Chapter 1  :

The Lich’s Disciple

Bagian – 1

 

"KANBARA, BENAR? Kanbara Kanata….? Hmm, ya."

 

Sebuah suara bernada aksen aneh memanggil namaku, karena suara itu aku membuka mataku.  Aku mengambang di tempat hampa berwarna putih. Itulah caraku untuk mengambarkan apa yang aku lihat.

Ada beberapa benda hitam seperti gelombang yang mengambang di sekitarku, tapi ketika aku mencoba menyentuhnya, tanganku melewatinya.

 

Uhh…… Apa ini mimpi?

 

Pemilik suara itu berdiri tepat di depanku, berpakaian hitam dengan rambut hijau berkilau yang terurai di sekitar wajahnya. Sekilas, rambutnya itu terlihat agak maskulin….. tapi suaranya jelas seperti suara perempuan. Dengan hidung menonjol dan mata biru, penampilan seperti tampilan orang Eropa.

 

"Haruskah aku memperkenalkan diri?"

Mereka bertanya dengan nada ramh. 

 

"Aku adalah seorang dewa. Yah, tepatnya, aku adalah Dewa Terendah—pelayan yang diciptakan oleh Dewa Tertinggi. Nama resmiku terlalu panjang untuk dipahami manusia, dan juga tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa manusia. Demi kemudahan, kau bisa memanggilku Naiarotop untuk saat ini."

 

Tunggu, seorang D-Dewa?

 

"Apakah kau ini–?!"

Aku mencoba bertanya sebelum mulutku tertutup rapat. 

 

"Blah blah blah. Perkataanmu cukup menjengkelkan. Karena itu izinkan aku untuk menutup mulutmu untukmu, jadi aku bisa membuat semuanya berjalan lancar. Aku akan mengatakan informasi yang perlu kau ketahui, dan kau tidak akan terus mengajukan berbagai pertanyaan yang mengganggu. Aku akan membuka kembali mulutmu…. nanti. Dan jika kau tetap mengajukan pertanyaan yang tidak berguna, aku akan memastikan kalau pengalamanmu berikutnya jauh lebih tidak menyenangkan."

 

Pembicaraannya tentang para dewa dikombinasikan dengan cuek dan arogan yang membuatku curiga kalau Naiarotop adalah seorang omong kosong sejati. Tapi.....di sisi lain, aku mengambang di kehampaan dengan mulut tertutup. Mungkin ada beberapa kebenaran dari apa yang di katakannya, bahkan jika mereka adalah seorang yang brengsek.

 

"Selamat." Lanjut Naiarotep.

 

"Kau telah dipilih untuk pertunjukanku. Tugasku—dan sekarang tugasmu—adalah menyediakan hiburan bagi Dewa Tertinggi."

 

Aku…….. untuk sebuah hiburan?

 

"Kanbara Kanata. Usia dua puluh tahun, belum mempunyai karir yang serius."

Mereka mulai menandai poin itu di ujung jari mereka.

 

"Tidak mempunyai hobi, tidak mempunyai skill khusus, tidak mempunyai mimpi untuk masa depan. Tidak mempunyai teman sejati, tidak ada hubungan romantis, dan tidak ada keluarga yang dekat denganmu."

 

Cukup menyakitkan tapi memang fakta. Itu adalah gambaran yang sangat akurat. Aku tidak punya teman baik, gairah, atau mimpi. Aku bahkan tidak memiliki orang tua; mereka meninggal dalam kecelakaan saat aku masih di sekolah menengah atas.

 

"Sesekali, aku memilih sepotong sampah sepertimu—beberapa ketidakcocokan tanpa investasi nyata di dunia asal mereka—dan memasukkannya ke dalam salah satu produksiku. Apa kau pernah dengar tentang novel isekai? Tentu saja kau pernah. Bagaimanapun, itu adalah budaya dari tempat asalmu! Ah, cerita itu benar-benar sesuatu. Cerita² itu sangat menyenangkan. Sangat menarik…..…"

 

Aku mengangguk sedikit. Ada seluruh genre novel ringan di mana karakter utama dibawa ke dunia lain atas kehendak dewa. Aku bahkan membaca beberapa seri. Karakter dalam buku-buku itu bertahan dengan menggunakan kekuatan yang diberikan kepada mereka oleh para dewa atau pengetahuan yang mereka bawa dari dunia asal mereka. Tapi pembicaraan Naiarotop tentang produksi membuatku khawatir.

 

"Para Dewa Tertinggi menganggap cerita-cerita itu cukup menarik." Mereka dilanjutkan.

 

"Tetapi para dewa lebih cerdas dan luar biasa daripada kalian manusia dalam hal selera hiburan. Untuk alasan itu, kami memiliki menciptakan dunia yang cocok untuk manusia: Locklore, dunia dongeng dengan beberapa settingan seperti permainan fantasi di abad pertengahan  dengan aturan yang sedikit berbeda dari dunia kalian sendiri, jadi apa pendapatmu tentang itu? Membuat jantung berdebar kencang, bukan?"

 

M-Mereka membuat dunia?!

 

"Locklore tidak dibuat sampai setelah novel isekai menjadi populer di duniamu, tapi hal-hal kecil seperti timeline tidak terlalu penting bagi Dewa Tertinggi. Locklore sudah memiliki sejarah sepuluh ribu tahun."

 

Sulit dipercaya. Memikirkan distorsi waktu pada skala itu membuat kepalaku sakit, jadi aku memegang kepalaku dengan tanganku. Kerutan kesal muncul di alis Naiarotop.

 

Tidak bagus, pikirku. Lebih baik jika aku mengikuti arus dan bertindak seperti aku mengerti. Aku tidak ingin mengambil risiko buruk.

 

"Ya, itu bagus. Aku tidak suka manusia yang terlalu pintar." Kata mereka, hampir seperti membaca pikiranku.

 

"Sekarang……. waktunya untuk debutmu!"

 

Sambil menjentikkan jari mereka, Naiarotop mulai mendistorsir ruang di sekitar kami. Wajah-wajah dengan berbagai bentuk dan ukuran muncul, dan hawa dingin menjalari tulang punggungku.  Beberapa tampak seperti topeng—satu bahkan tampak seperti salinan aneh dari jam — tampilan itu mengganggu tidak peduli apa bentuknya. Lebih buruk lagi, mereka semua menatapku.

 

"Hahaha!"

Naiarotop tertawa, menutup mulut mereka dengan tangan sebelum berbicara kepadaku dengan pelan.

 

"Para dewa ingin memberimu kode cheat sehingga kau dapat menjelah di Locklore sesukamu! Terserahmu, apakah kau akan menjadi hero atau raja iblis, atau bahkan menyembunyikan kekuatanmu dan menjalani kehidupan yang mudah. Bagaimana menurutmu?  Tumpukan mengepul yang pernah kau sebut hidup itu tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan ini, benar?  Ah, kau benar-benar pemuda yang beruntung!"

 

Beralih ke kerumunan wajah, mereka berbicara dengan keras.

"Sekarang! Dewa Tertertinggi, dengan seleramu yang sempurna, aku akan memberimu new main character! Tanpa bantuanmu, sampah yang dimuntahkan bumi ini pasti akan direduksi menjadi daging cincang di Locklore—dunia yang didominasi oleh sihir, pedang, dan monster! Apa yang harus aku berikan kepadanya, selain dari skill standar bahasa Locklorian dan Status Check? Dan ke mana aku harus mengirimnya?"

 

Naiarotop merentangkan tangannya dan mulai beralih ke bagian yang berbeda dari kerumunan, mencoba menampilkanku sebagai tambahan terbaru untuk pertunjukannya.

 

Mata Dewa Tertinggi berputar, dan mulut mereka mengoceh. Kata-kata aneh dan tergesa-gesa dalam bahasa asing mengisi kekosongan di sekitarku. Aku tidak bisa melakukan apapun selain dari duduk di sana, tercengang dan bingung oleh pengalaman itu.

 

"Hmm….. kau membuat poin yang sangat bagus! Kalau begitu, aku akan bertanya kepada Kanata apa yang dia inginkan."

 

 

Pada saat itu, kekuatan yang mengikat mulutku terlepas. Sepertinya aku sekarang diharapkan untuk berbicara.

 

"Sekarang, katakan padaku apa yang kau inginkan!  Tapi ingatlah kakau permainannya akan membosankan jika terlalu mudah—aku harus membuat batasan."

Naiarotop menatapku dengan penuh harap.

 

Sebuah ide muncul di benakku. Aku tahu itu mungkin akan membuat Naiarotop marah, tapi aku harus menanyainya.

 

"Um. Bisakah aku……. pulang?"

 

Bahasa panik para Dewa Tertinggi berhenti begitu aku mengucapkan kata-kata itu, dan wajah Naiarotop mulai berubah mengerikan.

 

"Apa? Mengapa?!" Mereka menuntut, menarikku mendekat dan berbisik.

 

"Penelitianku sempurna. Kau adalah seorang manusia tanpa teman, keluarga, atau prospek di bumi. Apa kau takut? Jangan khawatir. Aku akan menyiapkanmu dengan kekuatan yang kau butuhkan—dengan alasan. Jangan buang kesempatan ini untuk hidup yang nyaman."

 

"K-Kau tahu….. Aku punya seekor kucing. Kau mengatakan kalau aku sendirian, tapi sungguh, Kuromaru seperti keluarga bagiku. Dia adalah temanku. Dia membantuku menenangkan diri setelah aku kehilangan orangtuaku."

 

Kuromaru adalah seekor kucing liar yang kutemukan di depan rumahku. Pada awalnya, aku tidak ingin membawanya masuk; Aku hanya berencana untuk merawatnya sampai aku menemukan rumah yang nyata baginya. Tapi sebelum aku menyadarinya, dia sudah menjadi seperti keluarga bagiku.

 

Aku cukup yakin dia bisa bertahan tanpaku, tapi….. Aku tidak bisa begitu saja pergi berpetualang ke dunia lain tanpa mengucapkan selamat tinggal. Jika ada yang mengerti betapa sedihnya ditinggalkan, itu adalah aku.

 

Wajah Naiarotop berubah lebih jauh — mata, hidung, dan mulut mereka berputar-putar bersama dan mengukir rongga-rongga aneh di wajah mereka.

Beberapa rambut mereka menyatu dengan wajah mereka dengan cara yang benar-benar meresahkan.  Aku menelan ludah. Sama sepertinya nama aslinya, itu bukan satu-satunya yang bisa manusia pahami tentang Naiarotop. Aku melihat dari dekat bentuk asli mereka yang menakutkan.

 

"Ini…. ini adalah sikap enggan yang membuatku kecewa. Keluarkan ini melalui tengkorak tebalmu: bacalah suasana ruangan."

Mereka mencengkeram bahuku dan memberi isyarat kepada dewa-dewa yang menatap itu mengelilingi kami.

 

"Kami ingin melihatmu berdiri tegak, memamerkan sifat-sifat manusia seperti keserakahan dan keegoisan. Aku berusaha keras untuk menemukan dan mengangkat pecundang sepertimu—dan sekarang kau telah mempermalukanku. Bisakah kau memahaminya? Upaya yang dilakukan untuk memanggilmu? Dewa Tertinggi sedang menunggu karakter utama baru dalam pertunjukan, bukan penolakan dari lucu seperti ini. Dan itu untuk—kucing?! Apa kau bercanda denganku?"

 

Niarotop tampak sangat kesal. Tapi maksudku….. dengar, itu salah mereka karena menganggapku ingin datang ke sini sejak awal.

 

Ekspresi Naiarotop terus berkerut dan berputar ke dalam. Warna wajah, rambut, dan pakaiannya bercampur menjadi satu saat berubah menjadi monster hijau aneh yang lebih mirip akar berbonggol tanaman daripada manusia.

 

"Aah!"

seruku saat mereka mengulurkan tangan untuk melingkarkan salah satu lengan hijau mengerikan mereka di sekitarku.

 

Aku mencoba melawan, tetapi tubuhku tidak mau bergerak. Tubuhku terperangkap dalam genggaman tangan mereka yang tidak manusiawi, dan cakar melengkung menembus punggungku. Aku pikir aku akan mati. Suasana teror membungkamku saat Naiarotop menatapku dengan tajam.

 

"Faktanya…. Tidak. Membunuh hama itu mudah, tapi Dewa Tertinggi menuntut hiburan. Mari kita membuat hal-hal menarik dan memberimu kesempatan sebagai gantinya."

 

Sebuah kesempatan? Apa aku telah terselamatkan….?

 

"Aku telah berencana untuk memberimu beberapa skill khusus, tetapi itu tidak perlu lagi. Aku akan memberimu skill bahasa, dan aku akan memberimu skill untuk menggunakan Check Status. Dan kemudian..... Aku akan mengirimmu ke Cocytus."

 

"Cerialah!" Naiarotop melanjutkan.

 

"Cocytus seperti dungeon tersembunyi di dalam game.  Di sana, kau akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan item Locklore yang paling kuat. Kau juga akan memiliki kesempatan untuk bertemu monster Locklore yang paling kuat."

 

Sebuah lingkaran aneh yang dibungkus dengan karakter bercahaya dari beberapa bahasa yang tidak diketahui muncul, berpusat kepadaku.

 

"Perhatikan baik-baik, karena menurutku kau tidak akan hidup cukup lama untuk melihat lebih banyak lingkaran sihir." Kata Naiarotop, membawa wajah mereka dekat denganku.

 

Tampilan manusia hampir sepenuhnya hilang, dan kekosongan di tengah spiral menatapku sebelum kembali ke kerumunan.

 

"Master! Aku sangat minta maaf karena memanggil persembahan di bawah standar dan gagal memikat minatmu." Teriak mereka, mengangkatku untuk dilihat oleh Dewa Tertinggi.

 

"Tolong nikmati pertunjukan dari Kanata dan cari tahu berapa lama dia akan bertahan — dan kematian macam apa yang akan dia hadapi!"

 

"Kau bisa memiliki semuanya, dasar sampah!  Bersenang-senang di Cocytus, karena aku ragu kita akan bertemu lagi. Space-Time Magic Level 28: Dimension Gate!"

 

Lingkaran sihir mulai berkilau. Cahaya itu menyapuku, dan sekelilingky mulai berputar dan melengkung. Aku mengerjap, dan tiba-tiba aku berada di suatu tempat yang tidak kukenal.

 

Aku berada di sebuah ruangan batu dengan dekorasi suram. Mungkin tempat ini semacam gereja?

 

Di sepanjang dinding ada ukiran wajah iblis dengan api menyala di mulut mereka. Pilar-pilar itu juga memiliki ukiran, tetapi itu tampak seperti manusia. Yang mengganggu, batu itu berlumuran noda merah tua—mungkin darah.

 

"A-Ada di mana aku……?"

Aku berbicara sendiri, tapi aku sudah tahu. Aku berada di Cocytus, dungeon paling berbahaya di dunia Locklore.

 

Bagian – 2

 

AKU DUDUK DI LANTAI DUNGEON dengan dinding berlumuran darah di punggungku dan mencoba memahami seluruh situasi. Apa yang baru saja terjadi?

 

Jika aku mempercayai Naiarotop, maka aku sekarang berada di Cocytus, dungeon paling berbahaya di Locklore. Daripada membunuhku secara langsung, aku dilemparkan ke sini sebagai bagian dari semacam pertunjukan kejam yang menjijikkan yang mereka lakukan untuk Dewa Tertinggi.

 

"......Aku tidak bisa hanya duduk-duduk saja."

Kataku kepada diri sendiri.

 

Naiarotop mengatakan ada monster ganas di sini, jadi mungkin bukan ide yang baik untuk menelusuri tempat ini. Aku tidak tahu apakah aku memiliki skill untuk tetap hidup, tetapi aku akan melakukan semua yang aku bisa untuk keluar dari labirin ini.

 

Berbicara tentang skill..... Naiarotop mengatakan sesuatu tentang skill standar. Kedengarannya seperti semua orang yang mereka bawa ke dunia ini telah mendapatkan itu:

"Locklorian" dan "Check Status." Aku tidak tahu apa yang skill itu, tetapi tampaknya skill itu terdengar berguna.

 

Sepertinya aku ingat Naiarotop mengatakan kalau aku akan mendapatkan skill bahasa, jadi itu pasti Locklorian.  Jika mengangkut manusia dari bumi adalah bagian dari pertunjukan, masuk akal mereka ingin orang-orang itu dapat berinteraksi dengan penduduk setempat. Naiarotop bilang kalau mereka menirukan cerita di novel isekai, jadi agak aneh kalau aku tiba-tiba bisa berbicara bahasa lokal.

 

Skill lainnya, Status Check, sepertinya yang juga muncul di novel-novel itu. Skill yang memungkinkanku untuk memeriksa informasi tentang diriku atau orang lain mungkin berguna. Tapi..... bagaimana caraku menggunakannya?

 

".......Status Check." Gumamku.

Karena aku adalah satu-satunya orang di sekitar, aku mencoba fokus pada diriku sendiri.

 

Pikiranku menangkap sesuatu. Rasanya..... cukup alami, semudah menggerakkan tangan dan kakiku.  Jendela status muncul di dalam benakku:

 

KANATA KANBARA

Race : Human

Lv: 1

HP: 3/3

MP: 2/2

Attack : 1

Defense : 1

Magic : 1

Speed : 1

 

Skill : Locklorian [Lv: 1], Status Check [Lv: 1]

 

 

I-itu benar-benar berhasil!

 

Aku tahu itu adalah statistik dasarku, tetapi tanpa seseorang untuk membandingkannya, aku tidak tahu bagaimana statusku. Naiarotop telah berbicara seperti dunia ini memiliki aturan yang mirip dengan RPG, jadi mungkin aku bisa naik level jika aku membunuh beberapa monster.

 

Aku menarik napas dalam-dalam beberapa kali untuk menenangkan diri. Aku telah dipukul dengan serangkaian peristiwa yang tidak dapat dipercaya, tetapi aku harus beradaptasi. Jika ini adalah hiburan, maka tidak akan banyak pertunjukan jika tidak ada cara untuk memainkan game dan tetap hidup.

Tentu, seharusnya ada monster yang mengerikan di sini, tetapi Naiarotop juga mengatakan kalau ada item yang kuat. Aku perlu menemukan beberapa dari mereka sebelum aku bertemu monster. Kemudian, dengan sedikit keberuntungan, aku dapat dengan hati-hati menemukan jalan keluar dari sini dan belajar lebih banyak tentang Locklore.

 

Baiklah. Ayo bergerak.

 

Aku pernah memainkan game dungeon crawler sebelumnya, menggali dungeon yang dibuat secara acak untuk membunuh musuh dan mendapatkan jarahan. Aku tidak suka pemikiran untuk langsung pergi ke bagian terdalam dari dungeon saat masih di level awal. Jika monster melompat ke arahku, aku mungkin bahkan tidak akan bisa lari. Aku harus pintar dan punya rencana, atau aku akan menjadi one-hit-kill.

 

Aku menempelkan telingaku ke dinding untuk mendengarkan apapun yang bergerak dan kemudian berjalan keluar ruangan dengan mengayunkan kakiku di atas lantai sehingga langkah saya tidak menimbulkan suara. Aku punya ini. Aku akan menemukan jalan keluarnya. Aku sebenarnya mulai merasa sedikit percaya diri meskipun dalam situasi yang mengerikan.

 

Aku kira optimisme adalah salah satu dari sedikit kebajikanku.

 

Hmm.......? Sebuah jalan buntu.

 

Setelah berjalan beberapa saat, aku sampai di kerangka busuk yang runtuh di ujung koridor. Baunya busuk dan sangat menjijikkan, tapi aku tidak terlalu panik. Aku pernah melihat orang mati di pemakaman — tetapi setelah dipikir-pikir, ini sedikit berbeda ketika mereka jelas menemui akhir yang kejam.

 

Setidaknya kejutan ini datang dengan kabar baik.  Pedang emas berkilauan di tangan tulang kerangka itu.  Itu pasti salah satu item langka dan kuat itu. Dengan pedang itu, aku mungkin bisa menangani monster apa pun yang aku temui.

 

Aku harap kau tidak keberatan aku meminjamnya.

 

Aku menggenggam pedang itu dan menariknya. Aku tidak yakin apa yang aku harapkan terjadi, tetapi tulangnya patah dan aku harus mundur.

 

Y-Yah, sekarang aku merasa tidak enak.

 

Aku mempertimbangkan untuk menggunakan Status Check pada pedang emas, tapi....... aku sadar itu akan sia-sia. Sepertinya memiliki skill juga berarti aku secara naluriah tahu bagaimana itu bisa digunakan. Status Check hanya bekerja pada makhluk hidup. Aku bertanya-tanya apakah ada skill Identifikasi atau Inspeksi.

 

Aku merenungkan ini sambil mengayunkan pedang itu tanpa sadar. Kemudian menghilang ke dinding bersama dengan tangan dan pergelangan tanganku.

 

Tunggu, apa?

 

Sesaat kemudian, rasa sakit yang luar biasa menjalar di lenganku. Aku melangkah mundur.

 

Dari siku ke bawah, semuanya hilang.

"Nom, nom, nom....."

 

Di depan mataku, sebuah mulut besar muncul di dinding. Mulut itu mengunyah ke atas dan ke bawah dengan berisik, lalu meludahkan tulang bernoda darah bersama dengan pedang emas.

 

I-Itu adalah lenganku, aku menyadarinya dengan ngeri.  Setidaknya apa yang tersisa darinya. Tanpa berpikir, aku memeriksa status monster itu dan terkejut dengan angka yang aku lihat.

 

Race : Gluttony Mimic

Lv: 1381

HP: 9027/9027

MP: 5919/5919

 

"Aah! Aaah! Aaaaah!"

 

Sambil berteriak, aku menekan tunggul lenganku dan berlari kembali ke koridor. Di belakangku, aku mendengar suara tidak manusiawi dari Gluttony Mimic :

"Terima kasih untuk camilannya."

 

Aku bergegas di tikungan dan pingsan. Aku tahu aku harus terus berjalan, tetapi lututku gemetar dan aku tidak bisa berdiri. Aku bisa merasakan hidupku hilang dengan setiap semprotan darah yang menyembur dari lenganku yang hancur. Jantungku berdebar kencang di dadaku, mencoba naik ke tenggorokanku.

 

Aku terlalu percaya diri. Daripada menganggap ini serius, aku membodohi diri sendiri dengan berpikir itu hanya video game — tetapi kenyataannya di tempat ini tidak ada save poin. Jika aku mati sekarang, itu adalah game over.

 

Game ini telah dicurangi; tidak pernah ada cara untuk bertahan dari pertunjukan Naiarotop. Bahkan jika aku menemukan senjata yang luar biasa, aku masih di atas berada di jauh di bawah.

 

Mereka memberiku kekalahan telak.

 

Di makan oleh keputusasaan, aku menunggu kematianku.

"Maaf, Kuromaru....."

 

Saat aku berbaring di tanah, aku mendengar suara keras mendekat dan terangkat di atas kepalaku. Aku melihat sosok humanoid tanpa kepala datang ke arahku. Kekar ​​dengan kulit abu-abu, monster itu seperti pegulat sumo setinggi dua meter. Daripada mempunyai kepala, ada mulut besar menyebar di perutnya.

 

Race : Predator

Lv : 1821

HP: 9418/9418

MP: 5081/6054

 

Sepertinya tempat ini hanya dipenuhi monster. Aku yakin bahwa ini adalah akhirnya. Aku mencoba untuk tetap tenang, tetapi pemangsa itu berhenti.

 

"L-Lakukan saja....." Kataku, dan aku melihat mulut predator itu melengkung di sudut dengan senyuman kejam. Monster itu menendangku dengan ringan, membalikkanku. Kemudian dia meletakkan kakinya di punggungku dan menekannya ke bawah.

 

"Apa.....?! Aah!"

 

Monster itu mengulurkan tangan untuk meraih salah satu kakiku dan menariknya. Monster itu tidak puas hanya dengan membunuhku — dia makhluk jahat yang ingin mempermainkanku. Saat dia mencoba mematahkan kakiku, aku memejamkan mata dan memohon dalam diam.

 

Tolong, jika aku akan mati, lakukan dengan cepat.

 

Permohonanku sia-sia. Lututku tertekuk dalam sudut yang tidak wajar. Aku berteriak. Aku mencoba meronta.  Tapi kaki makhluk itu menjepitku dengan kuat ke lantai.

 

"Tolong! Seseorang, tolong aku!"

Aku berteriak tak berdaya.

 

Monster itu menekan bobotnya kepadaku sementara aku mengayunkan lenganku di lantai. Tulang belakangku tertekuk, dan tulang rusukku patah. Aku batuk berdarah merah gelap ke lantai batu.  Dicengkeram oleh teror dan penderitaan, aku berteriak tanpa bisa berkata.

 

Tiba-tiba, sekelompok cahaya hitam melesat melewati pandanganku. Aku berpikir monster itu telah melakukan sesuatu, tetapi dia mengangkat kakinya dari punggungku dan melihat sekeliling untuk mencari sumber cahaya redup itu.

 

"Bahkan setelah sekian lama, Cocytus masih penuh dengan monster mengerikan."

 

Di belakang monster itu melayang seorang gadis berpakaian serba putih. Jubahnya, ditutupi dengan simbol emas, berkibar di belakangnya.

Dia cantik, kulitnya sehalus porselen, dan rambutnya benar-benar putih kecuali ujungnya yang berwarna merah darah. Bola matanya yang besar dengan dua warna—kanan berwarna zamrud dan kiri berwarna merah tua—menggambarkan ekspresi dingin. Dengan hidung yang mancung dan mulut yang halus, wajahnya begitu sempurna, sulit untuk percaya kalau dia nyata.  Dia lebih terlihat seperti boneka daripada orang yang hidup.

 

Dia menatap pemandangan itu sejenak, lalu berbicara:

"Space-Time Magic Level 24: Erasure."

 

Sebuah kegelapan bersinar aneh membengkak dan mulai menggerogoti monster itu, seperti mencoba menelan binatang itu secara utuh. Monster itu mengayunkan tangannya dalam upaya putus asa untuk melarikan diri saat anggota tubuhnya yang memudar melewatiku. Ketika cahaya hitam menghilang bersama dengan monster itu, tidak ada satu pun jejak monster yang tersisa.

 

Gadis itu hinggap di tanah di depanku. Dia menatapku dengan mata dikromatik dan wajah tanpa emosi. Dia jelas menyelamatkanku, jadi aku mencoba berterima kasih padanya.

 

"Te-ri.... ugh." Hanya itu yang bisa aku katakan.

 

"Space-Time Magic Level 22: Retrograde."

 

Kali ini, cahaya putih berbentuk lingkaran menelan tubuhku. Darah yang telah berserakan di sekitar dungeon kembali kepadaku. Tidak, itu kurang tepat..... Tubuhku tersusun kembali—merajut dan menenun kembali.

 

"Aah......" Aku mengerang.

Rasa sakit di perut dan kakiku hilang. Aku menyaksikan lengan kananku, yang telah terobek dan telah dimakan, terbentuk kembali dan terjahit kembali.

 

Apakah ini nyata?

 

Gadis itu menatapku, dan getaran menjalari tulang punggungku saat mata kami bertemu. Dia memiliki aura yang menakutkan. Jika dia ingin membunuhku, dia bisa melakukannya dengan mudah. Aku berhutang nyawa kepadanya, namun aku tidak bisa berhenti gemetar.

 

"Te-Terima kasih..... Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kau telah menyelamatkanku."

Aku menundukkan kepalaku. Dia terus menatapku dengan tatapan kosong.

 

"Orang bodoh telah menemukan jalannya ke Cocytus. Dan tempat ini bukan tempat yang harus dikunjungi oleh manusia."

Dia akhirnya berkata dengan mengejek.