dan kemudian datang ke Guild.... Dan mereka biasanya terlambat."
Kedengarannya seperti mereka mengecualikan Pomera. Dia menggelengkan kepalanya dengan kuat, mungkin menebak apa yang kupikirkan dari ekspresiku.
"T-Tidak apa-apa! Mereka sangat baik kepadaku terlepas dari segalanya. Mereka orang baik."
Kata Pomera, bersikeras.
Jika dia berkata begitu, tapi hal itu bukan urusanku. Mengikutsertakan orang luar untuk membantu masalah yang ada di dalam kelompok—namun nada suaranya membuatku merasa tidak nyaman.
Pomera berkata dia akan menunggu teman-temannya di dekat pintu masuk, jadi aku berbalik untuk berjalan ke meja resepsionis sendirian. Dia menghentikanku sebelum aku pergi.
"K-Kanata.... Tolong hati-hati. Laki-laki yang kamu lawan, Octavio, dia adalah petualang D-rank. Dia menerima hukuman dari Guild untuk insiden kekerasan beberapa kali." Kata Pomera.
Jadi orang itu benar-benar seorang petualang...
Jika peringkat terendah adalah F, maka Octavio adalah tiga peringkat di atas tangga hanya di level 28. Sistem ini tidak tampak seperti sistem fungsional bagiku.
Kemudian, aku mulai meragukan klaim Lunaère bahwa aku tidak akan aman di luar dungeon kecuali aku berada di level 4.000.
"A-Ada desas-desus bahwa dia menyerang sekarang karena dia gagal dipromosikan ke C-rank. Akan lebih baik untuk mengganti pakaianmu dan menutupi wajahmu dengan jubah." Lanjut Pomera.
"Terima kasih telah memberitahuku....."
Akan sangat menyakitkan jika aku berakhir dengan pertengkaran dengannya, karena aku tidak ingin menimbulkan masalah. Pada saat yang sama, aku juga tidak memiliki keinginan untuk melepas jubah dan perhiasan yang diberikan Lunaère kepadaku hanya untuk bersembunyi dari pengganggu seperti Octavio.
"Pomera-san, terima kasih untuk semuanya."
Kataku sambil membungkuk.
"Kamu sangat membantu ketika aku membutuhkannya. Aku berjanji akan membalas kebaikan ini suatu hari nanti."
Tapi dia berdiri di sana berkedip dalam kebingungan.
"......Pomera-san?"
"Maaf! Tidak pernah ada yang dengan tulus berterima kasih kepadaku sebelumnya! A-Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa.... Maafkan aku!"
Perasaanku menjadi agak tenggelam mendengarnya.
Bagian – 5
"ANEH......."
Kataku sambil mengantri di meja resepsionis. Aku telah secara diam-diam memeriksa status orang-orang di sekitarku, dan hasilnya membingungkan.
Dari dua puluh orang yang aku periksa, semuanya berada di antara level 5 dan 30. Hal ini membuatku mempertimbangkan kembal reaksi terhadap Lovis karena dia berada level 181.Bahkan level 28, Octavio, tampak di atas rata-rata.
Tidak heran Lovis adalah orang brengsek yang sombong. Dalam kebanyakan situasi, dia sebenarnya memiliki kekuatan untuk mendukung sikapnya itu.
Kemudian aku mulai berkeringat saat pikiran tidak nyaman lainnya menyerangku. Jika orang-orang di sini tahu kalau aku berada di level 4.122, mereka akan memperlakukanku seperti monster. Mereka bahkan mungkin mencoba mengusirku.
Apa Lunaère berbohong kepadaku? Atau mungkin dia sudah lama terkurung di Cocytus sehingga pemikirannya tentang level standar benar-benar miring.
Dia bilang ada orang-orang berkuasa di Locklore dan mereka pasti akan memperhatikanku—jadi mungkin dia hanya mencoba untuk memberi sebuah peringatan untukku.
Tapi serius, perbedaan level ini tampak ekstrim.
"Heh....?" Sebuah poster menarik perhatianku.
Di dinding Guild ada poster buronan dengan wajah yang aku kenal. Di sana terdapat poster yang berisikan, "Lovis of the Black Reapers," dan di bawahnya, "Bounty: 80 juta emas." Mungkinkah ada banyak perbedaan antara satu emas Locklorian dan satu yen jepang?
Ini tidak masuk akal. Tidak mungkin orang itu memiliki bounty sebesar 80 juta yen untuk kepalanya.
"Seram, ya? Dia terlihat di daerah itu, jadi ada poster buronan di mana-mana."
Terdengar suara dari belakang. Aku menoleh untuk melihat seorang laki-laki muda kurus seusiaku dengan busur dan anak panah di punggungnya.
"Eh, orang seperti apa dia?"
Tanyaku, pura-pura tidak tahu.
"Aku tidak tahu terlalu banyak tentang dia...."
"Oh, astaga. Kalian belum pernah mendengar tentang Lovis? Dia merekrut petualang yang ditolak oleh Guild. Mereka mengambil pekerjaan seperti pembunuhan atau campur tangan dengan perdagangan. Orang itu adalah kabar buruk. Bahkan ada desas-desus kalau dia mengambil kesepakatan secara diam-diam dari banyak penguasa. Tapi dia tidak seperti tidak memedulikannya. Dan dia menjatuhkan banyak penjahat lain karena dia hanyalah orang bar-bar yang terobsesi dengan perkelahian. Beberapa orang di luar sana bersorak untuknya seperti dia pahlawan dari rakyat. Dia punya karisma gelap ini, kau tahu?"
"Karisma gelap....." Aku ingat senyum Lovis yang menyeramkan dan patuh.
Karisma..... Gelap? Sepertinya itu tidak benar. Mungkinkah orang yang aku temui itu bukanlah orang yang diposter meski nama mereka sama? Tapi tidak salah lagi wajah di poster itu. Aku melihat poster buronan merah terang di sebelahnya.
Poster ini memiliki gambar seorang pemuda berjubah bermata sipit, namun anehnya, tidak ada tulisan hadiah di atasnya. Yang tertulis hanyalah "Evil Priest Notts".
Aku bertanya-tanya apa penempatannya di poster Lovis berarti ada sangkut pautnya juga.
"Lalu siapa poster orang yang di sebelahnya itu?"
Aku bertanya kepada orang di belakangku.
"Kau juga belum pernah mendengar tentang naga humanoid? Bung. Mereka manusia yang juga seperti...... Naga. Mereka pada dasarnya adalah bencana berjalan. Tidak ada bountynya karena tidak mungkin manusia bisa berbuat apa-apa tentang mereka. Jika monster seperti itu ada di kota, aku pastinya akan melarikan diri." Jelasnya.
Oke, sekarang kedengarannya seperti bahaya serius.
"Ngomong-ngomong, menurutku peringatan tentang Notts itu hoax." Lanjutnya sambil tersenyum.
"Ada banyak poster di gedung lain, tapi kemarin, aku melihat penjaga menurunkannya. Poster itu hanya sekelompok gosip. Kami bahkan tidak tahu apakah dia itu masih hidup atau sudah mati."
Akhirnya nomorku dipanggil di meja resepsionis.
Aku berhasil bergabung dengan Guild tanpa masalah menggunakan uang yang aku dapat dari Lovis. Mereka memberiku buku pendaftaran dengan beberapa informasi dasar di dalamnya, namun.... tidak ada pekerjaan yang layak tersedia untukku. Daftarnya hanya ada sekelompok quest dengan bayaran rendah.
Mulai dari menemukan familiar yang hilang hingga meneliti sihir pemanggilan tingkat rendah. Pekerjaannya sangat rendah sehingga aku bertanya-tanya mengapa pemohon tidak bisa begitu saja melakukannya.
Secara teknis, ada beberapa pekerjaan peringkat-F yang melibatkan mengumpulkan tanaman obat di hutan atau berburu goblin, tapi aku tidak diizinkan untuk mengambilnya.
"Aku hanya mengharapkan sesuatu dengan sedikit lebih banyak pertarungan." Kataku kepada resepsionis.
"Ah.... Ini formalitas, tapi kami tidak bisa membiarkan petualang peringkat-F menerima pekerjaan apapun yang melibatkan monster kecuali mereka berada dalam party yang terdiri dari dua orang atau lebih."
Kata resepsionis dengan nada yang menyiratkan bahwa mereka sering mengatakan itu. Sepertinya aku akan mengangkut barang bawaan atau membantu summoning research sampai akh menemukan beberapa anggota party. Aku akan mengambil tugas dari daftar itu saat aku mendengar suara marah datang dari pintu depan.
"Oi, Pomera! Dari mana saja kau? Kau mencoba mempermainkan kami?"
"T-tapi kamu baru saja tiba.....!"
"Apa kau bodoh? Karena kau tidak hadir, jadi kami pergi berbelanja. Kukira itulah yang kami dapatkan karena membiarkan sampah sepertimu berada dalam party!"
Pomera meringis saat laki-laki berambut biru berteriak kepadanya. Ada perempuan lain yang berdiri di dekatnya menguap seperti dia bosan dengan situasi.
Mereka pasti anggota party yang dikatakan oleh Pomera. Dia telah mengatakan bahwa anggota adalah orang baik, tapi tidak terlihat seperti itu bagiku.
Nyatanya, mereka tampak sangat buruk bagiku karena memarahinya seperti itu saat mereka menunggunya untuk pergi ke toko.
"Aku akan, uh, pergi ke belakang antrian."
Kataku kepada resepsionis sambil membungkuk.
Aku mengambil buklet pendaftaranku dan pergi ke Pomera. Ini salahku karena dia terlambat, dan aku tidak akan membiarkannya begitu saja.
"Sihir menyedihkanmu bahkan tidak bagus untuk apapun. Satu-satunya hal yang kau bisa lakukan adalah menjadi beban, di tambah kau bahkan tidak bisa tepat waktu, maka kau tidak berharga! Apa kau mengerti siapa aku bilang?"
Laki-laki berambut biru itu mencondongkan tubuh ke dekat Pomera, menyerbu ruangnya. Mulut Pomera membuka dan menutup, tapi dia tidak bisa mengeluarkan suaranya.
"Ayo, gunakan kata-katamu! Apa kau mengerti apa yang aku katakan?" Aku melangkah di antara keduanya, memisahkan mereka.
"Dia terlambat karena dia membantuku saat aku tersesat. Jika itu sebabnya kau marah, maka aku akan minta maaf. Meskipun tampaknya sikapmu terlalu jauh, jadi aku langsung datang ke sini." Kataku.
"K-Kanata?" Kata Pomera, kaget.
"Hah?"
Laki-laki berambut biru itu menatapku dengan kesal. Dia mendengus dan kemudian kembali menatap Pomera.
"Jadi, kau berusaha keras untuk membantu orang ini? Aku kira kau Half-Breed mencoba untuk bersikap baik dengan manusia mana pun yang bisa kau temukan."
"Half-breed.....?" Aku bertanya.
"Oh, kau tidak tahu? Kalau begitu, lihatlah." Laki-laki itu menyeringai kejam dan meraih baret Pomera.
"Jangan! He-hentikan, Roy, kumohon!"
Pomera menangis dan mencoba melawan, namun Roy mendorongnya ke bawah sambil mencuri topinya. Aku segera bergerak di belakangnya dan menahan Pomera saat jatuh.
"Apa kamu baik-baik saja?" Aku bertanya.
".....Apa itu? Apa kau baru saja berteleportasi?"
Roy menatapku dengan mata menyipit sebelum menggosoknya dengan punggung tangannya.
"Terserahlah. Coba lihat telinganya—Half-Human dan Half-Forest Bogey." Wajah Pomera pucat saat dia menekankan tangannya ke kepalanya, berusaha menyembunyikan sesuatu. Di bawahnya, aku bisa melihat telinga runcing.
"Elf? Tidak.... Half-Elf." Kataku pelan. Lunaère telah memberitahuku tentang mereka, tapi ini adalah pertama kalinya aku melihatnya sendiri.
Aku mungkin bisa menebak mengapa Roy menyebut mereka Forest Bogey. Elf adalah ras bertelinga panjang yang mahir dalam sihir dan memanggil kekuatan roh yang berusia panjang dan tidak menua. High Elf hidup di benua terapung di langit, tapi yang lahir dan dibesarkan di hutan di permukaan hanya disebut Elf.
Lunaère berkata para high elf bisa hidup hampir seribu tahun dengan bantuan roh di langit, sedangkan Elf hutan hidup mendekati lima ratus tahun. Half Elf di kota mungkin hidup sekitar dua ratus tahun.
Elf lebih menyukai alam dan membenci perluasan kota, sehingga mereka sering berselisih dengan manusia. Mengetahui ada sejarah konflik, aku tidak terkejut bahwa ada darah percampuran seperti ini yang bertahan lama.
"A-Aku minta maaf, aku tidak bermaksud menyesatkanmu, Kanata, aku hanya... Ingin berteman."
Air mata menggenang di mata Pomera.
Kupikir dia itu pemalu, tapi sekarang aku mengerti kenapa—dia tidak diterima baik di masyarakat manusia maupun Elf.
"Kau mengerti, kan? Kau harus menjaga keturunan Half-Breed ini dengan baik. Karena aku adalah orang baik karena membiarkan dia bergabung dengan party kami, benar?" Roy mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Orang ini benar-benar membuatku kesal.
"Kecuali kau orang tolol, kau harus kembali mengurus urusanmu sendiri."
"Ya, aku mengerti... Aku mengerti kalau berbicara denganmu tidak ada gunanya." Kataku.
Percakapan ini hanya akan berputar-putar. Aku tidak tahu terlalu banyak tentang rincian Half-Elf, tapi aku sangat kesal sehingga aku tidak memikirkannya.
"Pomera-san, maukah kamu membentuk party denganku? Aku butuh seseorang untuk menunjukkan berbagai tentang yang ada di sekitar sini, dan aku tidak bisa mengambil pekerjaan yang layak sendirian."
Kataku. Lalu aku mengulurkan tanganku ke Pomera untuk berjabat tangan.
"H-Heeh—tapi aku seorang Half-Elf.... Apa kamu yakin? Dan aku tidak tahu apa aku akan berguna......"
Roy memelototiku sebelum beralih ke Pomera.
"Oi, kau tidak bertanggung jawab di sini! Aku tidak bisa kehilangan tenaga kerja murah!"
"Ini adalah keputusan Pomera-san. Keuntunganmu tidak penting." Kataku.
Pomera awalnya tampak tidak yakin, namun akhirnya mengambil keputusan. Dengan gemetar, dia mengulurkan tangannya dan menjabat tanganku dengan lembut.
"A-Aku akan senang bergabung denganmu, Kanata! Aku tidak banyak berguna, tapi aku akan melakukan yang terbaik!"
Saat Pomera dan aku berbalik untuk berjalan kembali ke meja resepsionis, Roy meraih bahuku Dia membungkuk dan berbisik di telingaku :
"Dengar, Kantata atau siapapun kau, kau tidak perlu berpura-pura menjadi orang yang baik. Akubisa mengerti. Kupikir Half-Bogey ini juga bagus dalam sihir—tapi levelnya rendah, dia kikuk, dan dia tidak berguna. Yah, mungkin bagus untuk mengeluarkan sedikit tenaga..... Kau harus memberinya—"
Aku memberi Roy dorongan ringan untuk menjauhkannya dariku, dan kekuatan itu membuatnya jatuh ke tanah.
"Kau menyedihkan." Kataku. Setengah jalan ke meja resepsionis, Pomera berhenti dan menoleh ke belakang.
"Kamu tidak boleh membuang energi lagi untuk orang itu." Kataku kepadanya dengan lembut.
"Di-Dia...... Dia bertingkah aneh."
Aku menoleh ke belakang untuk melihat bahwa Roy sedang menggeliat di lantai dengan matanya melebar dan meneteskan air liur saat dia memohon bantuan dari anggota partynya yang lain.
"Ya tuhan, sakit! Bantu aku, Holly! Bahuku terkilir!"
Sepertinya perbedaan level akan menjadi masalah yang lebih besar daripada yang aku harapkan.
Bagian – 6
KAMI MENGAJUKAN dokumen yang diperlukan kepada Guild untuk menetapkan kalau Pomera dan aku adalah sebuah party. Sekarang kami dapat menerima permintaan yang melibatkan melawan monster, dan aku tidak perlu berurusan dengan melakukan pelayan masyarakat saat mengambil misi.
Pekerjaan pertama yang kami ambil bukanlah yang paling menarik, tapi sepertinya sesuai untuk pihak yang baru mendaftar. Dalam misinya kami harus mengurangi kawanan Goblin level 7 di sekitar pinggiran Arroburg.
Misi itu bahkan bukan tantangan, tapi tidak ada pilihan lain untuk meningkatkan peringkatku di Guild. Dan tanpa menaikkan peringkatku, aku tidak akan memiliki akses ke permintaan tingkat yang lebih tinggi. Itu adalah aturannya, jadi kami pergi berburu Goblin.
"Um.... A-Apa kamu benar-benar yakin ingin jika aku boleh ada di partymu?" Pomera bertanya ragu-ragu setelah kami menerima pekerjaan itu.
Aku mengerti mengapa dia begitu pemalu, mengingat betapa buruknya perlakuan Roy dan partynya terhadapnya. Tetap saja, kurangnya kepercayaan dirinya membuatku tidak nyaman.
"Akulah yang seharusnya berterima kasih kepadamu." Kataku.
"Kamu satu-satunya orang di kota yang kukenal, meskipun aku baru mengenalmu kurang dari sehari. Aku merasa aku bisa mempercayaimu."
Wajah Pomera memerah saat dia gelisah dengan menarik topi baretnya.
"A-Aku sangat senang karena aku juga bisa berteman denganmu.... dan kamu tidak memperlakukanku dengan berbeda sekarang karena kamu tahu aku Half-Elf. Roy dan Holly kadang-kadang memperlakukanku sedikit buruk, jadi aku sangat berterima kasih karena kamu mengundangku untuk bergabung dengan partymu. A-Aku hanya tidak ingin menjadi beban."
"......Terkadang, dengn sedikit buruk?"
Kataku tanpa berpikir. Hal itu tampak seperti pernyataan yang meremehkan.
"M-Mereka sangat baik di masa lalu! Mereka tahu orang-orang di Guild menghindariku karena aku ras campuran. Mereka adalah satu-satunya yang baik ketika mereka berbicara denganku. Aku tidak bisa memenuhi harapan mereka karena aku tidak berharga...." Bahunya merosot karena kecewa.
"Mungkin jika aku.... Jika aku bisa melakukan l-lebih baik, maka aku akan bisa berteman dengan Roy dan Holly lagi....."
Aki ingin membangkitkan semangatnya, namun aku tidak tahu harus berkata apa. Bahkan jika Pomera memiliki kekuatan sihir yang diharapkan Roy, aku ragu itu akan mengubah dinamika kelomlok mereka.
Aku ingat kata-kata kasar Roy tentang Pomera — itu menyebalkan. Dia harus melupakan kedua bajingan itu. Tidak peduli bagaimana melihatnya, Roy adalah sampah. Aku tidak terlalu tahu tentang Holly juga, karena dia hanya berdiri di sana dan membiarkan Roy memperlakukan Pomera semena-mena.
"A-Aku berlevel rendah dibandingkan dengan Roy, tapi aku bisa menggunakan White Magic hingga level 3! Ibu mengajariku sebanyak itu.... Saat dia masih hidup. Jadi kamu bisa membiarkanku untuk menangani bagian penyembuhan!"
Meskipun White Magic adalah bagian terlemahku, aku bisa menggunakan hingga mantra level 4. Aku menyimpan itu untuk diriku sendiri.
Sejauh ini, aku berhasil menyembuhkan dengan ramuan Lunaère dan Ouroboros Wheel. Adapun tingkat pengalaman, yang sudah aku diperiksa. Roy berlevel 14 dan Pomera level 7. Sedangkan bagi mereka, Roy mungkin tampak dua kali lebih kuat dari Pomera, bagiku, mereka hampir sama.
"Aku akan mencoba yang terbaik untuk memastikan aku tidak mengecewakanmu! Aku berjanji akan berguna!"
Kata Pomera keras sambil meremas tangannya.
Dia menyadari betapa kerasnya dia berbicara ketika dia melihat orang lain melihat ke arahnya. Sekali lagi, wajahnya menjadi memerah dan menarik baretnya ke bawah seolah-olah dia mencoba bersembunyi di dalamnya. Jika Pomera mengetahui bahwa aku berada di atas level 4.000, dia mungkin mengira aku hanya mengundangnya untuk bergabung denganku karena kasihan. Kenyataannya, aku membutuhkan anggota party untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dan memiliki seseorang yang tahu tentang petualangan dan kota itu sangat membantu.
Tapi aku penasaran, apa dia bisa berurusan dengan mengetahui kebenaran atau apa dia meninggalkan party begitu saja dengan berpikir bahwa dia adalah beban. Jika dia pergi, aku punya perasaan bahwa keadaan akan menjadi buruk baginya. Aku mengerutkan keningku saat aku mempertimbangkan bahwa mengikatnya ke dalam situasiku yang aneh dapat menyebabkan banyak masalah baginya.
"Maafkan aku, Kanata! Aku jadi mempermalukanmu...."
Kata Pomera sambil menundukkan punggungnya.
Dia pasti melihat ekspresiku yang mengeras dan menganggap itu karena ulahnya. Aku tersenyum, yang sepertinya akan menenangkannya, tapi aku masih khawatir tentang apa yang harus kulakukan.
Kami melewati seorang laki-laki pendek ketika kami meninggalkan Guild. Melihat Pomera bersamaku, dia menyeringai lebar. Dia adalah toady yang bersama dengan Octavio, D-rank, jadi aku bergegas bersama Pomera dengan langkah cepat. Saat kami mundur, aku bertanya kepada Pomera di mana kita bisa menemukan toko untuk membeli beberapa kebutuhan petualangan.
"Aku merekomendasikan toko kelontong ini."
Katanya, menunjuk ke sebuah tanda.
"Mereka memiliki banyak pilihan—kantong air, pisau, barang pemulihan, dan bahkan ranting kering untuk obor. Aku punya peralatan menjahit, jadi tidak khawatir tentang itu. Menjahit adalah..... Satu-satunya hal yang pernah dipuji Holly kepadaku."
Ketika dia berkata bahwa dia memiliki perlengkapan menjahit, butuh beberapa saat bagiku untuk menyadari mengapa hal itu berguna. Kemudian aku sadar bahwa pakaian bisa rusak saat melawan monster. Mampu memperbaiki peralatan sendiri di luar kota pasti sangat membantu.
"Aku sudah memiliki beberapa item pemulihan. Aku juga punya kantong air, dan aku ahli dalam sihir api, jadi kurasa kita tidak perlu sesuatu yang mahal."
Kataku, mengangkat tas sihirku dan menepuknya.
"K-Kamu punya tas sihir. Aku memang selalu berpikir kalau kamu punya pakaian yang bagus... S- Sekarang aku merasa sedikit malu."
Pomera menyusut, meremas bahunya.
"K-Kamu tidak perlu percaya kata-kataku, tapi Roy dan Holly sering datang ke toko ini. Sungguh, itu bagus! Jika kamu mengandalkan sihir, kamu mungkin akan kehabisan mana saat kamu sangat membutuhkannya. Sebaiknya biasakan membeli ramuan tambahan saat kamu sempat!"
Aku benci mendengar nama Roy selalu muncul, tapi dia sepertinya tidak membencinya sama sekali. Aneh kalau dia menyarankan tempat ini, karena itu jelas membawa kembali kenangan buruk. Mungkin dia lebih peduli tentang mencoba membantu daripada memikirkan betapa kasarnya mereka memperlakukannya.
"Sejujurnya, kurasa kita tidak perlu terlalu mencemaskan hal itu." Kataku.
"Apa ini tentang uang? Jika demikian, aku bisa membayarnya... K-Kamu mungkin bisa menggunakannya...."
"Tidak, aku akan membayar! Aku mendapat sedikit uang dari seseorang yang aku temui saat bepergian, jadi aku baik-baik saja. Atau begitulah....."
"K-Kamu tidak harus membayarnya!" Kata Pomera.
"Tidak apa-apa..... Saat aku berada di party Roy dan Holly, mereka memintaku membayar barang-barang kebutuhan mereka sepanjang waktu."
Bedebah-bedebah itu!
"Aku saja yang membayar!" Aku bersikeras.
"Kamu hanya perlu memberitahuku apa yang kita butuhkan." Kami terus berbicara berputar-putar untuk sementara waktu.
Pomera sangat ingin berguna tapi kami akhirnya sepakat untuk membagi biayanya. Dengan belanja kami yang telah diurus, kami menuju ke gerbang kota untuk pergi berburu Goblin.
"Menurutku Roy-san dan Holly-san bukan orang yang sangat baik." Kataku ragu-ragu saat kami bberjalan
"Ma..... Maaf jika membicarakannya menyakitkan, tapi apa kamu sama sekali tidak marah kepada mereka?"
"Aku pikir mau bagaimana lagi."
"Mau bagaimana lagi...?"
"Para Elf yang tinggal di hutan terdekat sering menyerang Arroburg." Katanya.
"Ayahku adalah manusia dari kota ini, dan ibuku adalah Elf. Dia dulu membenci manusia, tapi.... Saat ibu dan ayahku semakin dekat, pemimpin Elf mencoba membuat Elf lain di desa membencinya seperti mereka membenci manusia. Pada akhirnya, mereka mengejarnya dari hutan."
"Mengapa pemimpin melakukan itu?"
"Elf kehilangan perlindungan dari roh dan kekuatan mereka jika mereka terlalu lama tinggal di pemukiman manusia. Dan saat kota tumbuh, mereka menghancurkan tempat tinggal para Elf. Ibu bilang orang mengira Elf dan manusia tidak boleh hidup berdampingan karena itu."
Hal ini akan menjelaskan mengapa Half-Elf tidak diterima di kota. Aku tidak akan mengatakan, mau bagaimana lagi, tapi sepertinya ada masalah yang mengakar di dalamnya.
"Dan kemudian ayah berkata bahwa Lord Grand mencoba membuat masalah melawan para Elf. Dia mungkin tidak suka bahwa ras lain memiliki klaim atas sebagian tanahnya. Terutama di hutan dengan tempat berburu yang bagus. Akhirnya, para Elf pindah jauh karena kebencian dan kekerasan. Aku masih sangat muda sehingga aku tidak terlalu mengingatnya."
Aku telah menduga bahwa semuanya buruk, tapi aku terkejut mengetahui kalau mereka semua telah dipaksa untuk bermigrasi.
"Lord Grand adalah seorang ekstremis, namun permusuhan terhadap Elf tumbuh di seluruh Kerajaan. Itulah yang mendorongnya — fakta kalau manusia dan Elf melihat satu sama lain sebagai musuh. Jika aku bekerja sangat keras dan berteman, aku pikir bisa membuat perubahan kecil atas sikap orang-orang di kota ini! Jika aku bisa mendapat kekuatan—jika aku bisa berguna—pasti Roy akan memperlakukanku dengan adil. Ini adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan Half-Elf sepertiku."
Kata Pomera, mencengkeram tongkatnya erat-erat saat dia berbicara. Wajahnya tiba-tiba menjadi memerah ketika dia menyadari bahwa dia telah menyimpang.
"A-Aku minta maaf..... Aku bahkan belum mengenalmu sehari pun, dan aku sudah membicarakan tentang hal-hal ini. Tidak banyak orang yang mendengarkanku. Aku..... A-Aku benar-benar menyebalkan, bukan?"
"Sama sekali tidak. Akua pikir itu adalah tujuan yang mengagumkan."
Aku memiliki rasa respek baru kepada Pomera. Hal itu adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan, namun entah bagaimana, dia hanya berhasil membenci sistem dan bukan orang-orang di dalam sistem itu. Dia tampak seperti pemalu, namun dia memikul beban di pundaknya sendiri daripada membenci orang lain.
Half-Elf ini sebenarnya sangat berpikiran maju dan memiliki hati yang baik secara fundamental.
"Jika ada yang bisa kulakukan, aku akan membantumu." Kataku.
Satu-satunya tujuanku sejak meninggalkan Cocytus adalah membuat banyak kenangan yang bisa aku bagikan dengan Lunaère ketika aku bertemu dengannya lagi, jadi dia bisa mengalami suasana di permukaan secara berbeda. Membantu Pomera dengan mimpinya terasa seperti cerita yang bagus untuk diceritakan. Aku lebih suka mengikuti mimpi daripada petualangan tanpa tujuan, bahkan jika itu adalah mimpi orang lain.
Impianku sendiri tidak terlalu realistis. Aku memiliki fantasi tentang negosiasi ulang dengan Naiarotop sehingga aku dapat melihat kucingku, Kuromaru, lagi. Peluang besar untuk itu. Naiarotop membenci nyaliku, dan terlibat dalam debat dengan Dewa Terbawah mungkin tidak akan berakhir dengan baik.
Lagi pula, aku benci meninggalkan Lunaère di sini sendirian saat aku kembali jepang. Aku mengkhawatirkan Kuromaru, tapi dia adalah makhluk yang tangguh. Aku yakin dia bisa hidup dari alam liar atau amal orang asing lainnya.
Pomera menatapku dengan mata lebar dan air mata mengalir di pipinya.
"A-Aku minta maaf, aku benar-benar bahagia. Tidak ada yang pernah mendukungku, dan aku sangat senang sehingga aku mulai menangis......." Kata Pomera sambil menyeka air mata dengan lengan bajunya.
"T-Tapi kurasa aku tidak layak. Aku tidak punya apapun untuk membalasmu!"
Aku berharap dia memiliki sedikit lebih percaya diri. Hal itu akan membuatnya jauh lebih mudah......
Kami akhirnya tiba di gerbang kota dan melihat tempat berburu kami.
Jadi..... Goblin, ya? Aku harus menahan diri, atau bisa-bisa terjadi bisa-bisa berjalan menyimpang. Aku harus menyesuaikan rencanaku dengan situasinya.
Bagian – 7
GUILD MEMBAYAR 2.000 emas untuk setiap Goblin yang mati. Pomera mengatakan bahwa dua orang harus bisa membunuh delapan Goblin sehari. Namun, kami dengan cepat dikepung oleh mereka berlima segera setelah kami keluar ke lapangan.
Pomera kebanyakan menyerang dengan tongkatnya, mungkin mencoba menyimpan sihirnya untuk nanti. Aku mencoba mengarungi mereka dengan memukul mereka dengan gagang pedangku, karena membunuh mereka terlalu cepat akan menimbulkan kecurigaannya.
"Ada lebih dari yang kuduga...." Kataku, menghindari serangan dari kelompok Goblin itu. Aku memukulnya dengan ujung pedangku, dan monster itu terlempar ke belakang.
"M-Mungkin ada sarang Goblin di dekat sini. Kita harus melaporkannya ke Guild sehingga beberapa petualang C-rank dapat menyelidiki area tersebut. Ini akan menjadi pertarungan yang sulit hanya untuk kita berdua, jadi kita harus mengurangi jumlah mereka dan mencari cara untuk melarikan diri."
Kata Pomera, dan aku hanya mengangguk.
Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Aku telah mencoba menyerang goblin dengan perlahan oleh pedangku ketika pertarungan dimulai, namun HPnya sangat rendah sehingga tubuhnya berubah menjadi debu dan menghilang, yang akan membuat Pomera langsung curiga.
HEROIK SWORD OF GILGAMESH
Value Class : Godly
Attack : +3500
Magic : +2500
Pedang favorit seorang pangeran yang lahir 3.000 tahun yang lalu, yang juga merupakan manusia terkuat saat masih hidup. Pancarannya dapat langsung memotong kekuatan hidup monster dan demon. Legenda berbicara tentang Golden Strike, serangan yang dikatakan mengandung sepertiga dari kekuatan seluruh Kerajaan.
Pangeran menggunakan pedang ini untuk mengalahkan Nightmare Rites, sekelompok lima Raja iblis.
Kemenangannya mengakhiri pemerintahan mereka selama dua ratus tahun dan membebaskan rakyatnya. Setelah itu, sang pangeran termasuk di antara Empat Pahlawan dari Abad Kegelapan. Setelah sang pangeran meninggal karena penyakit langka, tubuh dan pedangnya menghilang. Dikatakan keduanya dibawa untuk beristirahat dengan para Dewa.
Ini adalah pedang super keren yang kuterima dari Lunaère. Pedang ini bisa melepaskan semburan cahaya yang menyerang, dan deskripsinya sangat menginspirasi. Tapi pedang ini terlalu kuat untuk melawan Goblin. Jika aku secara tidak sengaja menggunakan bahkan sebagian kecil dari kekuatan yang aku dapatkan dari pelatihan dengan Lunaère, seseorang yang secara patologis seperti Pomera mungkin akan melihatnya sebagai alasan untuk meninggalkan party. Aku tidak bisa menyimpan rahasiaku selamanya, tapi aku memutuskan untuk membicarakannya ketika kami tidak sedang dikerumuni oleh monster level rendah.
Goblin pertama yang kubunuh menghilang dalam kepulan debu. Aku berhasil meyakinkan Pomera bahwa tidak pernah ada Goblin di sana sejak awal, tapi aku tidak bisa membuat kesalahan itu dua kali. Sekarang aku mencoba melawan monster dengan menangkis ayunan tongkat mereka dengan gagang pedangku.
Aku menangkis serangan dari Goblin dan memeriksa Pomera tepat pada waktunya untuk melihat stafnya disingkirkan oleh kekuatan kasar dari serangan Goblin.
Sial, aku tidak mengawasinya. Segalanya akan sia-sia jika dia terluka parah.
Dengan perlahan aku mendorong Goblin di depanku dengan kakiku, dan goblin itu meluncur pergi. Lalu aku menoleh ke Goblin yang mencoba menyerang Pomera dengannya senjatanya dan menggunakan gagang pedangku untuk membenturkannya di dahinya. Kepalanya patah dan mulai berguling dengan cepat.
"Apa kamu baik-baik saja?!" Aku berteriak.
Sementara itu, goblin yang kutendang bertabrakan dengan sebatang pohon, yang mencabik-cabik tubuhnya, dan kepala Goblin lainnya masih menggelinding melintasi lapangan.
"Y-Ya, aku baik-baik saja....."
Kata Pomera, mulutnya menganga takjub saat dia melihat kepala Goblin itu berputar ke kejauhan.
G-Goblin lebih lemah dari yang kukira. Aku harus melakukan beberapa gerakan untuk tindakan kepura-puraanku ini.
Dua goblin yang tersisa menjatuhkan Gada mereka dan melarikan diri.
"B-Bagus, dua yang terakhir sudah kabur. Itu artinya kita telah mengalahkan tiga...."
Kataku sambil memeriksa sisa-sisa Goblin.
Guild memberitahuku bahwa mereka menggunakan telinga kiri para Goblin sebagai bukti penyelesaian, jadi kami perlu memotongnya untuk membuktikannya.
Aku tidak berpikir aku bisa membujuk Guild untuk percaya bahwa segenggam pasir adalah telinga, jadi salah satu dari mereka ada yang tidak beruntung karena menerima tebasan dari Heroik Sword of Gilgames.
"Err.... Aku maksud dua. Kami telah mengalahkan dua."
Kataku, mengoreksi diriku sendiri.
"Jadi kita hanya perlu membunuh enam lagi."
Kemudian aku ingat bahwa telinga monster itu masih menempel di kepalanya yang menggelinding.
"K-Kanata.... Aku tahu tidak sopan untuk mengorek ini, tapi.... apa kamu berlevel tinggi?"
Tanya Pomera ragu-ragu setelah menatap ke arah kepala Goblin yang bergelinding itu.
"Yah.... Itu mungkin karena aku memukulnya di tempat yang tepat. Atau begitulah......"
"Di tempat yang tepat—?"
Pomera mulai bertanya, tapi kami mendengar gemuruh kaki di kejauhan. Aku berbalik dan melihat gerombolan Goblin, hampir ada dia puluh dari jumlah mereka, berlari lurus ke arah kami.
Kelompok mereka itu tidak hanya memiliki jenis Goblin biasa—tiga dari mereka memiliki bintik-bintik merah.
Sebelumnya, Pomera mengatakan kami harus lari jika kita melihat Goblin dengan bintik merah. Rupanya, jika Goblin membentuk kelompok, mereka mewarnai kulit anggota terkuat menjadi merah untuk menandakan bahwa mereka adalah pemimpin.
"S-Serbuan monster! Ini seharusnya tidak terjadi sedekat ini dengan kota! Bahkan jika kita lari, mereka akan mengepung kita! Goblin takut api, jadi gunakan obor. Lebih menggunakannya daripada tidak sama sekali!" Seru Pomera.
Mau aku punya rahasia atau tidak, ini sepertinya bukan situasi yang baik untuk menahan diri. Aku menyiapkan pedangku dan terkejut melihat seorang manusia berlari jauh di depan gerombolan Goblin. Dia adalah laki-laki bertubuh pendek dengan hidung bengkok, berjongkok dan memainkan seruling giok yang aneh.
Dia menyeringai dengan kebencian di matanya saat dia berlari ke arah kami. Aku mengenal laki-laki itu... Kami berpapasan dengannya saat kami meninggalkan Guild. Sekarang dia berlari ke arah kami beberapa saat di depan para monster dan dengan ekspresi kemenangan.
"Hehehe.... Kau harus memberikan tas sihir itu kepada Octavio ketika kau punya kesempatan! Kau setidaknya masih memiliki hidupmu." Kata laki-laki itu, sambil menutup mulutnya dan tertawa keras.
Dia adalah anggota dari Octavio. Aku tidak begitu yakin bagaimana dia mengendalikan para Goblin, namun melihat agitasi aneh mereka, kurasa seruling batu giok memiliki semacam kekuatan untuk membuat mereka menggila. Bagaimanapun, hal itu jelas bahwa ini bukan pertemuan yang kebetulan. Aku mungkin tidak tahu bagaimana dia menemukan kami, tapi jelas bahwa ini bukan kali pertamanya.
"Aku benci bersih-bersih setelah bekerja, kau tahu. Dengan cara ini, kalian hanya akan menjadi beberapa orang bodoh yang menjadi makanan para Goblin ini. Bahkan jika seseorang menjerit, aku hanya akan berpura-pura bodoh dan mengatakan kami tidak punya daging sapi. Ikan kecil seperti kalian seharusnya mengetahui tempat kalian, tapi kali harus tidak memahaminya. Octavio membenci hal itu lebih dari apapun." Kata laki-laki itu.
Dia mengantongi seruling dan mengeluarkannya sesuatu yang tampak seperti gyoza kuning, yang dia melemparkannya ke arah Pomera.
"Ini adalah pangsit bau.... diisi dengan jus fermentasi dan daging busuk. Tidakkah kalian menyukainya?"
Aku pernah mendengar bahwa bau daging busuk menarik para Goblin, jadi pangsit itu harus sepertinya menjadi umpan. Dia mungkin berharap dia bisa menyelinap pergi ketika monster-monster itu memutuskan untuk melawan kami untuk mendapatkan makanan yang menjijikkan itu.
"Aaah!" Teriak Pomera.
"Terima ini!"
Teriakku sambil melompat ke depannya dan menangkap pangsit itu. Aku melemparkannya ke para Goblin itu untuk mengulur waktu.
Benar saja, sahabat karib Octavio membuat terobosan untuk itu. Sambil berlari, dia berteriak :
"Ck.... Jadi kau berhasil menangkapnya ya? Bukan masalah. Aku hanya harus lebih cepat dari kalian para pemula! Ini tipnya: Bukan kekuatan atau sihir yang membuat level berbeda, tapi kecepatan! Para Goblin ini akan mengincar kalian, dan—"
Dia kaget saat aku menyusulnya dan dengan lembut menjatuhkannya.
"Ah! Tidak mungkin secepat itu!"
Dia melolong saat dia jatuh ke tanah.
"Kau benar. Kecepatan adalah perbedaan level yang paling besar jelas." Kataku, mengunci mata dengan laki-laki itu saat dia mengangkat kepalanya.
Warna terkuras dari wajahnya, dan dia membuka mulutnya karena terkejut.
"B-Berapa levelmu? 30? 40?!"
Dia sepertinya menganggapku tidak bisa mencapai level di atas level 100.
Tidak ada lagi waktu untuk mengobrol. Kawanan Goblin itu akhirnya tiba untuk menyerang. Aku tidak bisa membiarkan Pomera atau anggota Octavio melihatku mengalahkan mereka, jadi aku mengembalikan pedangku ke sarungnya.
"J-Jangan menyerah, Kanata! Aku akan melakukan yang terbaik, dan sekarang dia tidak punya pilihan selain membantu kita juga! Kita akan menemukan jalan keluar dari ini bagaimanapun juga....."
Aku ragu apakah aku akan takut bahkan jika seratus Goblin menyerang kami. Aku mungkin hanya akan menggunakan mantra untuk menghabisi semuanya sekaligus. Tapi dalam situasi ini, aku melangkah maju dan menangkap salah satu tongkat pemimpin Goblin dengan tangan kosong sebelum menendang dadanya dengan ringan.
Dia meledak. Tulang rusuknya hancur, dan anggota tubuhnya jatuh ke tanah saat tubuhnya terbang ke cakrawala.
"Ap....?" Aku melihat semua warna terkuras dari wajah laki-laki bertubuh kecil itu.
Sepertinya menendang mereka sampai mati seperti membalikkan meja. Aku mencoba menampar goblin lain dengan telapak tanganku. Seranganku menembus monster itu, dan aku cepat-cepat menarik kembali sebelum darah atau cairan Goblin sempat mengenai tanganku. Ini sepertinya berhasil. Selama aku cepat, aku bisa membunuh mereka tanpa terkena darah di jubahku, dan sebagai bonus, mereka jatuh di tempat kami berdiri bukannya terbang ke kejauhan.
Kurang dari semenit kemudian, kekacauan telah berakhir, dan aku berdiri di atas tumpukan mayat Goblin.
"Kanata.... K-Kamu sangat kuat—"
Kata Pomera, saat rahangnya menganga. Seperti melihat seekor kucing itu keluar dari tas.
"M-Maafkan aku! O-Octavio-lah yang menyuruhku melakukannya!" Kata laki-laki itu, keringat mengucur di wajahnya yang seputih hantu.
Aku membungkuk dan mengambil seruling giok dari sakunya sebelum melemparkannya ke udara, di mana aku meninjunya. Benda itu hancur, dan potongan-potongan itu menghujani dirinya. Matanya terbuka lebar, dan dia menghirup udara.
"A-Aku akan segera meninggalkan kota! Aku bersumpah, kalian tidak akan pernah melihatku lagi! T-Tolong kasihanilah aku!"
Aku memejamkan mata dan merenung. Dia mencoba membunuh kami, dan dari cara dia menyombongkan diri, aku cukup yakin dia pernah melakukan ini sebelumnya. Tapi aku tidak bisa memaksakan diri untuk membunuh seseorang yang memohon untuk hidupnya.
"Katakan kepada Octavio bahwa aku tidak akan membiarkannya lagi." Kataku.
"T-Tentu saja! Aku pasti akan memberitahunya!”
Laki-laki itu berdiri dan mulai kembali ke kota secepat yang dia bisa. Dia menyeret kakinya untuk berlari, dan dia berjuang untuk bernapas saat dia tertatih-tatih pergi.
Aku berharap bisa percaya kalau ini adalah akhir dari berurusan dengan Octavio.....
Bagian – 8
SETELAH LAKI-LAKI BERTUBUH PENDEK itu melarikan diri ke kota, kami menyibukkan diri dengan memotong telinga para Goblin yang sudah mati.
Karena ada dua puluh dari mereka, kami dengan mudah membuat quota yang di bawa untuk hari itu, bahkan jika aku telah menghabisinya satu dan mengirim beberapa lainnya terbang ke hutan belantara.
"Kanata..... K-Kamu sangat kuat, kan?"
Kata Pomera dengan sedih.
Aku pikir percakapan ini pasti akan terjadi. Memiliki partner berburu yang terlalu kuat jelas membuatnya tidak nyaman, tapi menurutku hal ini tidak akan membuatnya tidak senang.
"Maaf aku tidak memberitahumu. Aku tidak ingin kamu merasa kalau kamu tidak cukup baik." Kataku.
"T-Tidak apa-apa. Aku benar-benar mengerti mengapa kamu merasa begitu."
"Hanya saja... Aku berpikir kalau aku tidak bisa mempercayai orang lain. Dan kamu telah mengajariku begitu banyak tentang kota dan bekerja sebagai seorang petualang. Kamu benar-benar telah banyak membantuku!"
"T-Tapi, aku akan menjadi bebanmu mulai sekarang...."
Dia menundukkan kepalanya.
Benarkah itu yang dia pikirkan? Jika ada yang salah dan orang-orang mengetahui tentang level atau itemku, aku bisa menarik perhatian yang salah.
Tampak bagiku bahwa dia tidak benar-benar memahami betapa aku menghargai kepercayaannya dan hubungan yang kami miliki.
"Masih banyak yang belum kuketahui, dan kebanyakan orang di sini kelihatannya tidak sebaik itu. Aku tidak tahu apa aku bisa menemukan orang lain yang bisa aku percayai, dan aku juga ingin mengenalmu lebih baik lagi. Aku ingin kamu tetap di partyku."
"..........."
Pomera diam menatap tanah, tenggelam dalam pikirannya. Pada dasarnya, aku tahu dia adalah seorang petualang. Dia ingin bekerja keras sambil berguna bagi orang lain dan membangun hubungan yang setara.
Jika dia tetap bersamaku, dia hanya akan membantu di luar pertempuran, yang tidak sejalan dengan tujuannya. Bahkan jika aku mencoba membayarnya lebih banyak untuk menebusnya, aku tidak berpikir dia akan menerimanya.
Mengangkat kepalanya, dia berkata :
"Kanata.... Kamu adalah pengguna sihir, kan?"
Aku menatap jubahku. Meskipun aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk menggunakan mantra sejak muncul ke permukaan, aku pasti berpakaian seperti terlihat seperti pengguna sihir.
Bahkan tanpa senjata, aku bisa membunuh Goblin sepanjang hari, tapi mantra adalah senjata utamaku jika aku melawan sesuatu yang mendekati levelku.
"Ya, aku pengguna sihir."
Pomera menundukkan kepalanya kepadaku dan berkata : "Um..... Jika tidak terlalu merepotkan, maukah kamu melatihku dalam sihir?"
"Kamu ingin aku melatihmu?"
"Aku mengerti ini kalau permintaanku ini berlebihan, tapi.... T-Tidak ada orang lain yang bisa aku mintai tolong. Aku sudah berusaha sekeras yang aku bisa, tapi aku merasa sudah mencapai batasnya yang bisa aku pelajari sendiri. Kecuali aku mendapatkan pelatihan yang tepat, aku tidak akan pernah menjadi beban."
Aku tahu perasaan itu. Beberapa aspek sihir tidak mungkin dipelajari sendiri. Tanpa nasihat Lunaère, buku sihir, benda sihir, dan program latihan brutalnya, aku tidak akan pernah mencapai sejauh ini dalam seribu tahun. Pomera berfokus kepada White Magic, dan menjadi seorang Half-Elf berarti dia juga cenderung menggunakan Spirit Magic. Aku tidak tahu banyak tentang hal itu, tapi aku punya buku sihir Lunaère dan sekantong penuh Elixir. Pelatihan Pomera sepertinya sesuatu yang bisa aku lakukan.
"J-Jika aku bisa menjadi cukup kuat, maka.... Aku mungkin bisa menjadi teman sejati dengan Roy dan Holly." Kata Pomera.
Ugh..... Mereka berdua lagi. Aku berharap dia bisa segera melupakan mereka.
Aku mungkin tidak setuju dengan alasannya, namun ketika kami membentuk sebuah party, aku berjanji akan melakukan apa yang aku bisa untuk membantu Pomera mencapai mimpinya. Setidaknya dengan cara ini, kami masih tetap bersatu sebagai sebuah party.
"Oke. Aku tidak yakin apa aku bisa menjadi pelatih yang baik, tapi..... Aku berharap dapat bekerja sama denganmu lebih lama lagi."
Kataku sambil mengulurkan tangan.
Pomera melihat sekeliling dengan ragu-ragu dan kemudian menunjuk dirinya sendiri untuk mengkonfirmasi bahwa hal ini benar-benar terjadi.
Aku mengangguk.
Dia tersenyum bahagia dan meraih tanganku.
"Te-Terima kasih, Kanata!"
Aku senang party kami tidak berantakan, namun rasanya aneh. Hampir tidak banyak waktu telah berlalu sejak aku menjadi murid, dan sekarang aku tiba-tiba menjadi master. Pikiranku beralih ke kenangan tentang Lunaère. Aku sangat ingin bertemu dengannya lagi.
Berapa lama aku harus menjauh sebelum dia mengizinkanku datang berkunjung lagi?
Bagian – 9
POMERA DAN AKU kembali ke Guild untuk menyerahkan telinga Goblin.
"Semua ini....?" Mata resepsionis melebar saat dia melihat bolak-balik antara aku dan Pomera.
"Bahkan belum setengah hari sejak kalian menerima permintaan itu. K-Kalian berdua adalah petualang Rank-F, kan....?" Dia menghitung telinga itu. Di tengah jalan, tangannya berhenti dan dia melompat.
"Pemimpin Goblin? Tidak... Tiga pemimpin Goblin?! Ini tidak mungkin....."
"Apa mereka benar-benar berbeda dari Goblin biasa?"
Tanyaku sebelum aku bisa menahan diri. Selain bintik merah mereka, aku tidak bisa membedakan mereka dari Goblin lain dalam pertempuran.
Resepsionis menatapku dengan curiga.
"Apa kalian berdua benar-benar melawan para Goblin ini, atau apa kalian mencoba melakukan sesuatu yang tidak masuk akal? Hal ini..... Lebih dari yang kuharapkan dari petualang F-Rank."
"Uh, yah, seperti yang kau lihat—" Kataku, meraba-raba perkataanku, tapi Pomera bergegas dan memotongku.
"Ya! M-Masalahnya adalah Kanata baru saja mendaftar, dan aku pikir dia mungkin sedikit lebih kuat dari ranknya. Ah! Dan alasan kami kembali begitu cepat adalah untuk memberitahumu bahwa mungkin ada sarang Goblin di selatan kota." Pomera meletakkan peta dan menjelaskan situasinya kepada resepsionis.
"Yah, ada beberapa laporan aneh lainnya dari tempat itu." Kata dia, mengaku.
"Jika itu masalahnya, kurasa ceritamu masuk akal. Terima kasih untuk informasinya."
Aku tidak berpikir resepsionis itu sepenuhnya yakin, namun dia sepertinya siap untuk melupakan percakapan ini.
Hampir saja. Aku sangat senang Pomera tahu apa yang harus dilakukan.
"Kanata, pernahkah kamu bekerja sebagai pengawal atau alkemis sebelumnya?"
Dia bertanya, mengubah topik.
"Kamu seharusnya bisa mencapai Rank-D, atau bahkan Rank-C, asalkan kamu sedikit membuktikan dirimu."
Aku tidak terlalu peduli dengan sistem rank untuk membuka pekerjaan baru, namun mungkin bagus untuk memiliki tujuan. C-Rank terdengar seperti bisa memiliki beberapa keuntungan sampingan, jadi aku memutuskan untuk mengincarnya.
"Dia? C-Rank?! Beri aku istirahat....."
Aku berbalik dan melihat Octavio memelototiku dari seberang ruangan, kerutan dalam terukir di wajahnya. Hidungnya berkedut. Aku tidak melihat sahabat karibnya, jadi aku bertanya-tanya apa pesannya sudah di sampaikan. Aku balas melotot, dan Octavio berbalik untuk pergi. Aku berharap ini adalah akhirnya.
"Ini luar biasa! Sekarang kita juga bisa menerima beberapa permintaan E-Rank!"
Kata Pomera saat dia menerima pembayaran kami.
Hasilnya dibagi menjadi dua, menjadi 33.000 emas. Jika kami bekerja dua puluh hari sebulan, maka akan menghasilkan 660.000 emas. Mempertimbangkan pengeluaran kami, jumlah segitu adalah jumlah yang layak jika sepotong emas kira-kira sama dengan satu yen. Aku berharap untuk hidup hemat di permukaan karena kebutuhan, namun sekarang sepertinya aku mampu membeli sedikit kemewahan.
"Ini, Kanata." Kata Pomera sambil menyerahkan seluruh kantong emas itu kepadaku.
"Bagaimana dengan bagianmu? Bukankah kita membaginya?"
"T-Tidak perlu! Aku bahkan tidak membantu. Jika ada, aku hanya memperburuk keadaan! Selain itu, aku tidak bisa mengharapkanmu untuk mengajariku tanpa memberimu bayaran!"
"Tapi kamu juga mengajariku banyak hal. Bagaimana kamu bisa bertahan hidup jika kamu tidak menerimanya?"
"A-Aku baik-baik saja! Aku terbiasa tidur di luar. Ibu mengajariku cara memasak cacing Goblin, jadi aku tidak akan kelaparan!"
"K-kamu makan Goblin?!"
"Mereka biasanya dimakan di desa Elf. Aku belum pernah mendengar banyak orang memakannya di Arroburg......"
Aku tidak tahu apa itu cacing Goblin, tapi kedengarannya menjijikkan. Lebih tepatnya, aku akan terus-menerus mengkhawatirkannya jika dia tidak mengambil cukup uang untuk menyewa kamar dan memberi makan dirinya sendiri dengan benar.
Pomera dan aku masih berdebat saat kami mendengar suara gila dari meja resepsionis lainnya. Seorang laki-laki yang gelisah berteriak dan memberi isyarat liar pada perempuan yang duduk di belakangnya.
"Aku bersumpah aku melihatnya! Dia adalah kelelawar besar dengan satu mata! Dia adalah roh panggilan!"
"Oh, kamu lagi...." Resepsionis itu tampak tidak terpengaruh, seolah ini adalah kejadian biasa.
"Baiklah, jadi apa yang terjadi kali ini?"
"Memanggil roh dan melepaskannya adalah kejahatan! Tidak ada yang akan melakukannya tanpa semacam rencana! Pasti Evil Priest Notts itu, melepaskan mereka roh itu untuk pengintaian karena dia tahu dia tidak bisa berjalan sekitar! Itulah satu-satunya penjelasan! Namun kau yang mengatakan penampakan Notts itu adalah informasi palsu dan mulai menurunkan poster-poster itu. Apa artinya ini?!"
Aku pernah melihat, dan tentu saja, poster buronan naga humanoid itu hilang.
"Itu adalah keputusan Lord Grand." Jawabnya singkat.
"Meneriaki kami tidak akan menghasilkan apapun. Kau mungkin salah. Tidak ada yang mengesampingkan lelucon itu juga. Atau mungkin kau memiliki semacam fobia yang menyebabkanmu melihat naga humanoid di mana-mana."
"Apa katamu?!"
Jelas bahwa orang ini tidak bisa membaca situasi.
Saat itu, dua penjaga masuk ke gedung dan langsung menuju resepsionis. Mereka membawa laki-laki yang berteriak itu dari kedua sisi mereka.
"A-Apa yang kau lakukan?!"
"Orang ini lagi....." Kata seorang penjaga itu sambil menahan lengan laki-laki itu untuk.
"Tuan? Tuan! Tolong berhenti melawan. Kau bisa mendengarkan, bukan? Oke, ikut kami!"
Para penjaga itu menyeret laki-laki itu keluar dari Guild meskipun dia berusaha melepaskan diri. Dia masih mengoceh dan menjerit saat mereka menariknya melewati pintu.
"Kau akan menyesali ini! Jika Notts ada di sini, seluruh kota akan hancur sebelum kalian menyadarinya! Namun orang tolol itu, Lord Grand, tidak melakukan apapun! Semua yang ada di sini akan mati!"
"Diam! Bukankah aku baru saja memberitahumu untuk berhenti melawan?!"
Salah satu penjaga memukul kepala laki-laki itu, dan dia terkapar. Mereka meraih bahunya sebelum dia bisa berdiri dan menyeretnya keluar. Guild menjadi berisik dengan ejekan dan teriakan cemas. Aku juga sedikit cemas. Mungkin Notts benar-benar mengincar Arroburg.
Pomera memeluk stafnya untuk menyembunyikan ketidaknyamanannya.
"Apa Notts benar-benar seburuk itu?" Aku bertanya.
Dia berkedip kepada pertanyaanku yang tak terduga. Dia pasti mengira aku sudah tahu segalanya yang perlu diketahui tentang Notts.
"Tidak berlebihan kalau seluruh kota bisa hancur jika dia muncul. Dia mengatakan kita harus melakukan sesuatu tentang itu, tapi tidak ada yang bisa kita lakukan. Naga humanoid bukan hanya ancaman bagi kota; beberapa telah menghancurkan seluruh negara sendirian. Ada juga cerita naga humanoid yang telah membunuh ratusan ribu orang."
Jadi mereka benar-benar seburuk itu. Bahkan jika level adalah segalanya membandingkan perbedaan kekuatan antara orang yang cukup normal bisa seperti membandingkan anak dengan tank.
Mungkin aku seharusnya tidak meremehkan naga humanoid ini.
Bagian – 10
PADA AKHIR hari pertamaku di Arroburg, aku mengundang Pomera kembali ke kamar yang kusewa. Aku tidak yakin apa itu hal yang tepat untuk dilakukan, namun tidak ada tempat lain yang cukup terpencil untuk mengajarkan sihirnya.
"Te-Terima kasih banyak untuk ini, Kanata! Aku tidak pandai mengingat sesuatu, namun aku akan berusaha sekuat tenaga!"
Kata Pomera sambil melenturkan lengannya.
"Jangan khawatir, aku juga bukan orang yang sangat pintar. Aku masih belum tahu banyak tentang White Magic....." Kataku sambil membuat lingkaran sihir di udara. Aku hanya menyimpan barang-barang penting di tas sihirku sejak ruang inj agak terbatas.
"Space-Time Magic Level 8: Dimension Pocket."
"Space-Time Magic.... Dan k-kamu bahkan bisa menggunakan hingga level 8?!"
Mulut Pomera menganga karena terkejut. Aku tidak mengerti apa masalahnya. Maksudku, bahkan Lovis bisa menggunakan Dimension Pocket.
Aku memasukkan tanganku ke dalam lingkaran sihir dan mengeluarkan sebuah buku sihir sebelum menyerahkannya kepada Pomera, yang merosot karena kaget sebelumnya.
"B-Buku ini sangat tebal.... Buku ini mungkin sangat berharga." Pomera berkata.
"Buku itu adalah hadiah dari masterku, jadi sejujurnya aku tidak tahu berapa banyak buku itu layak digunakan. Buku itu memang memiliki banyak nilai sentimental, jadi tolong perlakukan itu dengan hati-hati."
"T-Tentu! Aku hanya akan membacanya setelah aku mencuci tangan!" Dia berjanji, dengan hati-hati meletakkan buku itu di atas meja kecil.
Kemudian dia mengamati buku itu dengan cermat dan berkata : "Ini terlihat sangat teknis...."
Aku menarik buku demi buku dari Dimension Pocket.
"Hmm..... Kita juga butuh yang ini, dan yang ini, ah dan yang ini."
Dia perlu mempelajari White Magic dan Spirit Magic, jadi aku memilih buku yang sesuai dengan keahliannya.
Mengajarinya mungkin akan memperdalam pengetahuanku tentang kedua aliran sihir itu juga.
Pada akhirnya, aku memilih sepuluh buku dan memikirkan itu harus menjadi awal yang baik.
Ekspresi Pomera menegang dengan setiap buku yang aku tambahkan menjadi sebuah tumpukan.
"Kanata—Eh. Aku sangat senang kamu ingin melakukan ini, tapi aku tidak yakin rencana pelajaran ini..... akan berjalan baik." Katanya.
Kemudian dia menambahkan dengan lembut pada dirinya sendiri : "Ini akan memakan waktu beberapa tahun bagiku untuk mengerti."
"Kurasa kita bisa menyelesaikan semuanya dalam dua hari."
"Dua hari?!"
Itu juga terasa lama bagiku. Tapi level dasar Pomera terlalu rendah dan begitu pula keterampilan sihirnya. Bahkan jika dia membaca semua yang ada di buku sihir, dia tidak akan bisa memahami makna sepenuhnya dengan baik. Kami perlu memulai dengan dasar-dasar dan membangun dari sana. Kemudian kami bisa menangani pelatihan sihir dan leveling pada saat yang sama — seperti yang dilatih Lunaère kepadaku.
Aku mulai merasa sedikit bersemangat ketika aku bertanya-tanya apa aku bisa menjadi master sebaik Lunaère. Hal ini membuatku mengerti bagaimana mengajar bisa menyenangkan baginya.
"Kita pasti bisa melakukannya."
Kataku kepada Pomera.
"Aku memiliki Elixir yang bisa memaksamu untuk terus berkonsentrasi dan untuk sementara meningkatkan kapasitas menghafalmu."
"M-Memaksamu untuk berkonsentrasi?!"
Wajahnya menjadi lebih putih dan lebih putih.
Apa itu benar-benar menakutkan? Agar adil, ada saat-saat ketika aku kesulitan dalam pelatihanku, membuatku menebak-nebak metode Lunaère. Kadang-kadang, aku curiga bahwa dia bersikap keras yang tidak perlu dalam upaya untuk membuatku menyerah dan tinggal di Cocytus selamanya. Namun, teori itu runtuh ketika dia menendangku keluar dari dungeon.
Tapi hei, sekarang aku mulai terbiasa hidup sebagai manusia di permukaan. Memang, ada saat-saat sulit, namun aku menemukan kalau itu segera menjadi kenangan indah ketika aku mengingatnya kembali.
"Kalau dipikir-pikir, aku juga punya ramuan yang bisa kamu membuatmu tidak tertidur. Kamu tidak boleh meminumnya beberapa hari berturut-turut, jadi kita harus mengawasinya." Lanjutku.
"T-Tidak tidur?!"
Aku melepas Sorcerer King’s Research dan menyerahkannya ke Pomera saat aku mencoba memutuskan pelajaran apa yang akan dimulai.
Metode Twin-Minds adalah yang paling penting tapi sebaiknya disimpan untuk yang terakhir. Aku terus merenung sambil mengambil lebih banyak ramuan dari Dimension Pocket dan menyusunnya.
"Uhh.... Kanata, hanya saja.... Aku tahu ini canggung karena akulah yang memintanya dari awal, tapi aku tidak begitu yakin..... Maksudku, sepertinya perbedaan kekuatan kita terlalu besar. Maaf, aku sangat tidak sopan untuk memintamu mengajariku."
"Hmm....?"
Aku kembali ke Pomera dengan setumpuk ramuan. Mata kami bertemu. Keringat mengalir di wajahnya.
A-Apa dia baru saja mengatakan dia ingin berhenti?
"Maaf, aku sibuk mengatur ramuan. Bisakah kamu mengatakannya lagi?" Tanyaku ragu-ragu.
"Umm, baiklah......" Kata Pomera.
Dia gelisah dan memutuskan kontak mata.
"T-Tidak, bukan apa-apa..... Hanya saja, aku sangat senang kamu melakukan begitu banyak persiapan. A-Aku akan melakukan yang terbaik..... Dengan sekuat tenagaku."
Huh, sepertinya aku salah dengar.
{ TLN : Lunaere ama Kanata kelakuannya 11 12 awkowkwo }
Bagian – 11
KAMI MENGHABISKAN DUA HARI PENUH untuk pelatihan sihir Pomera. Dengan beberapa penggunaan Elixir yang dipertanyakan, dia berhasil mempelajari semua yang ada di buku sihir.
Kami bahkan berlatih merapal beberapa mantra tingkat tinggi namun berisiko rendah. Selain White Magic dan Spirit Magic, aku mengajarinya beberapa sihir api agar dia memiliki beberapa cara ekstra untuk menyerang dalam pertarungan. Untuk tujuan itu, sudah cukup untuk menutupi dasar-dasarnya.
Saat kami melakukannya, Pomera mengajariku beberapa hal pengetahuan umum tentang Locklore dan kota. Aku benar-benar tersesat dan bingung ketika pertama kali datang ke Arroburg, namun setidaknya sekarang aku tidak berkeliaran tanpa tujuan setiap kali aku berjalan-jalan di kota.
Setelah membaca pelajaran di buku, aku memutuskan bahwa kami harus fokus pada power-leveling Pomera untuk meningkatkan kumpulan kekuatan sihirnya. Kami menerima misi Rank-F dari Guild, yang mengharuskan kami mengumpulkan tanaman obat dan pergi ke lapangan di luar kota. Sebagai bonus, ada kemungkinan kami bisa bertemu monster yang daging, bulu, organ, dan giginya bisa dijual dengan harga tinggi.
Jika kami berpapasan dengan musuh-musuh itu dan membawa material berharga mereka kembali ke Guild, kami bisa menghasilkan sedikit uang tambahan—bahkan jika monster-monster itu bukan target yang jelas. Namun bonus lainnya adalah bahwa mengubah bagian monster dihitung untuk kemajuan dalam sistem peringkat Guild. Jika kami terus mendapatkan misi tetap dan mendapat material dari monster, kami akan menjadi C-Rank dalam waktu singkat.
"A-Apa kamu yakin aman untuk datang sejauh ini dari kota?" Tanya Pomera dengan malu-malu sambil melihat sekeliling.
"Apa memang benar-benar sejauh itu?"
"Ini bukan masalah jaraknya..... T-Tempat ini adalah area berbahaya. Mungkin kita harus kembali sedikit. Bahkan petualang terbaik pun tidak mendekati hutan sihir. Monster yang tinggal di sana benar-benar tangguh."
Yah, aku berjalan melewatinya dan aku baik-baik saja...
Dalam arti relatif, monster di hutan ini berbahaya bagi seseorang seperti Pomera. Pintu masuk ke Cocytus juga ada di sana. Di sana ada juga kemungkinan monster yang benar-benar kuat ada di hutan tapi aku tidak pernah bertemu dengan mereka.
"Baiklah. Mari kita kembali sedikit—" Kataku. Saat itu, aku mendengar seekor binatang di kejauhan.
"Awoooo!" Sekelompok enam serigala berwarna hitam berlari ke arah kami.
"S-Serigala gelap! Mereka tinggal di hutan sihir!"
Kata Pomera.
Kami mungkin seharusnya kembali lebih cepat, pikirku. Tidak mungkin mereka lebih kuat dari monster yang ada di Cocytus. Aku dapat menangani mereka bahkan jika aku harus menjaga Pomera.
Aku menarik Heroik Sword of Gilgames dan menggunakan Status Check pada serigala itu. Tidak ada yang di atas level 22, jadi aku mengembalikan pedangku ke sarungnya.
Level mereka bahkan tidak di atas petualang D-Rank, pikirku dalam hati. Yah, kurasa ini adalah norma bagi monster di pinggiran hutan. Aku penasaran berapa banyak harga mereka kalau di jual di Guild.
"H-Hati-hati, Kanata! Serigala gelap bekerja dalam kelompok, dan bahkan kamu bisa mati jika melakukan kesalahan....." Kata Pomera.
Sebuah pemikiran melandaku.
"Itu mungkin cara sempurna bagimu untuk mendapatkan exp, Pomera-san."
"Apa?!" Mata Pomera melebar karena ketakutan saat dia menatapku.
"K-Kanata..... Kamu pasti bercanda, kan? Walau kamu sudab mengajariku banyak sihir, tapi aku masih level 7!"
Aku melompat secara diagonal di belakang Pomera.
"Earth Magic Level 4: Clay Shield."
Membentuk lingkaran sihir, aku meletakkannya di lengan bawahku. Permukaan tanah bangkit dari bawah dan berkumpul dalam lingkaran, mengubahnya menjadi perisai tanah liat yang besar.
"L-Luar biasa.... Kamu melakukannya dengan sangat cepat!"
"Alchemy Magic Level 15: Adamant Flux."
Aku membentuk lingkaran sihir lain, dan api hijau menyala di permukaan perisai, meninggalkan material yang berubah saat mereka mati. Sekarang aku memiliki perisai logam yang bersinar dengan kilau hijau yang berwarna-warni.
Adamant adalah sejenis batu yang terbentuk di lapisan dalam bijih logam yang mengalami sihir tingkat tinggi dari garis ley. Biasanya, butuh ribuan tahun paparan untuk membuat keras, namun mantra alkimia memungkinkanku menciptakan kembali prosesnya hanya dalam beberapa saat.
Pomera berdiri tercengang. Melihat lenganku, dia tergagap : "Ap.....? T-Tidak mungkin! Bagaimana perisai tanah liat bisa berubah menjadi logam seperti itu?"
"Jangan khawatir tentang itu untuk saat ini. Aku akan bertahan melawan serangan mereka. Kamu terus saja merapalkan mantra serangan."
Sesuai dengan kata-kataku, aku menggunakan perisai adamant untuk membelokkan serigala hitam yang melompat ke arah kami. Bahkan jika banyak serigala mendatangiku sekaligus, aku bisa mengusir mereka dengan mudah.
"Aah, eek!" Serunya, meringis.
"Jangan cemas, Pomera-san! Aku membantumu!"
"T-Tapi.... Tapi....."
"Kamu tidak akan bisa menaikkan levelmu jika kamu tidak menyerang!"
Aku mungkin telah menangani pertahanan, namun Pomera mampu melangkah maju dan menyerang begitu rasa takutnya mulai hilang. Meski butuh waktu lama, tapi dia akhirnya menghabisi seluruh gerombolan serigala hitam itu, satu per satu. Staf Pomera jatuh ke tanah, dan dia menutupi wajahnya dengan tangannya.
Aku memberinya beberapa elixir selama pertarungan, tapi MP-nya hampir habis.
"H-Hanya ini yang bisa aku tangani. Aku menggunakan begitu banyak Fireball. Aku rasa aku akan muntah...."
Kata Pomera, tenggelam ke tanah karena kelelahan.
"Aku minta maaf. Kurasa aku tidak cocok menjadi seorang petualang..... Aku bahkan sudah tidak punya tenaga untuk meminta maaf—"
Sebelumnya, aku telah memberitahunya tentang kemampuan Status Checkku, dan dia memberiku izin untuk menggunakannya untuk tujuan pelatihan. Apa yang aku lihat ketika aku menggunakannya setelah pertarungan adalah kejutan yang fantastis.
"Kamu hebat, Pomera-san! Kamu mungkin lelah, namun kamu telah baik enam level dalam pertarungan itu! Ayo lanjutkan." Kataku sambil menepuk bahu Pomera.
Dia mengangkat kepalanya dan menatapku.
"A-Aku.... hebat?"
"Kamu luar biasa! Ketika aku pertama kali memulai pelatihanku, masterku harus membuat golem dan mengikatnya sehingga mereka tidak bisa melawan. Melihatmu naik level membuatku bangga."
"Ah, hehehe.... K-Kamu membuatku malu."
Dia memalingkan muka, menutupi wajahnya yang telah berubah menjadi merah muda.
"Maaf aku memotongmu perkataanmu yang di awal. Aku baru saja bersemangat. Apa yang kamu katakan sebelumnya?" Setelah aku bertanya, ekspresi Pomera mengeras. Sesaat kemudian, dia tersenyum kecil, mengambil tongkatnya yang terjatuh, dan mengatur mulutnya dengan tegas.
"T-Tidak apa-apa! Aku ingin terus berjalan selama aku bisa! Aku sangat menghargai bantuanmu!"
Katanya sambil berdiri.
Aku memberinya anggukan besar.
"Ah, oh......" Dia terhuyung-huyung dan hampir pingsan. Aku segera bergerak untuk mengangkatnya sebelum dia menyentuh tanah.
"Ah..... M-Maaf!" Aku menarik tanganku darinya.
"T-Tidak apa-apa. Sepertinya aku tidak punya banyak kekuatan lagi....." Yang patut dipuji, dia benar-benar memasang wajah pemberani. Aku merogoh tas sihirku dan mengeluarkan ramuan.
"Ini dia, Pomera-san."
"Terima kasih, Kanata—"
"Minumlah itu, dan kita akan menuju ke hutan. Kita akan memburu beberapa monster berlevel lebih tinggi sekarang karena kamu telah naik beberapa level."
Pomera berkedip. Dia melihat ramuan itu, dan keringat mulai mengalir di wajahnya.
"H-Hari ini?"
"Eh?" Aku tidak tahu harus berkata apa.
"Ti-Tidak apa-apa! Ayo pergi! Aku sudah memutuskan untuk tetap mengikutimu!"
Katanya dan menelan Elixir itu.
"Yah..... Jika kamu mulai merasakan kelelahan mental, maka kita bisa istirahat......"
Mungkin Lunaère telah menulariku, dan aku tidak tahu kapan muridku selesai hari itu.
"Aku baik-baik saja! Aku akan menunjukkan kepadamu bahwa aku bisa melakukannya; Aku tidak akan mengkhianati kebaikanmu!"
Beberapa saat kemudian, kami berada di dalam hutan, melawan beruang. Mereka berada di sekitar level 30, jadi biasanya mereka berada di bawah petualang C-Rank. ang pertama kami temui memiliki bulu putih, anggota tubuh besar, dan satu mata.
Sama seperti saat melawan serigala, aku bertahan saat Pomera menyerang. Tapi auman beruang itu menarik dua lagi dari jenisnya ke dalam pertempuran saat kami bertarung, dan dua beruang baru memanggil lebih banyak bala bantuan secara bergantian. Sebelum kami menyadarinya, kami dikelilingi oleh tujuh beruang.
Aku melompat-lompat di depan Pomera, memblokir serangan beruang dengan perisaiku sementara dia mencoba meluncurkan mantra ofensif ke arah musuh.
"S-Spirit Magic Level 3: Sylph Sword!"
Pomera melemparkan rasa putus asanya dengan air mata memenuhi matanya. Cahaya hijau melesat di udara dan mengiris salah satu beruang.
"Sihir roh mungkin mengurangi jumlah sihir yang kamu gunakan saat menyalurkannya melalui alam, namun sulit dikendalikan. Kamu tidak akan bisa memberikan banyak kerusakan kecuali kamu tenang dan fokus."
Kataku kepadanya.
"T-Tapi, tapi..... Eek!"
Aku bergerak untuk membelokkan serangan dari beruang yang membuatnya terjang. Cakarnya yang besar membengkok ke belakang dengan sudut yang memuakkan, dan seluruh tubuhnya terpental ke belakang kawanan lainnya. Aku membuat catatan mental untuk mencoba bersikap lebih lembut dengan beruang di masa depan.
"Percayalah kepadaku. Mereka tidak bisa menembus pertahananku!"
"O-Oke, aku mengerti. Tapi.... Tapi....!"
Tiga beruang datang ke Pomera dari arah yang berbeda saat dia mencoba membentuk lingkaran sihir. Aku mengangkat perisaiku dan menangkisnya, mencoba memperluas ruang untuknya melempar.
Pertempuran berlangsung hingga malam tiba.
"Pomera-san, kamu level 22 sekarang! Kamu berhasil!"
Kataku kepadanya.
Dia jatuh ke tanah, benar-benar lemas.
"P-Pomera-san, apa kamu baik-baik saja?"
"Kanata..... Apa latihan hari ini....?"
"Kita selesai untuk hari ini. Kita harus kembali ke kota."
"Oh, sungguh......"
Ekspresinya yang tak bernyawa berubah sedikit demi sedikit untuk menunjukkan senyuman kecil. Warnanya tidak banyak membaik.
"I-Ini, minum ramuan ini!" Aku bilang.
"T-Tidak! Jangan lagi! Aku tidak ingin minum ramuan lagi hari ini!" Kata Pomera, matanya melebar saat dia mengulurkan tangan untuk mengusir ramuan itu.
"Oke, oke."
Aku mengembalikan ramuan itu ke dalam tas sihirku.
Pomera berjalan dengan sempoyongan saat kami kembali ke Arroburg.
"Sejujurnya.... Metode latihanmu sangat intens sehingga kupikir aku tidak akan bisa mengikutinya. Tapi aku berhasil melewati hari ini. Aku juga mulai merasa sedikit lebih percaya diri." Kata Pomera, tersenyum sedikit sementara dia tertatih-tatih di sampingku.
"Itu hebat! Setelah kamu mendapatkan beberapa level lagi, kita bisa mencoba berlatih di dunia Cursed Mirror." Kataku, dan ekspresi Pomera membeku.
"A-Apa itu? Kedengarannya tidak bagus sama sekali."
"Ini agak, uh, berbahaya dan sulit. Tapi itu adalah cara paling efisien untuk menaikkan level. Tempat di sana mungkin bukan satu-satunya alasan aku begitu kuat, tapi tempat itu membuatku menjadi seperti sekarang ini!"
Pomera berhenti berjalan, dan lututnya lemas.
"Pomera-san?!"
"T-Tinggalkan aku....."
Bagian – 12
SETELAH SEMINGGU belajar sihir dan berburu monster, Pomera sudah naik level 38. Dia juga menjadi White Mage yang lebih baik dariku, jadi diam-diam aku berencana untuk melatihnya setelah dia belajar lebih banyak. Meski begitu, aku mulai meragukan metodeku.
Tingkat di mana dia menaikkan level sangat melambat. Kami masih membuat kemajuan, namun pelatihannya tidak berkembang dengan kecepatan yang biasa aku lakukan. Aku tidak pernah membayangkan aku bisa menjadi master sebaik Lunaère, namun Pomera masih mengandalkanku, dan aku ingin membantunya mencapai mimpinya.
Satu masalah utama adalah gaya bertarung kami benar-benar berbeda, jadi pelatihan tempur tidak pernah berhasil seperti yang aku rencanakan. Lunaère sebagian besar hanya mengajariku untuk menyalin tekniknya, namun aku tidak dapat menerapkan kurikulum yang sama ke White Mage seperti Pomera.
Selain itu, kami telah memakai banyak Elixir. Meskipun Lunaère mengajariku cara membuatnya lebih banyak, aku kesulitan mengumpulkan semua bahan yang aku perlukan. Jika aku punya waktu untuk melakukan penelitian, aku cukup yakin aku bisa membuat Elixir yang serupa dari bagian monster lokal. Aku tidak ingin memperlambat perkembangan kami, jadi kami terus mempelajari buku dan membunuh monster.
Jadi, setelah pagi berikutnya, kami bertualang jauh ke dalam hutan untuk memenuhi misi Guild, kami berhasil mencapai tujuan kami sebelum tengah hari. Kami mengambil barang drop kami dari monster dan melakukan pendakian panjang kembali ke Guild.
"Aku tidak pernah mengira aku akan melihat hari di mana aku berhasil mendekati level 40. Apa menurutmu Roy dan Holly mau berteman denganku sekarang?"
Obrolan Pomera dengan gembira saat kami mengantri di meja resepsi. Aku tidak bisa terlalu mendengarnya. Aku berniat merenung tentang situasi penyamarataan kekuatan sebagai gantinya.
"Lunaère menaikkan levelku menjadi 100 setelah seminggu berlatih, tapi kami bahkan belum mencapainya setengah pun. Dan pelatihan kami terlalu lambat....." Kataku kepada diri sendiri.
"K-Kanata, apa kamu baik-baik saja....? Aku bisa mendengarmu mengatakan sesuatu tentang level 100 setelah seminggu?" Tanya Pomera dengan takut-takut.
Aku memaksakan senyum dan menepisnya, tapi aku memutuskan sudah waktunya.
Tidak ada usaha tidak ada hasil.
"Apa yang kalian berdua lakukan selama ini?"
Tanya resepsionis sambil menghela napas panjang saat kami mendekati mejanya.
Kami bertemu dengan beberapa serigala gelap (sekitar level 20), kelinci bertaring tajam (juga sekitar level 20), dan kelinci bertanduk (level 30-ish) saat kami sedang berburu, jadi aku membuka tas sihirku untuk mengeluarkan bulu serigala, taring kelinci, dan tanduk kelinci. Pomera telah memperingatkanku bahwa menggunakan mantra level 8 seperti Dimension Pocket akan membuat beberapa orang di kota kaget.
Aku agak skeptis kapan dia memberitahuku bahwa ada beberapa petualang peringkat-B yang hanya bisa menggunakan mantra level 6 paling tinggi. Mantra level 8 dianggap sangat kuat, dan orang-orang mencoba untuk menghindari penggunaan mereka dalam pertempuran karena mereka membutuhkan waktu yang lama untuk dilemparkan dan biasanya berlebihan.
Setelah memilah-milah bagian monster kami dan mengisi formulir yang tepat, resepsionis berhenti sejenak saat dia melihat surat pendaftaran kami.
"Kalian berdua naik ke E-Rank beberapa hari yang lalu, benar?"
"Ya, benar." Jawabku.
"Aku mendengar desas-desus bahwa mereka mungkin membuat pengecualian dan mempromosikan kalian berdua langsung ke C-Rank—kalian berdua jelas sudah lebih kuat dari itu. Akan sangat membantu Guild untuk memiliki beberapa petualang C-Rank lagi di sekitar untuk mengambil pekerjaan penting yang perlu dilakukan. Hal ini mungkin tidak akan terjadi selama beberapa hari.... Tapi pikirkanlah."
"Sungguh?"
Ini akan menjadi keberuntungan yang luar biasa. Kami akan dapat menerima permintaan yang lebih baik, dan jauh lebih efisien untuk menaikkan Rank kami daripada menjual bagian monster secara acak. Dan juga, aku bisa menggunakan pendaftaran Guild sebagai bukti identitasku setelah peringkatku cukup tinggi.
Penguasa setempat sering memberi para petualang rank tinggi tunjangan khusus di fasilitas pemerintah— meskipun itu bervariasi berdasarkan kotanya. Terlepas dari itu, promosi awal ke C-Rank tampak seperti berkah yang nyata.
"Kamu berhasil, Kanata! T-Tapi aku benar-benar merasa seperti sedang bernaung di bawah mantelmu....." Kata Pomera.
Aku merasa tatapan menusuk punggungku. Ketika aku berbalik, aku melihat Octavio melotot kepada kami.
"Bagaimana bisa? Kedua bajingan itu pasti merencanakan sesuatu......"
Katanya kepada dirinya sendiri dengan pelan.
Dia lagi?
Mata kami bertemu, tapi dia hanya mendengus kesal dan pergi. Kami lebih cepat menaiki Rank kami daripada party mereka. Tidak ada tanda-tanda kelompoknya, jadi lelaki bertubuh pendek itu pasti menepati kata-katanya ketika dia mengatakan akan meninggalkan kota.
"Nee, Kanata — ini masih terlalu awal, kan? Haruskah kita belajar sihir sore ini?" Tanya Pomera.
Berbicara gagapnya menjadi agak berkurang ketika dia berbicara denganku akhir-akhir ini. Mungkin pelatihannya telah membantunya membangun kepercayaan diri, atau mungkin kami menghabiskan begitu banyak waktu bersama sehingga dia merasa lebih nyaman denganku.
"Yah.... Ada sesuatu yang ingin aku coba. Mari kita coba sesuatu begitu kita kembali." Kataku.
"S-Sesuatu yang ingin kamu coba?"
Mata Pomera menyipit dengan ekspresi ragu.
Jika aku memberinya Ouroboros Wheel, kami mungkin bisa menghindari yang terburuk. Namun item itu akan menguras sebagian MP-nya dan membuatnya terluka, tapi aku akan ada di sana untuk menyembuhkannya.
Begitu kami kembali ke kamarku, aku mengambil Cursed Mirror of the Warped Realm dari Dimension Pocket-ku. Menempatkannya di tengah ruangan, aku melepas kain ajaib yang menutupi permukaan cermin.
"A-Apa ini? Item ini jelas bukan item yang baik.... Aku bisa merasakan kejahatan yang kuat datang darinya."
Kata Pomera, gemetar. Elf peka terhadap suasana hati roh dan aliran energi, dan cermin itu pasti membuat dirinya ketakutan untuk berada di sekitarnya.
"Ya, benar. Kemarilah, Ouroboros Wheel memiliki kekuatan untuk memaksa pemakainya tetap hidup. Kamu mungkin mati sedikit, tapi kamu tidak akan mati sama sekali."
"A-Apa maksudmu dengan, 'mati sedikit'?!"
Kata Pomera, dengan suara takut.
"Pomera-san. Aku ingin membantumu. Selain masterku, kamu adalah orang pertama yang membantuku karena kebaikan hatimu."
"K-Kanata....."
Dia tersenyum sedikit, tapi kemudian matanya terbuka lebar saat dia kembali ke situasi yang ada.
"T-Tapi! Bisakah aku melakukannya untuk ini di levelku saat ini?!" Terbukti, kepercayaan dirinya yang tumbuh tidak mencakup memasuki Cursed Mirror dan melawan kengerian demon.
Aku hanya tidak melihat alternatif apapun. Pelatihan di dalam Cursed Mirror adalah cara terbaik untuk menaikkan level.
"Kita harus terus berjalan, Pomera-san. Aku sangat percaya kepada impianmu untuk berteman melalui petualanganmu dan menjadi jembatan antara Elf dan manusia. Mimpi itu sangat hebat, dan aku ingin membantumu menjadi lebih kuat sehingga kita dapat memastikannya menjadi kenyataan!"
Wajah Pomera memerah. Dia menatapku, sepertinya terpesona dengan perkataanku.
"Terima kasih. Tidak ada yang pernah mendukungku seperti itu kecuali ibu dan ayahku....."
Aku tersenyum kepadanya dan berbalik ke arah Cursed Mirror. "Baiklah ayo. Kita akan melewati permukaan cermin dan memulainya."
"H-Heeh....? Maksudmu sekarang?!"
Terlepas dari ketakutannya, dia bergegas mengikuti ketika aku masuk melalui cermin. Tanah dan dinding bersinar dengan cahaya warna-warni yang sama seperti yang kuingat. Kemudian Pomera muncul dari noda gelap portal dan mengejarku.
"K-Kanata..... Tempat aneh apa ini?"
Aku menghunus Heroic Sword of Gilgamesh dan Adamant Shield dengan tanganku yang lain.
"Kamu akan menggunakan pedangmu? Aku pikir kamu pernah bilang pedang itu terlalu kuat."
"Aku masih harus berhati-hati— Kamulah yang memegang Ouroboros Wheel sekarang."
Kataku sambil tersenyum dan mengangkat bahu.
Pomera menjadi seputih seprai. Saat itulah aku melihat ke langit-langit. Aku menyadari sepuluh humanoid candle monster dengan mata merah tertuju kepada kami. Mulut berapi-api mereka terbuka tanpa kata, menghanguskan ujung rambut hitam mereka sementara kulit putih pucat mereka meleleh dan menetes ke lantai.
"Kita mendapatkan mereka!" Aku melemparkan Adamant Shield-ku sebelum melingkarkan lenganku di sekitar Pomera dan melompat mundur.
"Eek! Kanata?!"
"Groah!"
Beberapa demon jatuh ke tanah tempat kami berdiri. Aku melihat satu di Adamant Shield, menyebabkannya tertekuk. Memperbaiki sikapku sebelum menerjang sepasang monster itu, aku berhasil menebas keduanya dengan bersih di tengah.
"K-Kanata..... Kanata! M-Mereka monster macam apa ini?!" Pomera gemetar hebat.
"Mereka adalah demon. Aku, uh, aku tidak tahu lebih banyak tentang mereka lebih dari itu."
"Ini gila! T-Tapi kamu sudah membunuh dua dari merek semua, kan?"
Bagian atas yang aku potong mulai meleleh dan kemudian datang bersama-sama menjadi gumpalan.
Bentuk baru mereka menyerupai kepala putih besar.
"Kanata, lihat!"
"Ya.... Mereka terkadang melakukannya."
Candle demon lainnya jatuh ke tanah dan mengangkat tangan mereka untuk menunjuk ke arah kami. Jari-jari mereka terulur dengan kecepatan luar biasa, mengarah tepat ke arah kami. Aku berhasil menghindari sebagian besar pelengkap yang menyerang sementara terus memegang Pomera. Yang tidak bisa kuhindari terpotong pendek oleh pedangku.
"Pomera-san, serang mereka dengan sihir api! Tidak ada roh di sini, jadi itu satu-satunya pilihanmu untuk bisa menghasilkan kerusakan!"
"Aku t-tidak bisa!" Katanya, menempel padaku.
"Tidak apa-apa, gunakan saja mantranya! Kita tidak akan kehabisan demon dalam waktu dekat!"
"Aku sangat t-tidak berguna! Maaf, aku tidak bisa memenuhi harapanmu!"
Lunaère mampu menahan Demon dengan penghalang, namun aku tidak memiliki kemampuan itu. Aku tahu ini pasti menakutkan bagi Pomera. Aku berharap paparan ketakutannya pada akhirnya akan membuatnya membangun toleransi mental melawan iblis — namun untuk White Mage level 38, Candle Demon ini tampaknya terlalu banyak, terlalu cepat.
"Space-Time Magic Level 17: Fracture!"
Akar hitam menyebar dari pusat lingkaran sihir, menghancurkan ruang di sekitar mereka. Bahkan tanah kokoh dari dunia ini dipisahkan oleh kegelapan yang menyelimuti. Saat Candle Demon berlari ke arah kami, mereka terperangkap dalam mantra dan hancur berkeping-keping.
"Tenanglah! Aku akan memastikan kamu tidak terluka, dan Ouroboros Wheel adalah jaminan tambahan jika hal terburuk terjadi. Kamu bahkan bisa menutup mata dan merapalkan mantra—ada begitu banyak target yang pada akhirnya akan mengenai sesuatu."
"K-Kanata......"
Pecahan Candle-Demon tampaknya memiliki pikirannya sendiri — mereka bergabung dan membentuk monster baru dengan lusinan lengan lilin cair. Seperti tali yang menjijikkan, mereka menjulur untuk menyerang kami dari berbagai sudut.
"Eh, ingatkan aku untuk tidak menggunakan Fracture lain kali......."
Aku mengiris dengan panik dengan Heroic Sword of Gilgamesh, memotong banyak mereka. Aku begitu sibuk mencoba menetralkan ancaman sehingga aku hampir menyikut kepala Pomera.
Aku menarik lenganku ke belakang tepat sebelum aku memecahkan tengkoraknya. Keragu-raguan itu adalah pembukaan yang dibutuhkan Demon. Lengan putih itu keluar dari dada Pomera, setelah berputar untuk menyerangnya dari belakang.
"Ah! Kana... ta....." Darah keluar dari mulutnya dan kehidupan menghilang dari matanya.
"Pomera-san!"
Sudah waktunya untuk mundur. Ouroboros Wheel melakukan tugasnya dan membawanya kembali dari pintu kematian, namun dia masih tidak sadarkan diri karena shock. Setelah keluar dari cermin itu, aku membaringkan Pomera di tempat tidur dan dengan hati-hati menuangkan ramuan ke dalam mulutnya.
Aku khawatir sesaat, namun dia segera terbangun dengan terbatuk-batuk.
"Apa aku.... Apa aku masih hidup.....?"
Kata Pomera, duduk.
"K-Kanata, aku baru saja mengalami mimpi terduduk..... B-Bisakah kamu memegang tanganku?"
Ekspresinya membeku ketika dia melihat Cursed Mirror.
Dia dengan lembut menarik kembali selimut dan melihat lubang besar di pakaiannya. Aku senang dia masih menggunakan Ouroboros Wheel karena aku pikir dia mungkin sudah mati di dalam.
"T-Tidak apa-apa! Kamu akan terbiasa dengannya. Kita akan bertahan sedikit lebih lama lain kali. Ayo, mari kembali leveling!" Kataku, mencoba menghiburnya.
Pomera melihat ke luar jendela, matanya beralih ke langit biru saat dia berkata :
"Ibu, Ayah.... Aku akan segera menemui kalian...."
Bagian – 13
EMPAT HARI KEMUDIAN, aku membawa Pomera saat gerombolan demon mengejarku. Mereka adalah gerombolan demon yang biasa—ada seorang anak dengan kepala bengkak yang ditutupi dengan seratus mata, kerangka raksasa dengan tiga puluh dua tangan, dan demon yang tampak seperti tumor merah yang berdenyut dalam mantel parit. Mereka terlihat benar-benar gila, namun Pomera sepertinya sudah terbiasa dengan kegilaan itu.
Semakin lama kami menghabiskan waktu di dalam cermin, semakin banyak demon yang muncul untuk mengganggu kami. Sesekali, aku akan menipiskan gerombolan itu dengan Inferno Sphere atau mendekat untuk mengambil beberapa tebasan ke arah mereka dengan pedangku.
"Fire Magic Level 7: Fireflies!"
Pomera menempel kepadaku saat dia perlahan membentuk lingkaran sihir. Ratusan bara merah melesat secara tidak teratur ke arah monster yang mengejar dan meledak saat terjadi benturan.
Mantra itu memiliki efek area yang luas, sehingga kerusakannya menyebar ke banyak target. Sebagai bonus tambahan, mantra tingkat rendah tidak benar-benar menyebabkan mereka mengalihkan agresi kepadanya. Para demon itu terus memusatkan perhatiannya kepadaku, dan aku terus memusatkan perhatian kepada pertahanan dan berlari.
"Baiklah, mari kita selesaikan kesepakatannya....."
Kataku, mengacungkan pedangku ke arah monster.
"Space-Time Magic Level 19: Gravity Bomb."
Seperti seorang kenalan lama, cahaya hitam muncul, menghancurkan semua demon itu sekaligus. Kami telah menggunakan metode ini selama dua hari, dan terbukti sangat efektif.
"Kerja tim yang bagus! Aku merasa baik tentang—oh, sial!" Aku berteriak.
Dari cakrawala yang bengkok, empat patung buddha terbang ke arah kami dalam satu barisan. Setiap patung dicat dengan warna cerah yang sesuai dengan mantra serangan area ganas. Patung-patung ini benar-benar berita buruk. Kami mungkin dapat mengalahkannya satu per satu, namun sekelompok dari mereka dapat merusak hari kami jika mereka bekerja sama.
Untuk memperburuk keadaan, sekali kami melihat mereka, kami sudah berada dalam jangkauan. Aku berharap bisa mempelajari lebih banyak sihir penghalang di tempat terbuka.
"Maaf, Pomera-san. Mereka adalah patung buddha, dan warnanya berbeda sesuai elemen mereka. Mereka akan terus menyerang kita selama itu berlangsung."
"Tidak.....!"
Dunia di sekitar kita dipenuhi dengan kilat dan api. Jutaan anak panah memenuhi udara, dan kemudian semburan api lainnya menelan kami. Tubuh Pomera dibiarkan hangus dan penuh lubang. Aku memeluk tubuhnya yang compang-camping dan membuat tiga lompatan cepat dengan Short Gate sampai aku melayang di atas para buddha.
"Aku keluar dari sini, tapi kalian tidak akan lepas semudah itu!" Aku menjatuhkan sebuah Elixir dan menjatuhkan botol kosong ke tanah.
"Space-Time Magic Level 17: Fracture!"
Akar hitam mencabik-cabiknya. Aku menoleh ke belakang untuk melihat tubuh mereka memudar menjadi cahaya warna-warni saat aku berlari melalui portal kembali ke kamar tidurku.
"Tadi sangat menyenangkan! Kita berada di sana selama setengah hari, dan kamu hanya mati lima kali. Tidak seburuk dulu, kan?"
Tanyaku kepada Pomera, yang sedang berbaring di tempat tidur setelah kami kembali ke kamarku.
"I-Itu masih sangat buruk....."
Aku memperbaiki pakaiannya dengan Space-Time Magic Level 14: Repair.
"Jangan khawatir. Kamu akan terbiasa pada akhirnya."
"Kanata..... Kurasa tidak akan ada orang yang bisa terbiasa dengan perasaan itu."
"Ya."
"........."
Sekarang setelah aku menyembuhkannya dan memperbaiki pakaiannya, sekarang saatnya untuk melihat kemajuan apa yang telah kami buat. Aku menggunakan Status Check — dia berhasil mencapai level 201.
Aku menghela napas lega. Meskipun terasa lambat dibandingkan dengan pelatihanku sendiri, kami berhasil membuatnya mencapai target ke level 200.
Dia lebih kuat dari Lovis sekarang, yang merupakan pembanding utama. Aku masih tidak percaya untuk menjadikannya sebagai tolak ukur.
Karisma gelap, apanya! Aku berpikir sendiri.
"Pomera-san, Kita sudah mencapai level 201!"
"Level 201? Kamu lebih tinggi dari aku—"
Kata Pomera sebelum dia duduk seperti baut, masih terbungkus selimut.
"Kamu level 201?!"
"Bukan aku— tapi kamu!" Aku bersorak.
Jika aku level 201, kami berdua akan tertidur di Cursed Mirror selamanya.
Aku mengulurkan tangan dan mengambil Level Slate yang telah kami beli. Status Check-ku akan memberitahuku level dan statistik dasarnya, namun untuk melacak pertumbuhan keterampilan sihirnya, kami membutuhkan perangkat ini.
Seseorang bisa menyalurkan sedikit sihir ke dalamnya, dan perangkat itu akan menampilkan semua statistik terperinci mereka seperti ketika aku menggunakan Status Check kepada diriku sendiri.
"Jika kamu tidak percaya kepadaku, periksalah sendiri."
Kataku, menyerahkan perangkat itu kepadanya.
Dia kaget dengan tidak percaya.
"Aku tahu aku sudah sering memberitahumu tentang kemajuanmu, tapi melihatnya sendiri lebih baik."
"Mungkin aku kaget dan tidak mengerti.... T-Tapi ini tidak mungkin....."
"Kita sudah berada di Cursed Mirror untuk waktu yang cukup lama. Mengapa kita tidak berjalan-jalan keliling kota dan memeriksa seberapa besar pertumbuhanmu?"
"Maksudmu aku bisa pergi keluar ?!"
"Tentu saja.... Kamu tidak perlu izinku."
Kami tidak melakukan banyak misi Guild selama beberapa hari terakhir, dan Guild mungkin tidak akan memberi kami promosi khusus itu kecuali kami kembali ke sana. Jadi kami memutuskan sudah waktunya untuk berburu monster. Meninggalkan kamar sewaanku, kami melakukan perjalanan singkat ke Guild, di mana kami menerima permintaan pertempuran Rank-D untuk mengalahkan beberapa monster.
Permintaan pembasmian biasanya terletak di dekat kota. Tidak ada yang terlalu peduli tentang monster di hutan belantara, namun Guild berusaha memastikan bahwa area dan jalan di sekitarnya tetap bersih untuk kepentingan keamanan publik. Untuk permintaan ini, target kami adalah kawanan Iron Cow. Mereka tampak seperti sapi biasa namun mereka memakai topeng logam besar yang menutupi kepala mereka.
Dengan reputasi menyerang orang secara agresif dan kulit tebal yang bisa menangkis sebagian besar serangan pedang, mereka berbahaya bagi siapa pun di bawah level 25.
Aku tidak akan punya masalah dengan mereka, dan sekarang Pomera seharusnya juga tidak. Kami hanya perlu mengumpulkan topeng mereka sebagai bukti bahwa kami telah menyelesaikan misi kami.
Kami berjalan sekitar satu jam sebelum menemukan sekelompok kecil tiga ekor Iron Cow. Mereka terlihat sangat gemuk, namun mengingatkanku pada versi sapi dari kepala besar di Easter Island. Kami diberi tahu bahwa di bawah kulit mereka yang keras ada beberapa bahan masakan kelas atas, dan aku menjadi penasaran seperti apa rasanya daging sapi dari Iron Cow.
Sesuai dengan reputasi mereka, mereka bersiap menyerang kami saat mereka melihat kami.
"Sudah lama sejak kita melawan monster biasa."
Kataku sambil menatap Pomera, memberi isyarat kepadanya bahwa semua monster itu adalah miliknya.
Dia mengangguk dan melangkah maju sambil mencengkeram tongkatnya. Aku berharap dia akan melihat betapa kuatnya dirinya.
Pomera menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam, dan aku menyadari bahwa dia pasti berencana untuk menggunakan Spirit Magic. Dia menghubungkan dirinya ke roh tanah dan bersiap untuk menyalurkan kekuatan mereka.
"Mereka hanya sapi besi. Kamu mungkin bisa menyerang mereka dengan—"
Kataku sebelum matanya terbuka lebar dan dia mengarahkan tongkatnya ke hewan yang menyerang.
"Spirit Magic Level 8: Salamander’s Claw!"
Cakar api yang cemerlang menebas, bergegas melintasi tanah untuk merobek Iron Cow menjadi dua dengan ledakan yang teredam. Bagian depan mereka terlempar ke langit, semakin kecil saat mereka naik. Bagian belakang mereka sederhana roboh, terbakar.
Mulut Pomera ternganga saat dia melihat sapi-sapi itu dan kemudian berbalik ke arahku dengan gembira.
"A-Aku benar-benar lebih kuat!"
Terdengar suara gemerincing saat topeng mereka jatuh kembali ke tanah. Suara itu membuat Pomera melompat, dan dia dalam diam melihat pembantaian itu.
Topeng di wajah monster itu benar-benar hancur.
Panas api itu telah melemahkan dan membelah mereka, dan hantaman terakhir melenyapkan apa yang tersisa. Daging sapinya hitam dan gosong. Aku mengumpulkan beberapa bagian untuk melihat apakah ada yang bisa diselamatkan dan kemudian meletakkannya kembali dengan perlahan di tanah.
"Huft.... Ayo cari beberapa Iron Cow yang lain."
"M-Maaf. Aku hanya berpikir jika aku sedang menguji kekuatanku, aku harus menggunakan mantraku yang paling kuat....."
Kami terus berjalan untuk mencari lebih banyak target. Mereka sulit ditemukan, jadi sekitar tengah hari, kami istirahat untuk beristirahat dan makan makanan yang kami beli di toko kelontong.
"Apa menurutmu Roy dan Holly akan memperlakukanku dengan adil sekarang?"
Kata Pomera, kantong airnya ada di tangannya.
"Aku pikir kamu tidak perlu memikirkan tentang keduanya......"
Mungkin dia benar. Pomera memiliki pandangan hidup yang unik. Dia bisa membenci apa adanya tanpa membenci orang lain. Aku memutuskan untuk lebih mendukungnya, terutama karena kekuatan barunya akan membiarkannya bertahan dalam banyak situasi.
Aku tidak yakin aku akan merasakan hal yang sama jika dia masih level 7.
"Mereka tidak mungkin masih bersikap dingin padaku sekarang." Kata Pomera.
Aku ingat bahwa Roy hanya level 14.
"Aku pikir perbedaan level bisa membuat segalanya menjadi canggung."
"Aku tahu itu, benar?"
"Mereka mungkin menghormatimu, tapi aku tidak yakin untuk di anggap menjadi teman mereka. Ngomong-ngomong, kita harus menaikkan levelmu sedikit lagi, jadi kamu bisa baik-baik saat kamu melakukan pekerjaanmu sebagai seorang petualangan."
"Tunggu, maksudmu level 200 masih tidak cukup? Apa sebenarnya yang menurutmu bisa terjadi?"
"Y-Yah, masterku, Lunaère, mengatakan bahwa dunia bisa sangat berbahaya....."
"Sepertinya itu pandangan yang sangat ekstrim. Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya.... Tapi mungkinkah Lunaère tidak sepenuhnya jujur padamu?"
Aku tersedak roti kecil yang kumakan. Hal itu tidak mungkin—Lunaère tidak mendapatkan apapun dengan berbohong kepadaku. Selain itu, aku tahu betapa murni dan baiknya dia. Pomera hanya tidak tahu betapa berbahayanya hal itu. Aku segera minum untuk menurunkan sisa roti di tenggorokanku dengan air ketika Pomera tiba-tiba berdiri.
"Seseorang datang ke sini. Mungkin mereka menerima misi yang sama dengan kita?" Dia berkata.
Aku berdiri dan melihat ke jalan. Dan yang benar saja, ada seorang laki-laki berjalan lurus ke arah kami. Dia bertubuh kekar dengan kapak yang mencolok dibawanya. Bahkan dari jarak jauh, aku tahu siapa orang itu dengan kesombongannya. Orang itu adalah Octavio, petualang D-Rank permanen.
Mata kami bertemu saat dia mendekat, dan dia menyeringai penuh kebencian.
"Oh, lihat, bukankan ini seorang bocah penyihir yang kaya dan peliharaannya si Forest Bogey."
Pomera menyiapkan tongkatnya dan bersiap menghadapi Octavio.
"K-Kamu bisa mengatakan hal buruk tentangku, tapi aku tidak akan membiarkanmu menghina Kanata! Tarik kembali apa yang kamu katakan itu!"
"Jangan berlebihan, blasteran. Kau menyadari bahwa mengarahkan tongkatmu kepadaku berarti kau mau mati, hah?" Octavio mengancam, tapi Pomera menolak mundur.
Pomera bersiap di posisinya, balas menatapnya. Wajah Octavio berkerut karena marah.
"Oh? Jadi, kau memang memiliki keinginan untuk mati! Kau pikir kau lebih hebat dariku?"
Aku melangkah di depan Pomera.
"Ayolah... ini bukan cara yang sopan untuk menyapa sesama petualang."
"Apa kau sedang bercanda? Atau apa kau benar-benar bodoh, bocah kaya?"
Kata Octavio, mengembuskan napas melalui hidungnya saat mengambil kapak dari punggungnya.
"Kau tidak tahu sudah berapa lama aku menunggu ini. Ketika Offe tiba-tiba menghilang, aku membiarkannya. Tapi kemudian kau benar-benar mulai membuatku kesal, jadi aku mengambil misi yang sama, dan di sinilah kita.... Akhirnya bertemu."
Offe pasti temannya itu—Laki-laki yang menjebak kami dengan sekawanan Goblin.
"Apa yang telah kami lakukan sehingga membuatmu kesal?" Aku bertanya.
"Jangan berkata hal bodoh!" Mata Octavio melebar, dan pembuluh darah berdenyut di pelipisnya.
"Sudah jelas bukan. Kau membeli material monster di pasar gelap dan menyerahkannya ke Guild untuk mendapatkan reputasi. Guild tidak melakukan apapun karena mereka terlihat seperti bandit."
"Bocah kaya sepertimu, melakukan cara kotor seperti itu untuk naik rank, adalah yang terburuk. Petualang yang bekerja sepertiku akhirnya tidak mendapat apapun! Kau hanya seorang bocah nakal, setengah-setengah menjalani hidup dengan membuang uang untuk menyelesaikan masalahmu."
Dia ada benarnya juga. Mungkin terlihat mencurigakan bagi orang asing yang bepergian secara acak yang tiba-tiba muncul, membentuk party dengan Half-Elf level 7, dan kemudian naik dengan cepat oleh sistem Guild.
Tapi itu bukan masalah sebenarnya di sini.
Bahkan sebelum Pomera dan aku mulai naik rank, Octavio telah mencoba membuat Offe membunuh kami. Alasannya terdengar masuk akal, tapi dia sudah membenci kami sejak awal.
"Aku meminta Offe-san untuk memberimu peringatan, tapi sepertinya dia meninggalkan kota sebelum dia mengirimkannya." Kataku.
"Oh? Aku tahu kau pasti telah membelinya juga. Dia memberiku beberapa omong kosong seperti : 'Oh, tidak, Octavio, dia bukan hanya bocah kaya dengan tas sihir, dia benar-benar berlevel tinggi. Pah!"
"Jadi dia memang sudah memberitahumu — Kalau begitu, kau datang ke sini dengan persiapan untuk menghadapi kami. Apa kau yakin ingin melakukannya?"
Aku sudah pasti menyuruh Offe untuk meyakinkan Octavio agar tidak akan membiarkan pelanggaran berikutnya meluncur. Aku tidak pernah membunuh orang dan aku tidak ingin membunuh orang sekarang, namun aku tidak bisa membiarkan orang ini pergi tanpa konsekuensi apapun.
"Bersiap? Kaulah yang harus bersiap. Aku bukanlah seorang idiot, dan tidak mungkin aku tertangkap karena membunuh kalian berdua di sini. Lagipula, kalian orang bodoh tidak berguna. Hanya sepotong sampah Half-Breed dan bocah laki-laki yang cerewet. Aku dengan senang hati akan membunuh tuan dan hewan peliharaannya ini."
Octavio membuatku marah sekarang juga.
Penghinaannya terhadapku memang bodoh, namun sikap rasisnya terhadap Pomera menjijikkan.
Aku mungkin membuatnya marah dengan tidak menyerahkan tas sihirku, tapi tebakanku adalah bahwa Pomera meraih C-Rank adalah hal yang benar-benar membuatnya gila. Dia menggigit bibirnya dengan tidak nyaman saat mendengarkan kata-kata kasar Octavio, dan aku semakin marah. Menyebutnya tidak berguna benar-benar di luar batas. Bahkan Roy tidak senang ketika Pomera meninggalkannya untuk bergabung denganku. Untuk semua pembicaraan kasarnya, dia tahu bahwa dia berguna. Pomera bekerja keras; dia baik hati, pantang menyerah, dan berani.
Octavio akan mendapat kejutan besar.
"Aku pikir kau salah. Faktanya, kami bisa membuktikan bahwa tuduhanmu tidak benar. Aku berasumsi kau akan mundur setelah kami menunjukkan?" Kataku.
"Hah?" Octavio merengut dengan heran.
"Kau bisa melawan Pomera-san satu lawan satu. Jika kau kalah, kau tidak boleh mengganggu kami lagi. Jika Pomera-san yang kalah, kau bisa mendapatkan tas sihirku dan nyawaku."
"He-Heh, aku? Mengapa aku?" Tanya Pomera.
"Apa kamu tidak kesal dengan apa yang dia katakan tentang dirimu?" Aku balik bertanya.
"Y-Yah, ya...."
Pomera menoleh ke Octavio dengan ragu-ragu. Dia tahu bahwa levelnya jauh lebih tinggi dari Octavio, tapi dia masih gugup. Meskipun dia melawan monster dan demon, Octavio adalah orang pertama yang akan dia lawan.
"Kalahkan dia, Pomera-san. Kamu pasti bisa."
Kataku, menepuk pundaknya.
"O-Oke, aku akan mencobanya!" Pomera meremas tongkatnya dan bergerak mendekati Octavio.
"Kau akan menyuruhku membunuh perempuan itu dulu? Yah, terseralah— Aku akan membunuh kalian berdua pada akhirnya. Aku akan memotongnya saat kau menonton!"
Octavio mengangkat kapaknya dan mengancam Pomera, dan Pomera mulai membuat lingkaran sihir.
Sangat ngeri, aku bisa mengenali mantra yang akan Pomera keluarkan.
"Haa! White Magic tak berguna!" Cemooh Octavio.
Pomera mengarahkan tongkatnya ke arahnya dan berteriak : "Fire Magic Level 5: Fireflies!"
Lingkaran sihir memuntahkan semburan bara api merah yang beterbangan.
Aku menjadi panik.
"P-Pomera-san, kamu tidak harus menggunakan sihir!"
Levelnya sudah sudah cukup tinggi dari lawannya, dan serangan sederhana dari tongkatnya sudah cukup untuk mengalahkan lawannya. Sedangkan mantra apinya mungkin dengan mudah membakar lawannya menjadi abu.
"A-Ah, kamu benar! Aku hanya gugup...."
Pomera menjatuhkan ujung tongkatnya, dan percikan api menukik ke tanah di depan kaki Octavio.
"K-Kau bisa menggunakan mantra level 5?! Cukup mengejutkan, tapi sepertinya bidikanmu sedikit meleset." Octavio menyeringai.
Tapi dia salah. Kerusakan dari Fireflies tidak berasal dari bola api itu sendiri — Kerusakan itu berasal dari ledakan saat mereka menabrak benda padat.
Serangan Pomera tidak meleset.
"Apa?!"
Tanah di kaki Octavio meledak.
"Aaah! Oww, panas sekali!" Octavio terlempar tinggi ke udara oleh ledakan itu, dan dia jatuh kembali ke tanah dengan suara gedebuk.
Octavio berguling-guling di tanah sambil memeluk kakinya. Kaki celananya telah terbakar habis, meninggalkan kulit hangus di bawahnya dan lekukan yang dalam di betisnya akibat kerikil yang ditendang oleh ledakan. Serangan langsung dari mantra itu pasti akan membunuhnya.
"I-Itu tidak mungkin.... A-Aku tidak mungkin kalah dari seorang Half-Breed!"
Katanya sambil mengerang kesakitan.
Sebagian besar otot kakinya robek. Dia membutuhkan White Magic tingkat tinggi atau Elixir yang kuat jika dia berharap untuk mendapatkan kembali penggunaan anggota tubuhnya.
"Apa kau mengerti sekarang?" Aku bertanya.
"Jangan main-main dengan kami lagi."
"K-Kau seorang sampah!"
Octavio mencoba mengangkat kapaknya dengan tangan gemetar, namun Pomera mengarahkan tongkatnya ke arahnya.
Octavio akhirnya membuat sikap menyerah.
"A-Aku salah.... Maafkan aku... A-Aku akan mengubah jalanku, aku janji...."
Namun daripada penyesalan, ada kemarahan dalam suara Octavio. Tatapan iblis menguasai wajahnya.
"Heh?" Pomera mundur dengan bingung saat ekspresinya berubah.
Menggunakan kakinya yang sehat, Octavio melompat ke udara dan mengayunkan kapaknya ke arah kepala Pomera.
"Aku paham sekarang, Half-Breed! Kau akan mati di sini!" Octavio menyeringai saat dia mengayun, tapi senyumnya tidak bertahan lama.
Saat dia melompat, aku menyelinap di belakangnya dan mengambil kapak dari genggamannya. Tangan kosongnya memegang udara tipis.
"A-Apa....?!"
Aku tidak bangga dengan apa yang aku lakukan selanjutnya. Aku marah dan membela temanku, namun aku masih merasa tidak nyaman menyerang manusia lain. Sayangnya, dia tidak membuatku tidak bisa membuat pilihan lain. Dan yang lebih buruk lagi, sekarang aku tahu bahwa dia tidak bisa dipercaya untuk menyerah secara damai.
Aku tidak tahu apa penguasa kota atau penjaga akan terlibat dalam perselisihan antar petualang. Tapi aku adalah seorang asing dan Pomera adalah warga negara kelas dua. Jika Octavio kembali ke Arroburg sekarang, dia akan terus merencanakan balas dendam, dan pihak berwenang sepertinya tidak akan melakukan apapun untuk membantu kami. Octavio hanya mengerti bahasa kekerasan.
"Itu adalah gerakan yang cukup cepat untuk seorang dengan kaki yang terluka." Kataku, mengayunkan kapaknya untuk memotong bahu lengan kanannya.
"Aaah!"
Octavio menjerit saat dia jatuh ke tanah, mencengkeram luka di mana lengannya yang aku potong.
"Lenganku! A-Apa yang kau yang lakukan?! Aku tidak bisa, aku tidak bisa menjadi seorang petualang dengan satu tangan! Kau telah menghancurkanku....!"
Octavio mulai menangis sambil memegang lengannya yang terpotong dengan tangannya yang lain.
"Setelah yang kau lakukan itu? Lengan itu hanyalah sebuah permulaan."
Aku melemparkan kapak itu ke tanah dan menghunus Heroic of Sword Gilgamesh-ku. Octavio menjerit dan meninggalkan lengannya yang terpotong sebelum tertatih-tatih, menyeret kakinya yang sakit ke belakang.
Saat dia menghilang di tikungan jalan, aku berharap dia akhirnya menerima pesan itu. Aku mengembalikan pedangku ke sarungnya. Setelah membersihkan pertemuan kami dengan Octavio, Pomera dan aku kembali berburu Iron Cow. Kami berhasil menjatuhkan lima tanpa masalah sebelum senja.
Kami membawa topeng Iron Cow itu ke Guild dan menjual sebagian besar dagingnya juga. Hasil itu sudah cukup untuk menaikkan kami ke C-Rank, kami sekarang dikenal sebagai petualang yang terampil. Berita tersebut telah menimbulkan kegemparan saat menyebar ke seluruh Guild. Aku melihat Roy di sisi lain aula Guild, mulutnya terbuka saat dia menatap kosong ke arahku.
Pomera dan aku memutuskan untuk merayakan kenaikan rank kami malam itu. Dia menyarankan agar kami makan malam secara di The Hunter's Kitchen.
Bagian dalam kedai dihiasi dengan kulit monster dan kepala yang dipasang. Suasana di sana bagus, tapi tipu muslihat sebenarnya dari kedai itu adalah mereka hanya akan memasak makan malam jika kami membawa bahannya terlebih dahulu. Kami membawa daging dari Iron Cow.
Aku merasakan pencapaian yang nyata ketika piring itu tiba. Steak itu sangat besar sehingga menggantung di tepinya.
"Hehehe, Roy dan Holly selalu datang ke sini tanpa diriku. Aku selalu ingin mencoba tempat ini."
Kata Pomera dengan gembira.
Aku dalam diam berharap dia tidak akan pernah menyebut nama-nama itu lagi.
"Tapi aku tidak mengira makanannya akan datang dengan minuman juga."
Dua tankard berisi bir telah diletakkan di atas meja. Kedai ini memberi pelanggan bir pertama mereka secara gratis, dengan harapan kebanyakan orang tidak akan berhenti minum hanya setelah satu putaran.
Aku bukan peminum berat alkohol saat masih di jepang. Mabuk hanya membuatku merasa sakit, jadi hal itu tidak terlalu menyenangkan. Tapi harus kuakui bahwa aku penasaran dengan hal-hal yang dimakan dan diminum orang-orang di Locklore, dan ini adalah kesempatan sempurna untuk mencobanya.
"Ini adalah pertama kalinya aku berada di kedai—dan pertama kali aku minum alkohol! Aku sangat gembira!"
Kata Pomera. Aku tidak berpikir dia belum berusia dua puluh tahun, namun aku juga tidak berpikir ada usia legal untuk minum di sini. Server pasti tidak meminta ID.
"Tenang saja—tidak apa-apa meninggalkan sisanya jika kamu memutuskan tidak menyukainya." Kataku dengan senyum canggung saat Pomera menenggak birnya.